1
PEMERIKSAAN FISIK
No Kegiatan Cheklist
1 2
Kepala
1 Persiapan alat
- Penlight
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai handscoen (terutama jika terdapat luka/lesi di kepala)
3. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan
ujung jari, lakukan mulai dari depan turun ke bawah melalui garis tengah
kemudian palpasi setiap sudut garis kepala
4. Rasakan apakah terdapat benjolan/massa, tanda bekas luka,
pembengkakkan, nyeri tekan, dll. Jika hal tersebut ditemukan, perhatikan
ukuran, konsistensi, posisinya
5. Bersihkan dan rapikan alat pada tempatnya
6. Cuci tangan
Evaluasi
Validasi Perasaan klien
7. Dokumentasi
- Catat hasil dan respon klien
- Catat nama perawat dan waktu melakukan tindakan
No Kegiatan Cheklist
1 2
Persiapan alat
- Penlight
- Kartu Snellen
- Handscoen
Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
2
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan
Persiapan perawat
Cuci tangan
Inspeksi
Kelopak Mata
1. Anjurkan klien melihat lurus ke depan
2. Bandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan warna kelopak mata
3. Anjurkan klien memjamkan matanya
4. Amati bentuk dan keadaan kulit kelopak mata serta pada pinggir kelopak
mata dan catat setiap kelainan yang ada
5. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan posisi bulu mata
6. Minta klien membuka mata, inspeksi kelopak mata bawah
Konjungtiva dan Sklera
1. Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
2. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari
3. Gunakan sarung tangan jika ada secret di kelopak mata
4. Amat keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah, catat
jika tedapat nfeksi, pus, atau warnanya tidak normal/anemis
5. Jika diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan membuka
atau membalik kelopak mata atas dengan posisi pemeriksa berdiri di
belakang klien
6. Amati warna sclera ketika mengamati konjungtiva
Kornea
1. Berdiri di sisi klien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi
kejerniahan dan tekstur kornea
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan menyentuhkan gulungan kapas
steril untuk melihat reaksi berkedip
Pupil dan Iris
1. Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak
2. Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi terhadap cahaya
Uji reflex pupil terhadap cahaya
Dengan memakai penlight, sinari pupil klien dari arah samping
Amati mengecilnya pupil yang terkena sinar
Lakukan pada pupil yang lain
Bandingkan pengecilan pupil pada kedua mata
Pergerakan Bola Mata
Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus (pergerakan secara
spontan)
Amati bentuk, frekuensi (cepat/lambat) amplitude (luas/sempit) bola
mata, jiak ditemukan nistagmus
Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu
deviasi (strabismus)
Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien dengan jarak 15-30 cm
Instruksikan klien agar mengikuti gerakan jari pemeriksa ke 8 arah
3
tatapan utama, yaitu atas dan bawah, kanan dan kiri, diagonal ke atas dan
diagonal ke bawah
Jaga agar jari telunjuk tetap pada lapang pandang penglihatan normal
Medan Penglihatan
1. Pemeriksa berdiri di depan klien kira-kira 60 cm
2. Tutup mata yang tidak diperiksa (pemeriksa maupun klie)
3. Instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada
satu titik pandang
4. Gerakkan jari pada jarak yang sebanding dengan panjang lengan di luar
lapang penglihatan
5. Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia melihat jari pemeriksa
6. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu di tengah
antara pemeriksa dengan klien
7. Kaji mata sebelahnya
Palpasi Mata
1. Anjurkan klien untuk memejamkan mata
2. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk di atas kelopak mata sisi kiri dan
kanan
3. Dengan menekan-nekan bola mata, periksa konsistensinya dan
perhatikan adanya nyeri tekan
4. Bersihkan dan rapikan alat di tempat semula
5. Cuci tangan
6. Validasi perasaan klien
7. Dokumentasi
- Catat hasil dan respon klien
- Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Telinga
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Garpu tala
- Spekulum telinga
- Lampu kepala
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien
4
5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari
telunjuk dan jempol
6. Palpasi kartilago (tulang rawan) telinga luar secara sistematis, yaitu dari
jaringan lunak ke jaringan keras, perhatikan jika ada nyeri
7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di
bawah daun telinga
8. Bandingkan telinga kiri dan kanan
9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara :
Pada orang dewasa pegang daun telinga dan perlahan-lahan tarik daun
telinga ke atas dank e belakang sehingga lurus dan menjadi mudah
diamati dan pada anak-anak tarik daun telinga ke bawah
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan, atau kotoran/serumen pada
lubang telinga
Pemeriksaan Pendengaran
Menggunakan Bisikan
1. Atur posisi klien berdiri membelakangi pemerisa pada jarak
4 - 6 meter
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga
3. Bisikkan kata misalnya “tujuh enam”
4. Minta klien untuk mengulangi kata yang didengar
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien
Test Rinne
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke benda yang keras
2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien di salah satu
telinga klien
3. Anjurkan klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi
3. Dengan cepat dekatkan garpu tala ke telinga pemeriksa dan dengarkan
apa masih terdengar bunyi atau tidak
4. Lakukan dengan telinga satunya
Test Weber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke benda yang keras
2. Letakkan garpu tala ke puncak kepala klien
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga
4. Catat hsil pemeriksaan tersebut
Pemeriksaan Hidung
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Spekulum hidung
- Penlight
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
5
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Penlight
- Spatel lidah
- Kasa
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
7
2. Pakai handscoen
3. Anjurkan klien untuk melepaskan benda apapun yang terdapat di leher
4. Amati bentuk leher, warna kulit, adanya lesi, atau pembengkakkan.
Lakukan pengamatan secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depan
leher, samping dan belakang
5. Inspeksi kelenjar tiroid dengan menginstruksikan klien untuk meneln dan
amati pergerakan kelenjar tiroid. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat
dilihat kecuali pada orang yang kurus.
6. Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke dada,
hiperekstensikan leher sedikit ke belakang dan gerakkan menyamping ke
masing-masing sisi leher untuk menguji kekuatan otot-otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
7. Untuk memeriksa nodus limfe, anjurkan klien untuk santai dengan leher
sedikit fleksi ke depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk
merelaksasikan otot-otot
8. Gunakan bantalan ketiga jari tangan dan palpasi masing-masing jaringan
limfe dengan gerkan memutar
9. Periksa denyut arteri jugularis di kedua sisi leher
10. Validasi perassan klien
11. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
12. Catat nama perawat dan wakru melakukan pemeriksaan
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Stetoskop
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
Pemeriksaan Abdomen
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Stetoskop
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
9
Inspeksi
1. Anjurkan klien untuk membuka baju sampai sebatas pinggang
2. Atur posisi klien tidur terlentang dengan kedua kengan di sisi tubuh klien
3. Amati bentuk abdomen secara umum, warna, kulit, kasimetrisan, retraksi,
benjolan, dll
4. Amati pergerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi
s
1. Letakkan sisi diafragma stetoskop di atas kuadran kanan pada area sekum
2. Beri tekanan yang ringan pada diafragma dan anjurkan klien untuk tidak
bicara
3. Dengarkan bising usus, perhatikan frekuensi dan durasinya
4. Jika bising usus tidak terdengar, lakukan pemeriksaan sistematis di setiap
sisi dinding abdomen
Perkusi
1. Mulailah perkusi mulai dari kuadran kiri bawah kemudian bergerak searah
jarum jam
2. Perhatikan reaksi klien dan catat jika ada keluhan
3. Perhatikan bunyi perkusi antara timpani atau redup (timpani menandakan
organ yang berisi udara seperti gaster dan suara redup dihasilkan oleh
organ yang lebih keras seperti hepar)
Palpasi
1. Lakukan palpasi mulai dari palpasi ringan sampai palpasi dalam
2. Lakukan palpasi di setiap kuadran/daerah abdomen
3. Letakkan jari tangan di atas abdomen dan tekan ke bawah secara ringan
sedalam 1 cm
4. Perhatikan wajah klien saat melakukan palpasi apakah klien meringis atau
tidak
5. Perhatikan apakah terdapat massa saat melakukan palpasi di abdomen
6. Hepar berada di kuadran kanan atas abdomen. Lakukan palpasi dalam
untuk memeriksa hepar.
7. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mulai dari puncak paru ke
bawah
8. Bandingkan sisi kiri dan kanan
9. Validasi perasaan klien
10. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
11. Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Handscoen jika perlu
- Palu Refleks
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
10
3. Perhatikan privasi klien
Inspeksi
1. Atur posisi klien duduk dengan kedua lengan di sisi tubuh klien
2. Inspeksi kedua ekstremitas atas klien akan kesimetrisan, perubahan
warna, lesi, dll
3. Amati pertumbuhan otot ekstremitas klien
4. Bandingkan antara sisi kiri dan kanan
5. Periksa Capillary Refill Time (CRT) dengan cara menekan kuku klien selama
5 detik kemudian dilepas. Kuku klien harus kembali dalam keadaan semula
dalam waktu 1-3 detik.
6. kekuatan otot bisep dengan cara meminta klien memfleksikan sikunya dan
anjurkan klien untuk menahan posisi siku. Pemeriksa menarik tangan klien
kea rah luar (fleksi). Bandingkan di kedua sisi tangan klien
7. Lakukan pemeriksaan otot trisep dengan cara menganjurkan klien untuk
memfleksikan sikunya. Pemeriksa meletakkan tangan di tangan klien dan
memberi beban yang mengarah ke dalam. Anjurkan klien untuk
memfleksikan tangannya. Bandingkan di kedua sisi tangan klien.
8. Jika bising usus tidak terdengar, lakukan pemeriksaan sistematis di setiap
sisi dinding abdomen
9. Lakukan pemeriksaan pada ekstremitas bawah. Perhatikan kesimetrisan,
adanya perubahan warna atau deformitas.
10. Lakukan pemeriksaan reflex patella dengan cara menganjurkan klien untuk
duduk dengan kaki menggantung di atas lantai. Angkat kaki klien dengan
meletakkan tangan non dominan di bawah lutu dan tangan dominan
memegang palu reflex dan lakukan ketukan di bawah patella.
11. Lakukan pemeriksaan CRT pada kedua kaki
12. Validasi perasaan klien
13. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
14. Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
11
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
Pengertian
Memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam
waktu yang lama.
Tujuan :
1. Memenuhi cairan dan elektrolit tubuh setelah banyak kehilangan cairan.
2. Memberikan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Menyediakan satu medium untuk memberikan obat secara intra vena.
Persiapan alat :
1. Infuse set 9. Plester
2. IV catheter 10. Pengalas jika diperlukan
3. Cairan infuse yang dibutuhkan (perhatikan 11. Nierbekken
“five rights”) 12. Kom kecil
4. Kasa steril 13. Torniket
5. Kapas alcohol 14. Spalk jika diperlukan
6. Betadine 15. Standar infus
7. Handscoen 16. Pena dan buku catatan pemberian infuse
8. Gunting
12
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
No. Kegiatan Check List
0 1 2
1. Persiapan Klien :
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Atur posisi klien senyaman mungkin, lepaskan pakaian pada daerah
yang akan diinfus.
3. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Atur peralatan disamping klien
3. Pasang pengalas dibawah anggota badan yang akan diinfus.
4. Gantungkan botol cairan pada tiang infuse
5. Desinfeksi tutup botol
6. Buka infuse set (pertahankan sterilisasi pada kedua ujungnya).
Pasang klem rol sekitar 2 hingga 4 cm dibawah bilik drip.
7. Tusukkan pangkal infuse set kedalam tutup botol.
8. Isi drip atau tabung pengontrol tetesan 1/3 atau ½ bagian.
9. Buka klem infuse, alirkan cairan kedalam nierbekken untuk
mengeluarkan udara, kemudian ditutup kembali.
10. Tutup kembali jarum infuse set dengan penutupnya, letakkan pada
tiang infuse.
11. Pilih tempat distal vena yang digunakan, sebaiknya vena yang
berdilatasi baik.
12. Letakkan torniket 10 hingga 12 cm diatas tempat penusukan.
13. Kenakan sarung tangan.
14. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan sirkular.
15. Tusukkan IV cath pada vena dengan sudut 30’. Jika jarum telah
masuk ke dalam vena, ditandai dengan keluarnya darah.
16. Setelah IV cath masuk, tarik mandarin/stilet keluar, ujung IV cath
ditekan.
17. Hubungkan pangkal IV cath dengan selang, buka klem perlahan-
lahan dan pastikan tidak ada pembengkakan pada daerah tusukan.
18. Pasang balutan kasa betadine diatas tempat insersi, lalu tutup dengan
2
kasa steril, fiksasi dengan plester.
19. Hitung tetesan infuse sesuai instruksi.
20. Pasang spalk bila diperlukan kemudian balut dengan verban.
21. Klien dirapikan kembali, atur posisi klien dengan baik.
22. Rapikan alat pada tempatnya semula.
23. Cuci tangan.
Evaluasi :
2.
Validasi perasaan klien
Dokumentasi :
Catat pada catatan perawat : jenis larutan, letak insersi, kecepatan aliran,
3.
ukuran dan tipe IV catheter, jam pemasangan infuse, bagaimana toleransi
klien terhadap prosedur, nama perawat yang melakukan prosedur.
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENGATUR LAJU ARUS INFUS
Defenisi
Mengatur kecepatan tetesan cairan infus per menit
Tujuan
Mengatur kecepatan aliran intravena dan mencegah ketidak tepatan pemberian cairan. Kecepatan infuse
yang terlalu lambat dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler dan sirkulasi pada klien dehidrasi, syok
atau sakit kritis. Kecepatan infuse yang terlalu cepat dapat mengakibatkan kelebihan cairan.
PERSEDIAAN ALAT
1. Kertas dan pena
2. Jam yang menggunakan jarum detik
CARA KERJA
1. Baca pesan dokter
2. Mencari tahu kalibrasi dalam tetes setiap ml cairan infus (setiap produk yang berbeda faktor
tetesannya)
Kalibrasi tetesan infuse (gtt/ml) atau Faktor tetesan :
Mikrodrip
1 cc : 60 tetes/ml
Makrodrip
Abbott Lab : 1 cc : 15 tetes/ml
McGraw Lab : 1 cc : 15 tetes/ml
Travenol Lab : 1 cc : 10 tetes/ml
Faktor tetesan pada setiap produksi
5
RUMUS TETESAN / M :
Jumlah ml/jam = Faktor Tetesan
Penyuluhan Klien
Klien diinstruksikan untuk dilaporkan kecendrungan atau pembengkakan pada tempat fungsi vena. Bila
menggunakan infus pump klien harus mengetahui makna dari bunyi alarm.
6
Pertimbangan Pediatrik
Aliran IV pada anak-anak harus selalu dipertahankan yang diprogramkan, karena ketidakseimbangan
cairan dapat terjadi dengan cepat.
Pertimbangan Getriatrik
Ketidakseimbangan cairan dapat terjadi dengan cepat pada populasi lansia. Pemantauan kecepatan
aliran yang cermat membantu dalam mencegah ketidakseimbangan elektronik dan beban sirkulasi.
7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TRANSFUSI DARAH
Defenisi
Memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh klien melalui vena.
Tujuan
1. Untuk menggantikan kehilangan darah yang banyak sewaktu pembedahan dalam kasus perdarahan
2. Menggantikan kekurangan komponen darah yang spesifik contohnya, Platelet, RBC, faktor-faktor
pembekuan darah
3. Untuk memepertahankan dan meningkatkan volume darah dalam sirkulasi pada kasus-kasus syok
akibat perdarahan
4. Untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam darah pada kasus anemia
Di lakukan pada:
1. Klien yang kehilangan darah
2. Klien yang penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)
Komponen-Komponen darah:
1. Whole blood Semua komponen darah
2. Packed red cell/packd cell Plasma yang dikeluarkan dari whole blood
3. Plasma Hasil pemisahan whole blood
4. Platelets kandungannya platelets, limfosit dan sedikit plasma
5. Granulosit Kandungannya WBC, plasma dan sedikit RBC
6. Albumin Kandungannya albumin, plasma dan human albumin
7. clotting factor/Faktor pembekuan darah Cryoprecipited anti hemolitik faktor
Peralatan
1. Selain alat-alat yang diberikan dalam 7. Kapas alkohol
pemberian infus 8. plester
2. Larutan normal saline 0,9%/ Nacl 0,9% 9. Nierbekken
3. Set infus dengan filter 10. Format persetujuan pemberian
4. IV khateter (Diemeter 18 G/19G) transfusi yang ditandatangani
5. produk darah yang benar 11. Penghangat darah.
6. Sarung tangan
8
PROSEDUR TRANSFUSI DARAH
No. KEGIATAN Check List
0 1 2
1 Jelaskan prosedur pada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan
transfusi dan catatan reaksi, jika ada
5 Cuci tangan
6 Kenakan sarung tangan sekali pakai
7 Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G)
8 Gunakan slang infus yang memiliki filter
9 Memberi infus normal saline/Nacl 0,9% sebelum memberi darah (50 cc) .
Jangan memeberikan larutan yang ada kandungan glukosa.
10 Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah.
Dengan perawat lain, indentifikasi kebenaran produk darah dan klien:
Pemeriksa kompatibilatas yang tertera pada kantung darah dan
informasi pada kantung itu sendiri.
11
Untuk darah lengkap, pemeriksa golongan ABO, dan tipe Rh (pada
catatan klien)
Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.
Periksa tanggal kadaluawarsa pada kantung.
Periksa darah terhadap adanya bekuan.
Darah disimpan pada suhu ruangan kurang lebih 30 menit setelah
12 dikeluarkan dari kotak darah dengan cara :
Dialirkan pada air kran
Direndam dengan air tetapi pastikan selang penyambungnya tidak bocor
13 Dengan perlahan balikkan kantung darah 1 sampai 2 kali untuk mencampur
sel – sel tetapi tidak digoncang.
10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN DARAH VENA
Batasan
Tindakan pengambillan darah vena melalui penusukan langsung jarum suntik ke vena klien.
Tujuan
Diagnostik.
Prinsip
1. Steril
2. Nyaman, nyeri minimal
Persiapan Alat
1. Spuit disposable dengan jarum atau vacutainer sesuai ukuran.
2. Tabung pemeriksaan darah yang sesuai
3. Kapas alcohol dan plester
4. Manset / Tourniquet
5. Sarung tangan karet bersih
6. Pengalas
7. Piala ginjal/bengkok
12
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)
Definisi
Memasukkan selang nasogastrik ke dalam gaster atau lambung melalui mulut atau hidung
Biasanya melalui hidung lebih mudah dan lebih nyaman bagi pasien
Tujuan
1. Mengeluarkan cairan dan gas dari saluran pencernaan (gaster atau usus)
Mengurangi perasaan mual dan muntah serta kekembungan
Sebelum pembedahan emergency
Setelah pembedahan pada saluran pencernaan untuk mengistirahatkan bagian yang di bedah
Perdarahan
Intestinal obstruction
2. Melakukan pencucian gaster (gastric lavage) keracunan bahan toksik atau perdarahan
3. Mengambil specimen kandungan gaster untuk analisa kasus keracunan toksik
4. Memberi obat, makanan/minuman langsung ke dalam gaster
Penyakit jiwa
Pasien tidak sadar
Menambah pengambilan kalori dalam kasus malnutrisi
Lumpuh (CVA) tidak bisa menelan
Penyempitan faring esophagus
Pembedahan di mulut atau farings
Pasien dementia
Pasien yang ada keabnormalan di mulut atau esophagus atau yang telah menjalani
pembedahan di tempat-tempat ini
Persediaan Alat
Bak Instrumen
1 syringe/spoit 20/10 ml
2 Nierbekken Handuk
2 com Plaster
Selang Nasogastrik (8-16 French) Gunting
Cotton buds/oren stick Stetoskop
Kertas lakmus
1 gelas air dan sedotan
Kertas tissue/hand towel Spatel
Kasa Penlight
13
PROSEDUR PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)
Nama Mahasiswa :
NIM :
Arahkan pasien terus menelan sampai pada paras tanda. (sambil menelan
perawat mendorong selang ke dalam 2-4 inci)
Jika pasien ‘gag’ terus menerus dan selang tidak mau masuk walaupun
12.
pasien menelan periksa mulut pasien menggunakan penlight dan
spatel lidah
Perhatikan pasien untuk tanda-tanda distress (batuk dan sianosis) jika
terjadi, keluarkan selang dengan cepat dan boleh memasukkan lagi
setelah pasien ‘recover’
14
Periksa kedudukan selang NG
Reaksi sekresi
Pasang syringe ke tube NG
Aspirasi sekresi lambung
Uji dengan menggunakan kertas lakmus
13. Menggunakan stetoskop
Sediakan 10 cc udara dalam syringe
Pasang Syringe ke selang NG
Masukkan udara dan dengar dengan stetoskop di kawasan
epigastrium
Uji ‘bubble’
Masukkan ujung selang ke dalam kom yang berisi air
14. Letakkan selang ke ujung hidung dengan menggunakan plaster (lap hidung
jika perlu)
15
PROSEDUR CARA PENCABUTAN NGT
No. Kegiatan Check List
1 2 3
1. Periksa instruksi dokter untuk pencabutan NGT
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Siapkan pencatatan
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Tempatkan handuk di atas dada klien secara hati-hati, buka plester dari
hidung
6. Instruksikan klien untuk menarik napas dalam dan menahannya
7. Jepit selang dengan pinset secara hati-hati dan cabutlah selang ketika
pasien menahan napas
8. Tempatkan ujung selang ke dalam kantong plastik
9. Bersihkan mulut dan hidung klien dan beri kenyamanan pada klien
10. Pindahkan semua peralatan dan cuci tangan
11. Catat hasil pencabutan selang
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
16
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URIN
Pengertian
Kateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi
urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk
mengeluarkan urin. Tindakan kateterisasi dapat menyebabkan infeksi nosokomial, oleh karena itu
sedapat mungkin tindakan kateterisasi di hindarkan, kecuali bila sangat diperlukan, dan harus
menggunakan tehnik yang tepat.
Tujuan Kateterisasi
1. Untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh distensi bladder untuk
melakukan dekompresi bertahap terhadap distensi bladder.
2. Untuk mengkaji jumlah residu urine residual jika pengosongan bladder yang tidak komplit,
yaitu pada kasus Bladder @ spincter Incompeten dan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
3. Untuk mengambil spesimen urine steril
4. Untuk mengosongkan bladder sebelum dan selama pembedahan
5. Untuk mencegah urine mengkontaminasi area insisi pembedahan terutama daerah perineum.
6. Memudahkan pengosongan kandung kemih, pemantauan berterusan dan akurat terhadap
output urine.
7. Untuk penatalaksanaan irigasi kandung kemih intermitten (bladder irrigation)
8. Untuk menangani urinaria inkontinensia jika perawatan lain tidak berhasil.
Tipe Kateter
I. Nelaton Kateter/”Straight Kateter”/Kateter sementara
II. Folley Kateter/”Indwelling Kateter”/Kateter tetap
Folley kateter terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga (yang
terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/menahan
ujung kateter dalam kandung kemih, cabang yang lainnya untuk mengalirkan urin dari kandung
kemih dan itu dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantong/urin bag). Sedangkan pada
kateter cabang tiga, cabang yang ketiga digunakan untuk disambungkan ke irigasi dengan
demikian cairan irigasi yang steril dapat masuk ke kandung kemih dan tercampur dengan urin
dan akan keluar ke urin
17
Ukuran Kateter
Wanita dewasa Kateter no 14/16
Laki-laki dewasa Kateter no 18/20
Anak-anak Kateter no 8/10
Prinsip
1. Steril
2. Fiksasi balon kateter hanya jika selang kateter sudah berada di dalam kandung kemih
3. Kateter urin jangan dipaksakan masuk atau keluar (cabut) jika ada tahanan
4. Privacy
Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril 8. Sarung tangan bersih
2. Set kateter dan urine bag 9. Kom bersih
3. Jelly 10. Bengkok
4. Syringe yang berisi aquades/NaCl steril 11. Alas bokong
untuk mengisi balon kateter 12. Pengikat/penggantung urine bag
5. Kateter urin dengan ukuran yang sesuai 13. Sampiran
6. Cairan antiseptic 14. Tempat specimen jika diperlukan
7. Kapas/kassa dan cairan pembersih
PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URIN
6. Buka set kateter urin dan alat-alat steril lainnya, tempatkan dialas steril
Gunakan sarung tangan steril. Buka bungkusan kateter urin steril. Cek
7. apakah balon berkembang sempurna dengan memasukkan cairan dan tarik
semua cairan kembali ke spuit
Pegang kateter dan berikan jelly di ujung kateter (dengan meminta bantuan
8.
atau dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan tehnik steril.
19
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN ENEMA/HUKNAH
Batasan
Tindakan memasukkan cairan/terapi ke kolon melalui anus dengan memakai selang rectal
Tujuan
1. Merangsang defekasi pada klien konstipasi
2. Membersihkan kolon untuk diagnostic atau persiapan operasi
3. Memberikan terapi
Prinsip
1. Jumlah dan jenis cairan enema yang diberikan tergantung kebutuhan dan kondisi klen
2. Suhu cairan yang diberikan sesuai suhu tubuh internal
3. Hindari pemberian enema yang terlalu sering
Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih 5. Thermometer
2. Set enema : tabung enema, rectal tube dengan 6. Pengalas
dan kanu; rectal ukuran atau paket enema 7. Selimut mandi
dengan rectal tip 8. Tissue dan bengkok
3. Cairan enema 9. Baskom, washlap, sabun dan handuk
20
Buka area rectal yang diperlukan. Atur posisi lien miring kanan/kiri atau
6.
posisi sims lutut kanan fleksi.
7. Lumasi ujung kanul dengan jelly.
Masukkan ujung kanul sepanjang 7,5 – 10 cm (dewasa), 5 – 7,5 (anak).
8.
Instruksikan klien relaks dan napas dalam.
Alirkan cairan enema perlahan lahan sampai selesai dengan meninggikan
9. tabung enema 30 cm (untuk enema rendah) dan 45 cm (untuk enema
tinggi)
Rendahkan posisi tabung enema atau klem untuk beberapa saat jika klien
10. mengeluh perut kram, gelisah dan tidak dapat menahan buang air. Teruskan
jika keluhan menurun.
Tarik kanul secara perlahan bila sudah selesai. Instruksikan klien untuk
11. menahan cairan selama 10 – 15 menit, atau pada anak, rapatkan gluteus
beberapa menit.
Bantu klien defekasi dengan pispot atau dikamar mandi dan bersihkan
12.
klien.
13. Rapikan alat dan klien
14. Cuci tangan
15. Dokumentasikan hasil tindakan
16. Terminasi tindakan
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
21
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BALUTAN BASAH – KERING
Definisi
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridement
Tujuan
a. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
b. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
c. Membantu menarik kelembaban dari luka ke dalam balutan.
Balutan basah ke kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridement. Bagian yang
basah dan balutan secara efektif membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik. Kasa lembab secara langsung
mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka, serta mempercepat pertumbuhan jaringan baru. Lapisan
luar kering membantu menarik kelembapan dari luka ke dalam balutan dengan kerja kapiler.
Persiapan Alat
1. Set balutan steril atau bahan-bahan sebagai
berikut :
o Sarung tangan steril
22
PROSEDUR PENGGANTIAN BALUTAN BASAH – KERING
No. KEGIATAN Check List
0 1 2
1 Persiapan klien
Jelaskan prosedur pada pasien
2 Cuci tangan
3 Susun semua peralatan yang diperlukan dan dekatkan pada pasien
4 Tutup ruangan atau tirai ditempat tidur
5 Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung
dalam jangkauan area kerja anda.
Bantu klien pada posisi yang nyaman, pasang selimut mandi han untuk
6 memanjangkan area luka.instruksikan klien untuk tidak menyentuh area
luka atau peralatan steril.
7 Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester ikatan atau
balutan.
10 Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril
atau air.
13 Buka bak steril. Buka botol atau bungkusan larutan antiseptic dan tuangkan
ke dalam bak steril atau diatas kasa steril.
29
21 Gunakan plester diatas balutan atau amankan dengan ikatan.
22 Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
23 Buang semua bahan dan bantu klien pada posisi nyaman
24 Cuci tangan.
25 Catat pada catatan perawat hasil observasi luka, balutan dan drainase.
Dokumentasikan penggantian balutan, termasuk pernyataan respon klien.
30
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BALUTAN KERING
Definisi
Balutan kering adalah tindakan pilihan untuk luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril
Tujuan
Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme
Persiapan Alat
a. Set balutan steril dalam bak instrumen
steril :
1. Sarung tangan steril
2. Pinset steril (2 anatomis dan 1
sirurgis)
3. Gunting
4. Balutan kasa dan kasa steril
5. Kom untuk larutan antiseptik
atau pembersih
6. Salep antiseptik
b. Larutan pembersih yang diresepkan oleh
dokter
c. Normal salin
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Plester, pengikat, atau perban
sesuai kebutuhan
f. Nierbekken (1 berisi lisol, 1 kosong)
g. Selimut mandi
h. Bantalan tahan air/perlak pengalas
i. Gunting perban
31
PROSEDUR PENGGANTIAN BALUTAN KERING
No. KEGIATAN Check List
0 1 2
Persiapan klien
1
Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah
perawatan luka.
2 Susun semua peralatan yang diperlukan di meja dekat tempat tidur (jangan
membuka peralatan).
4 Tutup ruangan atau tirai di sekitar tempat tidur. Tutup semua jendela yang
terbuka.
5 Intruksikan pasien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
6 Cuci tangan secara menyeluruh.
7 Letakkan bantalan tahan air di bawah klien/perlak pengalas
8 Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau
perban
16 Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan normal salin. Pegang
40
kasa yang telah dibasahi dengan larutan menggunakan pinset. Gunakan satu
kasa untuk setiap tekanan pembersihan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi. Bergerak dalam tekanan
progresif menjauh dari garis insisi ataupun tepi luka.
Gunakan kasa baru untuk mengeringi luka atau insisi. Pasang kasa steril
17
kering diatas kasa basah.
Berikan salep antibiotik bila dipesankan, gunakan teknik seperti langkah
18
pada pembersihan. Jangan di oleskan ditempat drainase
Pasang kasa steril kering pada insisi atau letak luka :
Pasang satu kasa setiap kali
Pasang kasa sebagai lapisan kontak
19
Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa kotak untuk
dipasangkan disekitarnya.
Pasang kasa lapisan kedua sebagai absorben.
20 Bantu klien pada posisi nyaman
21 Cuci tangan.
Catat pada catatan perawatan dari observasi luka, balutan drainase, dan
22
respon klien
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
41
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
RANGE OF MOTION (ROM)
Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada
klien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.
Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif
maupun pasif tergantung dengan keadaan klien.
42
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuhnya dengan siku menekuk.
6. Rotasi Bahu
43
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien menjauh dari tubuh ( ke samping) dengan siku
menekuk.
4. Letakkan satu tangan perawat di lenngan atas klien dekat siku dan pegang
tangan klien dengan tangan lainnya.
5. Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap ke bawah
6. Kembalikan lengan ke posisi semula
7. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
8. Kembalikan ke posisi semula.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
10. Catat perubahan yang terjadi, misalnya rentang gerak, kekakuan dan
nyeri.
44
kaki yang lain
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain
7. Kembalikan ke posisi semula
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
9. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien dan satu tangan yang lain di
atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus, dan rileks
4. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada/ke bagian atas
tubuh klien
5. Kembalikan posisi awal
6. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada klien. Jari dan telapak kaki
diarahkan ke bawah
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
45
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki klien dan satu
tangan yang lain di atas lutut klien
4. Putar kaki ke arah klien
5. Putar kaki ke arah pelaksana
6. Kembali ke posisi semula
7. Cuci tangan seelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi
12. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut klien dan satu tangan
pada tumit.
4. Angkat kaki klien 1-8 cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi
tetap lurus. Gerakkan kaki menjauhi badan klien atau ke samping
ke arah perawat.
5. Gerakkan kaki mendekati badan klien
6. Kembali ke posisi semula
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan sendi.
46
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGATURAN POSISI
Definisi
Mengatur posisi klien di atas tempat tidur
Tujuan
1. Meningkatkan kenyamanan
2. Program rehabilitasi
Persiapan alat
1. Bantal
2. Trochanter roll
3. Hand roll
4. papan kaki
PROSEDUR PENGATURAN POSISI KLIEN
DI ATAS TEMPAT TIDUR
47
yang diinginkan
3. Anjurkan klien meletakkkan salah satu lengan di sisi luar paha, miringkan klien
sampai posisi agak tengkurap, anjurkan klien untuk meletakkan lengan ke
bagian belakang tubuh
4. Letakkan bantal kecil dibawah kepala, di bawah lengan atas, dan antar paha.
5. Yakinkan bahwa bahu dan pinggul berada pada bidang yang sama
6. Letakkan gulungan handuk atau bantal pasir di telapak kaki
48
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN SUNTIKAN
Menyuntikkan obat adalah prosedur invasive yang mencakup memasukkan obat melalui jarum
steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Teknik aseptik ini harus dipertahankan karena
klien berisiko terhadap infeksi manakala jarum suntik menusuk kulit. Karakteristik jaringan
mempengaruhi kecepatan penyerapan obat, awitan kerja obat. Oleh karenanya sebelum
menyuntikkan obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karakteristik obat
dan letak struktur anatomi di bawah tempat yang akan disuntikkan. Menyuntik dapat dilakukan
dengan cara intravena, intracutan, sub kutan dan intra mascular.
INJEKSI INTRADERMAL
Pengertian
Injeksi intradermal adalah pemberian obat ke dalam lapisan dermis kulit tepat dibawah epidemis
Tujuan
Biasa digunakan untuk tes alergi dan screening TB
Area injeksi : lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas, punggung bagian
belakang tepat di bagian scapulae.
Persiapan alat :
1. Vial atau ampul obat
2. Spoit 1 ml
3. Kapas alcohol
4. Handscoen bersih
50
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN INJEKSI SUBKUTAN
Pengertian
Injeksi subkutan adalah pemberian obat kedalam jaringan ikat dibawah dermis. Hanya
pengobatan dosis kecil (0,5 – 1 ml) yang biasa disuntikkan melalui rute subkutan.
Tujuan
- Untuk memberikan pengobatan seperti penyuntikan vaksin, medikasi preoperative, narkotik,
heparin dan insulin.
- Untuk memberikan efek absorpsi yang lebih lambat dibandingkan injeksi intramuscular
ataupun intravena.
Area injeksi
Lengan atas bagian luar, paha anterior, abdomen, area scapula pada punggung belakang,
ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
Persiapan alat :
1. Vial atau ampul berisi obat
2. Spoit 2,5 ml ; 3 ml
3. Kapas alcohol
4. Kasa (bila perlu)
5. Handscoen bersih
52
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN INJEKSI INTRAMUSKULAR
Pengertian
Intra mascular adalah pemberian suntikan ke dalam jaringan otot, intra mascular memberikan
absorpsi obat lebih cepat karena mascularitas otot. Bahaya kerusakan jaringan menjadi lebih
sedikit jika obat diberikan jauh ke dalam otot. Otot juga kurang sensitive terhadap obat-obat yang
kental dan mengiritasi. Namun ada risiko yang merugikan dari penyuntikan pembuluh darah jika
perawat tidak cermat. Ada dua tekhnik dalam melakukan injeksi intramuscular yaitu dengan
menggunakan teknik z-track dan teknik air lock (kunci udara).
Tujuan
untuk memberikan pengobatan
Area injeksi
1. Paha (vastus lateral is) – klien barbaring terlentang dengan lutut sedikit flkesi.
2. Ventrogluteal – klien berbaring miring, tengkurap, atau terlentang dengan lutut dan pinggul
pada sisi yang akan disuntikkan dalam keadaan fleksi.
3. Dorsogluteal – klien tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam, atau miring dengan lutut
bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
4. Lengan atas (deltoid) – klien duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi
tetapi rileks menyilang abdomen atau di alas abdomen.
Persiapan alat :
1. Vial atau ampul berisi obta
2. Spoit 1 – 5 ml : volume 0,5 – 1 ml direkomendasikan pada pemberiannya pada muskulus
deltoideus, pada otot yang lebih tebal pemberiannya dengan volume sampai dengan 4 ml
dapat ditoleransi dengan aman.
3. Kapas alcohol
4. Kasa (bila perlu)
5. Handscoen bersih
55
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN PEMBERIAN SUNTIKAN INTRA VENA
Pengertian
Intra vena adalah pemberian suntikan dengan medikasi langsung ke dalam pembuluh darah vena.
Tujuan
Melaksanakan tindakan pengobatan langsung ke dalam vena
Persiapan Pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Pasien diatur dalam posisi terlentang dan nyaman
57
Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Spoit yang berisi normal saline
3. Kapas alcohol
58
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
INJEKSI IV LOCK TANPA JARUM (IV LOCK WITH NEEDLELESS SYSTEM)
Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Spoit yang berisi normal saline
59
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
INJEKSI MELALUI INFUS INTRAVENA
Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Kapas alcohol antiseptic
3. Selang dengan port injeksi
60
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENAMBAHAN OBAT KE DALAM CAIRAN INFUS TERPASANG
Pemberian medikasi yang pekat/padat secara langsung kedalam vena dengan teknik
bolus merupakan metode pemberian obat yang sangat berbahaya. Obat tersebut bereaksi
dengan cepat karena obat masuk ke dalam sirkulasi klien secara langsung. Efek samping yang
serius dapat terjadi dalam hitungan detik.
Obat dapat diberikan secara intervena melalui lock intravena (saluran khusus yang dibuat
untuk memasukkan obat) atau melalui saluran infuse yang sudah ada
Ada beberapa cara pemberian obat secara intravena.
Metode teraman untuk menambahkan obat intravena adalah menambahkan obat kedalam
wadah cairan bervolume besar (biasanya dalam larutan dekstrosan, ringer laktat atau normal saline).
Kemudian obat diinfuskan dengan perlahan, resiko efek samping minimal dan kadar terapeutik
dipertahankan. Obat yang ditambahkan kedalam wadah cairan meliputi elektrolit, vitamin, mineral, dll.
62
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
TERAPI OKSIGEN
Defenisi
Memasukkan zat asam (oksigen) ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan
alat.
Tujuan
Memenuhi kekurangan zat asam (oksigen) pada pasien yang dalam keadaan hypoksia/anoksia.
Tidak terjadinya hyroksia misalnya pada penyelam.
Trauma paru-paru.
Sifat Oksigen
Tidak berwarna dan tidak berbau.
Tidak berasa.
Hal lain yang harus diperhatikan saat memberi terapi oksigen adalah tindakan penggunaan
(SAFETY PERCAUTION) guna mencegah bahaya kebakaran.
Beberapa upaya penggunaan tersebut antara lain :
Hindari menyalakan api disekitar sumber oksigen karena dapat meledak
Beritahu pasien / pengunjung untuk tidak merokok di dekat sumber tersebut.
63
Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui sumber dinding meliputi :
Pasangkan flow meter pada sumber oksigen, gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat
Isi botol dengan air Steril, pasang pada flow meter dan atau aliran flow meter
Pasangkan pada alat yang digunakan pada slang atau saluran oksigen
2. Tabung :
Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui tabung meliputi :
Lepas tutup pelindung tabung
Putar kran tabung secara perlahan-lahan sampai oksigen sedikit keluar untuk membersihkan
debu dan kotoran yang melekat disalurkan keluar oksigen, lakukan dengan hati-hati sebab
tindakan tersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras.
Sambungkan flow meter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci inggens
Letakkan tabung pada posisi menetap, lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka
penuh, lalu kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
Atur flow meter Ssi dengan kebutuhan (instruksi dokter)
Pemberian terapi O2 dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti :
Kanula hidung, masker, transtrachee dan lain-lain.
Defenisi
64
Kanula nasal merupakan alat sederhana yang dapat dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk
memberikan oksigen dan yang memungkinkan klien untuk bernapas melalui mulut atau
hidungnya. Alat ini tersedia untuk semua kelompok usia dan cocok untuk penggunaan jangka
panjang maupun pendek dirumah sakit atau dirumah.
Tujuan
Secara umum tindakan ini bertujuan untuk mengatasi hipoksia yaitu dengan memberikan
oksigen tambahan pada klien untuk memudahkan oksigenisasi jaringan yang adekuat.
Perkiraan persentase oksigen yang diberikan melalui kanula adalah sbb :
Persentase pemberian oksigen dengan kanula nasal
1 liter = 24 %
2 liter = 28 %
3 liter = 32 %
4 liter = 36 %
5 liter = 40 %
Klien yang memerlukan oksigen dosis rendah dalam konsentrasi yang konstan dengan pola
napas bervariasi, lebih baik menggunakan masker venture daripada kanula nasal.
Persiapan Alat :
1. Tabung oksigen
2. Jeli pelumas
3. Sarung tangan tidak steril
4. Kasa/kapas
5. Kanula nasal / masker wajah
6. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
7. Flow meter
8. Tanda “DILARANG MEROKOK”
9. Alat tulis, kertas dokumentasi
Persiapan Klien :
1. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
2. Posisi diatur senyaman mungkin.
65
PROSEDUR PEMASANGAN KANULA NASAL/MASKER
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Persiapan Klien :
1. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
2. Posisi diatur senyaman mungkin.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Bawa alat ke dekat klien
66
Pasang masker di atas hidung, mulut dan dagu
67
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGHISAPAN LENDIR (SUCTION)
Definisi
Tindakan memasukkan selang kateter melalui oral untuk menghisap secret/lendir pada oral atau
orofaring
Tujuan
1. Memfasilitasi pengeluaran lendir melalui mulut
2. Meningkatkan ventilasi sehingga perfusi jaringan meningkat
Persiapan alat :
1. Stetoskop
2. Kateter suction sesuai ukuran
3. Mesin suction
4. Tabung penghubung
5. Sarung tangan steril
6. Kom steril berisi aquades tau normal salin
7. Pinset steril pada tempatnya
8. Kom berisi cairan antiseptic
9. Pengalas/handuk
10. Oksigen dengan nasal kanula atau ambubag
69
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL DAN VIAL
Defenisi
Ampul dan vial biasa digunakan sebagai wadah obat parenteral yang steril. Ampul adalah wadah
penyimpanan obat yang terbuat dari kaca dengan bagian leher yang menyempit dan digunakan
untuk satu kali dosis pemakaian. Untuk menggunakan obat dari ampul maka leher ampul harus
dipatahkan terlebih dahulu. Vial adalah botol kecil dengan tutup yang terbuat dari karet, dengan
ukuran berbeda-beda baik dosis sekali pakai ataupun multipel dosis.
Persiapan alat
1. Ampul obat
2. Jarum dan spoit
3. Kasa kecil
4. Kapas alcohol
Persiapan alat
1. Vial obat
2. Jarum dan spoit
3. Aquades 25 mL
4. Kapas alcohol
72
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT MATA
Defenisi
Pemberian obat-obatan atau cairan tertentu di dalam mata. Macam-macam pemberian:
1. Meneteskan
2. Mengoleskan
3. Membilas (irigasi) mata
Persiapan alat :
11. Botol obat tetes atau salep mata
12. Bola kapas atau tisu
13. Baskom cuci dengan air hangat
14. Penutup mata/eye patch (tidak menjadi keharusan)
15. Sarung tangan bersih
73
d. Bila memeberikan obat yang memberikan efek sistemik,
lindungi jari anda dengan sarung tangan atau tisu bersih
dan berikan tekanan lembut pada duktus nasolakrimal
klien selama 30 sampai 60 detik
e. Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk
menutup mata dengan perlahan
11. Memasukkan salep mata :
a. Pegang aplikator salep diatas kelopak mata, pencet tube
sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam
kelopak mata bawah pada konjungtiva
b. Minta klien untuk melihat kebawah
c. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada
konjungtiva dalam
d. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak
mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan
bola kapas
12. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan
usap dari bagian dalam ke luar kantus
13. Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang
bersih diatas pada mata yang sakit, sehingga seluruh mata
terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan pada
mata.
14. Buang peralatan pada wadah yang disediakan
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis dan rute pemberian
obat mata (kiri, kanan atau kedua mata) yang menerima
obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
17. Evaluasi
- Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
3. Tidak dilakukan sama sekali
4. Dilakukan tapi perlu latihan
5. Dilakukan dengan sempurna
74
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN IRIGASI MATA
Persiapan alat
1. Boorwater 3% atau cairan RL yang steril di dalam tempatnya.
2. Spoit 20 cc atau spoit khusus mata steril.
3. Infus set
4. Kapas basah steril dalam tempatnya
5. Kain kasa steril
6. Perlak dan alasnya
7. Bengkok (nierbekken)
8. Handuk
9. Anasthesi topikal; pantocain 0,5%
75
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
Persiapan alat
1. Sarung tangan bersih
2. Obat tetes
3. Cotton fluff
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
No. Prosedur Tindakan Check List
0 1 2
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu dan
tempat pemberian.
2. Identifikasi identitas klien
3. Jelaskan prosedur pemberian pada klien
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Minta klien untuk berbaring dengan posisi yang nyaman untuk tetes
telinga, posisi kepala miring dengan lubang telinga menghadap ke atas
6. Bersihkan pinna dan lubang telinga
7. Hangatkan sejenak botol obat dengan tangan atau menggunakan air
hangat
8. Pastikan posisi saluran telinga dengan menarik pinna ke belakang atas
9. Teteskan obat sesuai dosis pengobatan
10. Anjurkan pasien untuk mempertahankan posisi miring selama 5 menit
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian obat,
mata (kiri, kanan atau kedua mata) yang menerima obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
13. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
76
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT
Persiapan alat
1. Agen topical yang dipesankan (mis 6. Waslap
Bubuk, krim, lotion, dll) 7. handuk
2. Kasa kecil steril 8. sabun basah
3. Sarung tangan sekali pakai atau steril 9. Kasa balutan
4. Aplikator berujung kapas 10. Plester
102
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN SUPOSITORIA REKTAL
Defenisi
Berbagai obat tersedia dalam bentuk supositoria rectal dan membuat efek local dan efek sistemik.
Aminofilin suppositoria bekerja secara sistemik untuk mediatasi bronkiele respiratori, sedangkan
lainnya (misalnya dulcolax) dapat bekerja secara local untuk meningkatkan defekasi. Perawat harus
memperhatikan terutama pada penempatan supositoria dengan benar pada dinding mukosa rectal,
melewati sfingter anal internal, sehingga suppositoria tidak dikeluarkan. Klien yang mengalami
pembedahan atau pendarahan rectal tidak boleh diberikan supositoria rectal.
Persiapan alat :
1. Supositoria rectal
2. Jeli pelumas
3. Sarung tangan bersih sekali pakai
4. Tisu
2. Cuci tangan
3. Identifikasi identitas klien
4. Jelaskan prosedur pemberian pada klien
5. Minta klien untuk berbaring dengan posisi miring (sims) dengan
tungkai bagian atas fleksi ke depan
6. Pertahankan agar klien tetap terselimuti dan hanya area anal yang
terpajang
7. Pakai sarung tangan
104
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT VAGINAL
Persiapan Alat
1. Sarung tangan sekali pakai atau steril
2. Obat yang dipesankan (krim Vagina / suppositoria)
3. Jelly atau pelumas tahan air
4. Kantung tahan air
5. Aplikator
105
c. Cuci aplikator dengan sabun dan air hangat. Simpan
untuk penggunaan selanjutnya
9. Buang peralatan pada wadah yang disediakan
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
11. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian
obat.
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
12. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
106
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN DAHAK UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
Batasan
Tindakan pengambilan specimen dahak secara langsung
Tujuan
Untuk keperluan diagnostic dan mengidentifikasi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi/penyakit
Persiapan Alat
1. Botol specimen
2. Masker
3. Kertas tisu
4. Catatan specimen
5. Ampra tindakan untuk kultur dan sensitifitas
107
2. Dilakukan dengan sempurna
Batasan
Tindakan pengambilan specimen feses melalui anus secara langsung
Tujuan
Untuk keperluan diagnostik
Persiapan Alat
1. Botol specimen
2. Bedpan dan tissue
3. Masker
4. Kertas tisu
5. Spatula
6. Catatan specimen
7. Ampra tindakan untuk kultur dan sensifitas dan klinikal diagnostic
109
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPERAWATAN PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK
KULTUR DAN SENSITIVITAS (Tanpa dan dengan media)
no. Kegiatan Check List
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
1. - Periksa catatan dari dokter
- Periksa keadaan pasien
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin
4 Jaga privasi
Ambil specimen
I. Swab tenggorokan
Posisikan klien ke semi fowler’s atau fowler’s
Keluarkan kapas lidi steril
Beritahu klien untuk buka mulut seluas-luasnya
Tekan lidah di bagian tengah dengan spatula perlahan-lahan
Senterkan tenggorokan dengan lampu untuk mengenali bagian mana
yang akan di swab
Swab tenggorokan
Masukkan kembali lidi kapas ke dalam tabung pemeriksaan tanpa
menyentuh bagian tabung
II. Swab luka
Lakukan dressing pada luka dengan teknik aseptic
Keluarkan kapas lidi steril
Swab luka dengan satu kali usapan
Masukkan kembali lidi kapas kedalam tabung pemeriksaan tanpa
menyentuh bagian tabung
5 III. Swab hidung
Arahkan klien untuk menengadah ke atas
Keluarkan kapas lidi steril
Masukkan kapas lidi ke dalam hidung
Swab hidung dengan usapan lidi kapas kedalam tabung
pemeriksaan tanpa menyentuh bagian tabung.
IV. Swab mata
Kenali mata yang mau di swab
Arahkan klien untuk menutup kedua matanya
Keluarkan kapas lidi steril
Swab mata dari kantus dalam ke kantus luar
V. Arah telinga
Kenali telinga yang mau di swab
Berdiri menghadap telinga yang mau di swab
Keluarkan kapas lidi steril
Swab telinga dengan usapan berputar
Masukkan kembali lidi kapas kedalam tabung pemeriksaan tanpa
menyentuh bagian
tabung VI. Swab rectum
110
Posisikan klien lateral kiri atau kanan
Buka bagian perineum
Keluarkan kapas lidi steril
Masukkan lidi kapas ke dalam anus secara berputar
Masukkan kembali lidi kapas kedalam tabung pemeriksaan tanpa
menyentuh bagian tabung
6 Lengkapi ampra tindakan dengan betul
7 Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
tindakannya
8 Bersihkan dan rapikan peralatan
9 Dokumentsikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
111
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN 24 JAM
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dalam waktu 24 jam
Tujuan
Mengenai jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, mengetahui kemungkinan penyebab
penyakit dan mengetahui jumlah urin out put
Persiapan Alat :
1. Bedpan/urinal
2. Botol pengumpul
3. Jug pengukur
4. Ampra tindakan pemeriksaan
5. Catatan specimen
PROSEDUR
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS (Klien
dengan keterbatasan gerak dan kateter urin)
No. Kegiatan Check List
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
1. - Periksa catatan dari dokter
- Periksa keadaan pasien
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin.
4 Tanyakan klien kapan kencing yang pertama setelah bangun pagi
5 Catat waktu dan urin yang dikumpulkan pertama
6 Ambil dan catat jumlah urin yang keluar
7 Tuangkan semua urin ke dalam botol setiap kali kencing sampai keesokan
harinya.
8 Catat waktu dan jumlah pengambilan urin yang terakhir
9 Label specimen dengan lengkap
10 Masukkan botol specimen kedalam plastic
11 Cuci tangan
12 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
13 Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
tindakannya.
14 Bersihkan dan rapikan peralatan
15 Dokumentasikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
112
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin)
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin
Tujuan
Mengenali jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan penyakit
Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Botol specimen urin steril
3. Swab/kapas alcohol
4. Spuit 20 cc dan jarum 21 G
5. Bak/kom steril
6. Ampra tindakan pemeriksaan
7. Catatan Spesimen
114
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan keterbatasan gerak dan tanpa kateter)
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan keterbatasan gerak dan tanpa kateter
Tujuan
Mengenai jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan penyakit
Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril
2. Botol specimen urin steril
3. Larutan Normal Salin
4. Bak/kom steril
5. Pengalas/perlak
6. Set perawatan perineum
7. Bedpan dan penutup
8. Ampra tindakan pemeriksaan
9. Catatan specimen
116
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URINE UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan ambulasi aktif)
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan ambulasi aktif
Tujuan
Mengenali jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dari penyakit
Persiapan Alat :
1. Botol specimen urin
2. Larutan Normal Salin
3. Bak/kom steri
4. Catatan specimen
5. Set perawatan perineum
6. Ampra tindakan pemeriksaan
118
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN MENCUCI RAMBUT
Defenisi
Mencuci rambut dan kulit kepala dengan mempergunakan sabun atau shampo
Tujuan
1. Membersihkan kulit kepala dan rambut
2. menghilangkan bau dan memberi rasa nyaman
3. Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
4. Membasmi kutu dan ketombe
Dilakukan pada
1. Pasien yang rambutnya kotor dan keadaan umumnya mengizinkan
2. Bagi pasien yang berkutu,s ebelum dicuci harus diobati dan dipasang kap kutu
terlebih dahulu.
3. Pasien yang menjalani operasi besar (bila keadaan umum mengizinkan)
Persiapan Alat
1. Handuk dua buah
2. Perlak panjang sebagai alas
3. Baskom berisi air hangat
4. Gayung
5. Shampo dan sabun kedalam
tempatnya
6. Sisir
7. Kain kassa dan kapas
8. Ember kosong
9. Bengkok (NIERBEKKEN)
10. Celemek untuk petugas
11. Sampiran (Seherem)
12. Alat pengering rambut bila
mungkin disediakan
13. Hans Cm
119
PROSEDUR MENCUCI RAMBUT
No. Kegiatan Check List
0 1 2
1. Bila pasien tidak dapat duduk, posisi tidurnya diatur dengan kepala di
pinggir tempat tidur
2. Ember diletakkan di bawah tempat tidur di bagian kepala
3. Perlak pengalas dipasang di bawah kepala dengan sisi kanan dan kirinya
digulung sedikit ke dalam dan ujungnya berada di dalam ember
4. Lubang telinga ditutup dengan kapas dan mata ditutup dengan kain kasa
atau sapu tangan pasien
5. Dada ditutup dengan handuk sampai leher
Rambut disisir, kemudian disiram dengan air hangat, selanjutnya rambut
6. dicuci dengan shampo atau sabun, rambut dibilas beberapa kali dengan air
hangat dan bersamaan dengan itu kepala dipijit-pijit
7. Kepala diangkat dan diberi alas handuk selanjutnya rambut dikeringkan
8. Kapas penutup lubang telinga dan kain kasa penutup mata diangkat dan
diletakkan dalam bengkok (Nierbekken)
9. Rambut dikeringkan dengan handuk
10. Rambut disisir dengan rapi
11. Posisi pasien diatur kembali
12. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
102
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
MENYISIR RAMBUT
Defenisi
Mengatur rambut agar rapi dengan menggunakan sisir dilakukan pada pasien yang tidak
dapat menyisir sendiri.
Tujuan
1. Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara
2. memberikan rasa senang kepada pasien/ rasa nyaman
3. Mencari kemungkinan adanya kutu atau penyakit kulit kepala
4. Merangsang aliran darah kulit kepala
Persiapan alat-alat
Alat-alat yang harus disiapkan untuk menyisir rambut pasien adalah sebuah baki yang berisi :
1. Sisir (sebaiknya milik pasien)
2. Handuk kepunyaan rumahs akit
3. Potongan kertas tissue dalam tempatnya
4. Bengkok kosong
5. Tali pita atau karet untuk mengikat rambut
6. Minyak kelapa atau minyak rambut
PROSEDUR
No. Kegiatan Check List
1 2 3
1. Memberitahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Membentangkan handuk di bawah kepala pasien kemudian dimiringkan
4. Membagi rambut menjadi dua bagian
5. Menyisir rambut mulai dari ujungnya, demikian juga bagian lainnya
6. Setelah menyisir, sisir dibersihkan dengan kertas tissue, kemudian
dimasukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan lisol
7. Masukkan kertas tissue ke dalam bengkok kosong
103
8. Mengangkat handuk di bawah kepala dan merapikan pasien
9. Membersekan alat-alat, dibawah ke spoel hok untuk dibersihkan
kemudian dikembalikan ke tempat semula
10. Mencuci tangan
11. Dokumentasikan
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
106