Anda di halaman 1dari 10

Berpikir Kritis dalam Mengambil Sebuah Keputusan dengan Menggunakan Filsafat

Moral

Alexander (102017119), Ayunda Shanaztasia Naabi (102017007), Christato Pratama


(102017194), Denny Albert Phangestu (102017047), Gytha Ninda Indriani (102017185),
Hana Sefina Malemta Sinuraya (102017146), Natalia Margaretha Simalango (102017224)
Royhanatul Qudsiyah (102017114), Swesty Bian Mustamu (102017078), Syifa Dwi Nurul
Rohim (102017042)

B3

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan permasalahan yang beragam dan untuk
menyelesaikan itu kita harus berpikir kritis. Selain berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
yang beragam tersebut harus dibarengi dengan filsafat yang dapat digunakan untuk mengkaji
masalah tersebut. Berpikir kritis yang tidak dibarengi dengan ilmu filsafat akan berdampak
buruk karena dasar yang dimiliki tidak kuat. Filsafat sendiri adalah ilmu yang berupaya untuk
memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi manusia. Filsafat dibagi
menjadi tiga bidang yaitu filsafat ilmu, filsafat moral dan filsafat manusia.

Kata kunci : berpikir kritis, filsafat moral, filsafat ilmu, filsafat manusia

Abstract

Every day we are always faced with many variety problems and to find the solution we have to
think critically. When we want to find the solution of a variety problems beside of critical
thinking we also need to enhance it with philosophy that can be used to find solution the
problem. Critical thinking without philosophy will caused a lot of problems because without
philosophy we have no strong foundation when we do critical thinking. Philosophy itself is a
knowledge that taught us how to understand more about our mother nature and reality rely on
common sense of human. Philosophy divided into three that is philosophy of science,
philosophy of moral and philosophy of human.

Keyword : critical thinking, philosophy of moral, philosophy of science, philosophy of human

1
Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali dihadapkan dengan masalah-masalah yang

membutuhkan penyelesaian dan penyelesaian dapat ditemukan dengan cara berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah berpikir yang baik dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan

bagian dari cara berpikir yang baik.1

Selain berpikir kritis kita membutuhkan ilmu filsafat. Dengan menggabungkan ilmu

filsafat dan berpikir kritis kita dapat mencari penyelesaian serta menganalisis masalah tidak

hanya melalu pandangan individu melainkan kita juga dapat mengkaji penyelesaian baik dari

segi moral, segi agama, segi kemanusiaan, segi pandangan masyarakat dan hal ini merupakan

poin penting yang kita dapatkan ketika menggabungkan filsafat dan berpikir kritis.

Hampir semua orang yang hidup dalam lingkungan yang sama maka perilaku

keseharian pun sama. Tetapi, apa jadinya jika ada orang di lingkungannya yang berbeda sendiri

dan menurutnya perbedaan itu memberikan kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan untuk

dirinya tanpa memikirkan apakah itu diterima oleh lingkungannya atau tidak. Oleh karena itu,

salah satu pengertian filsafat adalah pencarian kebenaran dengan cara berpikir sistematis.

Yakni berpikir logis, berpikir secara teratur mengikuti sistem yang berlaku.2

Skenario

Dennis Avner yang juga dikenal sebagai “Manusia Kucing” telah mlakukan beragam

operasi supaya tampilan wajahnya semakin mirip dengan harimau yang dianggap hewan

pelindung dirinya. Berbagai modifikasi dilakukan untuk menjadikan wajahnya mirip dengan

harimau, seperti: mentato wajahnya, menumbuhkan rambut di sekitar pipi, implant subdermal

untuk merubah bentuk wajahnya, serta mengikis dan membentuk giginya supaya semakin

serupa harimau.

2
Rumusan masalah

1. Seseorang yang ingin serupa dengan harimau

2. Seseorang yang ingin serupa dengan harimau dengan cara memodifikasi wajahnya

Hipotesis

1. Tindakan avner melanggar filsafat moral, filsafat manusia dan filsafat agama.

2. Tindakan avner menurut pandangan filsafat tidak dapat diterima secara logis.

Sasaran pembelajaran

1. Mengkaji permasalahan dari sudut pandang filsafat.

2. Mempertimbangkan pendapat umum dan agama

3. Menguraikan argument secara logis dan jelas

4. Bagaimana hakikat kemanusiaan

5. Memahami hedonisme, eudomonisme dan nilai estetika

6. Mengerti alasan logis dalam putusan

7. Memahami kehendak bebas seseorang

Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah; kata falsafah berasal dari bahasa

Yunani philosophia; philien artinya mencari/mencintai dan Sophia berarti kebenaran. Jadi,

philosophia berarti daya upaya pemikiran manusia untuk mencari kebenaran/kebijaksanaan,

berfilsafat ialah orang yang mencintai kebenaran, bukan memiliki kebenaran.3

Filsafat juga dapat diartikan sebagai studi tentang seluruh fenomena kehidupan,

pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Menurut Plato (427-

347 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan

murni, filsafat juga memiliki arti yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan

3
penyebab-penyebab dari realitas yang ada.4 Filsafat juga dapat dikatakan sebagai upaya yang

berdasar dalam menyajikan padangan sistematik dan lengkap tentang realitas. Filsafat juga

terbagi menjadi beberapa ilmu yaitu filsafat moral, filasafat manusia dan filsafat ilmu.

Selain membahas tiga jenis filsafat tadi dalam ilmu filsafat juga dibahas mengenai

hubungan filsafat dengan agama. Filsafat mungkin dapat dikatan sulit untuk digabungkan

dengan agama karena filsafat cenderung berpikir menggunakan metafisika dan dengan

epistemologi sedangkan agama merupakan ajaran yang bersifat iman atau kepercayaan dan itu

bersifat mutlak. Namun ternyata filsafat dan agama dapat bersinergi dan menciptakan suatu

ilmu yang disebut filsafat agama.

Filsafat Agama

Filsafat agama ini membahas tentang bagaimana cara berpikir kritis serta pembuktian

yang dimiliki di filsafat ternyata dapat digunakan dalam ranah keagamaan dan keduanya saling

mendukung. Filsafat agama mengajarkan tentang kita manusia sebagai citra allah serta kodrat

kita sebagai manusia, hakikat kemausiaan kita sebagai manusia dan iman yang kita miliki

kepada Tuhan.

Filsafat Moral

Filsafat moral adalah ilmu filsafat yang identik dengan moral atau etika, filsafat moral

berarti menegaskan bahwa pada hakikatnya etika merupakan ilmu. Filsafat moral terbagi

menjadi tiga, yaitu teleologi, deontologi, utilitarisme.

Teleologi artinya berasal dari kata Yunani “telos”, yang berarti tujuan, dan “logos”

berarti ilmu atau teori. Etika teleologi menjawab pertanyaan bagaimana bertindak dalam situasi

konkret tertentu dengan melihat tujuan atau akibat dari tindakan tertentu. Dengan kata lain,

teleologi menilai baik-buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan

tersebut.5

4
Teleologi dibagi lagi menjadi dua yaitu hedonisme dan eudomonisme. Hedonisme

merupakan aliran yang menekankan pada kesenangan individu. Eudomonisme merupakan

aliran yang menekankan pada kebahagian merupakan tujuan akhir dari manusia namun

kebahagiaan yang dimaksud berbeda dengan ultilitarisme.

Pada eudomonisme lebih menekankan kepada kebahagiaan hakiki individu tertentu

sedangkan pada ultilitarisme lebih menekankan kepada kebahagian yang bersifat universal atau

untuk orang banyak.

Deontologi artinya berasal dari kata Yunani “deon”, yang berarti kewajiban, Etika

deontologi mengajarkan lakukan apa yang menjadi kewajibanmu sebagaimana terungkap

dalam norma dan nilai-nilai moral yang ada. Deontologi adalah pemikiran tentang moral yang

diciptakan oleh Immanuel Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah

kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Etika deontologi

melihat suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak

dengan kewajiban.5

Utilitarisme yang berasal dari kata inggris “utility” yang berarti kegunaan. Hal itu bisa

menjadi titik tolak untuk menjelaskan maksud teori utilitarisme. Pemikir utilitarian

berpendapat bahwa tingkah laku bersifat etis bila membawa paling banyak manfaat bagi

masyarakat. Dengan kata lain, tingkah laku etis memaksimalkan manfaat atau membuat

manfaat menjadi sebesar mungkin, dan memberi kebahagiaan dan kepuasan, sehingga melebihi

kerugian atau keadaan negatif yang selalu pasti ada juga di dunia ini.6

Selain itu juga terdapat nilai estetika dan nilai subjektivitas yang diterapkan pada

filsafat moral. Nilai estetika lebih menekankan bagaimana suatu hal dinilai memiliki nilai seni

atau berseni dan hal yang biasa dinilai ini merupakan hasil karya seni seperti tato, lukisan dan

sebagainya. Sedangkan nilai subjektivitas lebih menekankan bagaimana seseorang

5
berpendapat tentang suatu hal dan biasanya nilai subjektivitas ini kembali lagi kepada penilaian

suatu hal apakah baik atau tidak.

Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai

hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang

termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat

menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat

disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat

menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan

validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam

penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan

model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.7 Filsafat ilmu

terbagi menjadi dua yaitu empirisme dan rasionalisme.

Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis

dan ada bukti empiris atau pembuktian. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia

dan alam) itu dibuat. Empirisme juga memiliki kekurangan yaitu ia belum terukur. Empirisme

hanya sampai pada konsep-konsep yang umum.8

Filsafat Manusia

Filsafat manusia atau yang dikenal juga dengan antropologi filsafat adalah bagian

integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek

material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan antropologi)

adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi,

dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia. Filsafat manusia terdiri atas

eksistensialisme.

6
Eksistensialisme merupakan suatu gerakan dalam filsafat modern dan filsafat dewasa.

Gerakan tersebut menekankan prioritas eksistensi individual manusia atas pemikiran yang

obyektif dan abstrak.9 Dengan kata lain eksistensi menekankan kepada individu itu sendiri,

setiap individu bebas bertindak sesuai dengan apa yang menurut dia benar.

Pembahasan

Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa dennis avner melanggar filsafat moral, filsafat

agama dan filsafat manusia.

Berdasarkan Etika Teleology pada kasus ini, yang dilakukan oleh Dennis itu adalah

tujuannya yang ingin dicapai walaupun tidak sesuai dengan orang lain. Tetapi, baginya

merubah diri untuk menjadi “Manusia Kucing” adalah hal baik. Walapun bagi kita (orang yang

mengetahui) hal tersebut sangat menyimpang dari sudut pandangan kita dan buruk menurut

kita.

Berdasarkan Utilitarisme pada kasus ini, Dennis Anver tidak melakukan utilitarisme

karena utilitarisme itu untuk kebahagiaan orang banyak sedangkan yang dia lakukan adalah

untuk dirinya sendiri. Karena prinsip dari utilitarisme adalah melibatkan banyak orang untuk

kebahagiaan yang besar.

Berdasarkan Eudemonisme pada kasus ini, Dennis Anver telah mendapatkan

kebahagiaan walaupun untuk dirinya sendiri. Tetapi, ini bukan tujuan akhirnya karena sikap

manusia tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.

Berdasarkan Deontology pada kasus ini, menurut saya tidak ada kewajiban yang

dilakukan oleh Dennis Anver tetapi kita sebagai manusia dapat menilai apa yang dilakukan

oleh Anver. Apa yang dilakukannya itu tidak baik karena tidak mengindahkan koadratnya

sebagai manusia.

7
Berdasarkan Hedonisme Dennis Anver telah melaksanakan kesenangan, kepuasan dan

kenikmatan untuk dirinya sendiri dalam hal ini dia telah memuaskan keinginannya untuk

menjadi seperti harimau dengan melakukan serangkaian modifikasi wajah.

Selain itu juga terdapat nilai estetika dan nilai subjektivitas yang membuat avner tidak

menyesali keputusannya. Nilai estetika karena avner berpikir bahwa tato yang telah ia dapatkan

memiliki nilai keindahan atau suatu nilai seni. Nilai subjektivitas berperan saat avner berpikir

bahwa tato yang dimilikinya memiliki nilai estetika, nilai ini membuat perbedaan pendapat

antara avner dan masyarakat luas yang berpikir bahwa tato serta implant subdermal yang

dilakukan avner tidak memiliki nilai estetika.

Avner juga melanggar filsafat moral avner juga melanggar filsafat manusia karena

Avner menolak hakikatnya sebagai manusia ketika avner memodifikasi dirinya hingga

menyerupai harimau dan semua halnya itu dia lakukan dengan penuh kesadaran tapi tidak

membawa dampak apapun bagi orang lain. Hal yang dilakukan avner menodai dirinya sebagai

manusia karena manusia yang merupakan ciptaan tuhan yang tertinggi dianuegrahi berbagai

kemampuan namun dari pada menggunakan kemampuan itu unuk kebaikan avner malah

menggunakan kemampuan itu untuk merubah dirinya menjadi makhluk yang lebih mirip

hewan daripada manusia.

Selain itu Avner juga melanggar filsafat agama yang menenkankan kepada manusia

sebagai citra allah dan avner melanggar hal itu karena sebagai citra allah kita seharusnya

menerima tubuh kita penuh syukur bukan merubah tubuh kita menyerupai makhluk ciptaan

allah yang lain. Yang kedua dari tindakan avner kita juga dapat melihat bahwa avner yang

menganggap bahwa harimau adalah pelindungnya tidak menganggap allah sebagai pelindung

padahal dalam filsafat agama mengajarkan kita untuk beriman kepada tuhan sehingga pada

8
kasus dennis avner, avner tidak beriman kepada tuhan karena lebih memilih untuk percaya

bahwa harimau adalah pelindungnya bukan tuhan yang maha kuasa.

Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan dengan berpikir kritis dan filsafat yang

digabungkan kita dapat benar benar mengkaji dan mencari solusi dari masalah yang kita miliki

dikehidupan sehari-hari. Berpikir kritis yang membuat kita berpikir tajam diimbangi dengan

filsafat yang membuat kita melihat masalah secara menyeluruh. Dari hal tersebut kita bisa

terapkan pada kasus dennis avner yang mengharuskan kita mengkaji lebih dalam mengenai

jenis jenis filsafat. Kesimpulan pada kasus dennis avner, bahwa kasus dennis avner melanggar

filsafat moral, filsafat manusia dan filsafat agama.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dilakukan oleh avner memang tidak

dapat diterima secara logis baik dari filsafat moral, manusia dan agama namun ini kembali lagi

kepada keputusan dennis avner sendiri karena terdapat kehendak bebas seseorang yang tidak

melarang dia untuk melakukan segala sesuatu selama tidak menggangu orang lain. Serta dennis

avner tentu memiliki alasan logis yang mendorong dia untuk melakukan hal seperti ini. Hal

yang mungkin mendorong avner untuk melakukan hal ini adalah rasa cinta atau sukanya kepada

tato serta rasa iman yang tidak kuat yang mebuatnya menganggap harimau sebagai pelindung

bukan Tuhan.

9
Daftar Pustaka

1. Johnson EB. Contextual teaching and learning. Bandung: Penerbit MLC;2007:h.187

2. Sutrisno AN. Telaah filsafat pendidikan. Yogjakarta: Deepublish; 2014

3. Rahayu M. Pendidikan kewarganegaraan perjuangan menghidupi jati diri bangsa.

Depok: Grasindo; 2007

4. Rapar JH. Pengantar filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius;2010:h.15

5. Keraf AS. Etika lingkungan hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas;2010:h.28

6. Bertens K. Etika biomedis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius;2015:h.18

7. Vardiansyah D. Filsafat ilmu komunikasi. Jakarta: Penerbit Indeks;2008:h.20

8. Tafsir A. Filsafat ilmu. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya;2010:h.30-2

9. Sastrapratedja M. Manusia teka-teki yang mencari solusi. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius;2013:h.42

10

Anda mungkin juga menyukai