TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keperawatan
asuhan keperawatan.
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat profesi yang berorientasi
pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Selain itu
tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerja dan
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
Hidayat dalam konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 (2008) terdiri dari peran
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak
3. Peran Pendidik
kesehatan.
4. Peran Koordinator
5. Peran kolaborator
Peran perawat ini dapat dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
6. Peran konsultan
Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
diberikan.
7. Peran pembaharu
kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah dan disesuaikan dengan
interdependen.
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, di mana
2. Fungsi Dependen
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan dimana pasien dirawat dan
tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien dirawat, rumah
sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Pelayanan rawat
inap adalah pelayanan terhadap pasien yang masuk rumah sakit dan menempati
dijabarkan oleh Perasatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada tahun 2000.
Standar tersebut mengacu pada proses keperawatan yang terdiri atas lima tahap
(Nursalam, 2009).
sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat
pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
satu tujuan hidup. Dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar
tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang
Menurut Tarwaka (2015), dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap
seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada lainnya dan sangat tergantung dari
tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan
Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan
keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja juga dapat
didefinisikan secara professional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau
yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien
asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang memiliki arti penting
bagi perawat maupun pasien. Bagi perawat proses keperawatan digunakan sebagai
1. Tahap pengkajian
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat meliputi kemampuan observasi
tahap ini juga mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan yang
b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang lain terkait, tim kesehatan,
rekam medis
masalah.
c. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien dan profesi kesehatan lain
3. Tahap perencanaan
menulis instruksi keperawatan, dan kerja sama dengan tingkat kesehatan lain.
penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan dan menentukan rencana tindakan.
asuhan keperawatan
klien
strategi keperawaran yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus
tentang hak-hak dari pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam
pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan jenis
mandiri atau dikenal dengan tindakan independen dan tindakan kolaborasi atau
tindakan interdependen.
keperawatan
5. Tahap evaluasi
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap
evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien
yang disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target
Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya,
dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu
Kriteria Proses :
asuhan keperawatan
yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam
pasien dan secara administratif fungsional bertanggug jawab kepada kepala ruang,
secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada dokter ruang rawat
No. Kegiatan
1 Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan
2 Menerima pasien baru sesuai prosedur rumah sakit
3 Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu siap pakai
4 Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan
lingkungan
5 Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga
6 Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien sesuai batas
kemampuannya termasuk mengamati keadaan pasien dan melaksanakan
anamnesa
7 Menyusun rencana keperawatan sesuai kemampuannya
8 Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan
antara lain: melaksanakan tindakan pengobatan, memberikan penyuluhan
kesehatan
9 Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar segera
mandiri
10 Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan
11 Memantau dan memelihara kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil
12 Menciptakan, memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan tim
kesehatan
13 Berperan serta dengan tim kesehatan membahas kasus dan upaya
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
14 Melaksanakan tugas pagi, sore, malam, dan libur secara bergilir
15 Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan
16 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat
17 Melaksanakan serah terima tugas shift jaga secara lisan maupun tertulis
18 Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi: menyediakan formulir
untuk menyelesaikan administrasi, memberi penyuluhan kepada pasien dan
keluarga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien, melatih pasien
menggunkan alat bantu yang dibutuhkan, melatih pasien melaksanakan
tindakan keperawatan di RS misalnya merawat luka dan melatih anggota
gerak, mengantar pasien pulang sampai pintu keluar ruangan
Sumber : Departemen Kesehatan RI, 1999
(Nurmianto, 2008).
Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat
dan kelelahan fisik. Kelelahan emosi ditandai dengan terkurasnya tenaga, mudah
merasa lelah, perasaan jenuh, mudah tersinggung, sedih, tertekan, dan perasaan
sekitar, dan kurangnya perhatian dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.
tidak kompeten, dan merasa gagal dalam bekerja. Kelelahan fisik ditandai dengan
(Supriatna, 2011).
1. Kelelahan otot
Kelelahan otot ditandai dengan oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat
pada otot. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui
fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang
ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada
makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan
2. Kelelahan umum
lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja
yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak
jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta
2008).
1. Lelah otot, yang dalam hal ini biasa dilihat dalam bentuk munculnya gejala
kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ
visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secra terus-menerus pada objek (layar
monitor) seperti yang dialami oleh operator komputer akan merasa lelah.
Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan
3. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan
secara langsung oleh aktifitas fisik, melainkan lewat kerja mental. Lelah
mental sering disebut lelah otak. Kelelahan mental dapat bersumber dari
kebutuhan yang berlebihan dari pekerjaan yang tidak menarik dan mudah
4. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktifitas kerja
1. Keadaan monoton
berkaitan dengan:
kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.
3. Circadian rhythm
6. Nutrisi
Gejala dalam kategori ini seperti perasaan berat di kepala, menjadi lelah
seluruh badan, kaki merasa berat, sering menguap, merasa kacau pikiran,
menjadi mengantuk, marasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam
Gejala dalam kategori ini seperti merasa susah berpikir, lelah berbicara,
sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
melelahkan.
Gejala dalam kategori ini seperti sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri
spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.
waktu yang panjang menjelma menjadi kelelahan kronis. Rasa lelah yang dialami
oleh penderita tidak hanya terjadi sesudah melakukan pekerjaan yaitu pada sore
hari, melainkan juga selama bekerja, bahkan sebelumnya yaitu sebelum bekerja.
Pada kelelahan kronis perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala penting. Gejala-
gejala psikis pada penderita kelelahan kronis adalah perbuatan penderita yang
terutama mangkir kerja dan mengakibatkan tingginya angka sakit pada tenaga
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran
untuk kelelahan yang berat, diperlukan waktu yang lama untuk mengadakan
dengan berbagai cara yang bersifat umum dan pengelolaan kondisi pekerjaan dan
a. Menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang
kesegaran fisik ataupun mental bagi diri manusia (pekerja). Jumlah total waktu
yang dibutuhkan untuk istirahat berkisar rata-rata 15% dari total waktu kerja .
pekerjaannya (Wignjosoebroto,2008).
keharmonisasian mental-psikologis
d. Pemanfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi. Waktu libur yang
e. Monotoni dan stres dalam pekerjaan dapat dikurangi dengan dekorasi warna
pada lingkungan kerja, penggunaan musik saat bekerja di tempat kerja dan
RESIKO
Gambar 2.1 Penyebab Kecelakaan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kecelakaan
Menurut Tarwaka (2015), sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur
Pada metode ini, kausal output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja
(waktu yang digunakan dalam setiap item) atau proses operasi yang dilakukan
Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.
Salah satu cara yang dapat digunakan dengan menggunakan alat digital
reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka
waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau
dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu,
waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf
dan otot.
Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)
Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat
berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, dan tidak tekun dalam
pekerjaan.
Yaitu sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus,
suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan
Dalam kondisi lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan
berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk
jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, di samping untuk mengukur kelelahan
kerja