Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. DEFINISI
Menurut DEPKES (2000) dalam Direja (2011) perawatan diri adalah salah
satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatn diri.
Menurut Nurjannah (2004) dalam Direja (2011) defisit perawatan diri adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) dalam Direja (2011) kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
Defisit perawatan diri juga dapat diartikan sebagai keadaan ketika individu
mengalami suatu kerusakan fungsi kognitif atau fungsi motorik, yang
menyebabkan penurunan kemampuan untu melakukan perawatan diri (NANDA,
2009)

B. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (Stuart &
Sundeen, 1998).
 Faktor Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri seperti stroke.
 Faktor Psikologis : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pada individu yang mengalami
kelemahan untuk melakukan perawatan diri sering kali keluarga membiarkan
individu tersebut untuk tergantung dengan orang lain saat memenuhi perawatn
dirinya sehingga individu tersebut terbiasa dengan kondisi tersebut.
Faktor Sosiobudaya : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.

C. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang memerlukan energi ekstra untuk
koping (Stuart & Sundeen, 1998).
a. Sifat
Sifatnya berupa aspek psikologis dan sosial. Dari aspek psikologis
kemungkinan diakibatkan karena seseorang yang menderita penyakit kronis
ataupun gangguan kejiwaan lain sehingga secara psikologis mereka
mengalami penurunan motivasi dan kecemasan. Dari aspek sosial ini berasal
dari keluarga atau lingkungan sekitar. Dari aspek biologis berupa kerusakan
kognisi atau perceptual dan kelemahan.
b. Waktu
Yang perlu dikaji adalah lamanya klien tidak mampu melakukan perawatan
diri. Biasanya hal ini terjadi jika seseorang telah lama menderita penyakit
kronis.
c. Asal
Sumber penyebab deficit perawatan diri bisa berasal dari faktor internal
seperti keluarga yang memanjakan atau justru malah membiarkan dalam hal
perawatan diri.
d. Jumlah
Pengkajian mengenai kuantitas atau seberapa besar defisit perawatan diri yang
dialami dalam satu periode
D. POHON MASALAH

Effect Risiko Tinggi PK

Defisit Perawatan Diri


Core Problem

HDR Kronis
Causa

Koping Individu Tidak Efektif

E. TANDA GEJALA
Menurut Depkes (2000) dalam Fitria, 2009 tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Batasan karakteristik dari deficit perawatan diri yaitu :
a. Disorientasi
b. Kesulitan mengenali benda-benda yang digunakan dalam perawatan
c. Kotor atau berpakaian tang tidak tepat
d. Tidak dapat merapikan rambut atau kuku
e. Tidak makan, makan makanan basi, atau tidak dimasak

F. AKIBAT YANG DITIMBULKAN


Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain
yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa
aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada
kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan
adekuatnya.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapai kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawataan
Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
2. Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
1. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
b. Melatih pasien berdandan/berhias
Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu
harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
1. Berpakaian
2. Menyisir rambut
3. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
1. Berpakaian
2. Menyisir rambut
3. Berhias
c. Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai
berikut:
1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2. Menjelaskan cara makan yang tertib
3. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
4. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
d. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai
tahapan berikut:
1. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

H. DATA YSNG PERLU DIKAJI


Subjektif:
1. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau RS tidak
tersedia alat mandi.
2. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
3. Klien mengatakan ingin disuapi makan.
4. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB.
Objektif:
1. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki),
atau tidak berdandan (wanita).
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan, dan BAK
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
2. Tindakan keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda dapat
melakukan
tahapan tindakan berikut.
1. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
4. Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
b. Melatih pasien berdandan/berhias.
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-
laki tentu
harus dibedakan dengan wanita.
1. Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
a. berpakaian,
b. menyisir rambut,
c. bercukur.
2. Untuk pasien wanita, latihannya meliputi:
a. berpakaian,
b. menyisir rambut,
c. berhias.
c. Melatih pasien makan secara mandiri.
Untuk melatih makan pasien, Anda dapat melakukan tahapan sebagai
berikut.
1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
2. Menjelaskan cara makan yang tertib.
3. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan.
4. Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
d. Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
1. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.
Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agar
keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan
pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Anda
lakukan antara lain sebagai berikut.
1. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat
2. pasien.
3. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
4. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh
5. pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
6. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu
7. mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati).
8. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam
9. merawat diri.
10. Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai