Anda di halaman 1dari 9

FENOMONOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar


Penelitian Kualitatif

Dosen Pembimbing : Setiawan, SKp, MNS, PhD

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:

Maria Pujiastuti 157046007


Dyna Elvina Saragih 157046038
Rofina Sari 157046008
Hizrah Hanim Lubis 157046017
Chairul Munir 157046018
Nurul Ibrahim 157046028
Eridha Putra 157046027
Mahanta Qaribi 157046037

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ailmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dewasa ini kita mengenal berbagai macam metode
penelitian, yang semuanya digolongkan ke dalam dua kateori dasar yakni metode
penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif atau biasa disebut metode penelitian
positivistik dan metode penelitian non-positipistik/post-positipistk. Metode penelitian
kuantitatif sudah cukup lama digunakan dalam penelitian, sedangkan metode penelitian
kualitatif masih tergolong metode baru dalam duina penelitian. Secara garis besar terdapat
perbedaan yang sangat mendasar dari kedua metode tersebut. Metode-metode dalam
penelitian kuantitatif pada umumnya melibatkan proses pengumpulan, analisis data, serta
penulisan hasil-hasil penelitian secara terstruktur dan lebih formal, sedangkan pada
penelitian kualitatif dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasinya sangat berbeda
dengan prosedur-prosedur kualitatif.
Pendekatan penelitian praktik interpretif memiliki sederet asumsi subjektivitas
tentang hakikat pengalaman yang nyata dan tatanan sosial. Pendekatan tersebut
mengingatkan kita pada upaya Alfred Schutz dalam membangun fenomenologi sosial yang
mengaitkan sosiologi dengan fenomenologi filisifisnya Edmund Husserl (1970).
Penelitian fenomenologi merupakan bagian dalam bingkai penelitian kualitatif.
Dalam penelitian fenomenologi, research outcome tidak bisa diprediksi. Selalu ada
“harga” dalam setiap catatan lapangan. Dikatakan oleh Prof. Armada, bahwa
fenomenologis merupakan residu. Bahkan “ampas”-nya pun, sebenarnya masih bisa
dipublikasikan. Tidak seperti halnya positivisme yang meletakkan data, dimana informan
memberikan informasi kepada peneliti. Dalam fenomenologis menurut Prof. Armada,
subyek penelitian malah dipandang sebagai pencetus produk dari world views. Subyek
dipandang memiliki pemahaman lebih. Mereka bukan lagi sebagai obyek penelitian,
namun disebut sebagai sumber penelitian.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Kelompok mampu menjelaskan tentang penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian fenomenologi
b. Menjelaskan tentang tujuan fenomonologi
c. Menjelaskan prinsip dasar fenomenologi
d. Menjelaskan tentang Langkah-langkah dalam penelitian fenomenologi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Fenomenologi
Fenomonologi merukan suatu metode penelitian yang kritis dan menggali
fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter 2003). Penelitian
fenomonologi ditekankan pada subjektivitas pengalaman hidup manusia sebagai suatu
metode yang merupakan penggalina langsung pengalaman yang didasari dan
menggambarkan fenomena yang ada tanpa terpengaryh oleh teori sebelumnya dan
mengkin tidak perlu menguji tentang dugaan atau anggapan (Steubert & Carpenter 2003).
Menurut Creswell (1998), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian
tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut
epoche (jangka waktu). Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan
mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang
dikatakan oleh partisipan.
Seorang Fenomenolog suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu
positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-
hukum dan teori. Fenomenolog bergerak di bidang yang pasti. Hal yang menampakkan
dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenologi
adalah suatu metode pemikiran, “a way of looking at things”.
Pendekatan fenomenologis merupakan tradisi penelitian kualitatif yang berakar
pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia (sosiologi).
Pendekatan fenomenologi hampir serupa dengan pendekatan hermeneutics yang
menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk memahami secara lebih baik tentang
sosial budaya, politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Penelitian ini
akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dangan memahami inti pengalaman dari suatu
fenomena. Peneliti akan mengkaji secara mendalam isu sentral dari struktur utama suatu
objek kajian dan selalu bertanya "apa pengalaman utama yang akan dijelaskan informan
tentang subjek kajian penelitian". Peneliti memulai kajiannya dengan ide filosofikal yang
menggambarkan tema utama. Translasi dilakukan dengan memasuki wawasan persepsi
informan, melihat bagaimana mereka melalui suatu pengalaman, kehidupan dan
memperlihatkan fenomena serta mencari makna dari pengalaman informan.
Dengan mengambil sikap fenomenologis, peneliti mengidentifikasi bahwa
interpretasi data dipengaruhi oleh keyakinan pribadi dan nilai-nilai mengenai fenomena
yang diteliti . Penelitian fenomenologi bertujuan untuk mempelajari bagaimana fenomena
yang terjadi dalam pengalaman hidup manusia dan pemilihan pendekatan ini adalah kunci
indikator mengenai pandangan dunia dipegang oleh peneliti.
Fenomenologis berisi kebenaran yang merujuk pada pengalaman subyeknya dalam
memandang dunia, menurut keseharian mereka. Tidak mempertanyakan tentang
kewibawaan kebenaran, karena kebenaran-lah yang akan menuju kepada obyeknya.
Dalam perkembangannya, penelitian fenomenologis telah merambah pada wilayah
makna. Penelitian berbicara tentang subjective understanding. Menggunakan observasi
partisipan dan berusaha untuk menjadi bagian dari mereka yang sedang diteliti.
Fenomenologis banyak mendiskusikan tentang dokumen personal, tidak harus melibatkan
banyak orang dalam sejumlah tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian fenomenologis
meraup sketsa dari pengalaman keseharian mereka yang akan diteliti, dan menggunakan
wawancara terbuka. Bahkan dapat menampung keluh kesah atau ratapan dari mereka yang
sedang diteliti.
B. Tujuan Fenomonologi
Menurut Steubert & Carpenter 2003 tujuan dari penelitian fenomonologi adalah
1. Menggembangkan makna pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam mencari
kesatuan makna dengan mengindentifikasi inti fenomena dan menggambarkan
secara akurat dalam pengalaman hidup sehari-hari.
C. Prinsip Dasar Fenomenologi
Stanley deetz (1999) menyimpulkan tiga prinsip dasar dalam fenomenologi:
1. Pengetahuan adalah kesadaran.
Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman tetapi ditemukan secara langsung
dari pengalaman yang disadari “conscious experience”. Contoh, “dahulu perawat
masih sedikit motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, tetapi
berbeda dengan jaman sekarang yang semakin tinggi motivasi dan kesadaran
perawat akan pentingnya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi”.
2. Makna dari sesuatu tergantung dari apa kegunaan sesuatu tersebut dalam kehidupan
individu.
Dengan kata lain, bagaimana hubungan kita dengan sesuatu ditentukan oleh apa
makna sesuatu tersebut dalam kehidupan kita. Contoh, Atau contoh yang biasanya
saya gunakan di kelas adalah spidol, untuk saya yang sedang kesal karena
mahasiswa berbicara sendiri di kelas, spidol tidak saya maknai sebagai alat tulis
tetapi saya maknai sebagai sesuatu yang bisa membuat mahasiswa saya berhenti
berbicara sendiri dengan melemparkan spidol tersebut ke arah mahasiswa yang
bersangkutan (Jadi tolong jangan berbicara sendiri di kelas kalau anda tidak mau
menjadi korban lemparan spidol saya).
3. Bahasa adalah sarana makna.
Kita mengalami dan memaknai dunia sosial kita melalui bahasa yang kita gunakan
untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia sosial tersebut. Contoh, kita bisa
dengan mudah mengetahui kalau itu cincin karena label-label yang berhubungan
dengan cincin; logam/plastik, berbentuk lingkaran, jari, aksesoris, dll. Seperti salah
satu tayangan kuis di stasiun telivisi swasta, katakan katamu.

D. Langkah-langkah dalam penelitian fenomenologi


Menurut Steubert & Carpenter 2003) ada 3 langkah fenomonologi deskriptif
1. Intiuting adalah Peneliti secara total memahami fenomena yang diteliti.
Dalam Jurnal Nurse Experiences of Futile Care at Intencive Care Units : A
Phenomenological Study, peneliti melakukan wawancara sebanyak 25 perawat
yang berdinas di ruangan ICU untuk mengetahui pengalaman perawat yang bekrja
di ruangan ICU sehubungan dengan konsep keperawatan yang sia-sia. Dalam hal
ini penelitia menghindari kritik, evaluasi atau opini tentang hal-hal yang
disampaikan oleh partisipan dan menempatkan pada fenomena yang diteliti
sehingga, mendapatkan gambaran yang sebenarnya. Disini peneliti berperan
sebagai instrumen.
2. Analayzing pada tahap ini peneliti mengindentifikasikan arti dari fenomena yang
telah digali dan mengekplorasi hubungan serta keterkaitan antar data dan fenomena
yang ada, data yang penting dianalisis secara seksama
Di dalam jurnal yang kelompok bahas langkah Analyzing menggunakan metode
Vind Manen (2001). Adapun langkah-langkahnya yaitu
a. Penggabungan pengalaman partisipan.
b. Mengkhusukan/mengfokuskan pengalaman-pengalaman dari partisipan.
c. Mengfokuskan pada tema-tema yang penting yang mencirikan karakteristik
fenomena yang ada.
d. Membuat manuskrip.
e. Menghubungkan/mengaitkan data yang berorientasi dengan fenomena.
f. Menyeimbangkan fenomena penelitian dengan mempertimbangkan data yang
sudah diperoleh.
3. Phenomenological describing adalah peneliti mengkomunikasikan dan
memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang didasarkan pada
pengklasifikasian dan pengelompokan fenomena.
Dalam Jurnal Nurse Experiences of Futile Care at Intencive Care Units : A
Phenomenological Study, dilangkah ketiga diperoleh hasil : dari 25 partisipan
diman 21 perawat perempuan dan 4 perawat laki-laki dengan rentang usia 27-40
tahun dengan pengalaman kerja 1-20 tahun digambarkan sebagai berikut.
Penggambaran fenomena di ruangan ICU menjadi 4 katagori yaitu
a. Uselessness (Tidak berguna)
b. Waste of resources (Tidak efektif)
c. Torment (Perlakuan yang tidak bermanfaat)
d. Aspects of futility (Sia-sia)
BAB III
PENUTUP

Penelitian fenomenologi merupakan bagian dalam bingkai penelitian kualitatif.


Dalam penelitian fenomenologi, research outcome tidak bisa diprediksi. Selalu ada
“harga” dalam setiap catatan lapangan. Bahkan “ampas”-nya pun, sebenarnya masih bisa
dipublikasikan. Tidak seperti halnya positivisme yang meletakkan data, dimana informan
memberikan informasi kepada peneliti. Dalam fenomenologis subyek penelitian malah
dipandang sebagai pencetus produk dari world views. Subyek dipandang memiliki
pemahaman lebih. Mereka bukan lagi sebagai obyek penelitian, namun disebut sebagai
sumber penelitian.
Dalam perkembangannya, penelitian fenomenologis telah merambah pada wilayah
makna. Penelitian berbicara tentang subjective understanding. Menggunakan observasi
partisipan dan berusaha untuk menjadi bagian dari mereka yang sedang diteliti.
Fenomenologis banyak mendiskusikan tentang dokumen personal, tidak harus melibatkan
banyak orang dalam sejumlah tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian fenomenologis
meraup sketsa dari pengalaman keseharian mereka yang akan diteliti, dan menggunakan
wawancara terbuka. Bahkan dapat menampung keluh kesah atau ratapan dari mereka yang
sedang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (1981). Filsafat Barat Abad XX: Inggris-Jerman, Jakarta: Gramedia.

Creswell, J.W (1998), Qualitative inquiry and research design: choosing among five
traditions.

Denzin, & Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Penerbit


Pustaka Pelajar.

Moustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Methods. California: SAGE


Publications.

Manoochehri, et.al. (2015) Nurse Experiences of Futile Care at Intencive Care Units : A
Phenomenological Study. Global Journal of Health Science Vol. 7, No. 4; 2015

Steubert, H.J & Carpenter,D.R (2003), Qualitative Research in Nursing Advancing The
Humanistic Imperative

Anda mungkin juga menyukai