Anda di halaman 1dari 22

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. Terusan Arjuna no.6 Kebon Jeruk- Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

Nama Mahasiswa : Stella Tanda Tangan :


NIM : 11.2016.153
Dokter Pembimbing : dr. Elfrieda Simatupang, Sp.A

IDENTITAS PASIEN
Nama : An.MA Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 21 April 2016 Suku Bangsa : Jawa
Umur : 1 Tahun 13 Hari Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Jl. Kramat Jaya

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn.FB Agama: Islam


Tanggal Lahir : 23 Maret 1989 Pendidikan Terakhir : SMK
Umur : 28 Tahun Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku Bangsa : Jawa Penghasilan : UMR
Alamat : Jl. Tomang Tinggi

Nama Ibu : Ny. YN Agama: Islam


Tanggal Lahir : 11 Mei 1993 Pendidikan Terakhir : SMK
Umur : 24 Tahun Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Jawa Penghasilan :-
Alamat : Jl. Tomang Tinggi

Hubungan dengan orang tua : anak kandung


Tanggal Masuk RS : 4 Mei 2017
Tanggal Pemeriksaan : 5 Mei 2017
Dilakukan di : Ruang 1602

1
ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis dengan ibu pasien
Tanggal : 05 Mei 2017, pukul 15.00 WIB

Keluhan Utama: Pasien datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan buang air besar cair ± 6
kali.

Keluhan Tambahan : Muntah 3 kali, Mual, Demam.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Dua hari SMRS pasien buang air besar terus menerus, cair sebanyak 5 kali, tidak ada
lendir, tidak ada darah. Pasien juga muntah 1 kali berisi air, tidak ada lendir dan darah.
Pasien tidak nafsu makan dan mual, ibu mencoba untuk tetap memberi makan, namun setiap
makan anak buang air besar cair.
Satu hari SMRS, pasien masih buang air besar cair sebanyak 6 kali. BAB cair,
berwarna kuning, ada lendir, tidak ada darah. Selain itu pasien juga mengeluh masih mual,
muntah setiap kali mencoba untuk makan, sebanyak 2 kali. Pasien juga lemas dan tidak nafsu
makan. Padahal biasanya pasien nafsu makan baik. Selain itu terdapat demam yang sudah
diukur menurut ibu setinggi 39 C. Tidak ada batuk maupun pilek, nafsu makan pasien
menurun, namun pasien menjadi rewel dan sering kali haus. Sebelumnya pasien belum
pernah mengalami penyakit campak. Akhirnya pasien dibawa ke IGD RSUD Koja untuk
mendapatkan pengobatan dan di rawat inap.

Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Kejadian ini
merupakan pertama kali. Pasien belum pernah terkena penyakit campak.

2
Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien memiliki seorang saudara laki-laki berusia 3 tahun, laki-laki.


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi -  -
Tuberkulosis -  -
Kejang Demam -  -
Diare -  -

Riwayat Personal Sosial


Pasien diasuh oleh ibu kandung, Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk, dalam
satu rumah diisi oleh 4 orang, pasien minum dari air sumur yang dimasak. Anak dari tetangga
juga ada yang mengalami kejadian seperti ini. Ibu suka membeli masakan dari luar atau
memasak sendiri dirumah.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Kehamilan
 Perawatan antenatal : Teratur, trimester pertama 1x, trimester kedua 3x,
trimester ketiga 6x
 Tempat perawatan : Puskesmas
 Penyakit kehamilan : Tidak ada
2. Kelahiran
 Tempat kelahiran : RSU Cilincing
 Penolong persalinan : Bidan
 Cara persalinan : Spontan
 Masa gestasi : 38 minggu
 Keadaan bayi

3
o Berat badan lahir : 3700 gram
o Panjang badan lahir : 50 cm
o Lingkar kepala : Tidak diketahui
o Langsung menangis : Langsung menangis kuat
o Pucat/Biru/Kuning/Kejang : Tidak ada
o Nilai APGAR : Tidak diketahui
o Kelainan bawaan : Tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK)

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Pertumbuhan gigi pertama : ± 6-8 bulan (normal 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap : ± 4 bulan (normal 4-6 bulan)
Duduk : ± 7 bulan (normal 6 bulan)
Merangkak : ± 8 bulan (normal 7-10 bulan)
Berdiri : ± 10 bulan (normal 9-12 bulan)
Menyebut ”mama” : ± 11 bulan (normal 10-12 bulan)
Berjalan : Belum bisa (normal 13-18 bulan)
Berbicara lancar : Belum bisa

Kesan : Tumbuh kembang sesuai dengan usia

RIWAYAT IMUNISASI
Ibu pasien mengaku imunisasi anaknya lengkap sampai 18 bulan, bulan ini belum
inunisasi, terdapat tanda bekas imunisasi BCG pada lengan atas kanan.
Vaksin lhr 1 2 3 4 9 18 24
Hepatitis B 0 0
BCG 1
Polio 1 2 3 4
DPT-HB-Hib 1 2 3 4
Campak 1

Kesan : Imunisasi lengkap

4
PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 5 Mei 2017)

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Pasien tampak rewel, compos mentis
Tanda Vital
Frekuensi Nadi : 126 x/menit
Tekanan Darah : 95/65 mmHg
Frekuensi Napas : 40 x/menit
Suhu tubuh : 36.3 0C

Data antropometri
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 76 cm
Lingkar Kepala : 49 cm (Mean 50%)
Lingkar Dada : 50 cm
Lingkar Perut : 45 cm
Lila : 13,5 cm (Normal)
Status Gizi :
BB/U : 96 %
TB/U : 100 %
BB/TB : 96 %
Kesan : Gizi Baik

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala
 Bentuk dan ukuran : normocephali, tidak tampak kelainan.

 Rambut & kulit kepala: warna hitam, tebal, distribusi merata, tidak mudah dicabut

 Mata : bentuk normal, kelopak mata cekung (-), konjungtiva

anemis (-), sklera ikterik (-).

 Telinga : normotia, liang telinga lapang.

5
 Hidung : septum deviasi (-), sekret -/-, napas cuping hidung (-)

 Mulut : bibir kering (+), sianosis (-).

 Gigi geligi : sudah tumbuh 8 gigi.

 Lidah : bentuk dan ukuran normal, lidah kering

 Tonsil : T1-T1, tenang, tidak hiperemis

 Faring : tidak hiperemis.

Leher : pembesaran KGB (-) pada supraclavicula, preauricula, submandibula.

Thoraks
1. Paru

Inspeksi : bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis,
retraksi iga (-).
Palpasi : fremitus baik simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
2. Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba pada sela iga 4 linea midklavikularis kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : supel, sikatrik (-)
Palpasi : distensi (+), nyeri tekan (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-),
turgor kulit baik, ballotement (-)
Perkusi : timpani di seluruh lapang perut, nyeri ketuk CVA (-)
Auskultasi : bising usus (+), hiperperistaltik 8x/menit

6
Extremitas
Ekstremitas superior : akral hangat, deformitas (-), Edema -/- , CRT < 2 detik.
Ekstremitas Inferior : akral hangat, deformitas (-), Edema -/- , CRT < 2 detik.

Tulang belakang : skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-)


Anus dan Rektum :-
Genitalia : laki-laki
Kulit : turgor kulit normal, warna kulit sawo matang.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 04 Mei 2017 jam 16:55

Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 11.4 g/dL 10,5-14.0
Hematokrit 34.1 % 32-42
Lekosit 10.090 /mm3 6000-14000
Trombosit 381,000 /mm3 153000 – 337000

Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium (Na) 134 mEq/L 135 – 150
Kalium (K) 4.3 mEq/L 3.6 – 5.5
Clorida (Cl) 98 mEq/L 94 – 111
Gula Darah
Gula Darah Sewaktu 55 mg/dL < 140

7
RINGKASAN
Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 13 hari datang ke IGD RSUD Koja dengan
keluhan buang air besar cair ± 12 kali 2 hari SMRS disertai muntah 3 kali 2 hari SMRS,
terdapat mual, demam. BAB ada lendir, tidak ada darah. Pasien juga lemas dan tidak nafsu
makan. Padahal biasanya pasien nafsu makan baik. Selain itu terdapat demam yang sudah
diukur menurut ibu setinggi 39 C. Tidak ada batuk maupun pilek, nafsu makan pasien
menurun. Pasien minum dari air sumur yang dimasak. Ibu suka membeli masakan dari luar
atau memasak sendiri dirumah. Anak dari tetangga juga ada yang mengalami kejadian seperti
ini. Pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu
saat diperiksa tidak febris, turgor kulit masih baik, mata tidak cekung. Laboratorium tampak
adanya hyponatremia yakni 134 mEq/L, GDS 55 mg/ml hipoglikemia.

DIAGNOSA KERJA
- Diare Cair Akut

DIAGNOSIS BANDING
- Disentri
Disentri merupakan kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir dalam
tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau
amuba. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler dan
merupakan penyebab tersering disentri pada anak. Shigella dilaporkan sebagai
penyebab tersering disentri basiler pada anak. Sedangkan infeksi yang disebabkan
oleh amuba dikenal sebagai disentri amuba. Selain diare berdarah, anak juga
mengalami demam, nyeri perut terutama menjelang buang air besar, pada
pemeriksaan tinja rutin didapatkan jumlah leukosit dan eritrosit yang meningkat, dan
pada pemeriksaan biakan tinja dapat dijumpai kuman penyebab. Nyeri perut saat
buang air besar (tenesmus) seringkali tidak terlihat pada anak yang usianya lebih
muda karena mereka umumnya belum dapat menggambarkan keluhan tersebut.
- Kolera
berupa air cucian beras yang sering, banyak dan cepat, diare dengan dehidrasi berat
selama terjadinya KLB kolera, diare dengan hasil kultur tinja positif untuk v cholerae

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Feses Lengkap
8
PENATALAKSANAAN
- Paracetamol syr 10-15mg/kgbb/hari
- Zinc syrup 10-20mg
- Infus Cairan Kaen 3B untuk mengembaklikan cairan yang hilang.

PROGNOSIS
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanactionam : ad bonam

FOLLOW UP

Follow Up 1 (5 Mei 2017)


S: Mencret 7x, air> ampas, kuning, sudah tidak muntah, nafsu makan turun
O: HR 122
RR 50
Temp 37,4
Mata CA-/- SI -/-
Cor BJ I/II Normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV rh-/-, wh-/-
Abd Supel
A: Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang
P: kaen 3B
Pct
Zinc

Follow UP 2 (6 Mei 2017)


S: BAB 1x ampas, nafsu makan meningkat
O: HR 100
RR 30
Temp 36,7
Mata CA-/- SI -/-
Cor BJ I/II Normal, murmur (-), gallop (-)
9
Pulmo SNV rh-/-, wh-/-
Abd Supel
A : Diare cair akut dengan dehidrasi ringan sedang
P : Boleh pulang

10
ANALISA KASUS

Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer
dari biasanya. Seorang anak dapat dikatakan mengalami diare cair akut apabila terjadi diare
lebih dari 3 kali sehari (BAB) selama kurang dari 14 hari disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair, serta tidak mengandung darah. Apabila diare berdarah, kondisi tersebut kita
sebut sebagai disentri. Sementara itu, dari segi waktu, apabila terjadi lebih dari 14 hari, diare
tersebut disebut diare persisten. Klasifikasi terbaru digunakan untuk diare akut yang masih
terjadi selama lebih dari 7 hari, yaitu diare memanjang (prolonged diarrhea).1 Selama terjadi
diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat. Pada saat yang bersamaan,
usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan
kepadanya. Pada kasus yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu, berbagai
cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi. Lebih kurang 10% episode diare
disertai dehidrasi /kekurangan cairan secara berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil lebih
mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena itu,
mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam penanganan diare pada
anak2 Bila dehidrasi anak dikhawatirkan akan asidosis metabolic. Anak dengan ASI
seringkali BAB lebih dari 3x, hal ini tidak dapat digolongkan sebagai diare, tetapi masih
bersifat fisiologis, selama tumbuh kembangnya baik2

Etiologi
Infeksi baik itu oleh virus, bakteri dan parasit merupakan penyebab diare tersering. Virus,
terutama Rotavirus merupakan penyebab utama (60-70%) diare infeksi pada anak, sedangkan
sekitar 10-20% adalah bakteri dan kurang dari 10% adalah parasit. Selebihnya ada beberapa
penyakit lain yang juga dapat menyebabkan diare akut, antara lain syndrome malabsorpsi.2
Golongan bakteri
1. Aeromonas
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni
4. Clostridium perfringens
5. Clostridium Deficile
6. Eschericia Coli
7. Salmonella
8. Shigella
11
9. Staphylococcus aureus
10. Vibrio Cholera
11. Vibrio parahemilithicus
12. Yersinia Enterocolitica
Golongan Virus
1. Astrovirus
2. Calcivirus
3. Enteric Adenovirus
4. Coronavirus
5. Rotavirus
6. Norwalk virus
Golongan parasit
1. Entamoeba Histolotica
2. Balantidium coli
3. Trichuris trichiura
Dapat juga disebabkan oleh alergi makanan sepeti alergi susu sapi, atau protein kedelai.
Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein, keracunan makanan, lain-lain.3

Tabel 1. Etiologi Diare4


Etiology Sign and Symptomps Treatment
Clostridium Perfringens Diare cair, mual, nyeri perut, Supportive, AB tidak
demam jarang terjadi indikasi
ETEC Diare cair, nyeri perut, mual Supportive, TMP SMX
Salmonella Diare, demam lama >7 hari, Supportive, TMP SMX
nyeri perut, mual
Shigela Nyeri perut, demam, diare, Supportive, quinolone
mengandung darah dan
lender.
S. Aureus Onset mendadak diare dan Supportive
mual, muntah, nyeri perut
Vibrio Cholerae Diare cair dan muntah yang Supportive care,
sangat banyak aggressive, TMP SMX
Rotavirus A-C Mual, demam ringan, diare Supportive, ganti

12
cair elektrolit
Entamoeba Hystolitica Daire berdarah, nyeri perut Metronidazole
bagian bawah

Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak.
Terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun nya
karena diare, dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai
gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan diare, sedangkan hasil riskesdas 2007
diperoleh bahwa diare adalah penyebab kematian 42% dibandingkan pneumonia 24%.3

Diagnosis
Pada anamnesis tanyakan dan jabarkan deskripsi diare seperti frekuensi, lama diare, warna,
konsistensi tinja, lender dan darah, muntah, tanda dehidrasi, rasa haus, anak rewel, lemah,
BAK terakhir, demam, kejang, jumlah cairan masuk, riwayat makan dan minum, pengobatan.
Pada pemeriksaan fisik yang perl di observasi adalah KU, Kesadaran, tanda vital, BB.
Kemudian tanda dehidrasi sperti rewel, letargi, kesadaran berkurang, mata cekung, cubitan
turgor kembali lambat, haus/lahap, malas, ubun ubun cekung, air mata berkurang. Keadaan
mukosa mulut.
Tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung akibat hypokalemia, kejang
akibat gangguan natrium, napas cepat dan lambat akibat asidosis metabolic.3

Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal dan serta gejala lain bila terjadi
komplikasi ekstrakranial termasuk manifestasi neurologis. Gejala gastrointestinal bisa
merupakan diare, muntah, kram perut. Penderita mengeluarkan tinja yang mengandung ion
Na, clorida dan bicarbonate. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah,
kehilangan air, juga panas. Hal ini dapat menyebabkan hypokalemia, dehidrasi dan asidosis
metabolic. Dehidrasi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, hipertonis,
hipotonis. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang dan
dehidrasi berat. 5

13
Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung dengan tangan penderita, atau barang
yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (4F= Finger, Fluid,
Flies, Field)
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropathogens antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan, kebersihan
lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
higenis, dan cara penyapihan yang tidak baik.
1. Faktor usia
Biasanya terjadi 2 tahun pertama kehidupan, insidens tertinggi 6-11 bulan ketika
diberikan makanan pendamping ASI, pola ini menggambarkan kombinasi efek
penuruan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, kontak langsung
dengan tinja manusia atau binatang saat anak mulai merangkak. Kebanyakan
enteropathogens merangsang kekebalan tubuh.
2. Infeksi Asymptomatik
Sebagian besar infeksi usus meningkat karena pembentukan imunitas aktif, orang
dengan penderita asymptomatic berperan penting dalam penyebaran banyak
enteropathogens.
3. Faktor musim
Diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan, sedangkan diare karena
virus seperti rotavirus terjadi pada musim kemarau.4

Patogenesis
Patogenesis terjadinya diare adalah virus menghancurkan sel ujung villus pada usus halus.
Biopsy usus halus menghasilkan berbagai tingkat penumpulan vilus dan infltrasi sel bundar
pada lamina propia. Mukosa lambung tidak terkena meski sering digunakan istilah
gastroenteritis. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus
usus halus, hal ini menyebabkan fungsi absorpsi usus halus terganggu. Sel epitel usus yang
rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga
fungsinya belum baik.2

14
Tabel 2. Klasifikasi patofisiologi diare4
Parameter I II III
Mekanisme Non Inflammatory Inflammatory Penetrating
Lokasi Proksimal usus kecil colon Distal usus kecil
Nyeri Diare cair Disentri Demam Enteric
Feses Tidak ada leukosit PMN Leukosit, MN leukosit
lactoferin
Contoh v.cholera, e.coli, shigella Salmonella typhi
rotavirus

Tabel 3. Klasifikasi diare4


Klasifikasi Tanda dan Gejala
Dehidrasi Berat Kondisi umum lemah, letargi
(kehilangan cairan >10%BB) Ubun ubun besar dan mata cekung
Malas minum
Cubitan perut kembali sangat lambat
Dehidrasi Ringan Sedang Rewel, gelisah, cengeng
Ubun ubun besar dan mata sedikit cekung
Tampak kehausan, minum lambat
Cubitan perut kembali lambat
Tanpa Dehidrasi Tidak ada cukup tanda

Tata laksana
Pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam serangkaian penanganan
diare pada anak, terutama dalam hal menemukan derajat dehidrasi. Adanya darah di dalam
tinja harus dipikirkan adanya infeksi usus oleh bakteri patogen. Peningkatan jumlah leukosit
dalam tinja merupakan petanda adanya infeksi bakteri.

15
Pada prinsipnya ada 5 pillar tatalaksana diare menurut WHO, yaitu 1) Rehidrasi, 2)
Dukungan nutrisi, 3) Pemberian antibiotic sesuai indikasi, 4) Pemberian zinc, 5) Edukasi
pada orangtua.5

1. Terapi rehidrasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencegah atau mengatasi dehidrasi pada anak
yang mengalami diare, yaitu (1) mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi, (2)
mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan (3) pemberian cairan rumatan.

Tanpa dehidrasi ( Rencana terapi A)


Pada keadaan ini, buang air kecil masih seperti biasa. ASI diteruskan, tidak perlu membatasi
atau mengganti makanan, termasuk susu formula. Berikan 100cc oralit tiap kali BAB. Atau
berdasarkan 5-10 ml/KgBB setiap diare atau <1 tahun 50-100cc dan diatas 1 tahun 100-
200ml. Beri tablet zinc selama 10-14 hari 10mg atau setengah tablet per hari untuk anak <6
bulan. Sedangkan untuk anak diatas 6 bulan berikan 20mg. Zinc bermanfaat untuk
menurunkan frekuensi dan memperbaiki konsistensi tinja. Beri makanan dengan pola
frekuensi sering tetapi sedikit. Edukasi kapan harus kembali, yaitu saat demam, keadaan
memburuk, timbul demam, darah dalam tinja.3,5

Dehidrasi ringan-sedang (Rencana terapi B)


Pasien dipantau di puskesmas atau rumah sakit. Berikan oralit 3 jam pertama sebanyak
75cc/kgbb. Ajarkan ibu memberi oralit dengan frekuensi sering. Bila muntah tunggu 10 menit
kemudian lanjutkan. Lanjutkan pemberian ASI dan periksa kembali 3 jam.
Anak yang mengalami diare selalu memiliki risiko mengalami dehidrasi. Oleh karena itu,
setiap kehilangan cairan melalu BAB, cairan harus diganti. Cairan yang sering digunakan
adalah kaen 3B, atau NaCl 3-10kg dengan cairan 200ml/KgBB/hari. 10-15kgBB dengan
cairan 175ml/KgBB/Hari. Sebagaimana derajat dehidrasi yang lain, diare tanpa dehidrasi juga
memerlukan pemberian suplementasi zinc dengan dosis dan lama pemberian serupa. Apabila
kelopak mata bengkak, pemberian oralit dihentikan dan anak diberi air matang atau ASI. ASI
dapat terus diberikan apabila anak masih mau menyusu.5

Jika anak sudah tidak nampak dehidrasi, anak dapat dipulangkan dengan pemberian cairan
tambahan selama di rumah, tablet zinc (dosis sesuai usia) selama 10 hari. Pemberian makan
dan minum tetap dilanjutkan. Kunjungan ulang dapat dilakukan apabila anak tidak bisa atau
16
malas minum atau menyusu, kondisi anak memburuk, demam, dan terdapat darah dalam
tinja.5

Sementara itu, jika setelah pemberian oralit ternyata masih ada dehidrasi, prinsipnya adalah
kembali lakukan rehidrasi. Pemberian oralit untuk 3 jam berikutnya dapat kembali diberikan.
Anak dapat mulai diberi makanan, susu, atau jus serta ASI sesering mungkin.

Jika anak justru nampak menjadi dehidrasi berat, tatalaksana akan dilakukan sesuai dengan
terapi pada dehidrasi berat. Meskipun belum tampak tanda dehidrasi berat, apabila anak tidak
bisa minum sama sekali seperti karena muntah profus, dapat dilakukan pemberian infus
dengan pemberian cairan secepatnya. Pada kondisi ini, banyaknya cairan yang diberikan
adalah 70 ml/kg selama 5 jam pada bayi (<12 bulan) atau selama 2,5 jam pada anak ≥ 12
bulan. Dapat diperhatikan bahwa terapi ini sama seperti terapi pada dehidrasi berat, hanya
saja tanpa pemberian cairan awal sebesar 30 ml/kg.3,5

Dehidrasi Berat (Rencana terapi C)


Dehidrasi berat terjadi apabila terdapat dua atau lebih dari tanda dan gejala klinis berupa
letargi atau penurunan kesadaran, mata cekung, turgor menurun (≥2 detik) dan tidak bisa
minum atau malas minum. Anak dengan diare berat perlu mendapatkan rehidrasi segera
melalui infus dengan pengawasan. Jika anak sudah membaik, rehidrasi dapat dilanjutkan
melalui jalur oral.2
Rehidrasi cairan pada anak diare berat paling utama dilakukan menggunakan cairan ringer
laktat. Jika tidak tersedia dapat digunakan NaCl 0,9%. Banyaknya cairan serta waktu
pemberiannya tergantung pada usia anak. Apabila anak kurang dari 12 bulan, pertama kita
berikan cairan 30 ml/kgBB dalam 1 jam dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam. Sementara itu,
untuk anak lebih dari setahun, rehidrasi dilakukan lebih cepat, yaitu 30 ml/kgBB dalam 30
menit kemudian dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam. Setelah pemberian cairan yang
pertama, kita harus melakukan evaluasi terutama denyut nadi radial. Apabila masih lemah
atau tidak teraba, kita harus mengulangi kembali pemberian cairan pertama (30 ml/kg dalam
1 jam untuk <12 bulan atau dalam 30 menit untuk ≥12 bulan.2,5

Pemantauan dilakukan setiap 15-30 menit melalui pemeriksaan nadi radial. Sementara itu,
tanda perbaikan hidrasi dapat dipantau melalui turgor, kesadaran dan kemampuan anak untuk

17
minum setiap setidaknya 1 jam. Mata biasanya masih akan cekung meski hidrasi sudah
membaik sehingga tidak menjadi patokan untuk pemantauan.

Jika status hidrasi belum membaik, tetesan intravena dapat dilakukan lebih cepat. Apabila
anak sudah mau minum, oralit dapat segera diberikan, sekitar 5ml/kg/jam. Biasanya anak
sudah mau minum setelah 1-2 jam rehidrasi dengan infus serta 3-4 jam pada bayi. Jika masih
menyusu, ASI dapat diberikan dengan lebih sering. Selain itu, anak sudah dapat diberikan
tablet zinc. Zinc diberikan ½ tablet perhari (10 mg) untuk anak <6 bulan dan 1 tablet perhari
(20 mg) pada anak 6 bulan ke atas. Tablet zinc dapat diberikan selama 10 hari. Zinc ini
penting untuk membantu penyembuhan selama diare serta mencegah timbulnya diare
berikutnya.5,6

2. Dukungan nutrisi
Tetap diberikan makanan dengan frekuensi sering meskipun sedikit sedikit. Diberikan kuah
sayur.
Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit
- Hiponatremia : Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi, bila hyponatremia
maka koreksi 125-Na serum x0.6 xBB dlm 24 jam
- Hipokalemia : bila Kalium 2,5-3,5 Kcl 75 meq/KgBB oral per hari dibagi 3 dosis.
Dan bila K dibawah 2,5 maka 3,5- K serum x BB x 0,4 /24 jam dalam 4 jam pertama.

Antidiare
Antidiare tidak dipakai karena tidak mencegah dehidrasi maupun meningkatkan status gizi
anak.

Probiotik
Adalah mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi untuk menunjang
kesehatan melalui terciptanya keseimbangan microflora intestinal yang lebih baik.
Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan pH
lumen usus, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan immodulasi.
Mempersingkat diare dan mencegah diare.4

18
Prebiotic
Prebiotic bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya
kompleks karbohidrate yang bila dikonsumsi dapat merangsang pembentukan flora normal
yang menguntungkan kesehatan. Oligosakarida yang terdapat dalam ASI dianggap sebagai
prototype prebiotic oleh karena dapat merangsang pembentukan lactobacilli dalam kolon bayi
yang minum ASI.5

Vaksin rotavirus menimbulkan imunogenitas yangbaik pada anak dan efek samping yang
rendah diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberian dalam interval 1 bulan.
Terdapat vaksin monovalent, tetravalent dan pentavalent. KIPI yang dilaporkan adalah
demam, feses berdarah, diare, nyeri perut, gastroenteritis, dan dehidrasi.7

3. Antibiotika
Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada diare akut, meskipun dicurigai adanya bakteri
sebagai penyebab keadaan tersebut, karena sebagian besar kasus diare akut merupakan self
limiting. Pemberian antibiotika yang tidak tepat akan memperpanjang keadaan diare akibat
disregulasi mikroflora usus. Kecuali karena disentri, suspek kolera, dan infeksi berat lain
yang tidak berhubungan dengan saluran pencernaan.

4. Berikan zinc selama 10 hari


5. Edukasi
Asi tetap diberikan, menjaga kebersihan, menjaga kebersihan lingkungan dan BAB,
imunisasi campak, memberikan makanan penyapihan yang benar, penyediaan air minum
bersih, makanan yang selalu dimasak.

Lintas diare
Berikan oralit
Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
Teruskan ASI-makan
Berikan antibiotik secara selektif
Berikan nasihat pada ibu/keluarga

Obat yang dapat diberikan pada diare cair akut.8

19
- Ondansentron (Serotonin 5HT3 receptor antagonists) sebagai antiemetic 0.15mg/kg
IV single dose
- Metoclopramide PO/IM/IV: 0.1 mg/kg
- Ranitidine 0.08-0.16mg/KgBB IV
- Domperidone PO: 0.3–0.6 mg/kg

Cara membuat oralit


- Cuci tangan dengan sabun
- Tuang serbuk bungkus oralit (setengah sendok the garam dan 2 sendok the gula pasir)
pada wadah bersih seperti gelas, mangkuk
- Tambahkan 1 liter air, sebaiknya dimasak terlebih dahulu lalu didinginkan.
- Tuang air dan aduk merata

DAFTAR PUSTAKA
1. Hegar B. Menangani diare pada anak. FKUI. IDAI. 2014
2. IDAI. Diare akut. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI; 2010. H.58-62.
3. Kadim MV. Diare. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
2014. H: 41-5.
4. Bhutta ZA. Acute gastroenteritis in children. In: Kliegman R, Emerson W. Nelson
textbook of paediatrics. 19th ed. USA: Elsevier; 2011. P 1323-8.
5. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. Dalam: Jufrie M, Soenarto SY, Oswari H. Buku
ajar gastroenterology hepatology. Jilid-1. Jakarta: IDAI; 2010. H: 87-110.
6. Marlia DL, Pramita G, Advani N. Defisiensi Zinc sebagai salah satu factor risiko
diare akut menjadi diare melanjut. Sari Pediatri, Vol. 16, No. 5, Februari 2015. Hal.
299-302.
7. Soenarto SS, Firmansyah A. Rotavirus. Dalam: Pedoman imunisasi di Indonesia.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI; 2014. H. 299-302.
8. Chow CM, Leung AKC, Hon KL. Acute gastroenteritis from guidelines to real life.
Clinical and Experimental Gastroenterology 2010: (3) page 97-112.
9. WHO. Diarrhoea. Integrated Management Of Childhood Illness; 2014.p. 17

20
Pembahasan Kasus Diare Cair Akut

An. MA berusia 1 tahun 13 hari didiagnosa diare cair akut sesuai dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 5 mei 2017. Menurut IDAI, Seorang anak
dapat dikatakan mengalami diare cair akut apabila terjadi diare lebih dari 3 kali sehari (BAB)
selama kurang dari 14 hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, serta tidak
mengandung darah. Hal ini sesuai dengan pasien an. MA yang mengalami diare cair selama 2
hari, 6 kali BAB cair setiap harinya.

Pada anamnesa anak tampak rewel, compos mentis, tidak mau makan, BAK berkurang. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik, mata pasien tidak terlihat cekung atau sedikit cekung, turgor
kulit abdomen kembali cepat. Hal ini menunjukkan pasien dalam tahap dehidrasi ringan
sedang menurut DepKes RI 2011 dengan gejala Rewel, gelisah, cengeng; Ubun ubun besar
dan mata sedikit cekung; Tampak kehausan, minum lambat; Cubitan perut kembali lambat.
Pada pasien tampak rewel dan mata sedikit cekung, minum lambat dan tampak kehausan
sehingga memenuhi syarat dehidrasi ringan-sedang.

Bila ditinjau dari sifat demam, demam dengan suhu yang tinggi dan durasi yang lama (diatas
3 hari) lebih mungkin disebabkan oleh bakteri, disertai dengan peningkatan leukosit pada
darah. Sedangkan pada kasus ini demam terjadi singkat, kemudian menurun secara cepat, dan
tidak ada peningkatan leukosit yang menandakan bahwa kemungkinan diare akut pada anak
MA disebabkan oleh virus, sehingga tidak diperlukan antibiotic dalam kasus ini.

Cara penularan dari diare umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman
yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung dengan tangan penderita, atau
barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (4F= Finger,
Fluid, Flies, Field). Pada kasus ini ibu memberikan ASI eksklusif pada anak, sekaligus
memberikan MPASI pada anak, ibu mengatakan bahwa anak minum dari air sumur, air
sumur mungkin menjadi salah satu media penularan dari enteropathogen, atau cara mencuci
gelas atau botol yang digunakan untuk memberi minum anak, sehingga menjadi media
penularan enteropathogen.

Untuk penatalaksanaan diare menurut WHO maka dilakukan 1) Rehidrasi, 2) Dukungan


nutrisi, 3) Pemberian antibiotic sesuai indikasi, 4) Pemberian zinc, 5) Edukasi pada orangtua.
21
Kemudian untuk mengatasi dehidrasi, pasien diberikan Kaen 3B yang mengandung
Na50mEq, K20mEq, Cl 50 mEq, Lactate 20 mEq, dam Glucose 27 mEq. Alasan diberikan
Kaen 3B adalah karena pasien tidak dapat makan karena muntah sehingga dibutuhkan nutrisi
yang sesuai yang mengandung Glukosa dan kalium. Dapat juga diberikan Kaen 1B karena
dalam kasus ini tidak terjadi kekurangan kalium pada hasil pemeriksaan lab. Pada saat akut
cairan rehidrasi diberikan dengan rumus 175cc/kgbb/24 jam. Sekaligus melakukan observasi
pada keadaan umum dan BAK pasien. Bila BAK sudah rutin, maka cairan dapat diubah
menjadi 14 tetes per jam memakai rumus dari holliday segar.

Dukungan nutrisi ASI harus dilanjutkan. Antibiotik diberikan sesuai indikasi, jika tidak
diperlukan seperti pada kasus ini, maka tidak perlu diberikan, tetapi jika terdapat peningkatan
leukosit ataupun demam tinggi terus menerus 3 hari, maka sebaiknya diberikan antibiotic
dengan dosis 50-100 mg/kgbb/hari. Kemudian diberikan zinc dengan dosis 20mg/hari selama
10 hari.
Edukasi pada orangtua yaitu kunjungan ulang dapat dilakukan apabila anak tidak bisa atau
malas minum atau menyusu, kondisi anak memburuk, demam, dan terdapat darah dalam
tinja.
Sejak pengobatan dilakukan, pemeriksaan ulang tanggal 5 mei pasien masih mencret 7x, air>
ampas, kuning, sudah tidak muntah, nafsu makan turun, suhu tidak demam. Dilakukan terapi
lanjut. Keesokan harinya pasien BAB 1x ampas, nafsu makan meningkat. Sehingga pasien
boleh pulang.

22

Anda mungkin juga menyukai