PENDAHULUAN
dan emosional yang tidak menyenangkan dimana terkait dengan adanya kontraksi
dari uterus selama menjalani proses persalinan.1,2 Secara umum terdapat dua
faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri bagi seorang ibu yang sedang
memasuki fase persalinan yaitu faktor fisik dan psikologis. Faktor fisik antara
lain: umur, paritas, besar janin, intensitas dan lama persalinan, pembukaan servik,
posisi janin, karakteristik panggul, kelelahan, dan tindakan yang dilakukan oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Bonica terhadap 2.700 ibu hamil yang
sedang menjalani proses persalinan menemukan bahwa hanya 15% saja dari
keseluruhan persalinan yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan. Sebanyak
dengan nyeri hebat dan 20% persalinan sisanya disertai dengan nyeri yang sangat
hebat.4,5 Penelitian lainnya yang terkait dengan nyeri persalinan untuk menilai
hubungan antara paritas dan umur ibu terhadap nyeri persalinan baik pada kala I
fase aktif dan II persalinan terhadap lima puluh ibu hamil. Penelitian tersebut
tahun mengalami nyeri berat pada kala I fase aktif, yaitu sebanyak 52,17%
1
sedangkan pada wanita multigravida sebanyak 60% mengalami nyeri sedang.
Nyeri pada proses persalinan merupakan hal yang paling ditakuti oleh
sebagian besar ibu hamil. Sehingga ibu hamil tersebut cenderung lebih memilih
atau seksio sesarean on request sebagai upaya untuk tidak merasakan sensasi nyeri
seksio sesarea di seluruh penjuru dunia sebagian besar disebabkan oleh karena
adanya permintaan ibu hamil dengan alasan takut akan nyeri persalinan ini.
Namun di sisi lain, prosedur operasi seksio sesarea sendiri merupakan suatu
keberhasilan persalinan normal terjadi oleh karena ketakutan ibu hamil akan nyeri
persalinan tersebut atau ketidakmampuan ibu hamil untuk menahan dan menerima
melaporkan bahwa kurang lebih 20% wanita di Inggris dinyatakan takut untuk
menjalani proses persalinan dengan cara seksio sesarean tanpa indikasi medis atau
on request. Penelitian yang dilakukan oleh Jackson dan Irvine pada tahun 1998
melaporkan bahwa lebih dari 3% dari proses persalinan di sebuah Rumah Sakit di
Inggris adalah seksio sesarean tanpa indikasi medis. Penelitian lainnya dilakukan
oleh Marx et al pada tahun 2001, memperoleh bahwa telah terjadi peningkatan
2
angka seksio sesarean on request di Inggris dan Wales, dimana sebesar 11.3% dari
tahun 1989 sampai 1990, 15,5% dari tahun 1994 sampai 1995, 17% dari tahun
1997 sampai 1998 dan bahkan mencapai 21,5% pada tahun 2001.8
persalinan merupakan aspek yang esensial dalam perawatan obstetrik. Saat ini,
tidak tersedia metode standar yang dapat mengontrol rasa nyeri tanpa
Secara umum terdapat dua metode analgesia dalam persalinan yaitu farmakologis
Sehubungan dengan hal tersebut, maka melalui tulisan ini akan berusaha
dipaparkan secara mendalam mengenai metode analgesia farmakologis atau medis
dalam persalinan. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan atau tambahan
pemikiran dalam rangka mengkaji pemanfaatan analgesia pada persalinan, hal ini
terkait dengan intervensi yang dapat dilakukan dalam upaya-upaya pencegahan
nyeri selama persalinan demi meningkatkan keberhasilan persalinan secara
spontan pervaginam.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan emosional yang tidak menyenangkan dimana terkait dengan adanya kontraksi
komponen objektif yang merupakan aspek fisiologi sensorik nyeri dan komponen
subjektif yang merupakan aspek emosional dan psikologis. Nyeri timbul sebagai
serotonin, bradikinin, dan lain sebagainya pada reseptor nyeri yang dapat dijumpai
pada lapisan superfisial kulit dan berbagai jaringan di dalam tubuh seperti
periosteum, permukaan sendi, otot rangka.10 Lokasi dari keluhan nyeri persalinan
4
2.1.1 Mekanisme nyeri persalinan
Prinsip dasar nyeri pada persalinan mengikuti serangkaian jalur serat saraf
nyeri seperti pada mekanisme penjalaran nyeri pada umumnya, dimana proses
nosisepti tesebut dikelompokkan menjadi empat tahap, antara lain adalah sebagai
a. Tranduksi
nyeri dari perifer ke sentral yaitu menuju susunan saraf pusat. Adanya
terlampaui, maka energi atau stimulus mekanik, suhu dan kimia akan
b. Transmisi
delta dan C setelah terjadinya proses tranduksi. Serat afferent A-delta dan
5
spinalis. Serat A-delta mempunyai diameter lebih besar dibanding dengan
c. Modulasi
dengan input nyeri yang masuk ke dalam kornu dorsalis medula spinalis.
terjadi interaksi antara impuls yang masuk dengan sistem inhibisi, baik
nyeri, sedangkan bila efek sistem inhibisi yang lebih kuat, maka penderita
d. Persepsi
sangat komplek, salah satunya adalah proses interpretasi dan persepsi yang
6
Gambar 2.2 Empat tahap mekanisme nyeri10,12
Mekanisme nyeri yang terjadi selama proses persalinan, baik pada kala I
a. Kala I persalinan, nyeri pada kala I persalinan berasal dari adanya kontraksi
uterus dan dilatasi serviks melalui serat saraf afferent yang terdapat pada
dari adanya nyeri tersebut akan menghasilkan efek, baik secara reflek
maupun melalui kontrol pusat saraf, melalui serat saraf efferent simpatik
7
yang mengakibatkan terjadinya kontraksi miometrium uterus dan
b. Pada akhir kala I dan awal kala II persalinan, nyeri disebabkan oleh
rangsangan noxious dari struktur pelvis yang lainnya yang diinervasi oleh
serat saraf sensoris segmen bawah lumbal dan sakral. Tekanan pada jaringan
nervus pudendus yang memasuki susunan saraf pusat melalui syaraf sakral
dan 4. Rangsang nyeri pada persalinan ini juga mempengaruhi susunan saraf
8
Jalur persarafan nyeri selama proses persalinan, terkait dengan penyebab,
mekanisme saraf yang terkait, dan lokasi nyeri yang dirasakan oleh ibu selama
Tabel 2.1
Jalur persarafan nyeri17
Jalan lahir bagian Distensi vagina dan Radik somatic S2-4 Vulva, vagina dan
bawah perineum pada perineum
persalinan kala II
9
2.1.2 Dampak nyeri persalinan
Nyeri persalinan merupakan suatu hal yang normal, salah satunya timbul
akibat adanya kontraksi rahim dan proses pembukaan jalan lahir. Namun respon
terhadap nyeri tersebut berbeda untuk setiap individunya. Bagi yang sangat
sensitif, nyeri persalinan akan sangat berpengaruh sekali, sehingga bisa berakibat
mengganggu proses persalinan itu sendiri dan bahkan membahayakan baik ibu
maupun janin.6
dapat menimbulkan rasa cemas dan takut bagi setiap ibu hamil. Adanya rasa
cemas dan takut tersebut merupakan stress akut yang dapat mengakibatkan
oksigen, hiperventilasi, dan berabagai aktivitas yang diperentai oleh saraf otonom.
antara lain meningkatkan tahanan perifer, cardiac output, dan tekanan darah.
10
berdampak pada gangguan kontraksi uterus, meningkatnya pelepasan gastrin yang
terjadinya asidosis pada janin.7,20 Selain hal tersebut, peningkatan aktivitas saraf
darah berdampak pada terjadinya asidosis metabolik pada ibu yang pada akhirnya
Secara sistematik dampak nyeri persalinan terhadap ibu dan bayi adalah
sebagai berikut:6,7,14,15
a. Respirasi
b. Kardiovaskuler
uterus.
11
c. Hormonal
adreanalin dan nor adrenalin dari medula adrenal dimana hal ini akan
usus.
d. Metabolik maternal
e. Metabolik fetal
dan janin telah berhasil dilakukan. Penelitian yang dilakukan Ginting dan Aizar
pada tahun 2012 untuk menilai adaptasi fisiologis terhadap adanya nyeri
persalinan, diperoleh hasil bahwa pada fase aktif sebanyak 18,9% pasien memiliki
diastole meningkat sesuai dengan hipertensi stadium II. Selain hal tersebut juga
ditemukan peningkatan suhu di atas normal (lebih dari 37,5°C) sebesar 5,4%
12
kasus dan frekuensi respirasi yang di atas normal (lebih dari 24 kali per menit)
sebesar 18,9% kasus pada nyeri derajat sedang dan berat. Penelitian lainnya
dengan frekuensi bahkan mencapai 60-70 kali permenit yang dapat menurunkan
kadar PaCO2 dan meningkatkan pH darah ibu. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah,
Selama proses persalinan berlangsung, rasa nyeri yang muncul dapat dikurangi
teknik atau pun cara dalam pengerjaannya. Secara umum terdapat beberapa
13
prinsip yang perlu diperhatikan dalam rangka mengatasi nyeri persalinan antara
mempengaruhi bayi oleh karena stress hormon ibu saat nyeri tidak
menyebabkan hilangnya nyeri pada ibu secara total tanpa efek buruk
pada proses persalinan dan efek samping pada ibu dan bayi.
14
Beberapa faktor psikologis diperkirakan dapat menimbulkan peningkatan
respon pasien terhadap nyeri, seperti pengetahuan ibu tentang persiapan menjalani
Meskipun belum ada angka pasti bahwa pasien yang diinformasikan dengan baik
memiliki respon yang lebih baik terhadap stres selama proses persalinan, namun
atau medis yang digunakan pada proses persalinan antara lain adalah sebagai
berikut:
lain administrasi obatnya mudah dan juga cara pemberiannya mudah diterima oleh
pasien. Walaupun begitu, pemilihan obat, penentuan dosis yang tepat, waktu
Tabel 2.2
15
Indikasi anestesi umum selama persalinan pervaginam2,201111
2.2.1.1 Opioid
meperidine. Meperidine merupakan agen opioid sintetis yang kuat dan paling
Selain digunakan pada kala I, meperidine juga sering digunakan sebagai analgesia
postoperatif.3,17,19
Efek samping meperidine yang paling serius antara lain terjadinya kejang
yang diakibatkan oleh efek obat primernya ataupun hasil metabilit obat
kemungkinan terjadinya depresi neonatal. Depresi nafas pada maternal dan fetus
16
atau 1 sampai 3 jam secara intramuskuler. Depresi neonatal berisiko terjadi antara
injeksi obat terakhir hingga lahirnya bayi. Meperidine juga mengganggu denyut
normeperidine yang memiliki waktu paruh yang cukup panjang yaitu enam puluh
dua jam. Normeperidine dapat melewati sawar plasenta dan menimbulkan depresi
neonatal dan disfungsi neurobehavioral pada neonatal. Oleh karena itu meperidine
sebaiknya diberikan pada fase awal persalinan untuk menghindari efek samping
alfentanil masih terbatas. Walaupun obat ini termasuk golongan opioid poten,
namun terbatas jika digunakan pada persalinan, karena obat ini durasi kerjanya
pendek. Pada pemberiaan injeksi fentanil Intravena (IV) lebih dari 1 mcg/kg BB
dapat memberikan efek mengurangi nyeri dalam waktu yang singkat, dengan
onset kerja 3 sampai 10 menit dan durasi kerja 60 menit dapat menghilangkan
nyeri tanpa menimbulkan depresi neonatal yang berat. Sebaliknya obat ini akan
diperlukan jika membutuhkan analgesia dengan onset yang cepat dan durasi yang
cholinesterase serum dan jaringan, sehingga memiliki waktu paruh yang pendek,
17
kurang lebih tiga menit. Ketika diberikan dalam dosis bolus yaitu 0,3 sampai 0,8
mcg/kg per bolus, remifentanil efeknya dapat diterima oleh maternal dan memiliki
efek samping minimal pada neonates. Remifentanil dapat melewati sawar plasenta
digunakan sebagai analgesia pada obstetric. Keuntungan dari penggunaan obat ini
adalah jarang menimbulkan mual, muntah, disforia dan “ceiling effect” terhadap
depresi pernafasan. Oleh karena itu buthorpanol mungkin lebih popular jika
depresi ventilasi dengan penggunaan obat lebih dari 2 mg. Sedangkan kelemahan
mg IV atau IM.17
terjadinya depresi ventilator neonatal karena obat ini dapat membalikkan efek
analgesia maternal pada saat analgesia tersebut sangat dibutuhkan. Pada beberapa
jantung. Jika diperlukan, obat ini dapat diberikan secara langsung pada bayi yang
Opioid yang diberikan secara sistemik merupakan obat yang paling sering
18
diberikan setelah fase aktif persalinan, karena bila diberikan terlalu dini, obat
Perkecualian dari hal tersebut diatas yakni bila dijumpai kasus dengan keluhan
nyeri yang hebat pada fase laten. Terutama primigravida pemberian narkotika
kemajuan persalinan.17,19,20
1. Petidin
terkhir. Suntikan nalokson intramuskular (0,2 mg) pada bayi sehingga dapat
2. Morfin
3. Meptazinol
Diberikan dengan dosis 100 sampai 150 mg IM setiap 2 sampai 4 jam. Pada
19
pemberian dosis tinggi mempunyai efek dysphoric dan juga menyebabkan
4. Buprenorphine
Merupakan parsial agonis opioid yang bekerja secara selectif pada mu-
reseptor. Dua puluh kali lebih potensial daripada morfin dan memiliki
afinitas tinggi terhadap reseptor opioid. Mempunyai durasi kerja yang lama
dan efek samping yang jarang tetapi apabila terjadi mual dan depresi pada
5. Nalbuphine
Depresi nafas pada ibu dan janin jarang terjadi pada pemberian nalbupin.
6. Fentanyl
Bekerja pada mu-reseptor dan 80 sampai 100 kali lebih poten dari morfin.
Memiliki onset kerja cepat dan durasi kerja yang pendek. Efek puncak
analgesi terjadi dalam 5 menit dan durasi kerja terjadi selama 30 menit
setelah pemberian 1 mcg/kg bb IV. Fentanil terikat pada albumin dan bisa
20
7. Tramadol
setiap 4 jam. Efek samping mual lebih sering terjadi pada pemberian
8. Butorphanol
2.2.1.2 Ketamine
amnesia pada ibu. ketamin digunakan sebagai adjuvant pada analgesia regional
obstetric. Pada penggunaan dosis rendah yaitu 0,2 sampai 0,4 mg/kg BB, ketamin
dapat memberikan efek analgesia yang cukup tanpa menimbulkan depresi pada
neonatal.17
efek depresan minimal pada maternal dan fetus. Teknik analgesia regional yang
analgesia dan kombinasi spinal dengan epidural), blok para servikal dan blok
pudendal. Teknik yang lebih jarang digunakan adalah blok simpatis lumbar.
21
Hipotensi yang disebabkan oleh simpatektomi merupakan komplikasi yang
paling sering terjadi pada blok neuraxial sentral. Oleh karena itu tekanan darah ibu
harus dimonitor secara regular setiap 2 sampai 5 menit selama 15 sampai 20 menit
setelah inisiasi blok dan dilakukan pengecekan dengan interval yang rutin.17
kaeter plastik kecil untuk memasukkan obat anestesi secara berkala sesuai dengan
pada saat mulainya fase aktif persalinan kala I. Untuk mendapatkan hasil yang
22
efektif pada kala I persalinan adalah dengan memblok dermatom Th10-L1 dengan
uteri dan seksio sesarean, khususnya bagi wanita nulipara, oleh karena itu
Chestnut, insiden seksio sesarean tidak terdapat perbedaan pada nulipar a yang
mendapatkan analgesia lewat jalur epidural pada saat fase laten dengan aktif.
S2-S4 untuk menghilangkan rasa nyeri akibat distensi vagina dan penekanan
perineum saat janin turun. Bagaimanapun juga pemberian analgesia epidural dapat
menurunkan ekspulsi janin dan malformasi dari vertex. Pemanjangan kala II dapat
terjadi lebih dari 3 jam pada nuliparus dan lebih dari 2 jam pada multipara.
obat lokal anestesi yang ultradilusi dan dikombinasikan dengan opioid. Obat
23
khususnya pada penggunaan dengan konsentrasi rendah untuk analgesia epidural.
Hampir semua obat anestesi lokal dapat diberikan secara epidural. Obat yang
menghasilkan blok sensorik dan motorik yang adekuat. Sedangkan jika diberikan
tanpa paralisis motorik yang total. Oleh karena itu akan menguntungkan jika
analgesi epidural, ibu dalam kondisi sadar sehingga dapat berpartisipasi pada
24
juga memiliki kerugian yaitu terjadinya hipotensi yang bisa menyebabkan
vakum/forceps, bisa terjadi reaksi toksik terhadap anestesi lokal, nyeri kepala
postdural punksi.17,19
hipovolemia.19
aktivitas uterus. Pemberian bolus cairan intravena bebas glukosa juga untuk
2. Tes untuk menilai masuknya jarum atau kateter secara tidak sengaja ke ruang
3. Jika setelah 5 menit tidak didapatkan tanda dilakukan diantara kontraksi untuk
25
pasien lateral dekubitus kiri. Tunggu 1-2 menit untuk mendapatkan level
10-20 μg.
4. Monitor tekanan darah selama 20-30 menit atau hingga pasien stabil. Oksigen
5. Ulangi langkah 3 dan 4 jika nyeri kembali muncul hingga persalinan kala I
μg/ml atau sulfentanil 0,2-0,5 μg/ml. Selain itu juga dapat dipilih Patient-
dapat dikurangi dan pasien merasa lebih puas dibandingkan teknik lain.
26
4. Jika setelah 5 menit tidak didapatkan tanda injeksi intravaskular atau
dan monitor tekanan darah tiap 1-2 menit selama 15 menit pertama, lalu
tiap 5 menit.
dibandingkan konsentrasi yang sama dari anestesi lokal epidural tanpa opioid
menghasilkan kualitas anestesi yang lebih baik dan durasi yang lebih panjang.
27
opioid lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
bayi setelah lahir yang ditemukan saat enestesi lokal epidural dengan opioid
pruritus yang lebih tinggi. Beberapa sumber juga belum bisa menunjukkan
hubungan antara anestesi lokal epidural dengan opioid terhadap ibu (misalnya
kebutuhan dan pilihan pasien, pilihan atau keahlian dokter dan ketersediaan
fasilitas yang memadai. Saat anestesi lokal epidural dipilih pada proses persalinan,
rendah dari anestesi lokal epidural dan perpanjangan durasi anestesi. Fasilitas
tersedia.3,19
Analgesia (ILA) adalah suatu teknik untuk mengurangi rasa nyeri pada saat
melahirkan dengan cara menyuntikkan obat penghilang rasa sakit yang disuntikan
ke dalam ruang spinal (cairan saraf tulang belakang) (gambar 2.7). Penyuntikkan
28
obat dilakukan saat sudah mulai memasuki tahap awal persalinan. Setelah obat
bekerja, nyeri pada tiap kontraksi akan sangat berkurang. Kadang-kadang terasa
sensasi kesemutan pada kedua tungkai dan terasa agak lemas, tapi sifatnya
sementara.ILA ini seharusnya hanya dilakukan oleh seorang yang ahli dan
ditempat yang memiliki fasilitas, alat dan obat-obatan untuk resusitasi. Termasuk
dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap ibu dan janin serta kemajuan
kecuali bila dilakukan induksi dengan oksitosi tindakan dapat diakukan lebih
awal. ILA tidak diberikan sebelum diagnosa persalinan sudah ditegakkan dan
Penyuntikkan obat dilakukan saat persalinan mulai masuk pada tahap pembukaan
3 cm, yang ditandai dengan timbulnya kontraksi berkali-kali disertai rasa nyeri.
Setelah obat bekerja, biasanya si ibu akan merasa otot-otot tungkainya sedikit
kesemutan dan lemas, namun tetap dalam keadaan sadar. Pada beberapa ibu,
mengalama persalinan yang lama. Anestesia spinal bisa menjadi pilihan pada
detik-detik terakhir yang sangat berguna pada persalinan dengan forsep, untuk
perbaikan trauma laserasi postpartum pada vagina dan rektum, atau untuk
29
injeksi subarakhnoid dengan dosis kecil dari opioid lipophilik kerja cepat dengan
atau tanpa dosis kecil anestesi lokal pada persalinan telah menjadi suatu cara yang
mg bisa digunakan. Anestesi khususnya pada awal persalinan bisa dicapai dalam 5
menit dan bertahan selama 1.5 sampai 2 jam. Setelah injeksi opioid subarachnoid,
pasien harus diawasi secara ketat terhadap tanda-tanda depresi nafas walaupun hal
yang reliabel dan onset yang cepat dalam blok saraf. Walaupun demikian injeksi
postdural. Selain itu komplikasi yang paling sering terjadi adalah hipotensi,
Sebagai tambahan, blok saraf mungkin tidak nyaman pada beberapa persalinan
dan menyebabkan perpanjangan fase kedua dari persalinan. Anestesi spinal adalah
metode yang aman dan efektif daripada anestesi umum dalam persalinan.24,25
30
Obat anestesia lokal yang disuntikkan ke dalam ruangan subarakhnoid
maupun ke kaudal dan kontak dengan radiks medula spinalis yang belum
mempunyai selubung myelin. Obat anestesia lokal tidak boleh mengandung bahan
(material) yang mempunyai efek iritasi pada radiks dan medula spinalis. Obat
distribusi dari obat dalam cairan serebrospinalis (level dari anestesia), ambilan
obat oleh elemen-elemen saraf pada ruang subarakhnoid (tipe dari saraf yang
Terdapat beberapa macam obat anestesia lokal yang sering dipakai pada anestesia
Beberapa obat anestesia lokal yang dipakai untuk blok spinal antara lain
sebagai berikut:
a. Prokain.
31
menghasilkan larutan prokain 5% yang mempunyai berat hampir sama
dalam jumlah yang sama akan menghasilkan larutan yang lebih berat
dari cairan serebrospinal. Larutan prokain 2.5% dalam air lebih banyak
untuk operasi daerah perineum dan ekstremitas inferior dan 150 sampai
b. Lidokain.
prokain yaitu 3 sampai 5 menit namun dengan durasi yang lebih lama
c. Tetrakain.
lebih lama dibandingkan dengan prokain dan lidokain (210 sampai 240
dan dalam ampul sebesar 2 ml larutan 1% dalam air. Larutan 1%, jika
32
dimana mempunyai berat yang lebih besar daripada cairan
d. Bupivakain.
Tabel 2.3
Dosis opioid spinal untuk persalinan pervaginam23
Morfin 0,25-0,5 mg 5 mg
33
Persalinan harus dipantau baik dari status umum maupun kemajuan
Friedman.
Penting juga untuk diketahui bahwa karena nyeri persalinan telah hilang,
maka reflek ingin mengejan pada kala II pun akan berkurang sensasinya, sehingga
diperlukan edukasi pada ibu dan diberitahu kapan harus mengejan. Pimpinan
Epidural Analgesia atau CSE) dapat memberikan keuntungan pada pasien yang
mengalami nyeri pada awal persalinan yang berat dan memerlukan analgesia
kontrol nyeri yang cepat dengan efek yang minimal terhadap kemajuan dari
waktu berikutnya. Efek opioid intratekal menjadi lebih efektif serta menurunkan
kebutuhan obat opioid jika diberikan dengan dosis kecil dari anestesi lokal. Jadi
34
untuk analgesia persalinan kala I, dapat dipilih injeksi bupivakain 2,5 mg atau
4 sampai 5 μg. Beberapa studi menyebutkan dengan teknik ini pasien merasa
Jarum epidural dan spinal dapat ditempatkan pada level yang berbeda,
namun beberapa ahli ada yang menggunakan pada level yang sama. Penggunaan
ruang epidural dan jarum spinal yang lebih panjang lalu dimasukkan melalui jalur
yang sama dan ditusuk lebih dalam hingga mencapai ruang subaraknoid.
menggunakan saluran dari jarum spinal. Setelah injeksi intratekal dan menarik
jarum spinal, kateter epidural ditempatkan pada posisinya dan jarum epidural
ditarik. Risiko dari kateter menembus dinding dura dapat dicegah jika
menggunakan jarum spinal yang lebih besar (lebih besar dari 25G). Kateter
epidural sebaiknya diaspirasi secara pelan dan anestesi lokal diberikan secara
35
pelan untuk mencegah injeksi intratekal yang tidak diharapkan. Namun, beberapa
studi menyebutkan insiden tertembusnya dura oleh jarum epidural pada CSE lebih
persalinan kala I, teknik ini sekarang jarang digunakan di Amerika Serikat karena
berkaitan dengan tingginya insiden asfiksia yang terjadi pada fetus dan
I akhir atau kala II awal. Kontraindikasi pada kasus plasenta letak rendah, ketuban
pecah dini, gawat janin, janin prematur atau pertumbuhan yang tidak sesuai
pada kontraksi uterus, namun oleh karena nervus pudendus tidak diblok
diperlukan analgesia tambahan dalam persalinan. Dalam hal ini lidokain biasa
diinjeksikan pada daerah paraservikal pukul 4 dan 8. Karena jenis obat anestesi ini
memiliki waktu kerja yang relatif singkat, blok paraservikal perlu diulang selama
36
proses persalinan. Teknik ini telah ditinggalkan karena angka insiden bradikardi
Nervus pudendalis berasal dari root saraf sakral bawah (S2-S4) dan
menginervasi vagina, perineum, rectum dan bagian blader. Saraf ini mudah di
spina iskiadika pada tiap sisi. Jarum lalu dimasukkan 1 sampai 1,5 cm melalui
melindungi janin dan vagina dari jarum. Komplikasi yang dapat muncul dari
37
penggunaan blok nervus pudendalis ialah injeksi intravaskular, hematom
efektif dalam memberikan efek analgesia pada proses kelahiran normal, serta
biasa dilakukan oleh ahli obstetri. Blok pudendus tidak memberikan efek
analgesia yang adekuat pada proses pada persalinan dengan bantuan forceps atau
cara penggunaan energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf
melalui permukaan kulit yang dapat secara efektif menghilangkan rasa nyeri.
38
saraf pusat (Gambar 2.11). Lewat stimulasi antidromik TENS dapat mengahambat
hantaran rangsang dari nociceptor atau resptor nyeri ke medulla spinalis. Stimulasi
terjadinya triple responses.37,38 Mekanisme lain yang dapat dicapai oleh TENS
rangsang vasomotor yang dapat mengubah kimiawi jaringan ada pula yang
Sistem Saraf Pusat (SSP). TENS juga dapat menimbulkan efek analgetik lewat
sistem inhibisi opioid endogen dengan cara mengaktivasi batang otak. Stimulasi
listrik yang diberikan cukup jauh dari jaringan yang mengalami kerusakan,
nyeri.37
TENS melibatkan aliran listrik lemah melalui elektroda yang ditempelkan pada
arus dialirkan melalui kabel dengan frekuensi dan intensitas yang disesuaikan
39
Gambar 2.11 Alat Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)37
beberapa mekansime, antara lain: inhibisi presinaptik pada kornu dorsal medula
nyeri melalui hambatan nosiseptif pada tingkat presinaptik pada kornu bagian
listrik pada kulit mengaktifasi ambang rendah serabut saraf bermyelin. Input
aferen dari serabut ini menghambat propagasi nosiseptif yang dibawa oleh
serabut saraf ini ke target sel (sel-T) yang terdapat pada substansia gelatinosa
kornu dorsal.3,37,38
teori pengontrolan gerbang atau Gate Control Theory oleh Melzack dan Wall.
Teori ini menjelaskan bahwa serabut syaraf dengan diameter kecil yang membawa
stimulus nyeri akan melaui pintu yang sama dengan serabut yang memiliki
40
diameter lebih besar yang membawa impul raba (mekanoreseptor), apabila kedua
serabut saraf tersebut secara bersama-sama melewati pintu yang sama, maka
serabut yang lebih besar akan menghambat hantaran impuls dari serabut yang
nosiseptif melalui serabut C dari sel perifer ke sel-T. Jika timbul rangsangan nyeri
perifer, informasi dibawa oleh serabut C mencapai sel-T dan gerbang akan
senyawa kimia opiod endogens dan efeknya dapat berkurang atau hilang dengan
41
pada aliran dan cairan spinal setelah penggunaan TENS baik yang berfrekuensi
rendah ataupun tinggi. Senyawa ini akan menginhibisi sinyal nyeri di medulla
spinalis. Senyawa kimia lainnya yang dikeluarkan susunan saraf pusat sebagai
respon dari TENS adalah opioids endogens yang menghambat transmisi nyeri
pada substansia gelatinosa di medulla spinalis. Terdapat tiga pilihan metode terapi
1. Konvensional TENS
Nyeri hilang bila alat dihidupkan dan biasanya kembali lagi bila alat
dengan 1-10 Hz, intensitas tinggi. Metode ini lebih efektif dari pada
3. Intense TENS
42
100 Hz. Tidak ada keuntungan khusus metode ini dibandingkan dengan
konvensional TENS.
mekanisme kerja dan profil analgesik AL-TENS dan intense-TENS berbeda dari
beberapa penelitian yang melaporkan bahwa terdapat bukti yang tidak begitu kuat
yang mendukung penggunaan TENS dalam manajemen nyeri post operasi dan
nyeri persalinan. Tetapi, temuan ini telah dipertanyakan karena bertolak belakang
sekali dengan pengalaman klinis dan akan sangat tidak tepat untuk menolak
penggunaan TENS pada nyeri akut sampai terdapat bukti atau alasan yang
eksplorasi lebih lanjut. Review sistematik menunjukan hasil yang lebih positif
yang lebih baik untuk menentukan perbedaan efektifitas antara berbagai tipe
mengirimkan impuls bifasik, panjang impuls 0,25 m/dtk, frekuensi dan amplitudo
rentang frekuensi 10-150 Hz. Elektroda dibuat dari metal dengan area aktif 30 x
80 mm dan diletakkan pada punggung pasien secara simetris sesuai dengan jaras
43
nyeri pada persalinan kala I (T10-L1) dan pada persalinan kala II (S2-S3). Untuk
tinggi digunakan selama kontraksi uterus pada puncak nyeri selama 1 menit dan
Penggunaan alat ini untuk mengurangi rasa nyeri akibat persalinan masih
jarang diteliti. Beberapa survey menyebutkan bahwa banyak ibu hamil tertarik
untuk meredakan nyeri saat persalinan meningkat akibat adanya laporan dan
nosiseptif yang berhubungan dengan nyeri saat kala I dan kala II persalinan
bahwa 72% nullipara dan 69% multipara menyatakan TENS efektif terhadap nyeri
44
Gambar 2.13 Prosedur TENS pada persalinan37,38
wanita di Mumbai oleh Pandole dkk. Dalam penelitian ini digunakan TENS
dengan amplitudo antara 0 sampai 200 volts dan frekuensi berkisar antara 10-150
herzt. Elektroda logam ditempatkan pada T10-L1 pada kala I dan S2-S3 selama
kala II. Rangsangan dengan intesitas tinggi diberikan saat kontraksi dan ransangan
dengan intesitas rendah saat tidak kontraksi. Cara ini memberikan hasil 74%
menyatakan efek yang biasa dan hanya 2% yang tidak merasakan efek TENS
telah menggunakan TENS untuk mengurangi rasa nyeri selama masa persalinan
dan tidak menimbulkan kelainan pada fetal heart rate atau efek samping lain pada
bayi. Hal serupa didapatkan pada penelitian Pandole dkk, penelitian tersebut
45
menyimpulkan bahwa TENS lebih efektif pada persalinan kala I dari pada kala II
dan tidak ada pengaruh durasi pemakaian TENS dengan APGAR skor janin. 34
Kaplan.B menguji keampuhan dari alat TENS baru yang telah didesain
dikatakan juga bahwa nyeri persalinan sangat hebat pada kala II, sehingga TENS
tidak cukup efektif. Oleh karena itu penggunaan TENS yang diberikan pada awal
kala I, akan memerlukan tambahan analgetik pada akhir kala I sesuai dengan
hilangnya nyeri pada ibu secara total tanpa efek buruk pada proses persalinan dan
efek samping pada ibu dan bayi atau tanpa disertai dengan efek samping yang
berbahaya baik bagi ibu maupun janin. Namun setiap jenis anelgesia tersebut
tentunya memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan atau pun efek samping
yang menyertai baik bagi ibu maupun janin. Berbagai kelebihan dan kelemahan
menyebabkan rendahnya PaCO2 maternal yang berujung pada reduksi aliran darah
46
Pusat respirasi imatur akan lebih sensitif terhadap analgesik opioid.
plasenta. Analgesik opioid cenderung tidak menyebabkan efek primer pada sistem
Blok epidural yang memicu persalinan dengan baik dapat diikuti dengan
seksio secarea.3,19
penyembuhan parsial pada 12% wanita dalam persalinan, dan hanya 3% tidak
47
hilang nyerinya. Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian blok epidural pada
pernafasan yang lama serta penekanan saraf pusat pada bayi serta muntah
pada ibu.
pada bagian bawah tubuh (karena blok simpatik) dan sumbatan vena cava
dan atau aorta pada saat uterus jatuh kearah belakang, pada posisi ibu
48
penderita ke satu sisi, sehingga tekanan dari uterus yang berat tidak jatuh
3. Efek samping lain adalah nyeri punggung, retensi urin, dan gemetar
4. Jarang terjadi efek merugikan karena pungsi dura yang tidak benar, seperti
terjadi jika kesalahan tidak diketahui, dan dosis penuh anestestik lokal
Efek samping yang timbul dari persalinan ILA bisa dibilang amat ringan
dan tidak mempengaruhi kondisi janin. Meski jarang, beberapa efek samping yang
mungkin terjadi adalah mual, muntah, penurunan tekanan darah, serta gatal-gatal
ringan yang mudah diatasi. Efek ILA pada persalinan diantaranya adalah dapat
angka operasi sesar. Perlu disadari disini bahwa penggunaan ILA untuk Painless
persalinan itu sendiri adalah tetap. Jadi tidak berarti bahwa dengan ILA akan pasti
dapat lahir pervaginam. Tindakan seksio sesarea dilakukan atas dasar indikasi
obstetri.23,24
Efek samping dari persalinan dengan metode ILA yang mungkin terjadi
seperti mual, muntah, penurunan tekanan darah, serta gatal-gatal ringan. Efek obat
ini akan berpengaruh sekitar 20 menit setelah penyuntikan. Efek samping ini akan
49
dapat terus diperpanjang selama proses persalinan berlangsung karena obat dapat
menghilangkan nyeri, para ibu yang memakai cara ini tetap akan merasakan sakit
perut atau perasaan tidak nyaman yang ringan saat rahim berkontraksi. Namun
pasien masih tetap dapat berjalan, duduk dan tidak mempengaruhi kemampuan
mengedan.23,24
e. Tidak menyebabkan depresi napas baik pada janin maupun ibu yang
Sedangkan ada pun berbagai kelebihan dari metode ILA adalah sebagai
berikut: 20,23,24
kontraksi
b. Rasa sakit saat persalinan menjadi hilang, tapi sang ibu tetap dapat
c. Ibu dapat mengejan lebih rileks dan dapat melalui persalinan dengan
nyaman
50
e. Menggunakan jarum yang kecil & obat sedikit
Komplikasi dari tindakan ILA yang paling sering adalah hipotensi. Untuk
yang lain adalah sakit kepala, retensio urin, meningitis, kejang. Namun ini adalah
komplikasi yang jarang terjadi. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah
Hipotensi dan sakit kepala. Crawford (1985) dari Birmingham Maternity Hospital,
Inggris melaporkan mulai dari 1968 sampai 1985 lebih dari 26.000 pasien
Penelitian yang dilakukan oleh Yancey dan kawan-kawan pada tahun 1999
di Rumah Sakit Tripler Army memperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan
forceps pada persalinan dengan ILA (sebesar 11,1%) dibandingkan dengan tanpa
oleh Segal dan kawan-kawan pada tahun 2000 juga memperoleh hasil yang sama
dimana tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada persalinan dengan ILA
pada tingkat kepercayaan 95% dan nilai Convidence Interval (CI): 1,2 sampai 2,8.
Penelitian dengan hasil yang berlawanan diperoleh oleh Halpern dan Leighton,
dimana terdapat peningkatan Odds Rasio (OR) tindakan bedah pervaginam pada
persalinan yang menggunakan ILA daripada tanpa analgesia dengan nilai OR:
51
1,92 (95% CI: 1,52-2,42). Penelitian yang serupa dengan penelitian tersebut
dilakukan oleh Sharma dan Liu dimana terdapat peningkatan tindakan bedah
dengan masing-masing nilai OR adalah 1,86 (95% CI: 1,43-2,40) dan 1,63 (95%
CI: 1,12-2,37).24,25
sekitar 30 menit pada wanita nullipara yang memperoleh ILA. Penelitian yang
perbedaan yang bermakna durasi kala I persalinan antara persalinan dengan ILA
dan Ohel yang juga menilai durasi kala I persalinan, memperoleh hasil dimana
dibandingkan dengan tanpa analgesia. Penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan
persalinan Kala II kurang lebih 15 menit pada persalinan dengan ILA dibandingan
oleh karena pada analgesia regional khususnya ILA dan epidural analgesia dapat
uterus. Selain hal tersebut, ILA dan epidural analgesia juga dapat menghambat
52
mengakibatkan gangguan kontraksi uterus sehingga mengakibatkan pemanjangan
Angka kejadian rupur perineum derajat III dan IV meningkat sebesar dua
sampai tiga kali pada persalinan dengan ILA. Hal tersebut kemungkinan terkait
dengan kesiapan dari tenaga penolong akibat sensai nyeri yang berkurang dan
penggunaan alat bantu bedah pervaginam baik vakum maupun forceps ekstraksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sazili dan kawan-kawan pada tahun 2009 terkait
dengan risko kejadian ruptur perineum pada kala II meningkat seiring dengan
dalam persalinan. Dimana pada pemanfaatan Vakum ekstraksi resiko ruptur grade
sebesar 3,5% pada ruptur perineum grade I dan 2,3% pada ruptur perineum grade
II.26,27
Paraservikal blok menghilangkan nyeri akibat dilatasi servik. Saat ini blok
berakibat kematian. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah uterus. Efek
minornya seperti vertigo, tinitus dan aura pernah dilaporkan. Parastesia sementara,
kekakuan, serta anestesia pada kaki dapat terjadi oleh karena penyebaran larutan
kasus oleh karena efek langsung dari anestesi lokal yang menyebabkan terjadinya
53
vasokonstriksi atau hiperaktivitas uterus. Efek farmakologi lainnya adalah
atau forcep. Injeksi agen anestesi lokal dalam jumlah besar atau kesalahan injeksi
kedalam pembuluh darah dapat menyebabkan toksisitas pada sistem saraf pusat
(pusing, tinnitus, bicara tidak jelas, dan konvulsi) atau toksisitas pada jantung
terjadinya disritmia serta kolaps kardiovaskuler. Jarum yang digunakan pada blok
pudendus merupakan sumber komplikasi potensial jika tusukannya tidak tepat dan
dapat merusak rektum, vagina serta fetus. Hematoma pada ischaerectal dan ruang
Efek samping TENS sangat sedikit dan kebanyakan bersifat hipotetis dan
hanya sedikit yang melaporankan kasus efek samping TENS yang bisa ditemukan
berikut:37,38
54
b. Untuk mengurangi resiko menginduksi persalinan, TENS sebaiknya
gejala dan harapan pasien akan durasi terapi dibanding efek spesifik yang
diinduksi TENS.
d. Pada 33% pasien dapat terjadi iritasi kulit dan pada tempat elektroda
f. Gangguan pada sensasi kulit. Elektroda yang dipasang pada kulit dapat
55
BAB III
RINGKASAN
Selama proses persalinan berlangsung, rasa nyeri yang muncul dapat dikurangi
atau medis yang digunakan pada proses persalinan antara lain: analgesia sistemik
berbagai kelebihan dan kekurangan atau pun efek samping yang menyertai baik
bagi ibu maupun janin. Berbagai kelebihan dan kelemahan atau pun efek samping.
56