pangjang gelombang 100-400 nm atau 595–299 kJ/mol. Sinar ultraviolet atau sinar
ungu terbagi menjadi dua jenis yaitu
· Ultraviolet jauh
· Ultaviolet dekat
Air berat digunakan sebagai moderator neutron dan pendingin pada reaktor nuklir.
Deuterium juga berpotensi sebagai bahan bakar fusi nuklir komersial. Perlu
diketahui air berat yang dibekukan (es) dapat tenggelam dalam air karena massa
jenisnya lebih besar dari massa jenis air. Hal ini, tentu berbeda dengan es yang
dibuat dari air (H2O) yang mengapung bila dimasukan dalam air karena massa
jenisnya lebih kecil dari air.
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut tidak tampak berwarna. Jika zat tersebut berwarna
maka perlu direaksikan dengan reagen tertentu sehingga dihasilkan suatu larutan
tidak berwarna. Namun biasanya zat yang berwarna lebih banyak dianalisis
menggunakan spektrofotometri sinar tampak.
Senyawa-senyawa organik sebagian besar tidak tidak berwarna sehingga
spektrofotometer UV lebih banyak digunakan dalam analisis senyawa organik
khususnya dalam penentuan struktur senyawa organik.
Disebut transisi elektronik karena elektron yang menempati satu orbital dengan
energi terendah dapat berpindah ke orbital lain yang memiliki energi lebih tinggi
jika menyerap energi, begitupun sebaliknya elektron dapatberpindah dari orbital
yang memiliki energi lebih rendah jika melepaskan energi. Energi yang diterima
atau diserap berupa radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan mekanika kuantum transisi elektronik yang dibolehkan atau tidak
dibolehkan (terlarang) disebut kaidah seleksi. Berdasarkan kaidah seleksi, suatu
transisi elektronik termasuk:
Selain dengan melihat harga ε kaidah seleksi dapat dapat dinyatakan dengan
simetri dan spin. Berdasarkan simetri dan spin suatu transisi elektronik
diperbolehkan bila:
Dalam satu molekul terdapat dua jenis orbital yakni Orbital Ikatan (bonding
orbital) dan Orbital Anti-ikatan (antibonding orbital). Orbital ikatan di bagi
menjadi beberapa jenis yakni orbital ikatan sigma (σ, = ikatan tunggal) dan orbital
phi (π, = ikatan rangkap), sedangkan orbital nonikatan berupa elektron bebas yang
biasanya dilambangkan dengan n. Orbital nonikatan umumnya terdapat pada
molekul-molekul yang mengandung atom nitrogen, oksigen, sulfur dan halogen.
Orbital ikatan sigam (σ) dan orbital phi (π) terbentuk karena terjadinya tumpang
tindih dua orbital atom atau orbital-orbital hibrida. Dari dua orbital atom dapat
dibentuk dua orbital molekul yakni orbital ikatan dan orbital anti ikatan.
Dengan demikian jika suatu molekul mempunyai orbital ikatan maka molekul
tersebut mempunyai orbital anti ikatan. Orbital anti-ikatan biasanya diberi notasi
atau tanda asterisk atau bintang (*) pada setiap orbital yang sesuai. Orbital ikatan α
orbital anti-ikatannya adalah α*, sedangkan orbital ikatan π orbital anti-ikatannya
adalah π*.
Transisi elektronik atau perpindahan elektron dapat terjadi dari orbital ikatan ke
orbital anti-ikatan atau dari orbital non-ikatan (nonbonding orbital) ke orbital anti-
ikatan. Terjadinya transisi elektronik atau promosi elektron dari orbital ikatan ke
orbital antiikatan tidak menyebabkan terjadinya disosiasi atau pemutusan ikatan,
karena transisi elektronik terjadi dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari pada
vibrasi inti.
Pada transisi elektronik inti-inti atom dapat dianggap berada pada posisi yang
tepat. Hal ini dikenal dengan prinsip Franck-Condon. Disamping itu dalam proses
transisi ini tidak semua elektron ikatan terpromosikan ke orbital antiikatan.
1) Transisi σ → σ*
2) Transisi π → π*
3) Transisi n → π*
4) Transisi n → σ*
Keterangan
· σ* dan π* merupakan orbital yang kosong (tanpa elektron), orbital ini akan terisi
elektron ketika telah atau bila terjadi eksitasi elektron atau perpindahan elektron
atau promosi elektron dari orbital ikatan.
Pada setiap jenis transisi elektronik yang terjadi, terdapat karakter dan melibatkan
energi yang berbeda. Suatu kromofor dengan pasangan elektron bebas (n) dapat
menjalani transisi dari orbital non-ikatan (n) ke orbital anti-ikatan, baik pada obital
sigma bintang (α*) maupun phi bintang(π*). Sedangkan, kromofor dengan elektron
ikatan rangap (menghuni orbital phi) akan menjalani transisi dari orbital π ke
orbital π*. Demikian seterusnya untuk jenis transisi yang lain.
Dalam penentuan struktur molekul, tansisi σ → σ* tidak begitu penting karena
puncak absorbsi berada pada daerah ultraviolet vakum yang berarti tidak terukur
oleh peralatan atau instrumen pada umumnya.
Walaupun transisi π→π* pada ikatan ganda terisolasi mempunyai puncak absorbsi
di daerah UV vakum tetapi transisi π→π* tergantung pada konjugasi ikatan ganda
dengan suatu gugus fungsi substituen. Akibatnya transisi π→π* pada ikatan ganda
terkonjugasi mempunyai puncak absorbsi pada daerah ultraviolet dekat, dengan
panjang gelombang lebih besar dari 200 nm. Dengan demikian transisi yang
penting dalam penentuan struktur molekul adalah transisi π→π* serta beberapa
transisi n→π* dan n→σ*.
Anaslisis menggunakan spektrofotometer UV, senyawa-senyawa dengan kromofor
yang sama, misalnya sama-sama ada ikatan rangkap atau ada elektron bebas, maka
akan memberikan spektrum yang sama atau hampir sama walaupun strkturnya
molekulnya berbeda. Contoh dapat di lihat pada Gambar berikut.
Pola pita absorpsi UV untuk dua senyawa dengan kromofor yang sama
Sesuai dengan uraian tentang transisi π→π* pengaruh adanya ikatan konjugasi
pada suatu struktur yang mempunyai ikatan π adalah menggesar lmaks ke nilai yang
lebih besar atau pergeseran batokromat.
Hal ini dapat dilihat pada lmaks etana dan beberapa poliena pada tabel:
Etena 165
1,3-butadiena 217
1,3,5-heksatriena 251
1,3,5,7-oktatriena 304
Bila sistem konjugasi semakin panjang atau jumlah ikatan rangkap terkonjugasi
semakin banyak maka perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan
tereksitasi yang melibatkan transisi π→π* akan semakin kecil. Dengan demikian
sistem konjugasi bertambah panjang maka energi yang diperlukan untuk transisi
π→π* semakin kecil, sehingga puncak absorbsi akan terjadi pada panjang
gelombang yang semakin besar.
Konjugasi yang cukup panjang dapat menggeser puncak absorbsi sampai ke
panjang gelombang pada daerah sinar tampak sehingga suatu senyawa menjadi
berwarna. Sebagai contoh likopena yang menyebabkan tomat berwarna
merah. Dalam struktur likopena mempunyai sebelas ikatan rangkap terkonjugasi
dengan lmaks 505 nm. Struktur likopena dapar dilihat pada Gambar.
Gambar Struktur Likopena, zat pemberi warna merah pada beberapa sayuran dan
buah-buahan seperti tomat
Perlu ditekankan, makin panjang konjugasi makin tidak “aktif” daerah UV, tetapi
makin aktif pada daerah Visible. Misalnya, untuk delapan atau lebih ikatan
rangkap terkonjugasi, maka absorpsi maksimum pada poliena yang demikian
mengabsorpsi secara kuat di daerah spektrum visible.
Selain dengan perpanjangan sistem ikatan π, adanya substituen tertentu yang juga
dapat menggeser lmaks ke panjang gelombang yang lebih besar atau menyebabkan
geseran batokromat. Substituen tersebut dapat berupa gugus atau atom, misalnya
gugus metil atau atom halogen. Khusus untuk konjugasi oleh metil dikenal
sebagai hiperkonjugasi.
Suatu senyawa yang diukur atau akan ditentukan strukturnya biasanya dalam
bentuk encer. Pelarut yang biasa digunakan pada spektrofotometer UV adalah
pelarut yang tidak mengabsorbsi atau transparan pada panjang gelombang UV.
Pelarut yang biasa digunakan pada spektrofotometer adalah etanol karena sifatnya
yang transparan terhadap UV di atas 210 nm. Selain itu heksana (transparan di atas
210 nm), air (transparan di atas 205) dan dioksana juga sering digunakan sebagai
pelarut pada spektrofotometer UV.
Air dan etanol termasuk pelarut polar sehingga dapat melarutkan senyawa-senyawa
yang bersifat polar sedangkan heksana termasuk pelarut nonpolar sehingga dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar, sesuai prinsip “Like
Dissolve Like“.
Penggunaan pelarut dengan kepolaran yang berbeda menyebabkan posisi puncak
absorbsi suatu senyawa bergeser. Dengan kata lain kepolaran pelarut berpengaruh
pada lmaks suatu senyawa.
Pada umumnya transisi π→π* menghasilkan keadaan tereksitasi yang lebih polar
dari keadaan dasar molekul itu. Interaksi dipol-dipol antara molekul dalam keadaan
tereksitasi dengan molekul-molekul pelarut yang polar, menyebabkan tingkat
energi molekul dalam keadaan tereksitasi menjadi turun.
Akibatnya transisi π→π* suatu molekul dalam pelarut polar memerlukan energi
yang lebih kecil dari transisi π→π* molekul itu dalam pelarut nonpolar. Pergantian
pelarut heksana dengan etanol menggeser lmaks suatu senyawa ke nilai yang lebih
besar dengan pergeseran sebesar 10–20 nm.
Kondisi struktur sebenarnya pada Gambar bukan sebagai keadaan tereksitasi tetapi
memberikan kontribusi untuk suatu struktur keadaan tereksitasi.
Transisi n→π* molekul keton dalam pelarut air atau etanol (dalam pelarut polar)
terjadi geseran biru (geseran hipsokromat) atau transisi dalan kedua pelarut polar
tersebut memerlukan energi yang lebih besar (panjang gelombang lebih kecil)
daripada transisi n→π* molekul keton dalam pelarut heksana.
Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antara molekul air atau etanol
dengan molekul keton pada keadaan dasar. Akibatnya transisi n→π* molekul
keton dalam pelarut air atau etanol memerlukan energi yang lebih besar (lmaks yang
lebih kecil).
https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/07/spektrofotometri-uv-
ultraviolet/
Sesuai dengan namanya spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan antara
spektrofotometer UV dan Visible. Pada spektrofotometer UV-Vis menggunakan
dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya UV dan sumber cahaya
visible.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer berkas ganda sedangkan
pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk spektrofotometer berkas tunggal.
Pada spektrofotometer berkas ganda blanko dan sampel dimasukan atau disinari
secara bersamaan, sedangkan spektrofotometer berkas tunggal blanko dimasukan
atau disinari secara terpisah.
Spektrofotometer UV-VIS seperti yang tertera pada gambar.
Senyawa harus diubah menjadi bentuk lain yang dapat melakukan penyerapan
pada daerah yang dimaksud. Misalnya mengubah menjadi berwarna atau tidak
berwarna.
Hukum Lambert Beer terpenuhi, jika grafik berbentuk garis lurus yang melalui
titik nol.
Pengukuran sampel dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada larutan
standart.
1) Sebagai gelombang
E=h.v
E = h . c/ λ
dimana
v = frekuensi sinar
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton
akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang
dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya.
Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi
yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang
(λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang yang dimiliki
sinar tampak (400–800 nm).
Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat pada tabel:
Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip
kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang
gelombang yang digunakan.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan
sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam
satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya
pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang
mengenai sel sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu
keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.
– UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari
silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca
dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang
dengan lebar 1 cm.
– IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada
dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke
dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali
larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya
mahal.
Macam-macam detektor :
Detektor foto (Photo detector)
Phototube
Hantaran foto
Dioda foto
Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik
yang berasal dari detektor.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron
ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya
inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu
molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron
terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar terlihat
bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding
cahaya setelah melewati sel sampel
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-
beer atau Hukum Beer, berbunyi:
A= a . b . c atau A = ε . b . c
dimana:
A = absorbansi
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet)
yang sama.
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).
Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi atau
transmitansi yang langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun untuk UV, VIS,
UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan dapat berupa spektrum jika telah
dihubungkan dengan komputer.
Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang
lebar sedangkan pada pita yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau puncak
tajam.
Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron dalam
molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi vibrasi elektron maka spektrum yang
dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR, spektrum berupa garis
dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena hanya terjadi rotasi elektron.
Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Para kimiawan spektrum UV, VIS maupun IR dapat
dibedakan dengan mudah. Spektrum yang dihasilkan oleh UV, VIS dan UV-VIS
tidak berbeda jauh namun sangat sangat berbeda bila dibanding spektrum IR.
Untuk membedakannya dapat dilihat pada gambar:
Gambar spektrum UV. Namun spektrum dari spektrofotometer VIS dan UV-VIS
menyerupai spektrum UV
Gambar spektrum IR. Pita tertinggi mengarah ke bawah sedangkan pada UV pita
yang paling tinggi mengarah ke atas hal ini disebabkan spektrofotometer IR ditulis
dalam bentung bilangan gelombang
https://wanibesak.wordpress.com/tag/spektrofotometer-uv-vis/
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang
400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol.
Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi
terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak
mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang
memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap
oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam
kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan
berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu
zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum
sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Panjang Warna warna yang Warna
gelombang diserap komplementer
(nm) (warna yang terlihat)
Gambar 2 jenis spektronic-20 yang bekerja pada rentang panjang gelombang sinar
tanpak. Gambar atas merupakan spectronic-20 lama yang sudah jarang bahkan
mungkin tidak diproduksi lagi. Sedangkan gambar kedua adalah spectronic-20
terbaru.
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan
cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya
bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk
warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
reagen pembentuk warna:
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,
sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen
tersebut saja.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang
dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi
(warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε) besar.
Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan
memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya makin
kecil.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang
gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang
berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang
menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang
gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang
gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan
pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang
disebutkurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang
dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus,
namun hal ini tidak dapat dipastikan.
Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah dibuat adalah
konsentrasi 2 4 6 8 10 12 14 16
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Grafiknya adalah
Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan persamaan
regresi linear:
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia
pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang
antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer
(Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada
beberapa pembatasan, yaitu :
– Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
– Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
– Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan
tersebut
– Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
– Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :
A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Penentuan kadar sampel metode regresi linier yaitu metode parametrik dengan variabel bebas
(konsentrasi sampel) dan variabel terikat (absorbansi sampel) menggunakan persamaan garis regresi
Kurva Larutan Baku. Konsentrasi sampel dapat dihitung berdasarkan persamaan kurava baku
tersebut (Rohman, 2007).
Melalui Perhitungan Standar Deviation (SD) dan Relative Standar Deviation (RSD)
harga SD < 2 dan harga RSD < 2 % dapat dikatakan mempunyai harga ketelitian yang baik
(Harminta, 2004)
Tabel 2. Data Hasil Ketelitian Eksperimen
Dilakukan dengan menambahkan analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu
dianalisis lagi metode tersebut (WHO, 1992). Nilai rentang recovery dianggap baik 80 – 120%
https://aaknasional.wordpress.com/2012/06/08/spektrofotometer-uv-vis/