Anda di halaman 1dari 23

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN

MATRIKS ACIDIZING PADA SUMUR X

PROPOSAL

TUGAS AKHIR

Oleh:

DENI MULYAWAN

071.11.095

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2015
I. JUDUL

“Optimasi Produksi Dengan Menggunakan Matriks acidizing Pada Sumur

x”

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Stimulasi sumur merupakan suatu metode yang digunakan untuk

“merangsang” reservoir atau sumur baik secara mekanik maupun kimia dengan

tujuan untuk meningkatkan permeabilitas (K) yang rusak dan untuk

mempertahankan atau memperbaiki produktifitas dari suatu sumur yang dapat

dikaitkan dengan rate (Q) dari sumur tersebut.

Seiring dengan diproduksikannya fluida, maka akan muncul problem yang

menyebabkan penurunan produktivitas suatu sumur, seperti penyumbatan pori-pori

batuan di sekitar lubang perforasi, masalah kepasiran, penyumbatan akibat filtrat

lumpur yang membentuk mudcake, maupun pori-pori batuan yang mempunyai

peranan dalam sebagai jalur aliran dari hidrokarbon. Untuk itu dibutuhkan suatu

metode untuk mempertahankan atau memperbaiki produktivitas sumur yaitu

dengan stimulasi sumur.

Tight oil reservoir adalah reservoir yang memiliki permeabilitas yang

sangat rendah, sehingga minyak yang terkandung pada reservoir jenis ini tidak akan

mengalir pada laju produksi yang ekonomis tanpa bantuan dari teknologi produksi.

Dalam hal ini dapat digunakan metode Matriks Acidizing.

Matriks Acidizing merupakan salah satu metode stimulasi sumur untuk

meningkatkan produktivitas sumur yaitu Stimulasi matriks acidizing adalah

penginjeksian asam secara radial ke dalam formasi dengan tekanan injeksi di bawah
tekanan rekah formasi, dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi secara

radial. Asam akan menaikkan permeabilitas batuan baik dengan cara membesarkan

lubang pori-pori ataupun melarutkan partikel-partikel yang membuntu saluran pori-

pori tersebut, sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan kerusakan formasi

dilubang sumur. Matriks acidizing paling banyak digunakan hanya akan

meningkatkan permeabilitas aslinya. Hilangnya atau berkurangnya kerusakan

formasi ini akan memperbaiki atau meningkatkan permeabilitas batuan, sehingga

akan membuat sumur yang tadinya tidak berproduksi menjadi produksi atau bahkan

dapat meningkatnkan laju produksi.

Untuk menggambarkan perbaikan produktivitas formasi yang

dimungkinkan dengan menghilangkan kerusakan formasi di sekitar lubang sumur,

dapat dilihat pada gambar. Pada gambar tersebut menunjukkan zona yang

berkurang permeabilitas, yang berkembang dari radius (rw) sampai radius tertentu

(rs), dimana permeabilitas konstan (k) sampai radius pengurasan.

Matriks Acidizing dilakukan pada sumur-sumur yang mengalami

penurunan laju produksi sehingga produktifitas sumur berkurang. Hal ini

disebabkan antara lain formasi batuan yang cukup ketat (consolidated), dimana

fluida reservoir sulit untuk mengalir, sehingga perlu dilakukan stimulasi matriks

acidizing.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendasari pemilihan

matriks acidizing adalah :


1. Besar cadangan pada reservoir tersebut masih besar

2. Kondisi permeabilitas batuan yang rendah

3. Tekanan yang ada di dalam reservir masih besar

4. Kelayakan sumur

5. Konfigurasi sumur kandidat (ukuran dan diameter perforasi)

Faktor-faktor tersebut merupakan faktor utama dipilihnya perekahan

hidrolik batuan untuk merangsang produktivitas sumur produksi. Adapun keadaan

sumur tersebut stelah dilakukan stimulasi jenis matriks acidizing ini adalah :

 Meningkatkan permeabilitas sumur

 Memperbaiki zona damage akibat proses produksi sebelumnya

 Menjaga susunan batuan disekitar lubang perforasi dari adanya lumpur

ketika proses pemboran.

III. MAKSUD DAN TUJUAN

3.1 Maksud

Maksud dilakukannya optimasi produksi dengan menggunakan Matriks

Acidizing ini adalah untuk evaluasi produksi dari sumur-sumur yang telah

mengalami penurunan laju produksi kemudian merencanakan Matriks Acidizing

pada sumur sehingga dapat mengetahui berapa besar kontribusi pengasaman dalam

kapasitas optimasi produksi.


3.2 Tujuan

Tujuannya ditinjau dari segi akademik antara lain :

1. Untuk memenuhi persyaratan akademis yang telah ditetapkan Jurusan

Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Kebumian Dan Energi

Universitas Trisakti Jakarta.

2. Menambah pengetahuan nyata dan memperdalam teori yang telah di

dapatkan dari perkuliahan dalam berbagai aspek.

3. Mengetahui secara langsung cara bentuk, fungsi maupun cara kerja dari

peralatan yang digunakan dan lingkungan pekerjaan baik lapangan

maupun non lapangan.

4. Menambah pengalaman, dan mampu mengaplikasikan semua teori

kuliah dengan di dunia kerja dan lapangan yang sebenarnya.

IV. TEORI DASAR

Pengasaman digunakan untuk meningkatkan permeabilitas sumur karena

kemampuannya untuk melarutkan material di formasi ataupun membuntu pori-pori

di formasi. Ada tiga macam metoda penggunaan asam tersebut, yaitu matriks

acidizing, acid fracturing dan acid washing. Dalam hal ini akan membahas

mengenai metoda stimulasi matrix acidizing.

Stimulasi merupakan suatu proses perbaikan terhadap sumur untuk

meningkatkan permeabilitas sumur ke permeabilitas aslinya dalam upaya

peningkatan laju produksi. Stimulasi dapat dilakuakn dengan metode acidizing.

Dampak dari stimulasi yaitu menimbulkan terbentuknya rekahan / fracture atau

pelarutan partikel-partikel penyumbat pada ruang pori-pori batuan.


Pengasaman dilakukan pada sumur-sumur yang mengalami penurunan

produksi sebagai akibat dari pengecilan permeabilitas formasi produktif yang rusak

akibat adanya skin. Hal ini bisa terjadi karena kerusakan formasi di sekitar lubang

bor sebagai dampak dari operasi pemboran, operasi komplesi sumur, dan operasi

produksi.

Kerusakan Formasi Pada Waktu Operasi Pemboran

Sewaktu pemboran berlangsung kita selalu menggunakan lumpur

pemboran, dimana salah satu kegunaannya adalah untuk mengimbangi tekanan

formasi. Umumnya lumpur pemboran menggunakan air sebagai bahan campuran

dasarnya. Pada saat melalui formasi permeable dengan tekanan hidrostatik lumpur

lebih tinggi dari tekanan formasinya, maka akan mengakibatkan masuknya filtrate

lumpur ke dalam formasi, hal ini biasanya disebabkan oleh lamanya proses

pengeboran akibat adanya kendala dalam pengeboran, sehingga mud cake tidak

dapat mencegah masuknya filtrate lumpur ke dalam formasi terutama pada mud

cake yang incompressible. Kerusakan yang disebabkan oleh invasi lumpur

pemboran pada formasi batu pasir dapat dihilangkan dengan asam klorida (HCl)

dan untuk formasi karbonat dapat dihilangkan dengan menggunakan asam fluoride

(HF).

Kerusakan Formasi pada Waktu Operasi Komplesi Sumur

Pada umunya aktivitas komplesi sumur dapat menimbulkan skin efek,

aktivitas tersebut adalah penyemenan dan perforasi. Pada saat penyemenan bisa

terjadi invasi filtrate semen ke dalam formasi produktif sehingga menyebabkan


terjadinya kerusakan formasi. Faktor-faktor yang menyebabkan invasi dari filtrate

semen adalah tekanan hidrostatik semen dan viskositas semen, disamping itu adalah

karena tidak adanya mud cake sebelum penyemenan dilakukan mud cake harus

dihilangkan.

Kerusakan Formasi pada Waktu Operasi Produksi

Pada saat operasi produksi, fluida mengalir dari reservoir ke dasar sumur

pada tekanan tertentu, selama proses tersebut sering terjadi perpindahan butir-butir

halus (matrik batuan) seperti mineral kuarsa, feldspar, serta clay. Lambat laun butir-

butir halus ini dapat terakumulasi di depan formasi produktif yang menyebabkan

tersumbatnya pori-pori dan menghambat laju alir fluida sehingga menurunkan

permeabilitas batuan. Hal ini terutama sering terjadi pada reservoir bertekanan

tinggi / bertenaga dorong besar seperti reservoir yang mempunyai tenaga dorong

strong water drive.

Perbaikan Produktivitas Sumur dengan Matriks Acidizing

Stimulasi matriks acidizing adalah penginjeksian asam secara radial ke

dalam formasi dengan tekanan injeksi di bawah tekanan rekah formasi, dengan

tujuan agar reaksi menyebar ke formasi secara radial. Asam akan menaikkan

permeabilitas batuan baik dengan cara membesarkan lubang pori-pori ataupun

melarutkan partikel-partikel yang membuntu saluran pori-pori tersebut, sehingga

mengurangi atau bahkan menghilangkan kerusakan formasi dilubang sumur.

Matriks acidizing paling banyak digunakan hanya akan meningkatkan

permeabilitas aslinya. Hilangnya atau berkurangnya kerusakan formasi ini akan


memperbaiki atau meningkatkan permeabilitas batuan, sehingga akan membuat

sumur yang tadinya tidak berproduksi menjadi produksi atau bahkan dapat

meningkatkan laju produksi. Matriks acidizing digunakan baik untuk batuan

karbonat (limestone/dolomite) maupun (sandstone), walau jenis asamnya belainan.

Untuk menggambarkan perbaikan produktivitas formasi yang

dimungkinkan dengan menghilangkan kerusakan formasi di sekitar lubang sumur,

dapat dilihat pada gambar. Pada gambar tersebut menunjukkan zona yang

berkurang permeabilitas, yang berkembang dari radius (rw) sampai radius tertentu

(rs), dimana permeabilitas konstan (k) sampai radius pengurasan.

3.3.2 Bahan-Bahan Matriks Acidizing

Stimulasi Matriks Acidizing menggunakan bahan-bahan fluida perekah,

asam (HCl atau HF) dan addictive (bahan kimia tambahan) misalnya corrosion

inhibitor.

3.3.2.1 Fluida Perekah

Fluida perekah antara lain berfungsi untuk membuka rekahan formasi.

Rekahan awal yang telah terjadi akibat penggerusan asam kemudian akan

membesar dan melebar. Semakin lebar rekaha formasi maka fluida perekah ini akan

terus mengalir dan memasuki rekahan terdalam.

Fluida perekah yang dapat digunakan untuk merekahkan formasi adalah

minyak, air, dan asam.


A. Minyak

Fluida dasar minyak digunakan pada waktu kegiatan perekahan

masih merupakan hal baru. Untuk saat ini kebanyakan telah

menggantikannya dengan fluida dasar air (water base fluid). Kira-kira

80% dari kegiatan perekahan yang ada air digunakan sebagai fluida

dasarnya.

Fluida dasar minyak dapat berupa crude oil, condensate, produk

hasil penyulingan, gelled, emulsi, dan poli-emulsi. Pemilihan jenis

fluida yang akan digunakan merupakan hal penting, dimana sifat fluida

tersebut harus sesuai dengan sifat yang dapat menyumbat pori-pori

formasi karena paraffin dan aspalt yang terkandung di dalamnya mudah

sekali untuk keluar dari fluida dan menjadi padat di bawah temperature

reservoir, oleh karena itu padatan dari paraffin maupun aspalt dapat

menyumbat pori-pori formasi.

B. Air

Biasanya fresh water sering digunakan sebagai fluida dasarnya,

tetapi untuk saat ini air laut juga sudah banyak digunakan. Keuntungan

dari fresh water adalah harganya murah, tersedia dalam jumlah banyak,

dan aman digunakan. Karena air memiliki viskositas yang rendah, maka

perlu ditambahkan addictive untuk mengontrol laju kehilangan fluida.

C. Asam

Asam merupakan pilihan terbaik untuk fluida dasar perekah, dan

biasanya digunakan pada formasi karbonat memiliki daya larut


(solutibity) tinggi terhadap asam. Untuk memperoleh hasil terbaik,

Asam yang dipakai harus memilik sifat-sifat:

- Dapat melarukan mineral-mineral yang menyumbat aliran

fluida hidrokarbon.

- Tidak menyebabkan korosi terhadap pipa yang terlewati.

- Aman digunakan.

Semua fluida perekah yang akan digunakan juga disyaratkan sebagai

berikut:

 Tersedia dalam jumlah banyak dan ekonomis.

 Dapat mengontorl laju kehilangan fluida di dalam formasi,

sehingga dapat membuat rekahan yang panjang.

 Tidak bereaksi dengan asam, agar tidak menimbulkan

endpaan (yang dapat menyumbatkan aliran) di dalam

rekahan.

 Dapat menurunkan tekanan friksi akibat gesekan dengan

pipa/tubing maupun dinding rekahan formasi.

3.3.2.2 Jenis Asam

Asam yang digunakan haruslah dipilih jenis asam untuk mencapai

efektivitas yang baik. Setiap jenis asam mempunyai kemampuan dan keterbatasan

masing-masing yang berbeda. Pada umurnya hanya ada empat jenis asam yang

dapat digunakan pada operasi pengasaman sumur. Jenis asam tersebut adalah asam

mineral, asam organic, asam powdered, dan asam hybrid.


A. Asam Mineral

Digolongkan menjadi dua, yaitu:

 Asam Klorida (HCl)

Asam Klorida (HCl) yang umum digunakan di lapangan adalah asam

dengan konsentrasi berat 15%, sedangkan asamnya sendiri mempunyai konsentrasi

berat berkisar antara 5 - 35%. Pengaruh konsentrasi berat asam terhadap banyaknya

batu gamping yang dapat dilarukan dapat terlihat pada gambar. Titik beku dari HCl

15% adalah −27°F (32°𝐶), untuk HCl 20% - 29% titik bekunya kurang dari -70

(56,7°C) dan untuk HCl 35% titik bekunya -36°F. HCl dapat melarutkan limestone,

dolomite, dan batuan karbonat lainnya.

Reaksi kimia antara asam klorida dengan limestone adalah:

2 HCl + CaCO3 CaCl2 + H2O + CO2

Reaksi kimia HCl dengan Dolomite adalah:

4HCl + CaMg (CO3)2 CaCL2 + MgCl2 + 2CO2 + 2H2O

Kerugian pemakaian HCl terutama adalah sifat korosifnya yang tinggi. Korosif ini

biasanya dapat terjadi pada pipa casing, pipa tubing, maupun peralatan-peralatan pemboran

lainnya. Kerugian akibat korosi ini terutama terasa apabila temperaturnya di atas 250°F.

Oleh karena itu agar temperature tidak melebihi tingkat korosifitasnya maka pada

penggunaan asam HCl biasanya ditambahkan additive corrosion inhibitor sebagai tindakan

pencegahan korosi. Selain itu asam HCl juga harus ditangani secara hati-hati karena uapnya

dapat membahayakan kulit dan mata serta pada konsentrasi yang tinggi larutan ini dapat

terbakar.
 Asam Klorida – Fluorida (HCl-HF)

Asam klorida – fluoride termasuk jenis asam mineral yang memiliki daya reaksi yang

kuat dengan bau yang keras dan bersifat korosif. Campuran asam klorida –fluorida

biasanya digunakan untuk stimulasi matrix acidizing pada formasi sandstone.

Asam fluoride (HF) tersedia sebagai lauran dengan konsentrasi bervariasi antasa 40%

- 70%. Dalam penggunaannya pada operasi pengasaman asam fluoride biasanya

dikonbinasikan dengan asam klorida (HCl). Campuran kedua jenis asam ini bisa

didapatkan dengan melarutkan campuran dari asam-asam berkonsentrai tinggi dengan air

atau menambahkan dengan garam-garam fluoride ke dalam larutan asam HCl. Garam akan

menjadi asma HF jika dilarukan ke dalam asam HCl.

Asam HF dapat bereaksi dengan silica dan senyawa-senyawa silica seperti gelas,

bangunan beton, karet alam, kulit dan loga-logam tertentu seperti besi, baja serta material

organic. Asam ini beracun baik keadaan sendiri maupun bercampur dengan asam HCl

sehingga diperlukan penanganan yang hati-hati baik di permukaan maupun di dalam

formasi.

B. Asam Organik

Asam organic biasanya terdiri dari asam asetat (CH3COOH) dan asam format

(HCOOH). Asam ini dapat melarutkan batuan limestone dan dolomite, tetapi asam ini

berbeda dengan mineral acid. Pada organic acid ionisasi tidak akan cepat (weak acid).

Organic acid dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:


1. Asam Asetat (CH3COOH)

Asam asetat adalah asam organic pertama yang digunakan pada operasi stimulasi

pengasaman. Laju reaksi asam asetat lebih lambat dibandingkan dengan asam HCl karena

derajat ionisasinya kecil. Asam asetat relative lebih mahal dibandingkan dengan asam HCl.

Tingkat korosivitas asam asetat sangat rendah sehingga dapat digunakan dalam waktu

yang relative lebih lama di dalam sumur karena pengaruhnya terhadap peralatan logam di

dalam sumur relative lebih kecil. Asam asetat sering juga digunakan sebagai fluida

perforasi pada formasi batu gamping (limestone).

Karakteristik lain dari asam asetat, yaitu:

- Tidak berwarna dan mudah larut dalam air

- Waktu reaksi lebih lambat sehingga jumlah batuan per volume yang dapat

bereaksi lebih banyak

- Konsentrasi yang biasa digunakan antara 10 – 15%

- Akan membeku atau mengkristal pada temperature 41.2 oF (16.6 oC)

Beberapa keuntungan penggunaan asam asetat, yaitu:

- Tidak menimbulkan pengendapan dengan ion besi

- Tidak merusak peralatan aluminium

- Tidak merusak lapisan chrome pada temperature di atas 200 oF

Berdasarkan sifat tersebut diatas, pada saat penggunaan asam ini peralatan bawah

permukaan tidak perlu dikeluarkan dari lubang sumur.


2. Asam Format (HCOOH)

Asam format bereaksi lebih cepat dari asam asetat, tetapi masih lebih lambat

dibandingkan dengan asam HCl. Asam format merupakan asam organic yang paling

sederhana, di mana asam ini dapat bercampur dengan air secara sempurna dan harganya

relative lebih murah.

Asam format umumnya digunakan pada batuan limestone / dolomite dan efektif

digunakan pada temperature tinggi karena diperlukan waktu reaksi cukup lama agar bisa

meresap masuk kedalam formasi. Asam ini memiliki tingkat korosivitas yang lebih besar

dari asam asetat. Walau demikian asam format dapat juga digunakan sebagai fluida

komplesi yang memerlukan waktu kontak yang relative panjang antara asam dengan pipa.

3. Powdered Acid

Powdered acid terdiri dari asam sulfamic (NH2SO3H) dan asam kloroasetat

(ClCH2CO2H). Kedua jenis asam ini tidak mudah menguap, berbentuk Kristal berwarna

putih yang mudah larut dalam air.

Keuntungan penggunaan asam ini:

- Mudah dibawa / dipindahkan karena bentuknya yang berupa bubuk

- Kecepatan reaksinya sama cepat seperti asam HCl

- Tingkat korosivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan HCl

Kerugiannya:

- Tidak dapat digunakan untuk melarutkan oksida besi.


- Tidak efektif digunakan pada temperature tinggi di atas 180℉ karena akan

terhidrolisa menghasilkan asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat CaSO4 yang sukar

larut.

- Harga relative lebih mahal sehingga jarang digunakan.

4. Acid Mixture

Acid mixture terdiri dari asam-klorida, asam format- klorida, dan asam format-

fluorida. Asam asetat-klorida dapat digunakan pada formasi karbonat, dengan tingkat

korosivitas yang relatif lebih rendah dibandingkan asam organic meskipun digunakan pada

temperature tinggi. Sedangkan asam format-fluorida digunakan untuk pengasaman pada

formasi batu pasir dengan temperature tinggi dan tingkat korosivitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan HCl-HF.

Pressure Build-Up Test

Pressure Build up Test adalah suatu teknik pengujian tekanan transien

dengan cara memproduksikan sumur dengan laju produksi konstan selama waktu

tertentu kemudian sumur ditutup (biasanya dengan menutup kepala sumur di

permukaan). Penutupan sumur disebabkan naiknya tekanna yang dicatat sebagai

fungsi waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan alir dasar sumur).

Tetapi dalam kenyataannya, laju produksi tersebut dapat berubah-ubah. Maka untuk

mengatasi keadaan ini pada teknik analisa ulah tekanan digunakan prinsip

Superposisi.

Dari data tekanan yang didapat, kemudian dapat ditentukan permeabilitas

efektif formasi, daerah pengurasan saat itu, adanya faktor skin, batas reservoir

bahkan keheterogenan suatu formasi. Penggunaan prinsip Superposisi untuk aliran


yang bervariasi selama interval waktu t, dengan laju produksi qi, penurunannya

adalah:

𝑞𝑖𝜇
∆P(t) = Pi − Pwf = ∆P𝐷 …………...………………………… (3.1)
2𝜋𝑘ℎ

Pada laju waktu t1 , laju produksi naik sebesar (q 2 - q1 ) ke kenaikan ini

menyebabkan bertambahnya kehilangan tekanan. Maka tekanan selama periode t1

dapat dihitung, yaitu dengan menjumlahkan kehilangan tekanan yang disebabkan

oleh kenaikan laju produksi sebesar (q 2 - q1 ) pada saat dimulai waktu t1 . Secara

matematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

Untuk: 0 ≤ 𝑡 ≤ t1 ,

𝑞𝑖𝜇
∆P(t) = ∆P𝐷 (t) …………………………...………………… (3.2)
2𝜋𝑘ℎ

Untuk t1 ≤ t,

qiμ ( q2 −q1 )μ
∆P(t) = 2πkh
∆PD (t) + 2πkh
∆PD (t − t1 ) ……………………. (3.3)

Dimana persamaan ini dapat berlaku untuk q1 lebih besar daripada q 2 atau q 2

lebih kecil daripada q1 . Untuk menentukan gradient tekanan selama periode awal

(t ≤ t1 ) adalah:

qiμ
∆P(t) = ∆PD (t) ………………………………......…………. (3.4)
2πkh

Untuk periode kedua (t1 ≤ 𝑡 ≤ t 2 ) adalah:

qiμ ( q2 −q1 )μ
∆P(t) = ∆PD (t) + ∆PD (t − t1 ) ……………………. (3.5)
2πkh 2πkh
Pada waktu t 2 laju produksi berubah dari q 2 menjadi q1 , maka penambahan

penurunan tekanan selama periode dua, dapat dihitung yaitu dengan menjumlahkan

kehilangan tekanan yang disebabkan oleh kenaikan laju produksi sebesar (q 3 - q 2 ).

Untuk periode ketiga (t 2 < 𝑡 < t 3 ) adalah:

qiμ ( q2 −q1 )μ ( q3 −q2 )μ


∆P(t) = ∆PD (t) + ∆PD (t − t1 ) + ∆PD (t −
2πkh 2πkh 2πkh

t 2 )……………………………………………………………………….... (3.6)

Sehingga untuk perubahan laju produksi yang terjadi sebanyak n kalo, akan

memberikan hubungan sebagai berikut:

qiμ ( q2 −q1 )μ ( q3 −q2 )μ


∆P(t) = ∆PD (t) + ∆PD (t − t1 ) + ∆PD (t −
2πkh 2πkh 2πkh

( qn −qn−1 )μ
t 2 )+ ∆PD (t − t n−1 )………………………………………….…. (3.7)
2πkh

Atau secara umum dinyatakan:

qiμ (𝑞1−𝑞𝑖−1 )
∆P(t) = [∆PD (t) + ∑𝑛𝑖=2 ∆PD (t− ti−1 ) ]…......………. (3.8)
2πkh 𝑞1

Dasar analisa pressure build-up ini dikemukakan oleh Horner, yang pada dasarnya

adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Pada analisa PBU digunakan

persamaan Horner, yaitu sebagai berikut:

𝑞𝜇𝐵 𝑡 + ∆𝑡
Pws = 𝑃𝑖 − 162.6 𝑘ℎ
log 𝑝∆𝑡 ………………………………………….. (3.9)
Persamaan ini memperlihatkan bahwa Pws, shut-in BHP, yang dicatat selama

t+ ∆t
penutupan sumur, apabila diplot terhadap log [ ∆t
] merupakan garis lurus dengan

kemiringan (slope):

162.6qμB
m= 𝑘ℎ
, 𝑝𝑠𝑖/𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒

Jelas bahwa permeabilitas k dapat ditentukan dari slope “m” sedangkan apabila

garis ini diekstrapolasi keharga “Horner Time” sama dengan satu (ekivalen dengan

penutupan yang tidak terhingga lamanya), maka tekanan pada saat ini teoritis sama dengan

tekanan awal reservoir tersebut. Sesaat setelah sumur ditutup maka akan berlaku hubungan:

𝑞𝜇𝐵 1688. ∅. 𝜇. 𝐶𝑡. 𝑟𝑤 2


Pws = 𝑃𝑖 − 162.6 [log [ ] − 0.869. 𝑆]
𝑘ℎ kt

1688.∅.𝜇.𝐶𝑡.𝑟𝑤 2
= 𝑃𝑖 − m [log [ kt
] − 0.869. 𝑆 ]………………………….. (3.10)

Pada saat waktu penutupan = t, berlaku hubungan:

Pws = Pi − log[(t p + t)/t ] ……………………………………………… (3.11)

Faktor skin, S, dapat dihitung dengan persamaan:

Pws −Pwf 1688.∅.𝜇.𝐶𝑡.𝑟𝑤 2 (tp +t)


S = 1.151 ( m
)+ 1.151 log [ kt
] + 1.151 log [ t
] ………… (3.12)

Didalam industri perminyakan biasanya dipilih t = 1 jam sehingga Pws pada

persamaan () menjadi P1jam . P1jam ini harus diambil pada garis lurus atau garis

(tp +t)
ekstrapolasinya. Kemudian faktor [ ] diabaikan, sehingga:
t
P1jam −Pwf k
S = 1.151 ( 𝑚
− Pwf
+ 3.23)……………………………………………… (3.13)

‘m’ berharga positif.

Apabila S ini berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada

umumnya disebabkan adanya filtrat lumpur yang meresap ke dalam formasi atau endapan

lumpur (mud cake) disekililing lubang bur pada formasi produktif yang kita amati. S yang

negative menunjukkan adanya perbaikan (stimulated), biasanya setelah dilakukan

pengasaman (acidizing) atau perekahan hirolik (hydraulic fracturing).

V. METODE YANG DIGUNAKAN

Matriks Acidizing bisa dikatakan berhasil bila terdapat kenaikan productivity

index yang cukup berarti. Biasanya dengan membandingkan antara harga

productivity index open hole dengan productivity index setelah pengasaman. Untuk

menganalisa suatu pengasaman perlu digunakan uji sumur untuk mengetahui skin

factor agar dapat memperkuat analisa dilakukannya matriks acidizing. Well test

menggunakan software Saphir dan dapat membandingkan sebelum dan sesudah

dilakukannya matriks acidizing.

Produktivity Indeks (PI) adalah kemampuan suatu formasi produktif untuk

mengalirkan fluidanya kedasar sumur pada draw down tertentu. Draw down adalah

perbedaan tekanan reservoir (Pr ) dengan tekanan alir dasar sumur (Pwf ). Matriks

acidizing dinyatakan berhasil bila pada drawdown sama diperoleh laju produksi

yang lebih besar.


Kemampuan suatu sumur untuk berproduksi biasanya dinyatakan dalam

bentuk kurva IPR (Inflow Performance Relationship). Secara matematis PI dapat

dinyatakan dengan:

qo
𝑃𝐼 = ………………………………………………………………… (3.14)
Ps −Pwf

PI = Produktivity Indeks, bbl/day/psia

qo = Laju Produksi Minyak, bbl/day

Ps = Tekanan static reservoir, psia

Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia

VI. RENCANA PELAKSANAAN

Rencana pelaksanaan Tugas Akhir akan dilaksanakan selama ± 2 bulan

dengan rincian:

- Pengenalan Lapangan

- Penentuan sumur kandidat


Minggu Pertama
- Masalah yang akan dikaji

- Diskusi
- Pengumpulan data – data lapangan

yang diperlukan
Minggu Kedua
- Diskusi

- Weekly Report

- Pengujian sumur sebelum acid


Minggu Ketiga - Diskusi

- Weekly Report

- Pemodelan Matriks Acidizing


Minggu Keempat - Diskusi

- Weekly Report

- Perencanaan ulang Matriks


Minggu Kelima Acidizing

- Diskusi

- Weekly Report

- Evaluasi keberhasilan Matriks

Acidizing
Minggu Keenam
- Diskusi

- Weekly Report
- Analisa hasil akhir
Minggu Ketujuh - Diskusi

- Weekly Report

- Hasil akhir

Minggu kedelapan - Diskusi

- Final Report

VI. PERKIRAAN HASIL

Perkiraan hasil dari evaluasi terkait adalah :

1. Melihat pengerjaan sebelum dan dilakukannya matriks acidizing dengan

menggunakan welltest guna mengetahui dan memperkuat dilakukannya

pengerjaan acid

2. Perbandingan evaluasi produksi sebelum Matriks Acidizing dengan

sesudah pengerjaan Matriks Acidizing berdasarkan Permeabilitas Formasi,

Productivity Index (PI), Inflow Performance Relationship (IPR)

3. Memperkirakan pengaruh Matriks Acidizing terhadap perolehan minyak

dengan menentukan laju alir maksimum.

VII. MANFAAT KAJIAN

Manfaat dari kajian ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai Matriks Acidizing

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap metode-metode untuk

pengerjaan Matriks Acidizing pada suatu sumur


3. Mengetahui bagaimana cara-cara pemilihan kandidat sumur-sumur yang akan

dilakukan pekerjaan Matriks Acidizing

4. Memperoleh gambaran real di lapangan khususnya dalam pengerjaan Matriks

Acidizing

DAFTAR PUSTAKA

Economides, J. Michael, Daniel Hill. “Petroleum Production System”, PTR

Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1994.

Economides, J. Michael, Kenneth G. Nolte. “Reservoar Stimulation”, Wiley,

2006.

Tjondro Bambang, Kamiso, Rich Dave, Suryaman. “Acidizing and Hydraulic

Fracturing”, Jakarta 3-7 Maret 1997.

Thomas O, Allen & Alan P. Roberts. “Well Production”, Second Edition,

Volume 2, Oklahoma, may 1982.

Tjondrodipoetro, R.B. “Stimulation (Acidizing and Hydraulic Fracturing)”, 5

Anda mungkin juga menyukai