Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Gagal ginjal adalah gagalnya ginjal membuang metabolit yang terkumpul

dari darah. Menurut Brunner and Suddarth, gagal ginjal merupakan penyakit

sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus

urinarius dan ginjal. Gagal ginjal mengakibatkan gangguan keseimbangan

elektrolit, asam basa dan air Gagal ginjal di klasifikasikan menjadi gagal ginjal

akut dan gagal ginjal kronis.1

Keadaan dimana Penurunan cepat/tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi

ginjal disebut gagal ginjal akut. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan

konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN (blood

Urea Nitrogen). Setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali

normal, sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah

penurunan produksi urin, Sedangkan dimana ginjal kehilangan kemampuannya

untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang berlangsung

progresif, lambat, samar dan bersifat irreversible (biasanya berlangsung beberapa

tahun) di sebut dengan gagal ginjal kronik.2

Data di beberapa bagian nefrologi di Indonesia, diperkirakan insidensi

PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi mencapai 200-250

kasus per juta penduduk Angka kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih

dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci

darah (hemodialisis) 1,5 juta orang. Prevalensi di Amerika Serikat yang terkena

gagal ginjal sebanyak 300 ribu dengan hemodialisis sebanyak 220 ribu orang.

1
Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150 ribu orang dan yang

menjalani hemodialisis 10 ribu orang.3.4

Menurut data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000,

glomerulonefritis merupakan 46,39% penyebab gagal ginjal yang menjalani

hemodialisis, sedangkan diabetes melitus insidennya 18,65 % di susul obstruksi/

infeksi ginjal 12,85% dan hipertensi 8,46%.4

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik

yang dinyatakan dengan adanya konsentrasi gula darah tinggi dalam darah

(hiperglikemia), diakibatkan karena defisiensi insulin relatif maupun absolut.

Penyakit DM tidak menular yang mengalami peningkatan terus menerus dari

tahun ke tahun. WHO memprediksi kenaikan jumlahpenderita Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi

sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan Data Badan Pusat

Statistik,diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun

adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar

14,7% dan daerah rural sebesar7,2 %. Pada tahun 2030 diperkirakan ada 12 juta

penyandang diabetes di daerah urban dan8,1 juta di daerah rural.5

Efek kronik dari penyakit DM menyebabkan kerusakan organ secara

menyeluruh secara anatomis maupun fungsional. Komplikasi kronik dari penyakit

DM menyebabkan kelainan pada makrovaskular, mikrovaskular, gastrointestinal,

genito urinari, dermatologi, infeksi, katarak, glaukoma dan sistem muskulo

skeletal. 5

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan

penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus

2
Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak

disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes

meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang

dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah populasi manusia

usia lanjut. 5

Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir

semua golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Di

seluruh dunia , peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta

kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia,

prevalensi masyarakat yang terkena hipertensi berkisar antara 6-15% dari total

penduduk. 6

Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi

kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu factor resiko penting

terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan

stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan

organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena dapat menyebabkan

kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas. 6

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke

dalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi

berlanjut menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70

tahun. Namun, krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan

darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur

dapat mencegah insiden krisis hipertensi maupun komplikasi lainnya menjadi

kurang dari 1%.6

Anda mungkin juga menyukai