Anda di halaman 1dari 13

BAB 7

BETON SEMEN PORTLAND

A. Perbandingan Campuran Beton Khairunnisa (160110018)


Sifat-sifat beton tergantung pada perbandingan campuran dan pencetakan serta
metode perawatan. Perbandingan pada campuran beton mempengaruhi sifat beton pada
saat keadaan mudah dibentuk (beton plastic) dan padat. Workability (kemudahan
pengerjaan) dan karakter finishing pada beton berhubungan dengan keadaan beton saat
mudah dibentuk. Sifat pengerasan pada beton yang terpenting yaitu kekuatan, modulus
elastisitas, daya tahan dan porositas. Kekuatan beton menunjukkan rata-rata kuat tekan
dari tiga test. Setiap test merupakan hasil rata-rata dari dua test yang dilakukan setelah
perawatan selama 28 hari.
PCA menentukan tiga kualitas yang harus dipenuhi dari perbandingan campuran
beton yang benar (Kosmatka et al. 2008):
1. Workability (kemudahan pengerjaan) pada campuran beton segar yang
cocok.
2. Daya tahan, kekuatan dan keseragaman penampilan pada pengerasan
beton.
3. Ekonomis.
Untuk mencapai karakteristik beton yang diinginkan, seorang engineer harus
menentukan perbandingan antara semen, air, aggregate halus dan kasar, serta admixture.
Banyak metode yang dilakukan dalam menentukan perbandingan campuran beton, mulai
dari metode 1:2:3 ( 1 untuk semen, 2 untuk pasir dan 3 untuk aggregate) hingga ke
metode berat dan volume mutlak yang dikembangkan oleh American Concrete Institute
(ACI). Metode berat merupakan teknik yang sederhana untuk memperhitungkan
perbandingan campuran dengan mengasumsikan berat beton. Metode volume mutlak
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan perbandingan campuran
dengan menghitung volume masing-masing bahan yang sesuai dengan volume beton
yang akan dibuat. Metode volume mutlak lebih akurat dibandingkan dengan metode
berat. Perbedaan antara metode berat dengan metode volume mutlak terletak pada proses
mix desain yaitu pada jumlah aggregate halus yang digunakan.

1. Langkah-langkah Dasar Metode Berat dan Volume Mutlak


Langkah-langkah dasar yang dapat dilakukan untuk menentukan perbandingan
campuran pada metode berat dan volume mutlak (Kosmatka et al, 2008.):
1. Mengevaluasi persyaratan kekuatan
Untuk menghitung kekuatan desain campuran beton, ada 3 hal yang harus
diketahui :
a. Kuat tekan yang ditentukan.
b. Variabilitas atau standar deviasi beton.
c. Risiko dari pembuatan beton dengan kekuatan yang tidak cocok.

2. Menentukan perbandingan semen-air


Perbandingan semen-air diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
kekuatan yang diinginkan. Jika dalam pembuatan beton digunakan pozzolan,

1
maka perbandingannya menjadi air-semen tambah pozzolan. Dengan kata lain,
berat air sebanding dengan berat semen ditambah pozzolan.

3. Mengevalusi persyaratan aggregate kasar


Ukuran yang diizinkan untuk aggregate kasar yaitu 5 mm keatas. Untuk
ukuran maksimumnya 40 mm atau ukuran maksimum aggregate yang diizinkan
dibatasi oleh dimensi struktur dan kemampuan dari peralatan konstruksi.

4. Menentukan persyaratan air entrainment


Air entrainment adalah proses dimana banyak gelembung udara kecil yang
dimasukkan ke dalam beton dan menjadi bagian dari matriks yang mengikat
agregat bersama-sama dalam beton mengeras.

5. Mengevaluasi persyaratan workability (kemudahan pengerjaan) pada beton yang


mudah dibentuk
Workability (kemudahan pengerjaan) didefinisikan sebagai proses
pencetakan, pengerasan dan finishing pada campuran beton segar. Beton harus
mudah dalam pengerjaannya.

6. Memperkirakan persyaratan kadar air campuran


Kadar air pencampur diperlukan untuk meningkatkan slump pada beton.

7. Menentukan bahan dan jenis penyemenan yang dibutuhkan


Dengan perbandingan air-semen, diperkirakan bahan penyemenan yang
diperlukan untuk campuran ditentukan dengan membagi berat air dengan
perbandingan air-semen. PCA merekomendasikan isi minimum semen yaitu 334
kg/m3 (564 lb/yd3) untuk beton yang rentan dengan serangan sulfat dan tidak lebih
dari 385 kg/m3 (650 lb/yd3) untuk beton yang ditempatkan dibawah air.

8. Mengevaluasi kebutuhan admixtures dan mengaplikasikannya


Admixtures diperlukan pada pembuatan beton untuk memperbaiki kualitas
pada beton serta meningkatkan workability beton.

9. Mengevaluasi persyaratan aggregate halus


Ukuran aggregate halus yang disarankan yaitu tidak lebih dari 5 mm.
ukuran aggregate halus yang sesuai dengan standar yaitu 4,75 mm.

10. Menentukan perbaikan kelembaban


Langkah selanjutnya pada proses mix design adalah menyesuaikan berat air
dengan aggregate agar dapat memperhitungkan kelembaban pada isi aggregate
yang akan digunakan untuk pembuatan beton.

11. Membuat dan menguji campuran percobaan


Langkah yang terakhir yaitu membuat campuran percobaan serta
mengujinya supaya dapat mengetahui kualitas bahan yang digunakan serta dapat
menentukan kemudahan pengerjaan dan keekonomisan campuran.

2
2. Campuran Beton untuk Pekerjaan Skala Kecil
Untuk campuran beton dengan skala pekerjaan yang kecil berat atau volume
total dikalikan dengan perbandingan air-semen sehingga akan didapatkan berat atau
volume masing-masing komponen. Proporsi volume yang digunakan yaitu sekitar dua
pertiga dari jumlah volume asli komponen.

B. Pencampuran, Pencetakan, dan Penanganan Beton Segar


Ratih Rohima Sari (160110066)
Pencampuran, pencetakan dan penanganan beton segar merupakan prasyarat penting
untuk struktur beton yang kuat dan tahan lama. Ada beberapa langkah dan tindakan
pencegahan yang harus diikuti dalam pencampuran dan penanganan beton segar untuk
memastikan bahan berkualitas dengan karakteristik yang diinginkan ( Mehta dan
Monteiro, 2005 ; Beton Institute Amerika, 1983).
Batching merupakan menimbang (menakar) dan pengenalan bahan beton ke dalam
pengaduk. Batching berat lebih akurat daripada batching volume, karena batching berat
menghindari masalah bulking (pengembangan volume pada pasir). Air dan admixtures
cair, harus ditakar secara akurat baik dengan metode berat atau volume. Batching volume
umumnya digunakan dengan mixer dan ketika pencampuran dengan tangan. Mixer secara
khusus dirancang untuk mengatasi masalah bulking.

1. Beton Ready-mix
Beton ready-mix dicampur di pabrik pusat, dan dikirim ke tempat kerja dengan
menggunakan truck mixer. Tiga metode pencampuran yang dapat digunakan untuk beton
ready-mix:
 Pusat campur beton dicampur sepenuhnya dalam mixer stasioner dan dikirimkan
menggunakan truk pengaduk (2 rpm sampai 6 rpm).
 Beton campuran kecil sebagian dicampur dalam mixer stasioner dan diselesaikan
dalam truk mixer (4 rpm sampai 16 rpm).
 Beton Truk-campuran dicampur sepenuhnya dalam truk mixer (4 rpm sampai 16
rpm).

2. Alat Penimbang Campuran Beton


Beton dapat dicampur dalam sebuah alat penimbang campuran beton yang ada di
lokasi kerja. Agregat,semen, air, dan admixtures dimasukkan kedalamnya kemudian
beton akan di pompa keluar.

3. Penyimpanan Beton
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk meyimpan beton dilokasi kerja.
Beton harus disimpan untuk menghindari terjadinya keretakan, penguapan dan
segregasi pada beton.

3
4. Pemompa Beton
Pemompaan sering digunakan untuk proyek-proyek konstruksi besar. Pemompaan
memberikan bentuk khusus langsung ke beton. Harus dilakukan pengawasan atu
perhatian agar beton tercampur dengan benar. Slump harus berada antara 40mm-
100mm sebelum dipompa. Selama dipompa, slump aka menurun sekitar 12mm-
25mm.

5. Pemadatan Beton
Beton berkualitas membutuhkan pemadatan menyeluruh untuk mengurangi udara
terperangkap pada campuran. Pada pekerjaan kecil, pemadatan pada beton dapat
dicapai secara manual dengan metode ramming dan tamping. Untuk pekerjaan besar,
vibrator (alat yang digunakan untuk memadatkan beton) digunakan untuk
memadatkan beton.

6. Kesalahan dan Kehati-hatian dalam Mencampur Air


Karena rasio air-semen memainkan peran penting dalam kualitas beton, jadi
penambahan air harus dikendalikan di lapangan. Air tidak boleh ditambahkan kebeton
selama pengankutan. Jika air ditambahkan, beton akan susah mengeras sehingga akan
memperburuk kualitas dan kekuatan beton.

7. Mengukur kadar udara di Beton Segar


Pencampuran dan penanganan harus dilakukan dengan tepat pada kadar udara
dalam beton segar. Uji lapangan yang digunakan untuk memastikan bahwa beton
memiliki kandungan udara yang tepat sebelum penempatan. Kadar udara dapat
diukur dengan tekanan, volumetrik, gravimetri, atau metode indikator udara Chace.

8. Spreading dan Finishing pada Beton


Metode yang berbeda tersedia untuk spreading dan finishing beton, tergantung
pada sifat struktur dan peralatan yang tersedia. Peralatan yang digunakan untuk
spreading dan finishing beton yaitu hand floats, power floats, darbies, bullfloats,
straightedges, trowels, vibratory screed, dan slip forms.

C. Perawatan pada Beton (Curing Concrete) Sari Rama Indah


(160110159)
Perawatan (curing) merupakan proses mempertahankan kadar air dan suhu pada
beton pada jangka waktu tertentu. Perawatan beton bertujuan untuk menjaga beton
supaya tidak terlalu cepat kehilangan air serta menjaga kelembaban dan suhu beton.
Perawatan beton dilakukan agar proses hidrasi tidak mengalami gangguan dan dapat
berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai dan
menjaga beton supaya tidak terjadi penyusutan yang dapat menyebabkan keretakan pada
beton. Perawatan beton tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan beteton dengan
mutu tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki keawetan struktur beton,
pertahanan terhadap abrasi, kestabilan volume,ketahanan permukaan beton serta
ketahanan terhadap pengaruh zat-zat kimia. Perawatan beton dilakukan setelah beton

4
mencapai final setting (beton telah mengeras).Lamanya perawatan yaitu sekitar 7 hari
berturut-turut mulai dari hari kedua setelah pengecoran.
Perawatan beton dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:
1. Mempertahankan jumlah air dalam beton selama proses pengerasan awal. Metode
yang digunakan yaitu penggenangan atau perendaman, penyemprotan dan
pengkabutan serta menggunakan penutup basah.
2. Mengurangi hilangnya air pada permukaan beton. Metode yang digunakan yaitu
menutupi beton dengan kertas kedap air atau plastic, menggunakan senyawa
pembentuk membrane serta membiarkan cetakan tetap ditempatnya.
3. Mempercepat perkembangan kuat tekan dengan memberikan tambahan panas dan
pelembab. Metode yang digunakan yaitu menggunakan uap panas, selimut isolasi
serta berbagai teknik pemanasan.

1. Penggenangan atau Perendaman (Ponding or Immersion)


Metode penggenangan air dan perendaman (ponding or immersion)adalah cara
perawatan terbaik yang digunakan untuk permukaan beton cor yang horizontal seperti
plat lantai, pekerjaan perkerasan jalan dan perkerasan lapangan terbang.
Menggenangi permukaan beton adalah cara yang sangat efektif dalam menjaga
permukaan beton agar tetap lembab dan juga efektif untuk menjaga keseragaman
suhu dalam beton sebagai akibat dari penguapan.

2. Penyemprotan dan Pengkabutan (Spraying or Fogging)


Perawatan beton dengan cara penyemprotan (spraying) dilakukan menggunakan
perpipaan penyiram biasa yang disambungkan dengan sumber penyediaan air dan
dilengkapi keran penyiram.Metode ini memerlukan air dalam jumlah yang banyak
sehingga biaya menjadi lebih mahal.Cara penyemprotan biasanya digunakan pada
lingkungan dengan suhu yang tinggi serta kelembaban yang rendah.
Untuk daerah bermusim dingin tidak diperlukan penggunaan air dalam masa
perawatan tetapi lebih baik jika menggunaan sistim penguapan (fogging). Penguapan
juga berfungsi untuk meminimalkan retak akibat penyusutan.

3. Penutup Basah (Wet Covering)


Perawatan penutup basah adalah perawatan beton yang menggunakan penutup
kain yang jenuh air seperti kain goni, tikar kain, karpet atau kain lainnya yang dapat
menahan kelembaban. Kain goni dapat memantulkan cahaya, awet, dan tahan api jika
dalam kondisi basah. Kain goni mulai diletakkan di permukaan beton yang horizontal
setelah beton cukup mengeras agar terhindar dari kerusakan permukaan.Ketika
menggunakan kain goni, seluruh permukaan beton harus tertutup oleh kain goni basah
dan tetap dijaga dalam kondisi lembab.Untuk menjaga kelembaban itu dan
mengurangi penggunaan air, maka di atas kain goni basah dapat di lapis dengan
polyethylene film.
Untuk perawatan beton dengan metode wet covering selainmenggunakan kain
basah sebagai bahan penutup dapat juga digunakan tanah lembab, pasir, jerami dan
serbuk gergaji. Pasir dan serbuk gergaji ini biasanya digunakan untuk pekerjaan kecil.
Apabila menggunakan pasir, penyiraman sebaiknya dilakukan siang dan malam hari.

5
Jika menggunakan serbuk gergaji, jangan berasal dari kayu yang mengandung asam
karena dapat merusak beton. Untuk ketebalannya yaitu setebal 50 mm atau 2 inci dan
harus merata di atas permukaan beton serta tetap terjaga dalam kondisi lembab.Selain
itu jika menggunakan jerami, jerami di hampar merata di atas permukaan beton
dengan ketebalan 150 mm atau 6 inci.Agar tidak tertiup angin, sebaiknya dalam
pelaksanaannya di tutup dengan terpal atau goni.

4. Menutup Beton Dengan Kertas Kedap Air atau Plastik (impervious papers or
plastic sheets)
Kertas yang digunakan untuk perawatan beton adalah gabungan dari 2 lembar
kertas yang kuat direkatkan dengan material pengikat (misalnya aspal) dan diperkuat
dengan serat untuk menutup permukaan beton muda guna menghalangi kehilangan air
selama perawatan beton. Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah tidak
dibutuhkan penambahan periodik air karna perawatan beton dengan kertas akan
meningkatkan hidrasi semen dengan mencegah hilangnya kelembaban dari beton.
Selain kertas, lembaran plastik polietilen dapat juga digunakan untuk perawatan
beton.Lembar polietilen ringan, efektif menjaga kelembaban serta mudah
diaplikasikan. Cara pengaplikasian lembaran plastik ini sama dengan pengaplikasian
menggunakan kertas.

5. Senyawa Pembentuk Membran (membrane forming compounds)


Meskipun bukan yang paling efisien, perawatan yang paling praktis dan ekonomis
bentuknya ialah penggunaan senyawa kimia untuk perawatan beton dengan
penyiraman terutama untuk permukaan horisontal yang luas.
Senyawa kimia untuk perawatan dengan pembentuk lapisan tipis adalah suatu
cairan yang disemprotkan pada permukaan beton untuk menghambat penguapan air
dari beton. Pengaplikasian zat kimia dilakukan setelah beton finishing yaitu ketika
permukaannya masih lembab tetapi tidak basah dengan genangan air. Setelah
disemprotkan, larutan zat kimia itu akan menguap dan meninggalkan lapisan tipis
pada beton (resin) yang menyumbat air dalam beton. Lapisan resin ini tinggal dengan
sempurna selama 4 minggu. Setelah lewat 4 minggu lapisan ini menjadi getas dan
mulai mengelupas akibat pengaruh sinar matahari dan cuaca.
Hasil pengujian laboratorium dan pengamatan menunjukkan bahwa suatu selaput
tipis yang menempel sempurna selama 4 minggu memberikan perawatan beton yang
ekivalen dengan membasahinya secara terus menerus selama 14 hari.

6. Membiarkan Cetakan Tetap di Tempatnya (Forms Left in Place)


Form left in place, umumnya memberikan perlindungan yang memadai terhadap
kekeringan, tetapi permukaan yang tidak tertutupi seperti bagian atas balok dan
dinding harus ditutupi segera setelah pengecoran. Perawatan yang baik dari balok,
tiang dan permukaan dinding vertikal dapat dicapai dengan menyiramkan air secara
terus menerus. Akan tetapi hal ini jarang dipraktekkan karena gangguan yang
ditimbulkan oleh air yang menitik pada pekerjaan lain di bawahnya. Perawatan yang
baik biasanya dengan menyiram lalu menyelimutinya dengan polietilen atau kain
goni.Perawatan ini digunakan pada beton yang vertikal.

6
7. Uap Panas (Steam Curing)
Metode uap panas merupakan salah satu metode mempercepat perawatan beton.
Ada 2 jenis perawatan beton dengan uap panas yaitu :
1. Perawatan dengan uap panas tekanan rendah. Perawatan dengan cara ini adalah
untuk mempercepat waktu pemeliharaan yang dapat dilakukan pada tekanan
atmosfir dan temperatur di bawah 100°C dan dimaksudkan untuk menghasilkan
siklus pekerjaan yang pendek pada industri beton pracetak.
2. Perawatan dengan uap panas tekanan tinggi berbeda dengan metode
pemeliharaan dengan uap bertekanan rendah dan bertekanan atmosfir. Metode
ini digunakan bila diperlukan pekerjaan beton yang memerlukan persyaratan
berikut :
 Diperlukan kekuatan awal tinggi dan kekuatan 28 hari dapat dicapai dalam
waktu 24 jam.
 Diperlukan keawetan yang tinggi dengan ketahanan terhadap serangan sulfat
atau bahan kimia lainnya, juga terhadap pengaruh pembekuan atau
temperatur yang tinggi.
Kedua jenis perawatan dengan uap memerlukan waktu dan biaya yang
berbeda.Waktu perawatan dengan tekanan tinggi lebih cepat dibanding dengan
yang bertekanan rendah.

8. Selimut Beton (insulating blankets or cover)


Metode insulating blankets or cover merupakan metode perawatan beton yang
diterapkan pada musim dingin. Ketika suhu beton turun, kecepatan pengerasan dan
peningkatan kekuatan menjadi lambat hingga ketika suhu di bawah titik beku, proses
kimia pengerasan berhenti sama sekali. Apabila suhu naik lagi maka proses
pengerasan berlangsung lagi.
Bila pembetonan berlangsung pada musim dingin dan bila suhu turun di bawah
titik beku, maka perlu dilakukan tindakan untuk menjamin agar :
 air pada beton yang baru saja dicor tidak membeku dan memuai karena
terbentuk lapisan es.
 beton dilindungi pada umur awalnya yaitu sampai beton ini melawan siklus
pembekuan dan pencairan tanpa mengalami kerusakan.
 peningkatan kekuatan dipertahankan meskipun pada kecepatan yang rendah
daripada suhu yang lebih tinggi.
Kecuali bila diberi beberapa bentuk pemanasan dan beton dapat dilindungi
dengancukup memadai, disarankan agar menghentikan pembetonan bila suhu
mencapai sekitar 2°C yang berarti penurunan. Walaupun demikian dengan
pencegahan tertentu pembetonan dapat dilanjutkan pada titik beku.
Perlindungan beton setelah dicor dapat diisolasi permukaannya atau
pemasangantutup sementara dengan pemanasan di dalamnya. Pemilihan cara yang
digunakan berbeda-beda tergantung biaya yang disediakan, kecepatan kemajuan
pekerjaan yang diinginkandan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan. Untuk
konstruksi yang tipis umumnya membutuhkan perlindungan selama tingkatan awal
dari pengikatan sampai jumlah panas yang dibebaskan cukup untuk mengganti panas
yang hilang.

7
Pelat lantai dasar di atas tanah yang tak membeku atau lapisan keras ditutupi
dengan suatu lapisan isolasi fiberglass sebagai pelindungnya umumnya cukup untuk
mengawetkan panas yang terjadi di dalam beton. Untuk kondisi musim dingin yang
buruk harus diimbangi dengan menutupi pelat memakai tenda yang rendah yang
bahannya terbuat dari lembar polythene atau terpal dan memasang pemanas di
dalamnya agar suhu beton dapat dipertahankan di atas 5°C.

9. Metode pemanasan dengan listrik (electrical, hot oil dan infrared curing)
Metode ini merupakan salah satu metode mempercepat perawatan beton dengan
menggunakan resistor yang berfungsi untuk menyalurkan arus listrik. Yang
berfungsi sebagai resistor adalah campuran beton itu sendiri, tulangan yang terdapat
di dalam penampnag beton. Di dalam pelaksanaannya ditemui kesukaran yang
membuatnya hampir tidak mungkin untuk menyalurkan arus listrik pada keseluruhan
bahan di lapangan. Ini disebabkan terbatasnya panjang penulangan dan besarnya
penampang yang harus dialiri dan hal yang sama juga terlihat bila menggunakan
batang tulangan prategang sebagai resistor. Dari hasil pengamatan, kabel prategang
lebih sesuai bila digunakan sebagai resistor. Oleh karena itu pemeliharaan elektrik
akan memberikan hasil yang baik jika menggunakan kabel prategang.

10. Periode perawatan (curing period)


Lamanya waktu perawatan tergantung pada beberapa factor yaitu :
 Jenis semen yang digunakan
 Proporsi campuran
 Ukuran dan bentuk dari beton
 Kondisi cuaca disekitanya
 Kondisi cuaca setelahnya
Beberapa struktur beton memiliki periode perawatan minimal 7 hari hingga
mencapai kekuatan 70 % dari kekuatan yang direncanakan dengan suhu 5°C (40°F)
sementara beton dengan kuat tekan awal tinggi memiliki periode parawatan minimal
3 hari dengan suhu di atas 10°C (50°F)

D. Sifat Beton Hardned Khairunnisa (160110018)


1. Volume Perubahan Awal
Ketika bahan-bahan beton pertama kali dicampurkan, bentuknya menyerupai
sebuah “adonan”, lunak, encer, sehingga dapat dituang dan dibentuk menjadi
bermacam-macam bentuk. Tahapan ini dinamakan kondisi plastis. Beton harus dalam
kondisi plastis pada saat penuangan (pengecoran) dan pemadatan (kompaksi).

2. Creep Property
Creep didefinisikan sebagai peningkatan bertahap dalam regangan, dengan waktu,
di bawah beban berkelanjutan.Creep beton adalah proses jangka panjang, dan itu
berlangsung selama bertahun-tahun. Meskipun jumlah creep beton relatif kecil, itu

8
bisa mempengaruhi kinerja struktur. Efek creep bervariasi dengan jenis struktur.
Dalam hanya didukung balok beton bertulang, creep meningkatkan defleksi dan,
karena itu, meningkatkan stres dalam baja

3. Permeability
Beton yang baik terbuat dari material yang kuat dan tahan lama secara
alami.Maksudnya, jika material pembentuk beton sudah kuat dan tahan, bisa dijamin
beton yang dihasilkan juga lebih kuat. Ciri-cirinya beton yang kuat dan memiliki daya
tahan yang tinggi adalah: padat, kedap air (tidak berpori), tahan terhadap perubahan
suhu, dan tahan terhadap keausan dan pelapukan. Kekuatan dan daya tahan saling
berhubungan.Semakin tinggi kekuatan (mutu) beton, semakin tinggi pula daya
tahannya.

4. Hubungan Tegangan dan Regangan


Hubungan tegangan-regangan dapat dilihat pada beton –yang berumur 28 hari
dengan berbagai rasio air-semen (Hognestad et al., 1955).Hal ini dapat dilihat bahwa
peningkatan rasio air-semen menurun baik kekuatan dan kekakuan dari beton.
Dengan rasio air-semen 0,50 atau kurang dan strain hingga 0,0015, perilaku
tegangan-regangan hampir linear dengan tinggi rasio air-semen, perilaku tegangan-
regangan menjadi nonlinier di lebih kecil strain.

E. Teknik Pengujian Kuat Tekan Beton Denis Syahnur (160110146)


1. Pengujian Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan adalah kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam menahan
beban yang akan mengurangi ukurannya. Kekuatan tekan dapat diukur dengan
memasukkannya ke dalam kurva tegangan-regangan dari data yang didapatkan dari
mesin uji. Beberapa bahan akan patah pada batas tekan, beberapa mengalami
deformasi yang tidak dapat dikembalikan. Deformasi tertentu dapat dianggap sebagai
batas kekuatan tekan, meski belum patah, terutama pada bahan yang tidak dapat
kembali ke kondisi semula (irreversible).Pengetahuan mengenai kekuatan tekan
merupakan kunci dalam mendesain sebuah struktur.Kekuatan tekan dapat diukur
dengan mesin uji universal.Pengujian kekuatan tekan, seperti halnya pengujian
kekuatan tarik, dipengaruhi oleh kondisi pengujian (penyiapan spesimen, kondisi
kelembaban dan temperatur ruang uji, dan sebagainya).

Pengujian kekuatan tekan adalah tes yang paling umum dilakukan pada kekuatan
beton . Kekuatan tekan adalah salah satu persyaratan desain struktural utama untuk
memastikan bahwa struktur akan mampu membawa beban dimaksudkan.
Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, kekuatan tekan meningkatkan sebagai rasio
air-semen menurun.Karena air-semen Rasio secara langsung berkaitan dengan mutu
beton, kuat tekan juga digunakan sebagaimengukur kualitas, seperti daya tahan dan

9
ketahanan terhadap cuaca. Dengan demikian, dalam banyakkasus, desainer
menentukan tinggi kekuatan tekan dari beton untuk memastikan tinggikualitas,
bahkan jika kekuatan ini tidak diperlukan untuk menyokong struktural. kuat tekan
berat beton normal adalah antara 20 MPa sampai 40 MPa (3000 psi-6000 psi). Di
Amerika Serikat, tes dilakukan pada spesimen silinder dandistandarisasi oleh ASTM
C39 baik di laboratorium atau di lapangan.

2. Uji Split (membagi) –Tension ( gaya regang / rentang )


Tes split-ketegangan (ASTM C496) merupakan mengukur kekuatan tarik beton.
Di dalammenguji 0,15 m 0,30 m (6-in. oleh 12-in.) silinder beton dikenai beban
compres-sive pada tingkat yang konstan sepanjang diameter vertikal sampai gagal,
Kegagalan spesimen terjadi di sepanjang diameter vertikal, karena
ketegangandikembangkan dalam arah melintang. Perpecahan tarik (tensile tidak
langsung) kekuatan adalah dihitung sebagai (7.4) dimana kekuatan, Mpa (psi),pada
kegagalan, N (psi),spesimen, mm (in.), dan spesimen, mm (in.) kekuatan tarik tidak
langsung khas beton bervariasi dari 2,5 MPa menjadi 3,1 MPa (360 psi 450 psi)
(Neville, 1996). Kekuatan tarik beton adalah sekitar 10% dari kekuatan com-pressive
nya.

3. Uji Kekuatan Lentur


Uji kekuatan lentur (ASTM C78) penting untuk desain dan konstruksi jalan dan
trotoar beton bandara. Spesimen disiapkan baik di laboratorium atau dilapangan
sesuai dengan ASTM C192 atau C31, masing-masing. Beberapa ukuran spesimen
dapat digunakan. Namun, sampel harus memiliki penampang persegi dan rentang
tiga kali kedalaman spesimen. Dimensi khas adalah 0,15 m 0,15 m (6-in. oleh 6-in.)
dan 0,30 m (18-in.).
Setelah pencetakan, spesimen disimpan dalam cetakan untuk pertama ±8 jam
kemudian dikeluarkan dari cetakan dan disembuhkan di kedua di air jenuh-kapur
atau di lemari lembab dengan kelembaban relatif 95% atau lebih tinggi sampai
pengujian. Spesimen kemudian berbalik pada sisinya dan berpusat di ketiga titik
memuat aparat, dan beban terus menerus diterapkan pada tingkat yang ditentukan
sampai pecah.

4. Uji Rebound Hammer (Menilai kualiti konkrit)


Tes Rebound hammer, juga dikenal sebagai uji hammer Schmidt, yaitu tes
dilakukan pada beton mengeras untuk menentukan kekerasan permukaan. Kekerasan
permukaan dapat dikorelasikan, sampai batas tertentu, dengan
kekuatan beton.Rebound hammer umumnya digunakan untuk mendapatkan indikasi
kekuatan beton. Tes ini sangat sederhana untuk menjalankan, dan distandarisasi oleh
ASTM C805.

5. Uji Penetrasi Resistance


Uji ketahanan penetrasi, juga dikenal sebagai tes Windsor Probe, adalah standar
oleh ASTM C803. Perangkat untuk melakukan tes ini dilengkapi dengan template
khusus dengan tiga lubang. yang ditempatkan pada permukaan beton. Pengujian ini
dilakukan di setiap lubang. Pengujian penetrasi diharapkan dapat memberikan

10
estimasi kekuatan yang lebih baik pada beton, karena pengukuran ketahanan penetrasi
dilakukan tidak hanya di permukaan tetapi juga di kedalaman sampel beton.

6. Uji Ultrasonic Pulse Velocity


Tes kecepatan pulsa ultrasonik (ASTM C597) yaitu mengukur kecepatan
gelombang ultra-sonic melewati beton. Dalam tes ini, panjang jalan
antara transduser dibagi dengan waktu tempuh untuk menentukan rata-rata veloc-ity
perambatan gelombang. Upaya telah dilakukan untuk mengkorelasikan data
kecepatan pulsa dengan parameter kekuatan beton. Tidak ada korelasi yang baik
ditemukan, karena hubungan antara kecepatan pulsa dan data kekuatan dipengaruhi
oleh sejumlah variabel, seperti usia beton, rasio agregat-semen, jenis agregat,
kelembaban kondisi, dan lokasi penguatan (Mehta dan Moneiro, 2005). Tes ini
digunakan untuk mendeteksi retak, diskontinuitas, atau kerusakan internal dalam
struktur
beton.

7. Tes Kematangan
Kematangan dari campuran beton didefinisikan sebagai tingkat hidrasi semen,
yang bervariasi sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Oleh karena itu, diasumsikan
bahwa, untuk campuran beton tertentu, kekuatan adalah fungsi dari kedewasaan.
Kematangan digunakan untuk memberikan perkiraan kekuatan beton dengan
memonitor suhu beton dengan waktu. Tes ini (ASTM C1074) pengujian yang
dilakukan pada beton segar selama beberapa hari. Kematangan meteran keharusan
dikalibrasi untuk setiap campuran beton.

F. Alternative pada Beton Konvensional Nabila Sari (160110027)


Beberapa alternative pada beton konvensional yaitu:
1. Self-consolidating concrete (Pemadatan beton)
2. Flowable fill
3. Shotcrete
4. Beton ringan
5. Beton mutu tinggi
6. Penyusutan pada beton
7. Beton beserat
8. Beton berat
9. Beton polimer
10. Beton roller-compacted
11. Beton kinerja tinggi

1. Self-Consolidating Concrete (SCC)


Self-Consolidating Concrete (SCC) atau yang dikenal dengan self-compacting
concrete merupakan pemadatan beton tanpa mesin dimana beton dialirkan dengan
cepat agar dapat menyebar kesegala tempat untuk mengisi bekisting.
Beberapa keuntungan penggunaan SCC yaitu :
11
a. Beton dapat ditempatkan dengan cepat tanpa mesin penggetar
b. Meningkatkan dan membuat lebih seragam penyelesaian permukaan beton
c. Meningkatkan kemudahan mengisi daerah yang sulit dijangkau
d. Meningkatkan pemadatan disekitar daerah tulangan
e. Meningkatkan pumpability (kemudahan pemompaan)

2. Flowable Fill
Flowable fill merupakan bahan penyemenan dengan kuat tekan 8,3 MPa (1200
Psi) atau kurang. Flowable fill digunakan sebagai pengganti pada aliran pemadatan
granular. Isi campuran Flowable fill terdiri dari semen, pasir dan air dengan tambahan
fly ash, slag dan admixtures.

3. Shotcrete
Shotcrete merupakan mortar atau beton dengan aggregate kecil yang
disemprotkan pada permukaan beton. Shotcrete juga dikenal sebagai beton sprayed
yang ditempatkan pada permuukaan vertical maupun horizontal.

4. Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada
beton pada umumnya. Beton ringan mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir
silika, kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang kemudian
dirawat dengan tekanan uap air. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat
diatur sesuai kebutuhan. Keunggulan beton ringan ada pada berat, sehingga apabila
digunakan pada proyek bangunan akan dapat mengurangi berat bangunan itu sendiri.

5. Beton Berat
Beton berat merupakan beton yang memiliki berat isi yang lebih tinggi dari
beton normal (2400 kg/m3) yaitu sekitar 3300 kg/m3 sampai 3800 kg/m3 . Beton berat
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti untuk perlindungan biologi,
instalasi nuklir, unit kesehatan dan bagunan fasilitas pengujian dan penelitian
atom.Beton berat dibuat dengan menggunakan agregat berat seperti bijih besi maupun
bahan alami yang berat.

6. Beton Mutu Tinggi


Beton dengan kuat tekan yang lebih besar dari 40 MPa dikategorikan sebagai
beton mutu tinggi. Beton ini dikembangkan untuk membuat struktur yang menuntut
tingkat kepentingan yang tinggi misalnya bangunan-bangunan dengan tingkat
keamanan tinggi seperti jembatan, gedung tinggi, reaktor nuklir dan lain-lain.

7. Penyusutan Pada Beton


Penyusutan pada beton merupakan perubahan volume beton manjadi lebih
kecil akibat mengeringnya beton pada waktu mengeras. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya keretakan pada beton. Penyusutan biasanya berlangsung selama 3 hari.
Penyebab terjadinya penyusutan yaitu factor air-semen terlalu tinggi, pemakaian
semen terlalu banyak, modulus kehalusan aggregate tidak memenuhi syarat, intensitas

12
pengadukan yang kurang baik dan kelembaban udara. Cara penanggulangannya yaitu
dengan menggunakan metode curing compound.

8. Beton Polimer
Dengan pemberian polimer sebagai bahan perekat tambahan pada campuran beton,
akan dihasilkan beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih
singkat. Bahan yang ditambahkan bisa berupa latex maupun emulsi dari bahan lain.Jenis ini
cocok digunakan pada pekerjaan-pekerjaan pembetonan dalam keadaan darurat seperti
terowongan, tambang dan pekerjaan lain yang membutuhkan kekuatan beton dalam waktu
singkat bahkan dalam hitungan jam.
Disamping itu, jenis beton polimer bisa dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan
ketahanan terhadap bahan kimia tertentu. Metode panambahan polimer selain pada campuran
beton, bisa juga dilakukan pada saat beton sudah kering dengan tujuan untuk menutup pori-
pori beton dan retak kecil (microcrac) karena pengeringan sehingga didapatkan beton yang
kedap air (inpermiable) sehingga keawetan beton bisa meningkat.

9. Beton Berserat
Beton berserat adalah beton yang materialnya ditambah dengan komponen
serat yang bisa berupa serat baja, plastik, glass ataupun serabut dari bahan alami.
Walaupun serat dalam campuran tidak terlalu banyak meningkatkan kekuatan beton
terhadap gaya tarik, perilaku struktur beton tetap semakin baik misalnya
meningkatkan regangan yang dicapai sebelum runtuh, meningkatkan ketahanan beton
terhadap benturan dan menambah kerasnya beton.

10. Beton Roller-Compacted


Pada pekerjaan-pekerjaan besar dan khusus seperti jalan berbahan beton dan
bendungan, pemadatan beton harus dilakukan dengan menggunakan roller vibrator .
Untuk pemadatan dengan roller, campuran beton harus cukup kering agar roller tidak
tenggelam tatapi tetap harus memiliki sifat basah agar distribusi bahan perekat
(semen) ke seluruh permukaan agregat menjadi merata.

11. Beton Kinerja Tinggi


Umumnya tingkat kesulitan dalam pengerjaan beton dikaitkan dengan tingkat
keenceran campurannya atau kemampuannya mengalir (flowing consistency),
semakin encer beton akan semakin mudah dikerjakan.Tetapi jangan salah, encer yang
dimaksud bukan semata encer karena diberi banyak air, justru dengan kebanyakan air
mutu beton akan semakin rendah karena material penyusunya bisa terpisah-pisah
(segregated). Yang dimaksud disini adalah beton yang mudah mengalir tetapi tetap
memiliki mutu yang baik seperti beton normal atau mutu tinggi.

13

Anda mungkin juga menyukai