Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK 8

ANALISIS ALAT PENANGKAPAN IKAN


(PERHITUNGAN DAN TEKNIK PENYAMBUNGAN JARING)

disusun oleh :
SUDIRMAN SUKARDI (C451170071)
INTAN ROIHATUL JANNAH HASLY (C451170171)
RISMA YUDHA ARYANTONO (C451170281)
HAIRUL UMAM (C451170021)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia perikanan tangkap terdapat beberapa jenis alat tangkap dimana
setiap jenis memiliki cara pengoperasian yang berbeda sesuai dengan target
tangkapan yang diinginkan. Dalam sistem klasifikasi menurut Nomura dan
Yamazaki, mengklasifikasikan alat penangkapan ikan menjadi 9 (sembilan) jenis,
7 (tujuh) golongan alat tangkap dikategorikan menggunakan jaring, 1 (satu)
golongan pancing, dan 1 (satu) golongan alat tangkap lainnya. Khusus alat tangkap
jaring, yang paling banyak digunakan di perairan Indonesia seperti purse seine,
Gillnet, Bubu (Trap) dan Trawl.
Secara umum bahan jaring terbuat dari serat sintetis dimana jenis benangnya
terbagi menjadi monofilamen (satu helai benang) dan multifilamen (lebih dari satu
serat). Untuk jaring insang sebagian besar menggunakan jaring monofilamen,
mono-multifilamen sedangkan untuk purse seine, bubu dan trawl lebih banyak
menggunakan jaring jenis multifilamen.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, sehingga dalam membuat alat
tangkap diperlukan beberapa teknik dalam rangka merekayasa pembuatan alat
tangkap seperti salah satunya adalah teknik penyambungan yang berfungsi untuk
merangkaikan beberapa lembar jaring menjadi bentuk dan fungsi sesuai yang
diinginkan. Dalam pelaksanaannya, beberapa teknik penyambungan ini
membutuhkan perhitungan sehingga dapat diperoleh perhitungan yang tepat dalam
rangka menyambung jaring sesuai dengan yang diinginkan. Selain untuk
merekayasa pembuatan alat tangkap baru, teknik penyambungan juga digunakan
untuk melakukan perbaikan apabila alat tangkap mengalami kerusakan. Namun
dalam pembahasan makalah ini, lebih mengarah pada penyambungan dalam rangka
pembuatan alat tangkap seperti penyambungan pada lembar jaring trawl.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis teknik
penyambungan dan perhitungannya pada jaring.
II. PEMBAHASAN

2.1. Menyambung jaring


Menyambung jaring merupakan sebuah kegiatan untuk menyatukan atau
merangkaikan beberapa lembar jaring menjadi satu sehingga memiliki bentuk
jaring sesuai dengan yang diinginkan. Terdapat empat jenis penyambungan yang
bisa dilakukan dalam menyambung jaring diantaranya, sambungan mesh dangan
mesh, sambungan point dengan point, take up dan lashing. Keempat teknik
penyambungan ini memiliki cara yang berbeda sehingga akan memiliki bentuk
akhir yang berbeda pula. Berikut penjelasan keempat jenis teknik penyambungan
dalam rangka rekayasa pembuatan alat tangkap ikan.

2.1.1. Mesh to mesh


Teknik penyambungan mesh to mesh adalah sebuah teknik penyambungan
yang digunakan ketika kedua lembar jaring memiliki jumlah mata dan jenis
potongan yang sama yakni potongan mesh sehingga teknik penyambungan ini
dilakukan secara horisontal.

Gambar 1. Penyambungan Mesh dengan Mesh


Cara penyambungan mesh dengan mesh dapat dimulai dari titik A1 lalu
dirangkaikan dan disimpulkan ke titik B1, dilanjutkan ke titik A2 lalu dirangkaikan
dan disimpulkan di titik B2, begitu seterusnya hingga seluruh lembar jaring
tersambung.

2.1.2. Point to point


Teknik penyambungan point to point merupakan sebuah teknik
penyambungan yang digunakan ketika kedua jaring memiliki jumlah mata dan jenis
potongan yang sama yakni point. Sehingga pola penyambungan dilakukan secara
vertikal sesuai dengan jenis potongannya yaitu point. Cara penyambungan ini tidak
beda jauh dengan penyambungan mesh dengan mesh yakni dengan cara memulai
dari titik A1 kemudian dirangkaikan dan disimpulkan di titik B1 tetapi arahnya
secara vertikal.

Gambar 2. Penyambungan Point to Point

2.1.3. Take up
Jika ingin menyambung dua lembar jaring yang memiliki jenis potongan yang
sama tetapi memiliki jumlah mata jaring yang berbeda maka dapat digunakan
teknik penyambungan take up. Misalkan terdapat jaring A memiliki jumlah mata
jaring sebanyak 200 dan jaring B memiliki jumlah mata jaring sebanyak 300. Maka
cara yang dpat dilakukan adalah dengan cara mengambil perbandingan dari kedua
sisi yang akan disambungkan maka akan didapatkan perbandingan 2:3. Dapat
diartikan bahwa tiap dua mata jaring pada jaring A harus disambungkan dengan
tiga mata jaring disisi jaring B. Hal yang demikian disebut dengan cara menyisip.

Gambar 3. Menyisip
Selain dengan teknik menyisip (creasing) teknik take up juga dapat dilakukan
dengan cara mencari selisih dua bagian jaring yang akan disambung. Sebagaimana
yang telah dicontohkan diatas. Ini berarti bahwa selisih tersebut harus dibagi rata
untuk penyisipan agar 200 mata pada sisi A dapat dijadikan 300 mata, atau harus
bagi rata untuk merangkapkan sisi B dari 300 mata agar menjadi 200 mata. Teknik
ini disebut merangkap (baiting).

Gambar 4. Merangkap (baiting)


2.1.4. Lashing
Teknik penyambungan dengan cara lashing merupakan sebuah teknik yang
dilakukan seperti menjahit kain dengan tangan. Teknik ini biasanya digunakan
ketika ketiga teknik penyambungan sebelumnya tidak bisa dilakukan seperti pada
penyambungan mesh to mesh atau point to point dalam jumlah yang besar dan
panjang sehingga digunakan teknik lashing agar efisien waktu. Selain itu teknik ini
juga dapat digukanan untuk jenis potongan jaring all bar (kombinasi) dan dapat
digunakan pada kondisi darurat dalam rangka perbaikan alat tangkap yang biasanya
digunakan oleh nelayan saat melakukan perbaikan dilaut. Adapun kelebihan dari
teknik lashing ini adalah tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
penyambungan.

Gambar 5. Penyambungan lashing


2.2. Perhitungan dalam penyambungan jaring
Teknik penyambungan jaring dalam rangka rekayasa pembuatan alat
tangkap ikan seperti yang dilakukan pada penyambungan tiap lembar jaring trawl
yang berbeda yang akan disambung Untuk menyambung beberapa helai jaring
tersebut dalam membentuk sebuah alat penangkapan diperlukan perhitungan yang
efisien. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan alat tangkap yang memiliki kontruksi
kuat dan mampu dioperasikan untuk waktu yang lama.
Trawl merupakan salah satu alat tangkap yang kompleks dam memiliki
beberapa perbedaan ukuran mata jaring yang tentunya akan memerlukan
perhitungan dalam penyambungan antar bahan jaring yang lainnya.

Gambar. 6 Desain Trawl


1
Untuk bagian sayap digunakan jaring berukuran 4 2 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 dengan jumlah

mata jaring160 mesh dan akan di sambung ke badan jaring yang memiliki mesh
size yang sama dengan bagian sayap dengan jumlah mata jaring 160 mesh seperti
pada gambar. 6 bisa disambung menggunakan teknik penyambungan mesh to mesh.
Untuk penyambungan bagian badan 1 dan badan 2 yang memiliki mesh size dan
jumlah mata jaring yang berbeda dapat menggunakan teknik penyambungan
merangkap atau menyisip dengan perhitungan sebagai berikut :
Jumlah mata jaring pada badan 1 adalah 140 dengan ukuran mata jaring
1
4 2 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 akan disambung dengan badan jaring 2 yang miliki jumlah mata jaring
210 dengan ukuran mata jaring 3 inchi seperti pada gambar. 6. Untuk
penyambungan dengan teknik meyisip maka perlu dicari perbandingan untuk kedua
jumlah mata jaring, sehingga didapatkan perbandingan 1:2, yang artinya setiap 2
mata jaring pada badan 2 akan disisipkan ke 1 mata jaring badan 1 dengan cara
digantung.
Jika menggunakan teknik merangkap maka perlu dicari selisih jumlah mata
jaring badan 2 dan badan 1. Jumlah jaring badan 1 = 140, Jumlah mata jaring badan
2 = 210, Selisih mata jaring 210-140 = 70, sehingga didapatkan jumlah mata jaring
yang akan disipkan adalah 140/70 = 2, yang berarti Setiap 2 mata jaring pada badan
2 akan dirangkap pada 1 mata jaring badan 1.
Untuk menyambung badan jaring 2 (mesh size = 3”) dan badan 3 (mensh
1
size 2 ") yang memiliki perbedaan ukuran mata jaring namun memiliki jumlah
2

mata jaring yang sama yakni 160 mata, maka dapat disambung menggunakan
teknik penyambungan mesh to mesh. Hal ini berlaku juga untuk badan 3 dan
kantong, karena memiliki ukuran berbeda namun jumlah mata jaring yang sama,
maka dapat disambung menggunakan teknik mosh to mesh.
Sedangkan penyambungan kantong dan code end dapat menggunakan
teknik take up (menyisip atau merangkap), ini dikarenakan perbedaan jumlah mata
jaring yang berbeda walaupun memiliki ukuran mata jaring yang sama. Jika
menggunakan taknik menyisip maka pertama dicari dulu perbandingan jumlah mata
jaring kantong dan code end, sehingga didapat perbandingan 3:4 yang berarti setiap
3 mata jaring pada kantong akan sisipkan 4 mata jaring pada code end. Sedangkan
untuk merangkap perlu di cari selisih antara jumlah mata jaring kantong dengan
code end. Jumlah mata jaring kantong adalah 80 sedangkan code end 60, sehingga
didapatkan selisih 80-60 = 20, sehingga mata jaring yang akan di rangkap adalah
80/20 = 4 sehingga kita akan merangkap setiap 4 mata jaring kantong kedalam 3
mata jaring pada code end.
III. Penutup

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari tulisan yang berjudul perhitungan dan teknik
penyambungan jaring diantaranya adalah terdapat empat jenis penyambungan yang
bisa dilakukan dalam menyambung jaring diantaranya, sambungan mesh dangan
mesh, sambungan point dengan point, take up dan lashing. Keempat teknik
penyambungan ini memiliki cara yang berbeda sesuai dengan jenis potongan dan
mata jairng serta terdapat teknik perhitungan dalam penyambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Fridman, AL. 1998. Perhitungan dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan.


Diterjemahkan oleh Farid A., Fauzi, Rasdani, Hadisubroto., Bambang N.,
Zarochman., Sugiono., Roosmaryantie dan Wirayanti. Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.

Sadhori, Naryo. 1984. Bahan Alat Penangkapan Ikan. CV Yasaguna, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai