Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEWASA TENGAH
OLEH :
YUSRI NARTI
070116B078
A. Latar Belakang
Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya ketika menghadapi
krisis dan kecemasan akibat stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa
merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan seseorang.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka dimana sudah
memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Menyiapkan diri menjadi
dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau
disiapkan. Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara berpikir
itu bukan kebetulan, tapi merupakan pilihan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Jiwa”.
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa.
3. Untuk lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui masalah keperawatan yang terjadi pada klien
secepat mungkin sesuai dengan keadaan klien. Pengkajian dapat dilakukan dengan beberapa
cara yakini ; wawancara, observasi dan menuju dokumen medik.
Pengkajian ini dilakukan denagan melibatkan keluaraga sebagai orang terdekat yang
mengetahui tentang masalah kesehatan klien. Format pengkajian yang digunakan adalah
format pengkajan pada klien yang dikembangkan sesuia dengan keberadaaan klien. Format
pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas:
1. Data dasar
a. Identitas
b. Alamat
c. Usia
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Agama
g. Suku bangsa
2. Data biopsikososial spiritualkultural
1. Lingkungan
2. Status fungsional
3. Fasilitas penunjang kesehatan
4. Pemerikasaaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan ansietas
Tujuan: proses pikir pasien akan meningkat dengan terapi ansietas
2. Ketidak efektifan koping yang berhubungan dengan ansietas
Tujuan: pasien akan meningkatkan mekanisme koping untuk mengatasi ansietas.
3. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan ganti karier/ pengunduran diri
Tujuan: menghubungkan keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari pilihan-
pilihan, menceritakan ketakutan dan keprihatinan mengenai pilihan-pilihan dan respons
dari orang lain, dan membuat sebuah pilihan yang diketahui/diberitahu.
4. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan akan kegagalan seksual
Tujuan: menceritakan kepedulian/ masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan
peningkatan kepuasan dengan pola seksual, mengidentifikasi stressor dalam kehidupan,
melanjutkan aktivitas seksual sebelumnya, dan melaporkan suatu keinginan untuk
melanjutkan aktivitas seksual.
C. Intervensi
Dx 1 & 2
1. Kaji pasien secara cermat untuk memastikan bahwa ansietas pasien bukan gejala yang
mendasari proses penyakit, seperti nyeri atau hipoksia
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutannya secara verbal
3. Tanyakan pada pasien keterampilan koping yang biasa berhasil digunakan untuk
mengatasi stress sebelumnya
4. Berikan obat antiansietas sesuai program dan perhatikan efektifitasnya
5. Tanyakan pada pasien obat apa yang sedang digunakan. Gejala ansietas dapat diakibatkan
penggunaan obat-obatan, mencakup kafein, hormone tiroid, aminofilin, obat antidiabetik
oral, obat antiinflamasi nonsteroid, steroid, glikosida jantung, dan inhibitor ambilan ulang
serotonin selektif. Lebih baik tanyakan pada dokter untuk mengganti dengan obat yang
menghasilkan lebih sedikit efek ansietas daripada menambah obat-obatan lain hanya
untuk mengatasi tanda dan gejala ansietas
6. Alkohol adalah cara yang biasa digunakan orang untuk pengobatan ansietas, tetapi bukan
cara yang baik tidak berbahaya. Pastiakn untuk menanyakan pasien menegani
kebiasaannya menggunakan alkohol-jenis apa yang ia minum (bir, anggur, wiski), kira-
kira berapa banyak dalam sehari dan sudah berapa lama.
Dx 3
1. Menetapkan hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian
dan perhatian.
2. Memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
a. Bantu individu dalam mengenali apa masalah-masalahnya dan dengan jelas
mengidentifkasi keputusan yang harus dibuat
b. Gali apa resiko terhadap apa yang timbul dari tidak membuat keputusan
c. Mintalah individu untuk membuat daftar dari semua alternatif atau pilihan yang
mungkin
d. Bantu mengidentifikasi kemungkinan hasil dari berbagai alternative
e. Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
f. Benahi kesalahan informasi
g. Bantu dalam mengevaluasi alternatif-alternatif berdasarkan pada ancaman potensial
atau actual terhadap keyakinan/ nilai-nilai
h. Beri dorongan pada individu untuk membuat keputusan
3. Beri dorongan pada orang terdekat individu untuk terlibat dalam keseluruhan proses
pengambilan keputusan
4. Bantu individu dalam proses menggali nilai-nilai dan hubungan pribadi yang mungkin
mempunyai dampak pada pengambilan keputusan
5. Dukung individu dalam membuat keputusan yang diketahui meskipun kebutuhan konflik
dengan nilai-nilainya sendiri
a. Rundingkan pemuka agamanya sendiri
6. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangan dia dan adalah
menjadi haknya untuk melakukan demikian
7. Jangan biarkan orang lain untuk merusak rasa percaya individu dalam pengambilan
keputusannya sendiri
8. Kolaborasikan dengan keluarga untuk mengklarifikasi proses pengambilan keputusan
Dx 4
1. Dapatkan riwayat seksual
a. Pola seksual biasanya
b. Kepuasan (individu, pasangan)
c. Penegtahuan seksual
d. Masalah-masalah (seksual, kesehatan)
e. Harapan-harapan
f. Suasana hati, tingkat energy
2. Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual yang mungkin
mengganggu pasien
3. Gali hubungan pasien dengan pasangannya
4. Jika stressor atau gaya hidup yang penuh stressor berdampak negative terhadap fungsi:
a. Bantu individu dalam memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi stress
b. Dorong identifikasi stressor yang ada dalam kehidupan; kelompokkan menurut
individu sebagai dapat mengontrol dan tidak dapat mengontrol:
1) Dapat mengontrol
Keterbelakangan pribadi
Keterlibatan dalam aktivitas komunitas
2) Tidak dapat mengontrol
Mengeluh
Penyakit anak perempuan
c. Lakukan program latihan teratur untuk reduksi stress. Lihat perilaku mencari bantuan
kesehatan untuk intervensi
5. Identifikasi pilihan metode untuk melampiaskan energ seksual bila pasangan tidak ada
atau tidak ada keinginan
a. Gunakan masturbasi, jika dapat diterima individu
b. Ajarkan keuntungan fisik dan psikologis tentang aktivitas fisik teratur (sedikitnya 3
kali seminggu selama 30 menit
c. Jika pasangan meninggal, gali kesempatan untuk bertemu dan bersosialisasi dengan
orang lain (sekolah malam, klub janda/ duda, kerja komunitas)
6. Jika suatu perubahan atau kehilangan bagian tubuh mempunyai dampak negtif terhadap
fungsi:
a. Kaji tahapan adaptasi dari individu dan pasangan terhadap kehilangan (mengingkari,
depresi, marah)
b. Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan dari kehilangan
c. Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian dengan pasangan
BAB IV
PENUTUP
A. maupun Kesimpulan
Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya ketika menghadapi
krisis dan kecemasan akibat stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa
merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan seseorang.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka dimana sudah
memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Menyiapkan diri menjadi
dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau
disiapkan. Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara berpikir
itu bukan kebetulan, tapi merupakan pilihan.
B. Saran
Di dalam perkembangan dewasa terdapat berbagai masalah yang apabila tidak
diperhatikan maka akan berdampak buruk pada perkembangan dewasa itu sendiri, sehingga
sudah seharusnya perkembangan pada dewasa itu dijadikan bahan pikiran pada
individu,keluarga masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA