Anda di halaman 1dari 5

JURNAL SUSTAINABLE, Vol. 5, No.

02, Oktober 2016 ISSN 2087-5347

Analisis Kinerja Sistem Doppler VHF Omnidirectional Range dan


Distance Measuring Equipment pada Navigasi Penerbangan

Sapta Nugraha1, Aditya Tama Caesar


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang 29115
1
Corresponding author, e-mail: saptanugraha130489@gmail.com

Abstrak

Navigasi udara merupakan kegiatan untuk mengarahkan transportasi udara dari satu tempat ke
tempat yang lain agar tidak keluar dari jalurnya. Sistem transmisi sinyal pada Doppler VHF
Omnidirectional Range (DVOR) belum sepenuhnya optimal karena persentase sinyal
modulasinya sering mengalami peningkatan yang berakibat pada munculnya kondisi
sinyal over-modulated. Deteksi sinyal interogasi maupun sinyal balasan pada Distance
Measuring Equipment (DME) mengalami hambatan disebabkan oleh waktu tunda dan
jarak pulsa yang tidak sesuai. Pada penelitian ini, akan dilakukan analisis kinerja sistem
DVOR-DME dengan membandingkan nilai parameter dan nilai kondisi normal.
Berdasarkan analisis kinerja sistem, didapatkan bahwa sistem DVOR-DME AirNav
Indonesia Distrik Tanjungpinang beroperasi dengan normal. Nilai optimal 30Hz MOD
dan 9960Hz MOD pada DVOR berada pada rentang nilai normal yaitu sebesar 30%.
Nilai optimal delay dan spacing pada DME berada pada rentang nilai delay normal dan
nilai spacing normal yaitu sebesar 50,01 μs dan 12,02 μs.

Kata kunci : Doppler, DVOR, Navigasi Penerbangan, DME

I. PENDAHULUAN Omnidirectional Range (DVOR) dan


Distance Measuring Equipment (DME) [2].
Navigasi berasal dari bahasa latin navis Doppler VHF Omnidirectional Range
dan agere. Navis diartikan kapal dan agere (DVOR) merupakan alat bantu navigasi
diartikan pekerjaan memindahkan atau jarak pendek, yang bekerja menggunakan
menjalankan. Navigasi juga dapat diartikan frekuensi radio sangat tinggi (VHF/ Very
proses mengendalikan gerakan angkutan High Frequency), fasilitas DVOR
baik di udara, di laut, atau sungai. Sistem memungkinkan pesawat menuju tujuan
navigasi adalah sebuah sistem yang dengan memanfaatkan stasiun DVOR di
berfungsi untuk memandu pergerakan darat tanpa tergantung dari keadaan cuaca.
transportasi darat, laut ataupun udara [1]. DVOR memanfaatkan Efek Doppler dalam
Navigasi udara merupakan kegiatan proses modulasi sinyalnya, berbeda dengan
untuk mengarahkan transportasi udara Conventional VOR yang menggunakan
(dalam hal ini pesawat) dari satu tempat ke mekanik [3]. Antena carrier yang digunakan
tempat yang lain agar tidak keluar dari sistem DVOR adalah antena Alford Loop.
jalurnya. Navigasi udara dilakukan oleh dua Antena Alford Loop adalah antena
pihak yaitu ground station (stasiun darat) omnidirectional yang memanfaatkan 2 plat
dan aircraft (Pesawat). Salah satu navigasi konduktor. Arus yang diinputkan pada
udara adalah perangkat Doppler VHF tengah konduktor akan memiliki amplitudo

6
JURNAL SUSTAINABLE, Vol. 5, No. 02, Oktober 2016 ISSN 2087-5347

yang sama namun dengan fase yang yang membawa 30 Hz dikirimkan ke udara
berbeda, radiasi dari arus pada konduktor- [5].
konduktor ini akan memiliki perbedaan
arah, dan akan membatalkan satu sama lain
[4]. Pada sistem VOR, sinyal
omnidirectional membawa tiga elemen
berbeda menuju penerima pada pesawat
sebagai berikut:
a. Voice
Tipe komunikasi suara yang dapat Gambar 1. Stasiun DVOR
dilakukan oleh sinyal omnidirectional VOR DME adalah alat navigasi udara yang
ini hanya tipe komunikasi simplex, dimana berfungsi memberikan informasi jarak
ground facility hanya bisa mengirimkan dan kepada pesawat, jarak yang di berikan
penerima pada pesawat hanya bisa adalah sudut miring antara pesawat dan
menerima. Tidak semua stasiun transmiter dari DME ini dan bukan jarak
menggunakan sinyal suara sebagai sesungguhnya antara pesawat dan DME.
identifikasi ground facility, jika sebuah Sinyal yang ditransmisikan terbagi menjadi
stasiun menggunakan sinyal suara sebagai tiga dalam satu kali transmisi, berikut
identifikasi ground facility, maka tiap 15 urutan prioritas sinyal:
detik transmisi suara dibawa oleh sinyal
omnidirectional (contoh sinyal suara yang 1. Identification
dikirimkan “This is Hang Nadim VOR”) Identifikasi dari fasilitas ground sangat
[5]. penting digunakan pada pesawat, karena itu
identifikasi ini diletakkan pada urutan
pertama dari sistem. Penghasil sinyal
b. Nada 1020 Hz Station Identity identifikasi merupakan fungsi dari RTC.
Identifikasi semua stasiun VOR yang Identifikasi ditransmisikan secara periodik
ada dibuat menggunakan nada 1020 Hz dalam bentuk kode morse internasional
station identity. Kode identifikasi stasiun dengan karakter kode yang terdiri dari
VOR terdiri dari tiga huruf dengan sinyal-sinyal pulsa yang periodic [6].
karakteristik yang dibentuk menjadi titik 2. Reply to Interrogation
dan garis sesuai dengan kode morse. Sinyal
ini ditransmisikan oleh stasiun tiap 6 detik Balasan ke sinyal interogasi berada pada
[5]. urutan kedua dari prioritas sistem.
Masuknya sinyal balasan ini dikontrol
dengan tujuan untuk mencegah adanya
c. Bearing Reference Signal interferensi pada siklus identity dan untuk
membuat prioritas sistem diatas pulsa
Sinyal referensi dihasilkan ketika squitter. Ini dapat diatasi dengan
sebuah sinyal audio yang frekuensinya memungkinkan sinyal balasan masuk ke
berubah secara konstan, digunakan untuk baris pulsa hanya pada interval waktu yang
memodulasikan transmisi carrier dari VOR. tidak diisi oleh siklus identity. Bagian untuk
Sinyal audio ini adalah sebuah transmisi sinyal balasan ini memiliki jatah waktu
9960 Hz yang menggunakan modulasi yang besar, karena siklus identity hanya
Frequency Modulated (FM) dengan deviasi terjadi tiap 30 detik. Saat receiver menerima
sinusoidal sebesar 480 Hz pada tingkat 30 sebuah interogasi dan men-dekode-kannya,
Hz. Jika sinyal ini diterima pada receiver sebuah blanking gate dihasilkan (disebut
maka akan terdengar seperti nada bernada juga sebagai dead-time gate). Dead-time ini
tinggi dengan getaran 30 Hz. Getaran ini digunakan untuk membatasi decoder

7
JURNAL SUSTAINABLE, Vol. 5, No. 02, Oktober 2016 ISSN 2087-5347

transponder kira-kira sekitar 60 dapat terbang menuju stasiun DVOR yang


microsecond. Selama periode ini, interogasi dituju.
yang didekodekan mengalami delay dalam Sistem DME diimplementasikan pada
waktu yang telah ditetapkan dan dikirimkan navigasi penerbangan sebagai sumber
kembali sebagai balasan . Total delay dari informasi jarak antara pesawat dan stasiun
interogasi diterima hingga balasan DME. Jarak yang diterima pesawat adalah
dikirimkan adalah sekitar 50 microsecond sudut miring antara pesawat dan transmiter
untuk sebuah X-Channel DME [6]. dari DME ini dan bukan jarak
3. Squitter Pulses sesungguhnya antara pesawat dan DME.
Squitter pulses adalah urutan ketiga dari Tabel 1. Sampel Data Parameter DVOR
prioritas sistem. Pada kondisi dimana tidak
adanya interogasi atau informasi identitas Az 30Hz 9960Hz RF TX
(identity information), random squitter Angle MOD MOD Level Power
pulses dihasilkan untuk mempertahankan
rata-rata pulsa output sebesar 800 Pulses per
271,55 30,2 30,9 -0,5 82,0
Second (PPS). Tujuan mentransmisikan
squitter pulses adalah untuk menstabilkan
rangkaian Automatic Gain Control (AGC) 271,56 30,2 30,9 -0,5 81,9
pada interrogator pesawat [6].
271,53 30,3 30,8 -0,3 82,6
II. METODE PENELITIAN

A. Kriteria Sistem 271,50 30,2 31,2 -1,0 81,1

Sistem DVOR memiliki beberapa


parameter dalam pengoperasiannya, sampel 271,51 30,3 30,8 -0,5 82,7
data parameter DVOR dapat dilihat pada
tabel 1. 271,50 30,2 30,8 -0,5 82,4
Sistem DME memiliki beberapa
parameter pengoperasian untuk sebagai
271,50 30 29,1 -0,3 92,2
acuan jika sekiranya terjadi masalah pada
sistem tersebut. Sampel data parameter
DME dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sampel Data Parameter DME
B. Implementasi Sistem
Delay Spacing TX Power
Sistem DVOR diimplementasikan pada 49,99 12,02 752
navigasi penerbangan sebagai acuan
pesawat untuk mendarat dengan 50,01 12,02 753
memanfaatkan stasiun DVOR di darat yang
50,01 12,02 751
letaknya lurus dengan landasan pacu,
sehingga DVOR dapat memandu pesawat 50,01 12,02 773
dalam proses pendaratan. Implementasi
yang kedua adalah pada saat pesawat akan 50,01 12,02 766
tinggal landas dengan memilih jalur 50,01 12,02 750
penerbangan berdasarkan nama stasiun
DVOR dan selanjutnya pesawat tersebut 50,02 12,02 908

8
JURNAL SUSTAINABLE, Vol. 5, No. 02, Oktober 2016 ISSN 2087-5347

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Parameter DVOR


Analisis pada data parameter DVOR Nilai RF Level adalah nilai tegangan RF
dilakukan dengan mengamati data yang carrier, seperti diketahui bahwa sinyal
dicatat. Nilai Az Angle adalah nilai sudut referensi (carrier) maupun sinyal variabel
azimuth dari antena field monitor, antena (sideband) masing-masing termodulasi AM,
field monitor memiliki fungsi untuk sehingga untuk mengetahui tinggi
menentukan dan memastikan pancaran amplitudo sinyal tersebut perlu dilihat dari
sinyal dari antena carrier sesuai derajatnya. RF levelnya. Nilai TX Power adalah nilai
Antena Field Monitor merupakan sebuah keluaran daya pada transmitter.
antena dipole yang dipasang 90 sampai 200
meter dari antena carrier. Nilai normal dari B. Analisis Data Parameter DME
parameter Az Angle adalah sesuai 3600, Nilai Delay adalah nilai jeda antara
untuk implementasi di tempat penelitian, sinyal interogasi (sinyal dari pesawat)
nilai Az Angle yang digunakan adalah 2700 dengan sinyal balasan (sinyal dari stasiun
[4]. DME), nilai normal delay adalah sebesar 50
Nilai 30 Hz MOD dan nilai 9960 Hz μs. Nilai Spacing adalah jarak spasi antara
MOD adalah nilai persentase sinyal yang kedua pulsa, dimana sinyal interogasi
termodulasi pada sistem DVOR. Persentase maupun sinyal balasan pada sistem DME
modulasi maksimal dari suatu sistem berupa pasangan-pasangan pulsa, nilai
dengan memasukkan faktor toleransi adalah spacing yang normal adalah sebesar 12 μs.
sebesar 90%, dalam sistem DVOR dibagi TX Power adalah nilai keluaran daya
menjadi empat bagian modulasi yaitu 30% transmitter.
(30 Hz MOD), 30% (9960 Hz MOD), 20%
(Ident), 10% (Voice). Jadi, apabila salah Berdasarkan sampel data yang ada dapat
satu bagian modulasi mengalami disimpulkan bahwa kinerja sistem DVOR
peningkatan nilai maka akan mempengaruhi dalam rentang waktu 7 hari beroperasi
sistem, sebagai contoh apabila nilai 30Hz dengan normal.
MOD mengalami peningkatan, maka nilai
persentase modulasi sistem akan melebihi IV. KESIMPULAN
standar yaitu 100% dan sinyal yang
dikirimkan akan berbentuk sinyal over- Kesimpulan yang dapat diambil dari
modulated. Sinyal over-moduated adalah penelitian ini yaitu hasil analisis kinerja
kondisi sinyal modulasi yang sisi negatif sistem DVOR dan DME pada Navigasi
dan positifnya saling bertabrakan sehingga Penerbangan adalah DVOR berfungsi untuk
akan mengakibatkan sinyal yang dikirimkan memandu pesawat dalam proses tinggal
menjadi tidak baik saat diterima. landas (take-off) dan pendaratan (landing).
DME berfungsi memberitahu pesawat
informasi jarak pesawat dengan stasiun
DME yang berada di darat berupa jarak
diagonal. Kinerja sistem DVOR dan DME
pada rentang sampel waktu yang diambil
dapat dinyatakan normal.
Gambar 2. Sinyal Over-modulated

9
JURNAL SUSTAINABLE, Vol. 5, No. 02, Oktober 2016 ISSN 2087-5347

[3] Jeppesen Sanderson Inc. (2004) Radio


UCAPAN TERIMA KASIH Navigation. Germany: Atlantic Flight
Training Ltd.
Terima kasih kepada AirNav Indonesia
Distrik Tanjungpinang yang telah [4] Skaufel, Daniel (2005) Dual Polarized
memberikan wawasan, waktu serta tempat Omnidirectional Antenna. Master
untuk menyelesaikan penelitian ini. Degree Project, KTH Electrical
Engineering.
DAFTAR PUSTAKA [5] Dodge, Steven M. (1973) A
Comparative Analysis Of Area
[1] Wahab, Riva’atul Adaniyah (2014) Navigation Systems For General
Penggunaan Alat dan Perangkat Aviation. Cambridge: Department of
Telekomunikasi dalam Sistem Aeronautics and Astronautics.
Navigasi dan Komunikasi Aktivitas
Perikanan di Pelabuhan Perikanan [6] SELEX Systems Integration (2011)
Bitung The Use of Telecommunication Operation and Maintenance Manual:
Devices and Set of Equipments in Model 1118A/1119A Distance
Navigation and Communication Measuring Equipment (DME).
System of Fishery Activities in Bitung Overland Park: SELEX Systems
Fishery Port. Buletin Pos dan Integration Inc.
Telekomunikasi.
[2] Wibowo, Indra Sulistyo (2009)
Perancangan Program Simulasi Titik
Koordinat Pendaratan Pesawat
Menggunakan Interpolasi Polinomial
Tiga Dimensi. Skripsi S1.

10

Anda mungkin juga menyukai