OLEH :
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Lucky Wandika
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar…………………………………….................................. i
Daftar Isi .................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1.1. Latar belakang……………… ........................................... 1
1.2. Rumusan masalah............................................................. 2
1.3. Tujuan…………………………………………………... 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yang dapat digunakan sesuai kapasitas dan lahan yang tersedia tetapi
memperhitungkan efluen standart sesuai parameter baku mutu [5a].
Oleh karena itu diperlukan Optimasi Kinerja pengolahan biologis Instalasi
Pengolahan Air Limbah untuk Industri Penyamakan Kulit yang sesuai dengan
kebutuhan Industri Penyamakan Kulit yang dihasilkan dari IPAL.
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih
baik, namum di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan
kelangsungan hidup manusia. Dampak tersebut harus dicegah karena
keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan industri dan teknologi
tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan
juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung
alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Optimasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit
Magetan
3
Dalam evaluasi ini yang diukur adalah suhu, pH,BOD5, COD, TSS. Prinsip evaluasi
kinerja adalah melakukan pemeriksaan dan menjaga konsentrasi oksigen terlarut
dalam air limbah yang terdapat pada tangki aerasi 1, aerasi 2, dan aerasi 3, serta
pengaturan jumlah lumpur yang diresirkulasi.
1) Suhu
Hasil pemeriksaan terhadap air limbah Industri Penyamakan Kulit Magetan diketahui
rata-rata suhunya yaitu 30oC, sehingga masih memenuhi syarat untuk
mokroorganisme untuk berkembang biak dan melakukan proses pengolahan air
limbah.
2) pH
hasil pengukuran pH pada masing-masing unit pengolahan air limbah Industri
Penyamakan Kulit Magetan yaitu pada rentang pH 7,0 sampai 8,0. Hasil pengukuran
pH masih masuk kedalam baku mutu yaitu 6,0-9,0. [5c]
3) BOD5
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, nilai BOD5 pada air limbah industri
penyamakan kulit Magetan yang terdapat pada influen tangki aerasi 1 yaitu 119,4
mg/l, tangki aerasi 2 yaitu 114,2 mg/l, dan tangki aerasi 3 yaitu 116,7 mg/l.
Sedangkan pada effluen bak pengendap II 1= 108,5 mg/L, effluen bak pengendap II
2= 106,1 mg/L, dan effluen bak pengendap II 3= 99,1 mg/L dengan efisiensi
penurunan sebesar 41,16% dimana parameter BOD5 pada masing-masing unit aerasi
belum memenuhi baku mutu sebesar 50 mg/L [5d] serta kriteria desain efisiensi
penurunan sebesar 75-90%. [9a]
4) COD
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, nilai COD pada air limbah industri
penyamakan kulit Magetan yang terdapat pada influen tangki aerasi 1 yaitu 279,1
4
mg/l, tangki aerasi 2 yaitu 272,7 mg/l, dan tangki aerasi 3 yaitu 279,1 mg/l.
Sedangkan pada effluen bapk pengendap II 1= 220,9 mg/L, effluen bak pengendap II
2= 206,8 mg/L, dan effluen bak pengendap II 3= 178,2 mg/L dimana parameter COD
pada masing-masing unit aerasi belum memenuhi baku mutu yaitu kadar maksimum
sebesar 110 mg/L. [5e]
5) TSS
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, nilai TSS effluen pada bak pengendap II 1=
82 mg/l, bak pengendap II 2= 78 mg/l, dan bak pengendap II 3=72 mg/l. Sedangkan
nilai TSS influen pada tangki aerasi 1 yaitu 105 mg/l, tangki aerasi 2 yaitu 102 mg/l,
dan tangki aerasi 3 yaitu 103 mg/l.
B. Evaluasi Efisiensi Removal
Dari hasil analisa TSS, BOD, dan COD tersebut maka dapat diketahui nilai efisiensi
removal dari lumpur aktif. Nilai persentase removal kadar pencemar ditentukan
sebagai berikut
5
C. Evaluasi Dimensi
Untuk mengetahui apakah bak aerasi bekerja secara optimal atau tidak perlu diketahui
evaluasi dari dimensi bak aerasi. Berikut adalah perhitungan evaluasi pada dimensi
bak aerasi.
Bak Aerasi 1
Diketahui :
6
D. Evaluasi Pengolahan Biologis
Evaluasi Lumpur Aktif 1
F/M Rasio
Berdasarkan perhitungan F/M rasio sebesar 0,07 kg BOD/kg MLSS dengan kriteria
desain 0,2-0,6 kg BOD/kg MLSS [6a] untuk kriteria desain,sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan mikroorganisme untuk mendegradasi kurang
maksimal karena kekurangan asupan nutrisi, hasil perhitungan sebagai berikut.
1000 V
SVI = s
MLSS
= 1000 363
1020 mg / l
7
Rasio Resirkulasi
Rasio resirkulasi pada lumpur aktif 1 yaitu 0,24. Dengan kriteria desain untuk tipe
lumpur aktif yaitu berkisar 0,25-1 [7a]. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa rasio
resirkulasi belum memenuhi kriteria desain.
Q
r = r
3
= 97,2m / hari
3
397,4m / hari
Konsentrasi mikroorganisme
Pada hasil analisa, nilai MLSS pada proses lumpur aktif sangat rendah, kondisi
tersebut menyebabkan air limbah tidak dapat diolah secara maksimal, sehingga
perlu adanya pembuktian melalui perhitungan MLSS secara matematis.
QY S S
X = 0
1 K d C
=
1,48hari1 0,06 20hari
Tabel 1.
Desain
8
MLSS Lumpur Aktif 796,21 1500-4000 Tidak OK
(mg/l) 1
(kg/m2.hari 1
)
Lumpur Aktif 0,2 0,8-1 Tidak OK
9
Udara 1
Pada hasil analisa, nilai MLSS pada proses lumpur aktif sangat rendah, kondisi
tersebut menyebabkan air limbah tidak dapat diolah secara maksimal, sehingga perlu
adanya optimasi jumlah biomass. Perhitungan optimasi sebagai berikut: Kondisi
Eksisting
Θc = 20 hari
Θ = 1,48 hari
X= 798,21 mg/l
Aaktual = 27 m2
3 3
QX 397,4m / hari 1,27k g / m
SF = =
3
A 27m
10
=14,71m3/m2.hari OK! (KD:15 m3/m2.hari) [9b]
3
V 53,9m
Td = =
3
Q 397,4m / hari
Dari hasil evaluasi proses pengolahan pada bak pengendap didapatkan nilai OFR
sebesar 14,71 m3/m2.hari memenuhi kriteria desain yaitu 15 m3/m2.hari [9b] dengan
waktu detensi yang cukup baik yaitu 3,24 jam, sehinggap pada evaluasi eksisting
proses pengolahan bak pengendap II tidak terlalu menimbulkan masalah.Optimasi
menggunakan baku mutu sebagai pembanding
V= 589 m3
Q = 397,4 m3/hari BODin = 119,4 mg/l
BODeff = 50 mg/l [5f]
MLSSreturn = 1200 mg/l
Qlumpur = 97,2 m3/hari
Umur lumpur = 20 hari
Td = 1,48 hari
Direncanakan untuk debit air limbah yang masuk kedalam bak aerasi 1 yaitu sebesar
500 m3/hari.
3
V 589 m
11
3
Q 500m / hari
500m
3
/ hari 0,6 119,4mg / l 50mg / l
X= = 1223 mg/l
1,17hari 1 0,06 20hari
Hasil perbandingan baku mutu dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut
Tabel 2.
Perbandingan Baku Mutu Proses Pengolahan Biologis
Desain
Lumpur
MLSS Aktif 1 5082 1500-4000 Tidak OK
(mg/l)
Lumpur
Aktif 2 1177 1500-4000 Tidak OK
Lumpur
Aktif 3 772 1500-4000 Tidak OK
Lumpur
SF Aktif 1 3,8 0,8-1 Tidak OK
(kg/m2.h
ari)
Lumpur
Aktif 2 0,4 0,8-1 Tidak OK
Lumpur
Aktif 3 0,2 0,8-1 Tidak OK
Lumpur
F/M Aktif 1 0,015 0,05-0,2 TIDAK OK
Lumpur
Aktif 2 0,03 0,05-0,2 TIDAK OK
0,06 0,05-0,2 OK
Lumpur
12
Aktif 3
Lumpur
Td (jam) Aktif 1 3,24 1,5-2,5 TIDAK OK
Lumpur
Aktif 2 6,5 1,5-2,5 TIDAK OK
Lumpur
Aktif 3 12,2 1,5-2,5 TIDAK OK
Berikut ini adalah beberapa pengertian limbah air menurut beberapa ahli
Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan
mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta
tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah
tangga.
13
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah
sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempattempat
umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan
dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin
ada.
Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari
manusia dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta
buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat
kotoran umum.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
Air limbah yang bersumber dari rumah tangga atau domestic wastes
water, yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta yaitu tinja dan air seni, air
bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-
bahan organik.
Air limbah industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat
proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi
sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi
lingkungan menjadi lebih rumit.
Air limbah kotap raja atau municipal wastes water yaitu air buangan
yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran,
tempat-tempat umum, tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya
14
zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air
limbah rumah tangga.
15
Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.
Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical
addition and coagulation, flotation,sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated
sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon,stabilization
basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga
ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion
exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration,centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,
atau landfill.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Limbah adalah benda yang tidak diperlukan dan dibuang, limbah pada
umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi bervariasi. Bila
dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini akan terakumulasi di
alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem alam.
Pengelolaan limbah airsendiri dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
Pengolahan Awal (Pretreatment)
Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
17
3.2 Saran
Menjaga lingkungan itu penting, karena apabila lingkungan disekitar kita
rusak dampaknya akan berimbas ke pada kita sendiri. Contohnya seperti banjir yang
belum lama terjadi belakangan ini, hal tersebut diakibatkan ketidakdisiplinan
masyarakat dalam membuang sampah ke aliran sungai yang mengakibatkan saluran
air menyempit dan tersumbat sehingga air meluap ke jalanan dan rumah-rumah
penduduk.
Pemerintah seharusnya ikut menjaga dan mengatur dari lingkungan hidup
yang ada disekitar kita. Salah satu caranya dengan membuat perundang-undangan
tentang lingkungan hidup dan mengontrol apabila ada pelanggaran yang terjadi.
Bagi semua masyarakat pengelolahan limbah sejak dini merupakan tindakan
yang amat baik untuk masa depan. Lingkungan sehat kita juga sehat lingkungan
tercemar kita juga yang menderita. Bersama-sama kita wujudkan lingkungan yang
bersih dan sehat.
18
DAFTAR PUSTAKA
http//Sulhan%20Rengkoz%20%20Makalah%20Pengelolaan%20Limbah%20Cair.ht
ml(diakses tanggal 13 Okober 2013 )
http://varina-larasati.blogspot.com/2013/03/makalah-pengetahuan-lingkungan.html
(diakses tanggal 13 Okober 2013 )
19