Anda di halaman 1dari 13

A.

OTENTISITAS HADITS

1. Mengetahui Matan Hadits


Penulis mengetahui matan hadits pada sebuah tabligh akbar, dengan
keterangan sebagai berikut;
Nama Ustadz :
Tempat/Waktu :
Tema Ceramah :

Dalam ceramah ustad menyampaikan sebuah terjemahan hadist yang bertemakan


“Kucing” sebagai berikut;
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang makan (daging) kucing dan
harganya.

2. Hadits Lengkap
Berikut ini adalah hadits lengkap yang telah penulis temukan melalui aplikasi
pencarian hadits lidwa pusaka, dengan keterangan sebagai berikut;
Sumber : Ibnu Majah
Kitab : Buruan
Bab : Kucing
No. Hadist : 3241
ُّ ‫ع َم ُر ْب ُن زَ ْي ٍّد َع ْن أَبِي‬
‫الزبَي ِْر‬ ُ ‫ق أ َ ْنبَأَنَا‬ ِ ‫الر َّزا‬
َّ ُ ‫ع ْبد‬ َ ‫َحدَّثَنَا ْال ُح‬
َ ‫س ْي ُن ْب ُن َم ْهدِي ٍّ أ َ ْنبَأَنَا‬
‫سلَّ َم َع ْن أ َ ْك ِل ْال ِه َّرةِ َوث َ َمنِ َها‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َع ْن َجا ِب ٍّر قَا َل نَ َهى َر‬
Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Mahdi telah memberitakan
kepada kami Abdurrazaq telah memberitakan kepada kami Umar bin Zaid dari
Abu Az Zubair dari Jabir dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melarang makan (daging) kucing dan harganya."

3. Hadits Penguat
Sumber : Abu Daud
Kitab : Jual beli
Bab : Penjelasan tentang harga kucing
No. Hadist : 3019

ُ‫ي أَنَّه‬ ُّ ِ‫ص ْنعَان‬ ُ ‫ق َحدَّثَنَا‬


َّ ‫ع َم ُر ْب ُن زَ ْي ٍّد ال‬ َّ ُ ‫َحدَّثَنَا أ َ ْح َمد ُ ْب ُن َح ْنبَ ٍّل َحدَّثَنَا َع ْبد‬
ِ ‫الر َّزا‬
‫ع ْن ث َ َم ِن ْال ِه َّر ِة‬
َ ‫سلَّ َم نَ َهى‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫الز َبي ِْر َع ْن َجابِ ٍّر أ َ َّن النَّب‬
ُّ ‫س ِم َع أ َ َبا‬
َ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada
kami Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami Umar bin Zaid Ash Shan'ani
bahwa ia mendengar Abu Az Zubair dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam melarang dari hasil penjualan kucing."

4. Urutan Sebagai Perawi dan Sanad


- Ibnu Majah no. 3241
Urutan Urutan
NO Nama Perawi Hadits
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Jabir bin 'Abdullah bin Perawi I Sanad V
1
'Amru bin Haram

Muhammad bin Muslim bin Perawi II Sanad IV


2
Tadrus

3 Umar bin Zaid Perawi III Sanad III

Abdur Razzaq bin Hammam Perawi IV Sanad II


4
bin Nafi'

Al Husain bin Mahdi bin Perawi V Sanad I


5
Malik

6 Ibnu Majah Perawi VI Mukharrij Hadits

- Abu Daud no.3019


Urutan Urutan
NO Nama Perawi Hadits
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Jabir bin 'Abdullah bin Perawi I Sanad V
1
'Amru bin Haram

Muhammad bin Muslim bin Perawi II Sanad IV


2
Tadrus
Umar bin Zaid Perawi III Sanad III
3

Abdur Razzaq bin Hammam Perawi IV Sanad II


4
bin Nafi'

Al Husain bin Mahdi bin Perawi V Sanad I


5
Malik

6 Abu Daud Perawi VI Mukharrij Hadits

5. Skema Mata Rantai Sanad Hadits


Sanad adalah sandaran yang dapat dipercaya atau kaki bukti (menurut
bahasa). Sedangkan menurut istilah sanad adalah yang menghubungkan matan
atau teks hadist kepada Nabi Muhammad saw. Artinya,sanad adalah rangkaian
rawi yang mengantarkan matan hingga kepada Nabi Muhammad saw.
Berikut dilampirkan jalur sanad dari hadits riwayat Ibnu Majah no. 3241:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Jabir bin 'Abdullah bin 'Amru bin Haram

Muhammad
'Amru bin Muslim bin Tadrus Tadrus
bin Haram

Umar bin Zaid

Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi' bin Nafi'

Al Husain bin Mahdi bin Malik


Berikut dilampirkan jalur sanad dari hadits riwayat Abu Daud no.3019:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Jabir bin 'Abdullah bin 'Amru bin Haram

Muhammad bin Muslim bin Tadrus

Umar bin Zaid

Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi' bin Nafi'

Ahmad bin Muhammad bin Hambal


bi Hilal bin Asad

Sekema sanat gabungan hadits Ibnu Majah no. 3241 dan Abu Daud
no.3019 :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Jabir bin 'Abdullah bin 'Amru bin Haram

Muhammad bin Muslim bin Tadrus

Ma'an bin Muhammad bin Ma'an bin


Nadllah bin 'Amru
Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi' bin Nafi'

Al Husain bin Mahdi bin Malik Ahmad bin Muhammad bin Hambal bi
Hilal bin Asad

Keterangan:
: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam

: Sahabat, ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa


sallam dan ia seorang muslim sampai akhir hayatnya.
: Maqbul = Perawi yang diterima periwayatannya dan dapat dijadikan
sebagai hujjah.
: Dha'if = Perawi yang lemah periwayatannya (lemah/cacat hapalannya,
lemah ilmunya, lemah dalam agama)
: Tsiqah Tsiqah atau Tsiqah Hafidz ialah Perawi yang mempunyai
kredibilitas yang inggi, yang terkumpul pada dirinya sifat adil dan
hafalannya sangat kuat.
: Tsiqah Tsiqah atau Tsiqah Hafidz ialah Perawi yang mempunyai
kredibilitas yang inggi, yang terkumpul pada dirinya sifat adil dan
hafalannya sangat kuat.
B.KLASIFIKASI HADITS
1. Berdasarkan Dari Kuantitas Periwayatan

Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi yang
menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi
menjadi dua macam, yakni hadits mutawatir dan hadits ahad.

Dan hadits Ibnu Majah no. 3241 dan Abu Daud no.3019 ini termasuk
pada hadis ahad karena jumlah pemberitaannya tidak mencapai jumlah pemberita
hadis mutawatir yaitu hanya satu orang.

2. Berdasarkan Dari Kwalitasnya

Perlu kita ketahui ketika hadits tersebut dapat dikatakan Shahih,Hasan,


atau Dho’if . jika mendapati ketentuan masing-masing kualitas terpenuhi. Tiap-
tiap perowi akan di pertanyakan integritasnya.

Berikut integritas rowi-rowinya dari hadits yang kita dapatkan yaitu


gabungan hadits Ibnu Majah no. 3241 dan Abu Daud no.3019

Nama Rowi Biografi Komentar Ulama

Jabir bin 'Abdullah bin  Nama Lengkap : Shahabat , Sahabat, ialah


Jabir bin
'Amru bin Haram orang yang bertemu
'Abdullah bin
'Amru bin Haram rasulullah sahallahu'alaihi
 Kalangan :
wa sallam dan ia seorang
Shahabat
 Kuniyah : Abu muslim sampai akhir
'Abdullah
hayatnya.
 Negeri semasa
hidup : Madinah
 Wafat : 78 H

Muhammad bin Muslim  Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai


Muhammad bin
bin Tadrus Tadrus sifat `adil dan kuat
Muslim bin
Tadrus hafalannya
 Kalangan : Tabi'in
kalangan biasa
 Kuniyah : Abu Az
Zubair
 Negeri semasa
hidup : Marur
Rawdz
 Wafat : 126 H

Umar bin Zaid  Nama Lengkap : Dha'if = Perawi yang lemah


Umar bin Zaid periwayatannya
 Kalangan : Tabi'ut
(lemah/cacat hapalannya,
Tabi'in kalangan
lemah ilmunya, lemah dalam
tua
agama)
 Kuniyah :
 Negeri semasa
hidup : Yaman
 Wafat :

Abdur Razzaq bin  Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai


Abdur Razzaq bin
Hammam bin Nafi' bin sifat `adil dan kuat
Hammam bin
Nafi' Nafi' hafalannya
 Kalangan : Tabi'ut
Tabi'in kalangan
biasa
 Kuniyah : Abu
Bakar
 Negeri semasa
hidup : Yaman
 Wafat : 211 H

Ahmad bin Muhammad  Nama Lengkap : Perawi yang jujur


bin Hambal bi Hilal bin Al Husain bin
Asad Mahdi bin Malik terhadap apa yang
 Kalangan : Tabi'ul diberitakan dan perawi
Atba' kalangan
pertengahan tersebut tidak bermasalah
 Kuniyah : Abu (cacat dalam
Sa'id
 Negeri semasa periwayatan).
hidup : Bashrah
 Wafat : 247 H
Ibnu Majah  Nama: Tsiqah/ Mutqin/`Adil =
Muhammad bin Perawi yang mempunyai
Yazid bin Mâjah sifat `adil dan kuat
al Qazwînî. hafalannya
 Kuniyah beliau:
Abu Abdullah
 Wafat: 273 hijriah

Abu Daud  Nama: Sulaiman Tsiqah/ Mutqin/`Adil =


bin al Asy'ats bin Perawi yang mempunyai
Syadad bin 'Amru sifat `adil dan kuat
bin 'Amir. hafalannya
 Wafat 275 hijriah

Dari Tabel di atas kita sangat jelas melihat dari hadits Nasa’i no. 4948 dan
Bukhari no.38
Pemahaman Hadits

1. Pemahaman Hadits Sesuai Dengan Petunjuk Al-Qur’an

Dari Hadits Ibnu Majah No 3241 menyebutkan “Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam melarang makan (daging) kucing dan harganya."

Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis:

1. Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari makanan


tersebut memang sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi, anjing, khamar,
dan selainnya.

2. Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan


dengan dzatnya. Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia
menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan
tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan, sesajen
perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bid’ah, dan
lain sebagainya.
Allah Ta'ala berfirman,
Surat Al-Baqarah [2:173]

[Tentang makanan yang terlarang (haram) untuk di makan]

‫غي َْر َباغ َو َل عَاد فَ َل ِإثْ َم‬


َ ‫ط َّر‬ ْ ‫َللاِ ۖ َف َم ِن ا‬
ُ ‫ض‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ا ْل ِخ ْن ِز‬
َّ ‫ير َو َما أ ُ ِه َّل ِب ِه ِلغَي ِْر‬ َ ‫ِإنَّ َما ح ََّر َم‬
‫غفُور َر ِحيم‬ َ َ‫َللا‬
َّ َّ‫علَ ْي ِه ۚ إِن‬
َ

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging


babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
‫ش ُر و ه ُ َّن َو أ َن ْ ت ُمْ ع َا ِك ف ُ و َن ف ِ ي ا ل ْ َم س َ ا ِج ِد‬
ِ ‫َو َل ت ُب َ ا‬
Pendahuluan Pertama: Asal dari semua makanan adalah boleh dan halal
sampai ada dalil yang menyatakan haramnya. Allah -Ta’ala- berfirman:

ِ ‫ق لَ ُك ْم َما فِي ْاْلَ ْر‬


‫ض ج َِميعًا‬ َ َ‫ه َُو الَّذِي َخل‬

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”.

(QS. Al-Baqarah: 29)

Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu -termasuk makanan- yang


ada di bumi adalah nikmat dari Allah, maka ini menunjukkan bahwa hukum
asalnya adalah halal dan boleh, karena Allah tidaklah memberikan nikmat
kecuali yang halal dan baik.

Dalam ayat yang lain:

ُ ‫ض‬
‫ط ِر ْرت ُ ْم إِ َل ْي ِه‬ ْ ‫علَ ْي ُك ْم إِ َّل َما ا‬ َّ َ‫َوقَ ْد ف‬
َ ‫ص َل لَ ُك ْم َما ح ََّر َم‬

“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang

diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”.


(QS. Al-An’am: 119)
Manhaj Islam dalam penghalalan dan pengharaman makanan adalah
“Islam menghalalkan semua makanan yang halal, suci, baik, dan tidak
mengandung mudhorot, demikian pula sebaliknya Islam mengharamkan
semua makanan yang haram, najis atau ternajisi, khobits (jelek), dan yang
mengandung mudhorot”.

Manhaj ini ditunjukkan dalam beberapa ayat, di antaranya:

Allah Ta’ala Berfirman :


ِ ‫اس ُكلُوا ِم َّما فِي ْاْلَ ْر‬
‫ض ح ََل ًل َطيِِّبًا‬ ُ َّ‫يَاأَيُّهَا الن‬

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi”. (QS. Al-Baqarah: 168)

Dan Allah mensifatkan Nabi Muhammad dalam firman-Nya:

‫علَي ِْه ُم ا ْل َخ َبا ِئ َث‬ ِ ‫َويُ ِح ُّل لَ ُه ُم ال َّط ِِّي َبا‬


َ ‫ت َويُح ِ َِّر ُم‬

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan

bagi mereka segala yang buruk”. (QS. Al-A’raf: 157)

Allah melarang melakukan apa saja -termasuk memakan makanan-


yang bisa memudhorotkan diri, dalam firman-Nya:

‫َولَ ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى التَّ ْهلُ َك ِة‬

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah: 195)

Juga sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-:

َ ‫لَ ض ََر َر َولَ ِض َر‬


‫ار‬
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh

membahayakan orang lain”.

2. Pemahaman Hadits Secara Tematik-Korelatif


a. Pemahamman secara tematik
Pada Hadits Ibnu Majah No. 3241 secara tematik dapat kita ambil satu
hadits yang setema yaitu :

ُّ ‫ع َم ُر ْب ُن زَ ْي ٍّد َع ْن أَبِي‬
‫الزبَي ِْر‬ ُ ‫ق أ َ ْنبَأَنَا‬ ِ ‫الر َّزا‬ َ ‫َحدَّثَنَا ْال ُح‬
َ ‫س ْي ُن ْب ُن َم ْهدِي ٍّ أ َ ْنبَأَنَا‬
َّ ُ ‫ع ْبد‬
‫سلَّ َم َع ْن أ َ ْك ِل ْال ِه َّرةِ َوث َ َمنِ َها‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َع ْن َجا ِب ٍّر قَا َل نَ َهى َر‬
Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Mahdi telah memberitakan
kepada kami Abdurrazaq telah memberitakan kepada kami Umar bin Zaid dari
Abu Az Zubair dari Jabir dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melarang makan (daging) kucing dan harganya."

Adapun bentuk yang kedua dari hewan air, yaitu hewan yang hidup di dua alam,
maka pendapat yang paling kuat adalah pendapat Asy-Syafi’iyah yang
menyatakan bahwa seluruh hewan yang hidup di dua alam -baik yang masih hidup
maupun yang sudah jadi bangkai- seluruhnya adalah halal kecuali kodok.
Dikecualikan darinya kodok karena ada hadits yang mengharamkannya [11].
Lihat Al-Majmu’ (9/32-33)
b. Pemahaman Secara Korelatif

Pemakalah melihat pemahaman secara korelatif keterkaitan hadits


Ibnu Majah No. 3241 di atas dengan Hadits Abu Dawud dari Abu Hurairah
adalah kedua hadits tersebut di pandang saling menguatkan karna saling
melarang makan daging haram (kucing) dan dilarang juga memperjual
belikan hewan kucing.

3. Pemahaman Hadits Secara Tekstual


Pemahaman Hadits Ibnu Majah No. 3241 secara tekstual dapat
diuraikan sebagai berikut:

ُّ ‫ع َم ُر ْب ُن زَ ْي ٍّد َع ْن أَبِي‬
‫الزبَي ِْر‬ ُ ‫ق أ َ ْنبَأَنَا‬ ِ ‫الر َّزا‬
َّ ُ ‫ع ْبد‬ َ ‫َحدَّثَنَا ْال ُح‬
َ ‫س ْي ُن ْب ُن َم ْهدِي ٍّ أ َ ْنبَأَنَا‬
‫سلَّ َم َع ْن أ َ ْك ِل ْال ِه َّرةِ َوث َ َمنِ َها‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َع ْن َجابِ ٍّر قَا َل نَ َهى َر‬
Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Mahdi telah
memberitakan kepada kami Abdurrazaq telah memberitakan kepada kami Umar
bin Zaid dari Abu Az Zubair dari Jabir dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melarang makan (daging) kucing dan harganya."

Anda mungkin juga menyukai