KOMPILASI
KOMPILASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mengamanatkan Pembagian tugas dan kewenangan Kementerian Keuangan
sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Kementerian/Lembaga sebagai Chief
Operational Officer (COO). Kementerian Lembaga selain melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya juga diwajibkan untuk melakukan penatausahaan PNBP yang
dikelola. Satuan Kerja kementerian/lembaga berkewajiban untuk menatausahakan
PNBP dan mempertanggungjawabkan dalam penyusunan Laporan Keuangan.
Kewajiban Satuan Kerja tersebut dimulai dari mencantumkan estimasi PNBP dalam
DIPA, menatausahakan realisasi PNBP dan hal-hal administrasi seperti Surat
Keterangan Lunas, Surat Ketetapan Pengembalian dan Surat Koreksi Pembukuan.
Dengan demikian kewenangan administrasi penatausahaan PNBP telah menjadi
bagian tugas Kementerian/Lembaga.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
a. Memahami Penatausahaan Penerimaan Bukan Pajak sebagai bagian
penerimaan negara dalam rangka palaksanaan APBN
b. Memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada instansi/satker kementerian/
lembaga dalam penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Modul Petunjuk Teknis meliputi Definisi, Jenis dan Tarif PNBP, dan
penatausahaan PNBP pada Kementerian Lembaga mulai dari porses perencanaan,
penagihan dan pemungutan, penyetoran ke kas negara, pencatatan, penggunaan
kembali dana PNBP serta Akuntansi dan pelaporan PNBP.
D. SISTEMATIKA
Untuk memudahkan dalam memahami maksud dari penyusunan buku ini, maka
Modul Petunjuk Teknis diuraikan dalam 7 (tujuh) bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Memberikan gambaran latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan
sistematika penyusunan Modul Petunjuk Teknis secara singkat.
BAB II DEFINISI DAN JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
(PNBP)
Menguraikan definisi, jenis-jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak umum dan
fungsional tiap Kementerian/Lembaga.
BAB III TATA CARA PENYETORAN/PEMBAYARAN PNBP KE KAS NEGARA
Nenjelaskan mekanisme penyetoran PNBP ke Kas Negara dan dokumen
penyetoran dan tata cara pengisian surat setoran PNBP.
BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA
memuat kewajiban Satker dalam menatausahakan PNBP mulai pemungutan,
dan pencatatan, pelaporan dan rekonsiliasi dengan BUN. Disamping itu
dijelaskan tata cara pengembalian PNBP dan koreksi/perbaikan PNBP.
BAB V PENATAUSAHAAN PIUTANG PNBP
Menjelaskan penatausahaan piutang PNBP, tugas-tugas unit penatausaha
piutang PNBP, penerbitan surat penagihan, penyerahan pengurusan piutang
PNBP, pemindahan penagihan piutang PNBP, piutang PNBP bagi pensiunan,
penerbitan SKTL, konfirmasi setoran piutang PNBP, penatasauahaan oleh
petugas pada kementerian/lembaga.
BAB VI PENGGUNAAN KEMBALI PNBP
Memuat mekanisme penggunaan kembali PNBP oleh Kementerian/Lembaga
meliputi proses penganggaran pada DIPA dan pengajuan pencairan dana pada
KPPN.
BAB VII PERTANGGUNGJAWABAN PNBP
Menjelaskan penyusunan laporan keuangan PNBP dan pertanggungjawaban.
REFERENSI
Memuat ketentuan umum yang berlaku dan ketentuan pelaksanaan lainnya
dalam penatausahaan PNBP.
BAB II
DEFINISI, JENIS DAN TARIF
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
2. PNBP Fungsional
Selain PNBP Umum terdapat PNBP di kementerian/lembaga yaitu PNBP yang
bersifat fungsional. PNBP yang bersifat fungsional yaitu penerimaan yang
berasal dari hasil pungutan kementerian negara/lembaga atas jasa yang
diberikan sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan
fungsi pelayanan kepada masyarakat. Penerimaan fungsional tersebut terdapat
pada sebagian besar kementerian negara/lembaga, namun macam dan
ragamnya berbeda antara satu kementerian negara/lembaga dengan
kementerian negara/lembaga lainnya, tergantung kepada jasa pelayanan yang
diberikan oleh masing-masing kementerian negara/lembaga.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan
Pajak disebutkan bahwa kelompok PNBP, meliputi jenis - jenis penerimaan
sebagai berikut :
a. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah.
b. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam.
c. Penerimaan dari hasil-hasil kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
pemerintah.
Proses Penetapan Peraturan Pemerintah Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP
yang Berlaku pada Kementerian/Lembaga
• Jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada kementerian/lembaga hasil
pembahasan, disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui surat
Menteri Keuangan
• Tarif Spesifik
Contoh :
• Tarif Advolarem
Contoh :
Tarif royalti pertambangan umum untuk emas sebesar 3.75% dari harga jual per
kg.
Tarif PNBP yang dikenakan kepada masyarakat adalah nol (gratis) atau lebih
rendah dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan layanan (baik layanan
dalam bentuk barang, jasa atau administratif) yang disediakan Pemerintah.
Pengenaan tarif dengan pendekatan ini umumnya diberikan pada pelayanan
publik yang merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat, antara lain
pendidikan dan kesehatan
BAB III
TATA CARA PENYETORAN/PEMBAYARAN PNBP
KE KAS NEGARA
Pada prinsipnya Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan oleh Wajib Bayar melalui
Bank Umum/Pos yang telah ditunjuk Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara sebagai Bank Persepsi/Devisa Persepsi/Pos Persepsi mitra kerja Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Dalam hal di suatu tempat tertentu tidak
tersedia layanan Bank/Pos Perepsi, penyetoran ke kas negara dapat dilakukan melalui
Bandahara Penerimaan, dimana Bendahara Penerimaan berkewajiban melakukan
penyetoran secepatnya ke kas negara.
Penyetoran/pembayaran PNBP dalam mata uang rupiah dilakukan setiap saat dan
yang telah yang terhubung dengan MPN. Setoran tersebut dikreditkan ke Rekening
Penerimaan KPPN pada Bank/Pos Persepsi tersebut. Penyetoran PNBP juga dapat
dilakukan melalui potongan Surat Perintah Membayar (SPM) dari Satuan Kerja.
Bayar/Wajib Setor ke Bank Umum untuk ditransfer ke Rekening Kas Umum Negara
dalam Valuta USD pada Bank Indonesia dapat dilakukan melalui Bank Persepsi Mata
Uang Asing yang ditunjuk oleh Kuasa BUN Pusat.
Setoran penerimaan negara (PNBP) diakui setelah diterima/masuk ke Kas Negara dan
telah mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor
Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP)/Nomor Transaksi Penerimaan
Potongan (NTPP) sedangkan untuk PNBP melalui potongan SPM disahkan dengan
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan NomorTransaksi Penerimaan
Potongan (NTPP).
Penyetoran PNBP baik dalam mata uang rupiah maupun USD dapat dilakukan dengan
sistem MPN melalui bank/pos persepsi atau bank persepsi mata uang asing. Dan
penerimaan negara bukan pajak atas potongan SPM ditatausahakan oleh KPPN.
BAB IV
PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA
2. KPPN cq. Seksi Bank Giro Pos melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen
permintaan pengembalian penerimaan negara dan meneruskan pengembalian
kepada Seksi Verifikasi dan Akuntansi.
3. Seksi Verifikasi dan Akuntansi melakukan pengujian terhadap kebenaran tagihan.
Dalam hal setoran telah diterima dan dibukukan pada kas negara dan/atau
SUBRKUN KPPN Seksi Verifikasi dan Akuntansi KPPN menerbitkan SKTB
dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan :
a. Lembar ke-1 disampaikan kepada Kepala KPPN
b. Lembar ke-2 disampaikan kepada PA/KPA/Satker Terkait
c. Lembar ke-3 sebagai pertinggal
4. Dalam hal setoran diterima dan dibukukan oleh KPPN lain, maka KPPN mitra
kerja memintakan penerbitan SKTB kepada KPPN Penerima Setoran.
5. Atas dasar SKTB Kepala KPPN menerbitkan Surat Persetujuan Pembayaran
Pengembalian dalam rangkap 3 (tiga)dengan peruntukan:
a. Lembar ke-1 dan ke-2 untuk penerbit SPP/SPM-PP.
b. Lembar ke-3 sebagai pertinggal KPPN.
6. Penerbit SPP/SPM-PP adalah pejabat perbendaharaan pada satuan kerja yang
memiliki dana dalam DIPA ayau Kepala Subbagian Umum KPPN untuk satuan
kerja/entitas yang tidak memiliki alokasi dana dalam DIPA.
7. Pengajuan SPM-PP beserta kelengkapannya kepada KPPN dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang mengatur pengajuan SPM ke KPPN.
8. Dalam hal PNBP yang dimintakan pengembalian merupakan PNBP yang disetor
dalam tahun anggaran berjalan, KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) sesuai ketentuan.
8. Apabila PNBP yang dimintakan pengembalian merupakan PNBP yang disetor
tahun anggaran lalu, KPPN meneruskan Surat Permintaan Pembayaran
Pengembalian, KTB dan Surat Persetujuan Pembayaran Pengembalian ke
Kantor Pusat cq.Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Selanjutnya Direktorat
Pengelolaan Kas Negara menerbitkan SPM dan SP2D sesuai ketentuan.
BAB V
PENATAUSAHAAN PIUTANG PNBP
Unit tersebut ditetapkan oleh kepala satuan kerja dengan tugastugasnya sebagai
berikut:
1. Unit Operasional:
- menyelesaikan surat pernyataan piutang
- membuat surat penagihan piutang
- melakukan pengawasan pembayaran penagihan piutang
- membuat surat peringatan
- membuat surat pemindahan penagihan piutang terhadap pihak yang pindah
satuan kerja
- membuat SKTL atas piutang yang telah dilunasi
- mengirimkan surat tagihan kepada petugas administrasi dan pembukuan
- membuat surat penyerahan pengurusan piutang yang tidak tertagih kepada
DJKN
- membuat usulan penghapusan piutang
- mengarsipkan dokumen piutang
2. Unit Administrasi
- menerima dokumen/surat penagihan piutang
- mengagendakan srurat/dokumen masuk dan keluar
- membuat surat pengantar
- meneruskan dokumen tanggapan ke petugas operasional
- mengirimkan bukti setor ke unit pembukuan
3. Unit Pembukuan
- menerbitkan dan melakukan pencatatan piutang ke dalam kartu piutang
- melakukan pencatatan piutang sewa rumah negara
- membuat daftar rekapitulasi piutang
- membuat daftar umur piutang dan rekalsifikasi piutang
- membuat daftar saldo piutang setiap triwulan berdasarkan kartu piutang
- membuat penyisihan piutang tak tertagih dalam kartu penyisihan piutang tak
tertagih semesteran dan tahunan
- melakukan pengarsipan dokumen
- membuat dan mengirimkan laporan-laporan PNBP
Penyetoran piutang yang dilakukan sendiri oleh wajib setor ke kas Negara harus
dilaporkan kepada unit penatausaha piutang PNBP satuan kerja terkait, agar
dilakukan pencatatan ke dalam kartu piutang dan menatausahakan bukti
setorannya.
KPPN dapat meminta konfimasi kepada bank persepsi tempat pembayaran setoran
PNBP. Apabila telah diyakini setoran telah diterima di kas negara maka KPPN
memberikan konfirmasi kepada Satuan kerja bersangkutan.
Tata cara konfirmasi sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang
pelaksanaan pemberian konfirmasi. Setoran piutang PNBP sebelum tahun 2011
yang belum dimintakan konfirmasi kebenarannya, agar dimintakan konfirmasi
kepada KPPN mitra kerjanya paling lambat tanggal 30 Juni 2012.
Khusus untuk piutang PNBP sewa beli rumah negara golongan III, penerbitan
SKTL dilaksanakan oleh Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum.
BAB VI
PENGGUNAAN KEMBALI PNBP
Pada prinsipnya seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) wajib disetor
langsung secepatnya ke Kas Negara. Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebagian dana dari suatu Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan oleh
Instansi yang bersangkutan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut. Besarnya bagian dana PNBP yang dapat
digunakan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Kegiatan tertentu tersebut meliputi bidang-bidang kegiatan :
• penelitian dan pengembangan teknologi;
• pelayanan kesehatan;
• pendidikan dan pelatihan;
• penegakan hukum;
• pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu;
• pelestarian sumber daya alam.
Dalam penyusunan RKA-K/L untuk kegiatan yang alokasi dananya bersumber dari
PNBP (bukan satker BLU) diatur sebagai berikut:
1. Nomenklatur kegiatan yang anggarannya bersumber dari PNBP menggunakan
nomenklatur kegiatan sesuai dengan tabel referensi pada Aplikasi RKA-K/L;
3. Penggunaan dana yang bersumber dari PNBP difokuskan untuk kegiatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan/atau sesuai ketentuan
tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana yang berasal dari PNBP;
Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula
sebagai berikut:
MP : Maksimum Pencairan
PPP: proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
JS = jumlah setoran
JPS = jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir
yang diterbitkan
• Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN
untuk mencairkan jaminan uang muka;
• Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka
sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.
b. KPPN melakukan penelitian terhadap kebenaran perhitungan dalam Daftar
Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP)
SURAT PERNYATAAN
Nomor : XXXXXX
..............................
NIP ........................................
DAFTAR PERHITUNGAN
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
…………………..,………….2
0XX
Kuasa Pengguna Anggaran
………………………
..............................
NIP
........................................
Keterangan:
1) Foto copy SSBP lembar 4 terlampir
2) berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasi dengan KPPN
BAB VII
AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PNBP
A. Kebijakan Akuntansi
Akuntansi Piutang adalah serangkaian kegiatan yang meliputi proses pencatatan
pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,
penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian piutang dalam neraca.
1. Pengakuan Piutang PNBP
Pada dasarnya piutang PNBP diakui pada saat terjadinya hak untuk menagih
piutang PNBP, atau pada saat terbit surat keputusan tentang Piutang PNBP.
Misalnya Piutang Bukan Pajak yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar
oleh wajib bayar harus dicatat sebagai piutang PNBP dalam neraca. Contohnya
tagihan atas sewa gedung pemerintah oleh pihak ketiga dan pada saat terbitnya
Surat Ketetapan Tanggung jawab Mutlak (SKTJM) yang merupakan dokumen
untuk mengakui TGR untuk pegawai negeri sipil (PNS).
Pengakuan untuk Bagian Lancar TPA, Bagian Lancar TGR, Piutang Bukan
Pajak Lainnya, dan Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah
Daerah, dan lembaga asing adalah sebagai berikut:
a. Bagian Lancar TPA diakui pada setiap akhir tahun dengan cara melakukan
reklasifikasi TPA yang akan jatuh tempo pada satu tahun berikutnya setelah
tanggal neraca. Reklasifikasi tersebut akan mengurangi akun TPA di neraca;
b. Bagian Lancar TGR diakui pada setiap akhir tahun dengan cara melakukan
reklasifikasi TGR jangka panjang yang akan jatuh tempo pada satu tahun
berikutnya setelah tanggal neraca. Reklasifikasi tersebut akan mengurangi
akan TGR di neraca;
c. Piutang Bukan Pajak Lainnya diakui pada saat terbitnya surat pernyataan
Piutang PNBP;
d. Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah, dan
lembaga asing diakui pada setiap akhir tahun dengan cara melakukan
reklasifikasi piutang pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah,
dan lembaga asing yang akan jatuh tempo pada satu tahun berikutnya
setelah tanggal neraca. Reklasifikasi tersebut akan mengurangi akun
Piutang Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah, dan lembaga
asing di neraca.
d. Piutang Bukan Pajak Lainnya dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar
nilai rupiah yang belum dilunasi.
B. Akuntansi Piutang
Pencatatan piutang dilakukan oleh petugas Akuntansi Piutang pada tingkat Kuasa
Pengguna Anggara. Petugas Akuntansi Piutang menyelenggarakan pencatatan
piutang PNBP yang dimiliki oleh Kuasa Pengguna Anggaran secara periodic dengan
menggunakan Kartu Piutang. Berdasarkan kartu Piutang, Petugas Akuntansi
Piutang menyusun Daftar Umur Piutang dan kemudian menyusun Daftar
Reklasifikasi saldo Piutang.
Setiap akhir semester, berdasarkan Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang dan Daftar
Saldo Piutang, Petugas Akuntansi Piutang mencatat jurnal asset melalui Formulir
Jurnal Aset selanjutnya direkam dengan menggunakan Aplikasi Sistem Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran.
Pencatatan piutang hanya dilakukan pada saat pencatatan saldo awal piutang
pertama kali dan penambahan atau pengurangan nilai piutang pada akhir semester.
Pada akhir tahun dilakukan reklasifikasi Piutang PNBP. Reklasifikasi piutang PNBP
dicatat pada akhir tahun serta pada awal tahun berikutnya dibuatkan jurnal balik.
Pencatatan piutang dilakukan sesuai dengan kelompok piutang, yaitu:
1. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak
Jurnal untuk mencatat saldo awal Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak
adalah:
C. Pelaporan Piutang
Piutang disajikan dalam kelompok Aset Lancar. Jika terdapat asset lainnya berupa
tagihan kepada pihak ketiga seperti TGR yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan,
maka perlu dilakukan reklasifikasi atas bagian lancar yang akan jatuh tempo.
Dengan reklasifikasi tersebut akan dipisahkan:
a. Aset Lancar : Tagihan yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
b. Aset Non Lancar : Tagihan yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu lebih
dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
Sebagai contoh Tuntutan Ganti Rugi yang akan jatuh tempo dalam kurun waktu 12
bulan mendatang harus direklasifikasi ke dalam Aset lancar pada perkiraan Bagian
Lancar Tuntutan Ganti Rugi, sedangkan sisanya yang jatuh tempo lebih dari 12
bulan tetap disajikan dalam Aset Lainnya pada perkiraan Tuntutan Ganti Rugi.
Jurnal untuk mencatat saldo Tuntutan Ganti Rugi adalah:
Dr 151211 Tagihan Tuntuan Ganti XXXXXX
Rugi
Cr 321311 Diinvestasikan dalam XXXXXX
Aset Lainnya
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi adalah:
Dr 113411 Bagian Lancar XXXXXX
Tuntutan Ganti Rugi
Cr 311311 Cadangan Piutang XXXXXX
Jurnal untuk penambahan nilai Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi adalah:
Dr 113411 Bagian Lancar XXXXXX
Tuntutan Ganti Rugi
Cr 311311 Cadangan Piutang XXXXXX
Kedua Jurnal di atas dicatat setiap akhir tahun. Pada awal tahun berikutnya, dibuat
jurnal balik untuk membalik ketiga jurnal di atas. Jurnal tersebut adalah:
Dr 321311 Diinvestasikan XXXXXX
dalam Aset Lainnya
Cr 151211 Tagihan Tuntuan XXXXXX
Ganti Rugi
Dr 311311 Cadangan Piutang XXXXXX
Cr 113411 Bagian Lancar XXXXXX
Tuntutan Ganti Rugi
Tagihan Penjualan Angsuran berasal dari penjualan rumah dinas atau kendaraan
dinas secara angsuran. Tagihan yang akan dilunasi dalam satu periode akuntansi
dimasukan dalam Aset Lancar dengan perkiraan Bagian Lancar Tagihan Penjualan
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
adalah:
Dr 113311 Bagian Lancar Tagihan XXXXXX
Penjualan Angsuran
Cr 311311 Cadangan Piutang XXXXXX
Jurnal untuk penambahan nilai Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran adalah:
Dr 113311 Bagian Lancar Tagihan XXXXXX
Penjualan Angsuran
Cr 311311 Cadangan Piutang XXXXXX
Kedua Jurnal di atas dicatat setiap akhir tahun. Pada awal tahun berikutnya, dibuat
jurnal balik untuk membalik ketiga jurnal di atas. Jurnal tersebut adalah:
Dr 321311 Diinvestasikan dalam XXXXXX
Aset Lainnya
Cr 151111 Tagihan Penjualan XXXXXX
Angsuran
Dr 311311 Cadangan Piutang XXXXXX
Cr 113311 Bagian Lancar Tagihan XXXXXX
Penjualan Angsuran
REFERENSI
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
• Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
• Peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Penggunaan
PNBP yang Bersumber Dari Kegiatan Tertentu.
• Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Penyampaian
Rencana dan Laporan Realisasi PNBP
• Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
• Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah.
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan
Negara.
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun
Standar.
• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN.
• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-78/PB/2006 tentang
Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara (MPN).
• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-53/PB/2012 tentang
Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara Pada Tahun Anggaran
Berjalan Melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2007 tentang
Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-69/PB/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengembalian Penerimaan Negara Atas Beban Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran.