Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN


DENGAN BRONKOPNEUMONIA

HALAMAN SAMPUL

oleh

Denis Aprilia S.H

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN


DENGAN BRONKOPNEUMONIA

HALAMAN JUDUL
diajukan guna untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
dengan dosen pengampu Ns. Lantin Sulistiani, M.Kep

oleh :

Denis Aprilia Sofika Habib NIM 152310101212

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Pasien Bronkopneumonia”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Anak pada Jurusan Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusun malakah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Lantin Sulistiani, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Anak
2. Rekan kuliah PSIK Universitas Jember;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak dmei
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Penulis

Jember,

iii
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii

PRAKATA ......................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................. Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penulisan ................................................ Error! Bookmark not defined.

1.3.1 Tujuan Umum penulisan ........................... Error! Bookmark not defined.

1.3.2 Tujuan Khusus penulisan .......................... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat ............................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3

2.1 Definisi ............................................................................................................... 3

2.2 Etiologi ................................................................. Error! Bookmark not defined.

2.3 Tanda dan Gejala ............................................... Error! Bookmark not defined.

2.4 Patofisiologi ......................................................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Pohon Masalah ................................................... Error! Bookmark not defined.

2.7 Manifestasi Klinis Bronkopneumonia ............................................................ 8

2.8 Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia ... Error! Bookmark not defined.

2.8.1 Radiologi ................................................... Error! Bookmark not defined.

2.8.2 Endoskopi.................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


BRONKOPNEUMONIA .............................................................................................. 10

iv
3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 10

3.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan............................................................. 10

3.1.2 Pengkajian Berdasarkan Nanda................................................................. 10

3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 20

3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................. 20

3.4 Implementasi Keperawatan........................................................................... 25

3.5 Evaluasi ........................................................................................................... 28

BAB 5. PENUTUP............................................................. Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ......................................................... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran .................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 30

v
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan oleh
kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah satu
penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di luar rumah sehingga perlu
memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit yang sering tejadi pada anak yaitu
penyakit pada saluran pernafasan. Salah satu penyakit saluran pernafasan pada anak
adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit ini banyak ditemukan. Selain itu, di
negara berkembang juga banyak ditemukan dan penyakit ini merupakan penyakit yang
menyebabkan kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun.

Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agen


infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran
berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas
keperenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).

Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari sepuluh


penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare, demam
berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia, hipertensi,
ISPA. Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik
fisik maupun lingkungan, upaya preventif dilakukan dengan cara memberikan obat
sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter, dan upaya kuratif perawat dalam
memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua klien unutk membawa ke
rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan klien.

1
1.2 Tujuan

 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep bronkopneumonia pada


anak.

 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia;


2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi bronkopneumonia;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi
bronkopneumonia;
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Pohon masalah pada pasien dengan
Bronkopneumonia;
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan bronkopneumonia
6. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
bronkopneumonia.

1.3 Manfaat
1.3.1 Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang isi dari makalah ini, sehingga dapat
dijadikan referensi untuk melakukan asuhan keperawatan tentang
Bronkopneumonia.

1.3.2 Penulis
Penulis dapat lebih memehami bagaimana asuhan keperawatan yang
benear pada klien dengan Bronkopneumonia.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bronkopneumoni merupakan prses inflamasi paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksius, serta menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkus dan meluar
ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005)
Bronkopneumoni adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat (Whalley and Wong,1996)
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang
mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja
dan bisa mengakibatkan kematian.

Gambar.2.1 Bronkopneumonia

3
2.2 Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan berasal dari bakteri, virus,
mikroplasma, jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi
makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab
bronkopneumonia meliputi :

1. Bakteri gram positif


2. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada
penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
3. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan
infeksi nasokomial).
4. Bakteri gram negatif
5. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
6. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan
infeksi saluran kemih).
7. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
8. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran,
gangguan menelan).

Adapun beberapa faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronkopneumonia


adalah :

a) Faktor predisposisi
 usia /umur
 genetik
b) Faktor pencetus
 gizi buruk/kurang
 berat badan lahir rendah (BBLR)
 tidak mendapatkan ASI yang memadai
 imunisasi yang tidak lengkap

4
 polusi udara
 kepadatan tempat tinggal

2.3 Tanda dan Gejala

Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia,
diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut:

1. Takipnea (nafas cepat)


2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia
8. Malaise
9. Gelisah
10. Fatique
11. Frekuensi BAB bertambah / harinya

2.4 Patofisiologis
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen
masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran
nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport
mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi
peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi
mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik
bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme
dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti
peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan
menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses

5
bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan
alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium
kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka
suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga
menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya
metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun
sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena
dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat)
dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada
alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat
berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan
tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan
retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih
dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di
sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan
untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah.
Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk
meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan
bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab
gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi
sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air
ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk
gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal
ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng
sedang pada sputum.

6
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia,
sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi
traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara
mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak
menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit
bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga
menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi
tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia.
Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan fatique
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah,
kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut
menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut
membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per
harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin
disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan
cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan
mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk
setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif.

7
2.5 Pohon Masalah
Bakteri, Jamur, Virus

Masuk kedalam saluran


Masuk kedalam tubuh melalui saluran cerna
pernafasan
Infeksi saluran cerna

Kuman terakumulasi ke alveoli Peningkatan peristaltik usus

BAB > 3/hari


Kerusakan endotel alveoli

Risiko kekurangan
volume cairan

Edema di alveoli Infeksi pada alveoli

Penurunan kapasitas vital paru Kurang informasi

Ketidakseimbangan Infeksi meluas Sekresi mucus di


ventilasi dan perfusi alveoli Kurang
jaringan paru terganggu pengetahuan
Macrophange akan
Akumulasi mucus
mengeluarkan pirogen
di alveoli paru
hipoksia

hipotalamus Bersihan jaan


Gangguan
nafas tidak efektif
pertukaran gas
hipertermi

Mempengaruhi
saraf vagus
Gangguan pengaturan
suhu tubuh, hipertermi

Intoleransi Peningkatan asam


Suplai O2 ke lambung Nutrisi kurang dari
aktivitas
hipertermi
jaringan kurang 8 kebutuhan tubuh

Mual, muntah
2.6 Penatalaksanaan
A. Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, gentamisin.
Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita, dan dugaan
kuman penyebab:
1. Umur 3 bulan-5 tahun,bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia,
Hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak diketahui
penyebabnya, maka secara praktis dipakai Kombinasi : penisilin prokain 50.000-
100.000 KI/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24
jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam
IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari atau
kombinasi Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol
(dosis sama dengan diatas).
2. Anak –anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus
pneumonia: Penisilin prokain IM atau Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000
KI/24 jam oral, 4 kali sehari Eritromisin atau Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24
jam, oral 2 kali sehari. o Oksigen 1-2 L/menit.  IVFD dekstrose 5 % ½ NaCl
0,225% 350cc / 24 jam  ASI/PASI 8 x 20cc per sonde B.
3. Non farmakologi :
a) Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
b) Simptomatik terhadap batuk.
c) Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
d) Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
e) Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan
penyebabnya.

9
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
BRONKOPNEUMONIA

3.1 Pengkajian
A. Identitas klien
a. Nama :…
b. Tempat tgl lahir :..
c. Jenis kelamin :...
d. Agama :…
e. Pendidikan :…
f. Alamat :…
g. Tanggal masuk :…
h. Tanggal pengkajian :…
i. Diagnosa medik :…
j. Rencana terapi :…
1. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak nafas
yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada
lumen bronkus.
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit
infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit
infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan
ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.

10
3. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau
kelainan pada kehamilan/persalinan.
4. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Perkembangan
1) Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
2) Anak memilik keinginan untuk sembuh
3) Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
b. Pertumbuhan
Berat badan anak akan menurun dikarenakan nafsu makan berkurang.
5. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh
yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan,
diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.
6. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak
dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan menangis
bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
7. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah,
suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai
dengan umur.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Riyadi, 2009:
a. Kepala
1) bentuk kepala
2) warna rambut
3) distribusi rambut

11
4) ada lesi atau tidak
5) hygiene
6) ada hematoma atau tidak
b. Mata
1) sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
2) kaji reflek cahaya
3) konjungtiva anemis atau tidak
4) pergerakan bola mata
c. Telinga
1) simetris atau tidak
2) kebersihan
3) tes pendengaran
d. Hidung
1) ada polip atau tidak
2) nyeri tekan
3) kebersihan
4) pernafasan cuping hidung
5) fungsi penciuman
e. Mulut
1) warna bibir
2) mukosa bibir lembab atau tidak
3) mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
4) reflek mengisap
5) reflek menelan
f. Dada
1) Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi

12
2) tung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
g. Abdomen
1) Inspeksi : bentuk, lesi
2) Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,
turgor kulit <3 detik
3) Perkusi : Suara abdomen timpani
4) Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
h. Ekstremitas
1) pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
2) kelelahan (malaise)
3) kelemahan
4) CRT <2 detik dan keluhan
i. Genetalia dan anus
1) kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia
mayora, klitoris)
2) fungsi BAB
3) fungsi BAK
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat

13
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

3.2 Pengkajian Berdasarkan Nanda

1. Domain 1 : Promosi Kesehatan


Kesadaran tentang kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi yang digunakan
untuk mempertahankan kendali terhadap dan meningkatkan fungsi normal dan sehat
tersebut.
Kelas 1. Kesadaran Kesehatan
Pengenalan tentang fungsi normal dan kesehatan.
Kelas 2. Manajemen Kesehatan
Mengidentifikasi, mengendalikan, melakukan, dan mengintegrasikan
aktivitas untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan.

2. Domain 2 : Pola nutrisi/metabolik (ABCD)


Pada pasien anak dengan bronkopneumoni biasanya akan mengalami intake yang
kurang dari kondisi sehatnya dikarenakan mual dan muntah, sehingga juga akan
mempengaruhi berat badan jika masalah ini terus berlanjut.

3. Domain 3 : Eliminasi
Klien dengan bronkopneumoni cenderung akan mengalami peningkata pola eliminasi
dari pada sebelum sakit dikarenakan infeksi pada saluran cerna yang menyebabkan akan
meningkatnya peristaltik usus

14
4. Domain 4 : Pola aktivitas dan latihan
Klien dengan bronkopneumoni akan mengalami penurunan kekuatan otot dikarenakan
suplai oksigen yang kurang, dan biasanya pada pasien bronkopneumoni juga akan
mengalami gangguan tidur dikarenakan sesak ataupun batuk.

5. Domain 5 : Persepsi/Kognisi
Sistem pemrosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan),
sensasi, cara pandang, kesadaran, dan komunikasi.
Kelas 1. Perhatian
Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati.
Kelas 2. Orientasi
Kesadaran terhadap waktu, tempat dan orang.
Kelas 3. Sensasi/ Persepsi
Menerima informasi melalui sentuhan, rasa, bau, penglihatan,
pendengaran, dan kinestesi (gerakan otot) dan pemahaman akan data
rasa hasil dari penamaan, mengasosiasikan dan atau pengenalan pola.
Kelas 4. Kognisi
Kegunaan memori, belajar, berfikir, penyelesaian masalah, abstraksi,
penilaian, pengetahuan, kapasitas intelektual, kalkulasi dan bahasa.
Kelas 5. Komunikasi
Pengiriman dan penerimaan informasi verbal dan non- verbal.

6. Domain 6 : Persepsi Diri


Kesadaran tentang diri sendiri.
Kelas 1. Konsep Diri
Persepsi total tentang diri sendiri
Kelas 2. Harga Diri
Penilaian tentang arti, kapabilitas, kepentingan, dan keberhasilan diri
sendiri.
Kelas 3. Citra Tubuh
Suatu gambaran mental tentang tubuh diri sendiri.

15
7. Domain 7 : Hubungan Peran
Hubungan atau asosiasi positif dan negative antar individu atau kelompok-kelompok
individu dan sarananya. Hubungan-hubungan tersebut ditunjukkan oleh sarana
tersebut.
Kelas 1. Peran Pemberi Asuhan
Pola perilaku yang diharapkan secara social oleh individu- individu
yang menyediakan perawatan dan bukan para professional perawatan
kesehatan.
Kelas 2. Hubungan Keluarga
Hubungan orang-orang yang secara biologis saling berkaitan.
Kelas 3. Performa Peran
Kualitas berfungsi dalam pola perilaku sosial

8. Domain 8 : Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi.
Kelas 1. Identitas Seksual
Kondisi menjadi seseorang yang khusus dalam hal seksualitas dan
atau gender.
Kelas 2. Fungsi seksual
Kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi didalam aktifitas
seksual.
Kelas 3. Reproduksi
Suatu proses ketika manusia diproduksi.

9. Domain 9 : Koping/Toleransi Stres


Anak dengan bronkopneumoni cenderung akan mengalami banyak stresor yang
menyebabkan tidak tahu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut

10. Domain 10 : Prinsip Hidup


Prinsip-prinsip yang mendasari perilaku, pikiran dan perilaku tentang langkah
langkah, adapt istiadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki
pekerjaan intrinsik.

16
Kelas 1. Nilai
Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya bertindak
yang disukai.
Kelas 2. Keyakinan
Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adat istiadat, atau
lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik.
Kelas 3. Keselarasan Nilai
Korespondensi atau keseimbangan yang dicapai antara nilai-nilai,
kepercayaan dan tindakan.

11. Domain 11 : Keamanan / Perlindungan


Aman dari mara bahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan,
penjagaan akan kehilangan dan perlindungan keselamatan dan
keamanan.
Kelas 1. Infeksi
Respon-respon setempat setelah invasi patogenik.
Kelas 2. Cedera Fisik
Luka tubuh yang membahayakan.
Kelas 3. Perilaku Kekerasan
Penggunaan kekuatan atau tenaga yang berlebihan sehingga
menimbulkan luka atau siksaan.
Kelas 4. Bahaya Lingkungan
Sumber-sumber bahaya yang ada dilingkungan sekitar kita.
Kelas 5. Proses Pertahanan Tubuh
Proses seseorang mempertahankan diri dari luar.
Kelas 6. Termoregulasi
Proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam tubuh
untuk tujuan melindungi organisme.

12. Domain 12 : Kenyamanan


Rasa sejahtera atau nyaman secara mental, fisik atau sosial.
Kelas 1. Kenyamanan Fisik

17
Rasa sejahtera atau nyaman dan bebas dari nyeri.
Kelas 2. Kenyamanan Lingkungan
Rasa sejahtera atau nyaman dengan lingkungannya.
Kelas 3. Kenyamanan Sosial
Rasa sejahtera atau nyaman dengan situasi sosialnya.

13. Domain 13 : Pertumbuhan/Perkembangan


Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, system organ dan atau
tonggak perkembangan yang dicapai.
Kelas 1. Pertumbuhan
Peningkatan pada dimensi fisik atau maturitas sistem organ.
Kelas 2. Perkembangan
Progresi atau regresi dalam urutan tahap kehidupan.

2.6.1 Analisa Data

No DATA Masalah Etiologi


1 DS:
- Pasien mengatakan Ketidakefektifan Infeksi pada saluran
sesak bersihan jalan nafas pernafasan

- Mengatakan batuk
pertahanan tubuh untuk
berdahak
mengeluarkan mukus
DO:
yang berlebih
- RR > 28x/mnt
- Nampak cuping hidung Menyumbat jalan nafas

- Auskultasi paru krakles

2 DS:
- pasien mengeluh mual nutrisi kurang dari Infeksi pada saluran
dan muntah kebutuhan tubuh cerna

- pasien mengatakan
peningkatan asam
susah makan
lambung

18
DO:
mual, muntah
- klien menyisakan 2/3
porsi makannya Intak kurang
3 DS: intake kurang
- klien mengatakan mual resiko kekurangan
output berlebih
dan muntah volume cairan

- pasien mengatakan
diare
- mengatakan lemas
DO:
- pasien terlihat
berkeringat
- bab encer
4 DS:
- Pasien mengatakan Intoleransi aktivitas Infeksi pada Bronkus
lemas
Infeksi Bronkus dan
- Merasa sesak untuk
sekitarnya
aktivitas
DO: Respon Inflamasi
- Klien tampak pucat
- SaO2 < 90
5 DO: klien dan keluarga tidak
- Ibu pasien tidak Kurang pengetahuan tahu tentang penyakit
mampu menjawab dan penanganannya
pertanyaan sehubungan
kurang informasi
dengan penyakit BRPN
- Ibu pasien dan keluarga
tampak bingung
- Ibu pasien dan keluarga
bertanya tentang
penyakit yang diderita

19
anaknya.
DS:
- Ibu pasien mengatakan
tidak tahun tentang
penyakit yang diderita
anaknya.
- Orang tua tampak
cemas dan bingung.

2.7 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mukus
disaluran nafas ditandai klien mengeluarkan batuh berdahak serta sesak
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat ditandai dengan klien mengatakan mual muntah
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dengan
kebutuhan oksigen ditandai dengan klien lemas, SaO2 < 90%
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai klien dan
keluarga tidak tahu dan mengerti penanganannya

2.8 Intervensi Keperawatan


No. Dx Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan a. Respiratory status : Airway suction
nafas Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral /
berhubungan b. Respiratory status : Airway tracheal suctioning
dengan patency b. Auskultasi suara nafas sebelum
penumpukan c. Aspiration Control dan sesudah suctioning.
mukus disaluran c. Informasikan pada klien dan
nafas ditandai Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning
klien a. Mendemonstrasikan batuk d. Minta klien nafas dalam sebelum

20
mengeluarkan efektif dan suara nafas yang suction dilakukan.
batuh berdahak bersih, tidak ada sianosis dan e. Berikan O2 dengan
serta sesak dyspneu (mampu menggunakan nasal untuk
mengeluarkan sputum, mampu memfasilitasi suksion nasotrakeal
bernafas dengan mudah, tidak f. Gunakan alat yang steril sitiap
ada pursed lips) melakukan tindakan
b. Menunjukkan jalan nafas yang g. Anjurkan pasien untuk istirahat
paten (klien tidak merasa dan napas dalam setelah kateter
tercekik, irama nafas, dikeluarkan dari nasotrakeal
frekuensi pernafasan dalam h. Monitor status oksigen pasien
rentang normal, tidak ada i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
suara nafas abnormal) melakukan suksion
c. Mampu mengidentifikasikan j. Hentikan suksion dan berikan
dan mencegah factor yang oksigen apabila pasien
dapat menghambat jalan nafas menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management
a. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
f. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
g. Auskultasi suara nafas, catat

21
adanya suara tambahan
h. Lakukan suction pada mayo
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2

2. Nutrisi kurang NOC : NIC :


dari kebutuhan Nutritional Status : food and Nutrition Management
tubuh Fluid Intake a. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan b. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan intake Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah kalori
yang tidak a. Adanya peningkatan berat dan nutrisi yang dibutuhkan
adekuat ditandai badan sesuai dengan tujuan pasien.
dengan klien b. Berat badan ideal sesuai c. Anjurkan pasien untuk
mengatakan dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
mual muntah c. Mampu mengidentifikasi d. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
d. Tidak ada tanda tanda vitamin C
malnutrisi e. Berikan substansi gula
e. Tidak terjadi penurunan berat f. Yakinkan diet yang dimakan
badan yang berarti mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
g. Berikan makanan yang terpilih (
sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan

22
harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
j. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat
badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
e. Monitor lingkungan selama
makan
f. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan

23
n. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
p. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3. Risiko NOC : NIC :


kekurangan Nutritional Status : food and
volume cairan Fluid Intake a. Kaji adanya tanda dehidrasi
berhubungan b. Jaga kelancaran aliran infus
dengan demam, Kriteria Hasil : c. Periksa adanya tromboplebitis
menurunnya a. Adanya peningkatan berat d. Pantau tanda vital tiap 6 jam
intak badan sesuai dengan tujuan e. Lakukan kompres dingin jika
b. Volume cairan normal terdapat hipertermia suhu diatas
c. Pengeluaran BAB normal 38 C
(tidak terjadi peningkatan) f. Pantau balance cairan
d. Tidak ada tanda dehidrasi g. Berikan nutrisi sesuai diit
e. Suhu tubuh normal 36,5-37 h. Awasi turgor kulit
0C
f. Kelopak mata tidak cekung
g. Turgor kulit baik
h. Akral hangat

24
2.9 Implementasi Keperawatan
No. Dx Keperawatan Implementasi Paraf
1. Ketidakefektifan Airway suction
1. Memastikan kebutuhan oral / tracheal
bersihan jalan nafas
suctioning
berhubungan 2. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
dengan
3. Menginformasikan pada klien dan keluarga
penumpukan mukus tentang suctioning
4. Meminta klien nafas dalam sebelum
disaluran nafas
suction dilakukan.
ditandai klien 5. Memberikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suksion
mengeluarkan batuh
nasotrakeal
berdahak serta 6. Menggunakan alat yang steril sitiap
melakukan tindakan
sesak
7. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
8. Memonitor status oksigen pasien
9. Mengajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
10. Menghentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management
m. Membuka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
n. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
o. Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
p. Memasang mayo bila perlu
q. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
r. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
suction
s. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
t. Melakukan suction pada mayo
u. Memberikan bronkodilator bila perlu
v. Memberikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
w. Mengatur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
a. Memonitor respirasi dan status O2

25
2. Nutrisi kurang dari NIC :
kebutuhan tubuh Nutrition Management
berhubungan 1. Mengkaji adanya alergi makanan
dengan intake yang 2. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak adekuat menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
ditandai dengan dibutuhkan pasien.
klien mengatakan 3. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
mual muntah intake Fe
4. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
5. Memberikan substansi gula
6. Meyakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
7. Memberikan makanan yang terpilih (
sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8. Mengajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
10. Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
11. Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. Memonitor adanya penurunan berat badan
2. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
3. Memonitor interaksi anak atau orangtua
selama makan

26
4. Memonitor lingkungan selama makan
5. Menjadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
6. Memonitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
7. Memonitor turgor kulit
8. Memonitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
9. Memonitor mual dan muntah
10. Memonitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
11. Memonitor makanan kesukaan
12. Memonitor pertumbuhan dan
perkembangan
13. Memonitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
14. Memonitor kalori dan intake nuntrisi
15. Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Mencatat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
3. Risiko kekurangan 1. Mengkaji adanya tanda dehidrasi
volume cairan 2. Menjaga kelancaran aliran infus
berhubungan 3. Memeriksa adanya tromboplebitis
dengan demam, 4. Memantau tanda vital tiap 6 jam
menurunnya intak 5. Melakukan kompres dingin jika terdapat
hipertermia suhu diatas 38 C
6. Memantau balance cairan
7. Memberikan nutrisi sesuai diit
8. Mengobservasi turgor kulit

27
2.10 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Ketidakefektifan bersihan jalan S: - Pasien mengatakan sesaknya
nafas berhubungan dengan berkurang
penumpukan mukus disaluran nafas O:- RR norma rentang 20-24x/mnt
ditandai klien mengeluarkan batuh - Pasien dapat mengeluarkan
berdahak serta sesak dahaknya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan S: - Pasien mengatakan mual dan
tubuh berhubungan dengan intake muntah
yang tidak adekuat ditandai dengan O: - pasien menyisakan makanan 2/3
klien mengatakan mual muntah piring
- IMT > 20
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 Risiko kekurangan volume cairan S: - pasien mengatakan lemas
berhubungan dengan demam, - hanya minum air 1 gelas
menurunnya intak O: - turgor kulit tidak elastis
- kulit kering
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

28
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi
ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya
bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam
dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

4.2 Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di
Indonesia, diantaranya sebagai berikut:

1. Keluarga klien atau pasien

Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit bronkopneumonia dan mampu
menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap anggota keluarga yang lain dapat
terhindar dari penyakit bronkopneumonia.

2. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia utamanya dalam


memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak dengan bronkopneumonia
dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat
penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin
kerja sama dengan keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara operasional.

29
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC

Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh Vidhi
Umami. 2006. Jakarta: Erlangga

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh


Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan Pasien:


proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh Susan Martin
Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,


intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC

30

Anda mungkin juga menyukai