Cincin Newton
Indria Hanandini, Allif Rosyidy Hilmi, Sefrilita R.A. Rani, Hasto Sunarno dan Sudarsono
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: indriahanandini05@gmail.com
Abstrak—Telah dilakukan percobaan Cincin Newton yang gejala difraksi atau penyebaran sinar di sekitar pinggiran suatu
bertujuan untuk mempelajari peristiwa interferensi pada penghalang yang terkena cahaya.[1]
percobaan Cincin Newton, menjelaskan fungsi-fungsi alat Melalui pendapat Newton dan Huygens, dapat diperoleh
pada cincin Newton, untuk mengukur panjang gelombang konsep modern dari cahaya. Cahaya mempunyai sifat dual
dari lampu halogen dengan menggunakan metode Newtone (ganda). Gejala interferensi menunjukkan sifat gelombang dari
Ring’s (Cincin Newton), dan mencari keseksamaan panjang cahaya sebagai contoh penampilan segi partikel dar cahaya.[1]
gelombang yang terukur dengan panjang gelombang yang Perilaku cahaya sebagai gelombang diterangkan dengan
sebenarnya. Prinsip dari percobaan ini adalah interferensi persamaan Max Well, sebab cahaya merupakan sebagian dari
gelombang cahaya. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini spectrum gelombang elektromagnetik yang memiliki
adalah rata-rata jari-jari cincin dari orde 1-5 adalah 1,01 komponen getar medan listrik dan medan magnet. Cahaya juga
mm, 1,53 mm, 1,92 mm, 2,26 mm, dan 2,53 mm dari bawah, bersifat partikel sebab dapat menampilkan peristiwa pantulan
dan 1 mm, 1,43 mm, 1,87 mm, 2,18 mm, dan 2,45 mm dari dan efek fotolistrik.[2]
atas. Nilai panjang gelombang yang diperoleh adalah Interferensi cahaya dapat terjadi pada selaput tipis, layar oleh
0,00048 mm dengan keseksamaan 27,06% dan 0,00027% celah ganda dan celah banyak. Interferensi cahaya oleh selaput
dengan keseksamaan 58,25%. tipis pada beberapa nilai panjang gelombang (λ) dapat diamati
dengan mata telanjang. Jika cahaya jatuh pada sebuah selaput
Kata Kunci— cahaya, cincin Newton, difraksi, interferensi. tipis, maka sebagian cahaya terpantul dan sebagian lagi terbias
di selaput tipis.[2]
I. PENDAHULUAN Sebuah lampu sebagai sumber cahaya koheren,
memancarkan cahaya pada nilai frekuensi dab fase tertentu,
D ALAM kehidupan sehari-hari, kita mengenal cahaya.
Cahaya memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah
interferensi. Kita dapat memahami prinsip dari interferensi
diletakkan di depan celah ganda. Celah ganda ini berukuran
sempit, pada kisaran panjang gelombang cahaya, sehingga
cahaya yang keluar dari celah dapat dipandang sebagai 2 titik
cahaya dengan cincin Newton. Sehingga untuk lebih sumber cahaya baru. Sumber cahaya memancarkan cahaya
memahami cincin Newton dan interferensi cahaya, maka perlu sehingga terdifraksi oleh celaj dan berpadu di layar (titik P).
dilakukannya percobaan Cincin Newton yang bertujuan untuk
Jika arah setiap lintasan itu membentuk sudut θ terhadap suatu
mempelajari peristiwa interferensi pada percobaan Cincin
yang ditarik dari pusat calah ke layar, serta diketahui jarak
Newton, menjelaskan fungsi-fungsi alat pada cincin Newton,
antarcelah adalah d maka selisih lintasan itu adalah d sin θ.
untuk mengukur panjang gelombang dari lampu halogen
Hasil interferensi di layar dapat berupa pola konstruktif
dengan menggunakan metode Newtone Ring’s (Cincin
maksimum yang ditampilkan oleh garis terang, atau pola
Newton), dan mencari keseksamaan panjang gelombang yang
destruktif maksimum berupa garis gelap. Untuk jarak
terukur dengan panjang gelombang yang sebenarnya.
antarcelah d, panjang gelombang λ, maka garis terangnya
Menurut Isaac Newton, “sinar dari cahaya” adalah benda-
memenuhi persamaan:
benda sangat kecil yang terpancar dari bahan yang bersinar.
Newton menyatakan cahaya sebagai kospuskular berdasarkan 𝑑 sin 𝜃 = 0, λ, 2λ (1)
kenyataan bahwa dalam medium serba sama tertentu maka
cahaya memperlihatkan lintasan seprti garis lurus. Hal ini telah 𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑛λ ; n = 0,1,2,3, … (2)
dikenal sebagaui hukum penjalaran, dan nampak jelas pada Sedangkan garis gelapnya memenuhi kaitan:
proses pembentukan bayangan oleh cahaya tampak pada suatu 2𝑚−1
lensa atau cermin.[1] 𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = [ ] λ ; m = 1,2,3, … (3)
2
Menurut Christian Huygens, cahaya adalah suatu gerak
gelombang yang terpancar dari suatu sumber dalam semua arah. Interferensi juga terjadi oleh pantulan lensa cembung dan
Teori ini mampu menerangkan hukum-hukum dasar tentang pelat gelas, sehingga menghasilkan pola interferensi. Jika sinar
pemantulan dan pembiasan lewat pengertian gelombang primer yang datang monokromatis, dihasilkanlah pola interferensi
dan sekunder serta gejala interferensi, yakni peristiwa cincin gelap terang, dan pola itu disebut Cincin Newton.
terbentuknya pita-pita gelap dan terang akibat pemantulan Konsep interferensi oleh selaput tipis, dimanfaatkan juga untuk
cahaya pada lapisan tipis. Melalui tinjauan gelombang, terdapat membuat kaca mata berkualitas tinggi.[2]
Pola interferensi yang berwujud lingkaran-lingkaran elap
LAPORAN RESMI PERCOBAAN KONSTANTA PLANCK : NRP 1114-064 (1-4) 2
teran juga teramati dari atas sebuah lensa tipis yang diletakkan pemantul (reflektor) itu berpermukaan halus, maka
di atas lempeng kaca data yang mempunyai koefisien refleksi r diperolehlah pantulan (refleksi) yang teratur (regular).
yang besar. Pola interferensi cincin Newton terbentuk Sedangkan di permukaan kasar memberikan pantulan tak
disebabkan oleh bervariasinya ketebalan celah udara di antara teratur, yang disebut pantulan difuse. Pada hukum Snellius,
permukaan bahwa lensa dan permukaan atas lempeng kaca. dikatakan bahwa pada peristiwa pantulan cahaya berlaku “sudut
Dalam hal ini pola interferensi diamati pada arah refleksi sinar datang senilai dengan sudut pantul”. Hukum ini berlaku untuk
cahaya, sehingga adanya loncatan fase harus diperhitungkan. permukaan datar, bergelombang dan juga lengkung. Garis
Jari-jari lingkaran gelap dapat dirumuskan: tengah pada adalah garis normal. Garis normal merupakan garis
yang berarah normal terhadap bidang pemantul.[2]
𝜌2 = 𝑑 (2𝑅 − 𝑑) ≈ 𝑑 = 2𝑅
1
𝜌2 = 𝑘. λ . 2R II. METODOLOGI PENELITIAN
2
λ = 2𝜌2 ⁄𝑅 (5)
Dengan contohnya mengambil cincin terang yang paling dalam
yang bersangkutan dengan k = 0.[3]
Lensa adalah sistem optic dengan dua permukaan pembiasan.
Lensa dapat menyebabkan sinar sejajar sumbu utama untuk
kumpul atau menyebar. Jika ia berkumpul, aka lensa tersebut
adalah lensa konvergen. Namun jika ia menyebar, maka ia
Gambar 2. Planck’s Constant Experiments Apparatus
adalah lensa divergen. Ketika sebuah objek diletakkan di depan
lensa jenis apapun, sinar dan objek yang terbias ke lensa C. Cara Kerja
maupun keluar dari lensa dpat menghasilkan bayangan objek. Untuk percobaan Cincin Newton ini, mula-mula peralatan
Suatu lensa yang sederhana yang memiliki dua permukaan bola yang terdiri dari lampu halogen dengan sumber dan set alat.
yang cukup dekat antara keduanya sehingga dapat diabaikan Newton Ring’s dipastikan telah lengkap dan dalam keadaan
jarak di antara ketebalan lensa, biasa disebut lensa tipis bersih posisi lensa bikonveks diatur pada tempatnya. Lampu
terhadap jarak objek P dan jarak bayangan I, serta jari-jari halogen dinyalakan dengan ditekannya starting switching pada
kelengkungan terhadap sumbu utama. Dari hubungan antara I line spectrum light source dan ditahan beberapa saat.
dan P, kita dapat memperoleh nilai focus lewat persamaan Kemiringan reflector diatur sehingga pantulan dari sumber
berikut: cahaya ke lensa bikonveks membentuk beberapa lingkaran.
Skala pada mikroskop Vernier diatur atau digeser untuk
1 1 1
= + (6) mendapatkan data yang dicari. Lalu alat segera di switch off
𝑓 𝑃 𝑖
setelah digunakan.
Namun jika lensa tipis dengan indeks bias n dikelilingi oleh
D. Flowchart
udara, maka panjang focus f yang diberikan adalah:
Berikut adalah flowchart untuk percobaan Cincin Newton
1 1 1
= (𝑛 − 1)( − ) (7)
𝑓 𝑟1 𝑟2
B. Perhitungan
Dari data yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan
untuk memperoleh nilai panjang gelombang. Berikut adalah
contoh perhitungan serta tabel hasil perhitungannya.
Diketahui : rrata-rata = 1,01 mm
m =1
R = 2500 mm
λ sebenarnya = 6,56 x 10-4 mm = 0,000656 mm
Ditanya : λperhitungan & error λ …..?
Jawab :
𝑟2 (1,01𝑚𝑚)2 1,0201 𝑚𝑚2
λperhitungan = = = = 0,00041 𝑚𝑚
𝑚 .𝑅 1 .2500 𝑚𝑚 2500 𝑚𝑚
λ𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 –λ𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑒𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
error λ = | λ𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
| 𝑥100%
0,00041 𝑚𝑚 −0,000656 𝑚𝑚
=| | 𝑥100%
0,000656 𝑚𝑚
= 37,8 %
Tabel 3 Data Hasil Perhitungan Panjang Gelombang (λ) dari Bawah
No Orde λ perhitungan (mm) Error (%)
Gambar 4. Flowchart Percobaan Cincin Newton
1 1 0,00041 37,8
Dari data yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan
dengan menggunakan persamaan berikut: 2 2 0,00047 28,32
𝑟2 3 3 0,00049 25,33
λperhitungan =
𝑚 .𝑅 4 4 0,00051 21,91
λ𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 –λ𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑒𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 5 5 0,00051 21,94
error λ = | | 𝑥100%
λ𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
Rata-rata 0,00048 27,06
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4 Data Hasil Perhitungan Panjang Gelombang (λ) dari Atas
No Orde λ perhitungan (mm) Error (%)
A. Analisa Data
1 1 0,0004 39,02
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data seperti
berikut. 2 2 0,00031 53,35
Tabel 1 Data Jari-Jari Cincin Newton dari Bawah 3 3 0,00025 61,99
Bawah 4 4 0,00022 66,77
No Orde
1 (mm) 2 (mm) 3 (mm) Rata-Rata (mm) 5 5 0,0002 70,12
1 1 0,88 1,07 1,08 1,01 Rata-rata 0,00027 58,25
2 2 1,42 1,57 1,61 1,53
3 3 1,72 1,98 2,05 1,92 C. Pembahasan
4 4 2,18 2,33 2,28 2,26 Percobaan Cincin Newton ini memiliki beberapa tujuan,
5 5 2,43 2,55 2,61 2,53 yakni untuk mempelajari peristiwa interferensi pada percobaan
Cincin Newton, menjelaskan fungsi-fungsi alat pada cincin
Tabel 2 Data Jari-Jari Cincin Newton dari Atas Newton, untuk mengukur panjang gelombang dari lampu
Atas halogen dengan menggunakan metode Newtone Ring’s (Cincin
No Orde
1 (mm) 2 (mm) 3 (mm) Rata-Rata (mm) Newton), dan mencari keseksamaan panjang gelombang yang
terukur dengan panjang gelombang yang sebenarnya. Peristiwa
LAPORAN RESMI PERCOBAAN KONSTANTA PLANCK : NRP 1114-064 (1-4) 4