Oleh :
Edi Prasetiyo
Jombang
BAB 1
PENDAHULUAN
Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian appendiksitis di sebagian besar wilayah indonesia
hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia jumlah pasien yang menderita penyakit apendiksitis berjumlah
sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen
dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendiksitis di
Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya (Depkes, 2008).
Penyakit appendisitis adalah kedaruratan bedah yang paling sering ditemukan dan dapat terjadi pada
usia berapapun. Insidennya 120/100.000 pertahun, dengan pasien yang terbanyak adalah rentang usia 17-64
tahun yaitu sebesar 82,18% dengan kejadian yang paling banyak terjadi adalah appendisitis akut tanpa
penyulit (simple appendicitis) 54,46%. Rasio insiden appendisitis antara laki-laki dan perempuan 1:1.
Kasus appendisitis akut sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, jarang terjadi
pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja awal usia 20 tahun,
sedangkan pada masa remaja dan dewasa rasionya menjadi 3:2 (Siswono, 2006).
Appendisitis salah satu kasus kegawatdaruratan dibidang abdomen dengan keluhan utama nyeri
perut kanan bawah. Peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Hasil survai insiden apendiksitis di Negara maju lebih tinggi dari pada
Negara berkembang, fakta telah membuktikan bahwa Amerika menangani 11 kasus/ 10.000 kasus
apendiksitis setiap tahun, diantara 60.000 kasus appendiksitis akut setiap tahunnya terdapat 20.000 kasus
sudah menjadi appendisitis perforasi dan 100 kasus diantaranya meninggal ( Managema, 2009 ).
Apendiks sering disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang di kenal di masyarakat awam
adalah sekum. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm)
dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal
(Sjamsuhidayat, 2004). Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir ini secara normal dicurahkan
secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya di alirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam
pengaliran tersebut, meupakan salah satu penyebab timbulnya apendisitis (Sander, 2011). Diagnosa
apendisitis telah ditegakkan maka indikasi tindakan pembedahan dilakukan. Apendiktomi atau operasi
pengangkatan usus buntu merupakan kedaruratan bedah abdomen yang biasa dilakukan, pasien dengan
pasca oprasi apendictomy lebih sering berbaring di tempat tidur karena pasien takut untuk bergerak, pasien
Nyeri biasanya terjadi karena adanya rangsangan mekanik dan kimia pada daerah kulit di ujung-
ujung syaraf bebas yang disebut nosireseptor. Pada kehidupan nyeri dapat bersifat lama da nada yang
singkat, berdasarkan lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri kronis dan
nteri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu mulai terjadinya nyeri atau masalah nyeri
(dapat bebebrapa detik sampai jam), sampai masalah nyeri teratasi tetapi tidak lebih dari enam bulan, nyeri
akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Sedangkan nyeri kronik adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan
actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, nyeri yang jangka waktu
terjadi sudah lebih dari enam bulan semenjak munculnya nyeri untuk pertama kali (Nanda 2009-2011).
Berdasarkan revelensi pasien post operasi apendiktomi atas indikasi apendisitis di RSU Mitra
Delima bululawang krebet malang sebagian besar pasien dengan tindakan pembedahan mengakibatkan
munculnya masalah keperawatan nyeri, penulis menjumpai Ny. A dengan post operasi apendiktomi atas
indikasi apendisitis akut dengan keluhan nyeri akut di dukung oleh data subyektif “ Ny. A mengatakan
nyeri di perut kanan bawah didaerah luka post operasi, dan data obyektif “ pasien tampak meringis
kesakitan”. Nyeri akut merupakan menifestasi yang harus diatasi baik biologis, psikologis, social, kultural,
spiritual maupun dampak dari penyakit yang dialami Ny. A karena nyeri mengganggu hubungan dan
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan dengan judul “
Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny.A dengan Post Operasi Apendiktomi Atas Indikasi Apendisitis
Melaporkan kasus nyeri pada Ny. A dengan post operasi apendiktomi atas indikasi appendisitis di
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. A dengan nyeripost operasi apendiktomi atas
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. A dengan nyeri post operasi
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan nyeri post operasi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Appendiks sering disebut dengan umbai cacing. Kebanyakan masyarakat menyebutnya usus buntu hal
tersebut kurang tepat karena sebenarnya usus yang buntu adalah sekum. (Sjamsuhidayat ,2004 ). Appenditits
merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada vermiforis. Sehingga merupakan penyakit yang paling sering
memerlukan pembedahan kedaruratan. Apabila tidak ditangani dengan segera maka akan berakibat fatal (
Kowalak, 2011). Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat (Smeltzer,2002).
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik
(Sjamsuhidayat, 2005).
1. Apendisitis akut.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum
lokal. Gajala apendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral
didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah.
Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindahketitik mcBurney.
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknyasehingga merupakan nyeri somatik
setempat.
2. Apendisitis kronik.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa , dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.
2.2 Anatomi
Usus besar atau kolon yang panjangnya kira-kira satu setengah meter,adalah sambungan dari
usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileoseka,yaitu tempat sisa makanan lewat, dimana
normalnya katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik dan
menyebabkan defekasi atau pembuangan. Usus besar terdiri atas empat lapisan dinding yang
sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang
memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dari yang ada
pada usus halus dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubuler
dalam usus dan dilapisi oleh epitelium silinder yang memuat sela cangkir. Usus besar terdiri dari
1. Sekum
Sekum adalah kantung tertutup yang menggantung dibawah area katup ileosekal. Apendiks
vermiformis merupakan suatu tabung buntu yang sempit, berisi jaringan limfoid, menonjol dari
ujung sekum.
2. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar, mulia dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga bagian,
yaitu :
a. Kolon asenden
Merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hatti sebelah kanan dan membalik secara horizontal
b. Kolon transversum
Merentang menyilang abdomen dibawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri,
tempatnya memutar kebawah pada flkesura splenik. Kolon desenden Merentang ke bawah pada
sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
3. Rektum
Rektum Adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12 sampai 13 cm. Rektum
b. Anatomi Apendiks
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm
dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu :
taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu
daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat.
Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada bayi,
apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Persarafan
parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesentrika
superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X.
Oleh karena itu, nyeri viseral padA apendisitis bermula disekitar umbilicu.
c. Fisiologi Apendiks
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan
selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa mengandung amilase dan musin.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang
terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA.Immunoglobulin tersebut sangat
efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhisistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan
diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung
kecil, maka apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (
Sjamsuhidayat, 2005).
2.3 Etiologi
Sjamsuhidajat (2011) mengatakan penyebab apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai
hal berperan sebagai factor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.
Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
limfoid, tumor apendiks, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya
sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia
a. Pemeriksaan fisik
Pada pasaien appendisitis keadaan umum penderita benar-benar terlihat sakit. Suhu tubuh naik ringan pada
appendisitis sederhana dan suhu tubuh meninggi atau menetap sekitar 37,5ºC atau lebih jika terjadiperforasi.
Abdomen didapatkan tanda-tanda rangsangan peritoneal kuadran kanan bawah. Pada apendisitis perforasi
lebih jelas seperti nyeri tekan. Tidak jarang dijumpai tanda-tanda obstruksi usus paralitik akibat proses
1) Pemeriksaan laboratorium
Hasil leukosit ringan umumnya pada appendisitis sederhana. Apabila jumlah leukosit lebih dari 13.000
2) Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai inflamasi dari appendiks (Muttaqin, 2011).
Resiko kekurangan
Volume cairan
BAB 4
STUDI KASUS
Berdasarkan pengkajian didapatkan identitas pasien sebagai berikut nama Ny. A umur 38 tahun,
jenis kelamin perempuan, alamat di bululawang, pekerjaan ibu rumah tangga , pendidikan Sekolah
Menengah Atas, dengan diagnose medis post operasi apendiktomi, penanggung jawab Tn. D alamat
Hasil pengkajian didapatkan Ny.A mengeluh nyeri luka post operasi apendiktomi di perut kanan
bagian bawah. Riwayat penyakit sekarang didapatkan data bahwa kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien
mengeluh nyeri perut kanan bagian bawah disertai mual dan muntah. Lama kelamaan nyeri semakin
memberat. Pada saat itu pasien dilarikan ke RSU Mitra Delima melalui IGD. Hasil pemeriksaan pada saat
di IGD bahwa pasien terkena apendiksitis, saat itulah klien disuruh dokter untuk rawat inap dan dilakukan
operasi apendiktomi.
Berdasarkan pengkajian pada riwayat kesehatan dahulu didapat data, bahwa pasien mengatakan
tidak pernah mempunyai riwayat sakit seperti ini sebelumnya, namun pasien mengatakan bahwa pasien
memiliki riwayat hipertensi dan vertigo. Riwayat kesehatan keluarga didapatkan bahwa pasienpun menurun
penyakit tersebut dari ayahnya. Sedangkan riwayat kesehatan lingkungan didapatkan data bahwa pasien
Hasil pengkajian pola kesehatan fungsional pada pola kognitif dan perceptual, sebelum sakit pasien
mengatakan dapat berkomunikasi dengan lancer, mampu berorientasi penuh pada lingkungan,
mengidentifikasi keadaan orang dan situasi dengan kesadaran penuh. Pada luka post operasi terasa nyeri,
nyeri dirasa saat bergerak, kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut kanan bawah kuadran 4,
nyeri sedang dengan skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, Ny. A tampak meringis kesakitan.
Pada pola nutrisi dan metabolisme didapatkan hasil, sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari nasi,
lauk, sayur kadang buah. Minum air putih kurang lebih 7 gelas sehari, selama sakit pasien mengatakan
nafsu makan berkurang, pasien mengeluh mual, muntah setiap habis makan. Dalam sekali makan habis
kurang lebih 3 sendok makan porsi bubur nasi dari rumah sakit, minum kurang lebih 3 gelas perhari pasien
mengatakan sebelum sakit dapat beraktivitas secara mandiri, selama sakit aktivitas pasien seperti makan,
minum, berpakaian dan ambulasi memerlukan bantuan orang lain. Sedangkan untuk toileting pasien di
bantu orang lain dan alat. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur nyenyak dan jarang tidur siang.
Selama sakit pasien mengatakan bisa tidur meskipun masih sering terbangun dikarenakan rasa nyeri yang
dirasakan
Keadaan umum pasien mengeluh nyeri luka post operasi , terdapat kemerahan pada luka post
operasi, gatal pada area luka, kesadaran composmetis. Tekanan darah 135/80 mmHg, nadi 82 kali per
menit, pernafasan 24 kali per menit, suhuya 38’ derajat celcius. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan
hasil inspeksi pengembangan dada kanan kiri sama, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, palpasi
vocal fremitussama antara kanan dan kiri, perkusi sonor, auskultasi vesikuler disemua lapang paru,
pemeriksaan fisik jantung dengan cara inspeksi didapatkan data yaitu ictus cordis tidak tampak, palpasi
ictus cordis teraba di ICS V, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I dan II murni tidak ada bising. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi bentuk perut datar, terdapat luka post operasi apendictomi
Pada genetalia tidak ada kelainan, terpasang kateter dengan kondisi bersih. Pada ekstremitas atas
pada tangan kanan dan kiri kekuatan otot penuh, pada tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm, capillary
refill kurang dai 3 detik, tidak terdapat oedema, akral teraba hangat.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3 Januari 2018 didapatkan hasil eritrosit yaitu 4.39 ,
trombosit 306, leukosit 13.000, hemoglobin 13.1. hasil dari pemeriksaan USG Mc Burney adalah tidak
tampak massa hypoechoik, batas dan bentuk tidak jelas, nyeri tekan (+), kesan adanya appendicitis akut.
BAB 5
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif :
Pasien mengatakan mengeluh nyeri luka post operasi apendiktomi di perut kanan bagian
bawah. Riwayat penyakit sekarang didapatkan data bahwa kurang lebih 1 minggu yang lalu
pasien mengeluh nyeri perut kanan bagian bawah disertai mual dan muntah setiap habis
makan. Lama kelamaan nyeri semakin memberat Keadaan umum pasien mengeluh nyeri luka
post operasi , terdapat kemerahan pada luka post operasi, gatal pada area luka, , pasien
mengatakan sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari nasi, lauk, sayur kadang buah. Minum
air putih kurang lebih 7 gelas sehari, selama sakit pasien mengatakan nafsu makan
berkurang, dalam sekali makan habis kurang lebih 3 sendok makan porsi bubur nasi dari
rumah sakit, minum kurang lebih 3 gelas perhari. pasien mengatakan sebelum sakit dapat
beraktivitas secara mandiri, selama sakit aktivitas pasien seperti makan, minum, berpakaian
dan ambulasi memerlukan bantuan orang lain. Sedangkan untuk toileting pasien di bantu
orang lain dan alat. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur nyenyak dan jarang tidur
siang. Selama sakit pasien mengatakan bisa tidur meskipun masih sering terbangun
2. Data Obyektif
Tekanan darah 135/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit,
suhuya 38’ derajat celcius. Pada luka post operasi terasa nyeri, nyeri dirasa saat bergerak,
kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut kanan bawah kuadran 4, nyeri sedang
dengan skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, Ny. A tampak meringis kesakitan, leukosit 13.000
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
a. Kelebihan :
Kelebihan dari askep di atas sangat lengkap dan detail apabila di aplikasikan di rumah sakit tempat saya
bekerja..
b. Kekurangan :
Jika di aplikasi di rumah sakit tempat saya bekerja dapat membebankan petugas melakukan dokumentasi dan
1. Kesimpulan
Pengkajian masalah nyeri Ny. A telah dilakukan secara komprehensif dan di peroleh hasil : nyeri
dirasakan saat pasien bergerak, seperti tertusuk-tusuk nyeri pada perut bagian kanan bawah kuadran 4
5. Saran
Diharapkan rumah sakit khususnya RSU Mitra Delima memberikan pe;ayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasanma yang baik antara tim kesehatan maupun pasien sehingga
Khusunya perawat diharapkan selalu berkordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan agar lebih maksimal, perawat diharapkan dapat memberikan secara profesional
dan komprehensi