Makhluk hidup menghasilkan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan.
Zat ini dapat menjadi
racun jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Proses pengeluaran zat sisa dari tubuh antara lain sekresi, ekresi, dan defekasi. Sekresi merupakan suatu proses pengeluaran zat yang berbentuk cairan oleh sel-sel atau jaringan. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat siasa metabolisme dari tubuh yang sudah tidak dapat digunakan lagi seperti pengeluaran urine, keringat, dan CO2 dari tubuh. Defekasi merupakan prses pengeluaran feses dari tubuh. Alat ekskresi manusia adalah paru-paru, ginjal, kulit, dan hati (Karmana, 2007). Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk mem-buang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental ber-warna kuning pekat, dan urin baru/segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism le-mak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb) Dalam farmakokinetik, urin dapat digunakan sebagai salah satu objek pemeriksaan selain plasma darah, untuk penentuan beberapa parameter farmakokinetik. Penyiapan sampel dalam matriks urin pada umumnya dilakukan dengan cara pengenceran dengan air atau dapar pada Ph tertentu, adapun pada beberapa kondisi khusus biasanya dilakukan hidrolisis asam atau basa untuk membuat senyawa yang akan dianalisis terlarut sempurna dalam urin. Urine dan Parameter Farmakokinetik Data eksresi obat lewat urine dapat dipakai untuk memperkirakan bioavailabilitas. Agar dapat diperkirakan yang sahih, obat harus dieksresi dengan jumlah yang bermakna di dalam urine dan cuplikan urine harus dikumpulkan secara lengkap. Jumlah kumulatif obat yang dieksresi dalam urine secara langsung berhubungan dengan jumlah total obat yang terabsorbsi. Di dalam percobaan, cuplikan urinedikumpulkan secara berkala setelah pemberian produk obat. Tiap cuplikan ditetapkan kadar obat bebas dengan cara yang spesifik. Kemudian dibuat grafik yang menghubungkan kumulatif obat yang dieksresi terhadap jarak waktu pengumpulan. Hubungan antara jumlah kumulatif obat yang diekseresi dalam urin dan kurva kadar obat dalam plasma-waktu diperlihatkan dalam Gambar (1). Bila obat dieliminasi secara sempurna (titik C) konsentrasi obat dalam plasma mendekati nol dan diperoleh jumlah maksimum obat yang diekskresi dalam urin. dDu/dt oleh karena sebagian besar obat dieliminasi dengan proses laju orde kesatu, maka laju eksresi obat bergantung pada tetapan laju eliminasi orde kesatu (K) dan kadar obat dalam plasma (Cp). Laju eksresi obat lewat urine (dDu/dt) tidak dapat ditentukan melalui percobaan segera setelah pemberian obat. Dalam praktek, urine dikumpulkan pada jarak waktu tertentu dan konsentrasi obat di analisis. Kemudian laju eksresi urin rata- rata dihitung untuk tiap waktu pengumpulan. Harga dDu/dt rata-rata digambar pada suatu skala semilogaritmik terhadap waktu yang merupakan harga tengah (titik tengah) waktu pengumpulan. Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data eksresi urin yang sahih. Beberapa factor tersebut adalah : 1. Suatu fraksi yang bermakna dari obat titak berubah harus dieksresi dalam urin; 2. Teknik penetapan kadar harus spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus tidak dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat obat yang mempunyai struktur kimia serupa; 3. Diperlukan pengambilan cuplikan yang sering untuk mendapatkan gambaran kurva yang baik; 4. Cuplikan data urin hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hampir semua obat dieksresi. Suatu grafik dari kumulatif obat yang dieksresi vs waktu akan menghasilkan kurva yang mendekati asimtot pada “waktu tak terhingga”. Dalam praktek, diperlukan kurang lebih 7 X t½ eliminasi untuk mengeliminasi 99% obat. 5. Perbedaan pH urine dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju eksresi urin yang bermakna. Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, HPLC merupakan bentuk kromatografi kolom yang sering digunakan dalam biokimia dan analisis kimia untuk memisahkan, mengidentifikasi, mengukur dan memanjang. HPLC memanfaatkan kolom yang memegang chromatographic bahan kemasan (tahap tak berubah), sebuah pompa yang bergerak selular fase (s) melalui kolom, dan detektor yang menunjukkan ingatan waktu Molecules. Retensi waktu bervariasi tergantung pada interaksi antara keadilan tahap, yang Molecules yang dianalisis, dan larutan (s) yang digunakan. Kromatografi jenis ini menggunakan fase gerak berupa cairan yang dialirkan dengan tekanan sangat tinggi sedangkan fase diamnya dapat berbagai macam, tergantung mode kromatografi yang dipilih dalam proses pemisahan. Prinsip pengukurannya berdasarkan kepolaran antara fase gerak dan sampel.
, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama, Jakarta.
Kurniati, Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung. Leon Shargel, Andrew B. C. Yu, 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi Kedua, Alih bahasa; Fasich & Siti Sjamsiah, Airlangga University Press, Surabaya. Poedjiadi, A., Suryati, FMT. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta. LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK PENENTUAN KADAR CAFFEIN DARI HASIL EKSKRESI URIN