Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kelainan faal koagulasi yang


bersifat herediter dan diturunkan secara X-linked recessive sehingga hanya
bermanifestasi pada laki-laki, sedangkan wanita hanya menjadi karier atau pembawa
sifat penyakit ini. Dikenal tiga tipe hemofilia yaitu hemofilia A, B, dan C yang secara
klinis ketiganya tidak dapat dibedakan. Hemofilia terjadi oleh karena adanya
defisiensi atau gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan yaitu faktor VIII pada
hemofilia A serta kelainan faktor IX pada hemofilia B dan faktor XI pada hemofilia
C. ( Veny.2012.31)
Penderita hemofilia memiliki darah yang sulit membeku karena kelainan gen,
yang berpotensi mengancam nyawa. Berdasarkan informasi yang di dapat hemofilia
paling sering terjadi pada laki-laki. Jika perdarahan terjadi pada sendi, maka dapat
menyebabkan masalah kelemahan gerakan dan rasa sakit.
Terdapat metode baru untuk pembekuan darah penderita hemofilia, Percobaan
terapi gen pada penderita hemofilia, menunjukkan masa pembekuan darah yang
meningkat namun hanya beberapa minggu. Terapi gen adalah teknik memperbaiki
gen yang rusak atau cacat yang bertanggungjawab atas timbulnya penyakit tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian hemofilia ?
2. Apa jenis hemofilia ?
3. Apa penyebab hemofilia ?
4. Bagaimana cara pengobatan hemofilia dengan terapi gen ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hemofilia


2. Untuk mengetahui jenis hemofilia
3. Untuk mengetahui Apa penyebab hemofiia
4. Untuk mengetahui cara pengobatan hemofilia dengan terapi gen
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Hemofilia


Berdasarkan jurnal dari Ni Made Renny pada halaman 113, hemofilia
merupakan suatu penyakit dengan kelainan faal koagulasi yang bersifat herediter dan
diturunkan secara X - linked recessive pada hemofilia A dan B ataupun secara
autosomal resesif pada hemofilia C. Hemofilia terjadi oleh karena adanya defisiensi
atau gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan yaitu faktor VIII pada hemofilia A
serta kelainan faktor IX pada hemofilia B dan faktor XI pada hemofilia C. Sedangkan
menurut Veny, Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kelainan faal koagulasi
yang bersifat herediter dan diturunkan secara X-linked recessive sehingga hanya
bermanifestasi pada laki-laki, sedangkan wanita hanya menjadi karier atau pembawa
sifat penyakit ini.
Penderita hemofilia adalah manusia yang faktor VIII dalam darahnya
jumlahnya sedikit. Jika orang normal memiliki jumlah faktor VIII dalam darahnya
sebanyak 100 unit, maka penderita hemofilia ringan hanya memiliki sekitar 30 unit
saja (6-30 persen), sedangkan penderita hemofili berat hanya memiliki faktor VIII
dalam darahnya kurang dari 5 unit atau 1 persen saja. ( Ambarwati.2006)
Secara umum, insiden hemofilia pada populasi cukup rendah yaitu sekitar
0,091% dan 85 % nya adalah hemofilia A. Disebutkan pada sumber lain insiden pada
hemofilia A 4-8 kali lebih sering dari hemofilia B. Angka kejadian hemofilia A
sekitar 1:10.000 dari penduduk laki-laki yang lahir hidup, tersebar di seluruh dunia
tidak tergantung ras, budaya, sosial ekonomi maupun letak geografi. Insiden
hemofilia A di Indonesia belum banyak dilaporkan, sampai pertengahan 2001
disebutkan sebanyak 314 kasus hemofilia A. Sedangkan insiden hemofilia B
diperkirakan 1:25.000 laki-laki lahir hidup. Hemofilia C yang diturunkan secara
autosomal resesif dapat terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan, menyerang
semua ras dengan insiden terbanyak ras Yahudi Ashkanazi. (Ni made. 114. 2006)
Berdasarkan info yang penulis ketahui dari berbagai informasi yang didapat,
manifestasi perdarahan yang timbul bervariasi dari ringan , sedang dan berat. Dapat
berupa perdarahan spontan yang berat, kelainan pada sendi, nyeri menahun,
perdarahan pasca trauma atau tindakan medis ekstraksi gigi atau operasi. Tanpa
pengobatan sebagian besar penderita hemofilia meninggal pada masa anak-anak.
2.2 Jenis Hemofilia
Hemofilia terbagi menjadi tiga jenis yaitu Hemofilia A, Hemofilia B, dan
hemofilia C. Berikut penjelasan jenis hemofilia berdasarkan jurnal-jurnal yang telah
didapat. Menurut Veny (2012), Dikenal tiga tipe hemofilia yaitu hemofilia A, B, dan
C yang secara klinis ketiganya tidak dapat dibedakan. Hemofilia terjadi oleh karena
adanya defisiensi atau gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan yaitu faktor VIII
pada hemofilia A serta kelainan faktor IX pada hemofilia B dan faktor XI pada
hemofilia C.
Klasifikasi hemophilia dibedakan atas 3 macam (Muscari.2005) :
1. Hemofilia A (hemofilia klasik) ditandai karena penderita tidak memiliki zat anti
hemofili globulin (factor VIII).Kira-kira 80 % dari kasus hemophilia adalah tipe
ini.Seseorang mampu membentuk antihemofilia globulin (AHG) dalam serum
darahnya karena ia memiliki gen dominan H sedang alelnya resesif tidak dapat
membentuk zat tersebut.Oleh karena gennya terangkai X maka perempuan normal
dapat mempunyai genotif H.Perempuan hemophilia mempunyai genotif
hh,sedangkan laki-laki hemophilia h.
2. Hemofilia B atau penyakit “Christmas” Penderita tidak memiliki komponen
plasma tromboplastin (KPT;faktorIX).Kira-kira 20% dari hemophilia adalah tipe
ini.
3. Hemofilia C Penyakit hemophilia C tidak disebabkan oleh gen resesif kromosom
X melainkan oleh gen resesif yang jarang dijumpai dan terdapatnya pada
auotosom.Tidak ada 1% dari kasus hemophilia adalah tipe ini.Penderita tidak
mampu membentuk zat plasma,tromboplastin anteseden (PTA).
Tabel 1 . Perbandingan Hemofilia A, Hemofili B dan penyakit von Willebrand
Hemofilia A Hemofilia B Penyakit von
Willebrand
Pewarisan X-linked X-linked autosomal
dominant
Defisiensi faktor VIII IX FvW dan VIII :
(coagulant) AHF
Lokasi utama sendi otot sendi Perdarahan
otot mokokutaneus paska trauma
Hitung trambosit Normal Normal Normal
Waktu Normal Normal Memanjang
perdarahan
PT Normal Normal Normal
APTT memanjang Memanjang Memanjang
Faktor VIII : C Rendah Normal Rendah

FvW Normal Normal Rendah


Faktor IX Normal Rendah Normal
Tes ristosetin Normal Normal Negatif

2.3 Penyebab Hemofilia


Pria dan wanita masing-masing memiliki 23 pasang kromosom. Wanita
memiliki dua kromosom X; pria memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y.
Hemofilia merupakan penyakit genetik terpaut X, yang berarti penyakit ini diwariskan
dari ibu ke anak laki-laki pada kromosom X. Jika si ibu membawa gen hemofilia pada
salah satu kromosom X-nya, setiap anak laki-lakinya memiliki peluang 50% untuk
menderita hemophilia.
Walaupun anak perempuan jarang sekali menunjukkan gejala hemofilia,
kasus, anak perempuan yang pembawa dapat mengalami gejala perdarahan ringan.
Bagi anak perempuan untuk menderita hemofilia, mereka harus mendapat kromosom
dari ayahnya yang hemofilia, dan juga kromosom X dari ibunya yang merupakan
pembawa. Walaupun ini sangat mungkin terjadi namun sangat kecil kemungkinannya
mereka dapat menjadi pembawa penyakit ini. Pada beberapa. Berbagai faktor
penyebab hemofilia diantaranya yaitu ( Muscari . 2005):
2.3.1 Faktor Genetik
Hemofilia menurun dari generasi ke generasi lewat wanita pembawa
sifat (carier) dalam keluarganya, yang bisa secara langsung, bisa tidak. Di
dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23 pasang kromosom dengan bebagai
macam fungsi dan tugasnya. Kromosom ini dapat menentukan sifat atau ciri
organism. Sementara, sel kelamin adalah sepasang kromosom di dalam inti sel
yang menentukan jenis kelamin. Seorang pria mempunyai satu kromosom X
dan satu kromosom Y, sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X. Pada
kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom X akibat tidak adanya
protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang diperlukan bagi
komponen dasar pembeku darah (fibrin).

2.3.2 Faktor komunikasi antar sel


Adanya interaksi/komunikasi antar sel, menyebabkan hilangnya satu
bagian saja atau kerusakan sekecil apapun padanya, akan menjadikan
keseluruhan proses tersebut tidak berfungsi. Dalam jalur intrinsic
menggunakan faktor-faktor yang terdapat dalam sistem vaskular atau plasma.
Pengaktifan salah satu prokoagulan akan mengakibatkan pengaktifan bentuk
seterusnya. Faktor XII, XI, dan IX harus diaktivasi secara berurutan, dan
faktor VIII harus dilibatkan sebelum faktor X dapat diaktivasi.
Aktivasi faktor X dapat terjadi sebagai akibat reaksi jalur ekstrinsik
atau jalur intrinsik. Pada penderita hemofilia, dalam plasma darahnya
kekurangan bahkan tidak ada faktor pembekuan darah, yaitu faktor VIII dan
IX. Semakin kecil kadar aktivitas dari faktor tersebut maka, pembentukan
faktor X dan seterusnya akan semakin lama. Sehingga pembekuan akan
memakan waktu yang lama (terjadi perdarahan yang berlebihan).

2.3.3 Faktor epigenik


Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B
disebabkan kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat
sirkulasi yang fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktifasi reduksi dapat
menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang dapat menimbulkan
abnormalitas dari protein. Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk
faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga
kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktifasi faktor X yang
kompleks (”Xase”), sehingga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini
dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya aktifitas faktor X yang
aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin menjadi trombin, sehingga
jika trombin mengalami penurunan pembekuan yang dibentuk mudah pecah
dan tidak bertahan mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit
dalam penyembuhan luka.

Ketika seseorang mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh


darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari
pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil. Keping darah (trombosit) akan
menutup luka pada pembuluh. Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat
anyaman (benang- benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti
mengalir keluar pembuluh.
Ketika penderita hemofilia mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada
pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah
keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil. Keping darah (trombosit)
akan menutup luka pada pembuluh. Kekurangan jumlah factor pembeku darah
tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna, sehingga
darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh.
Penyebab hemofilia berbeda-beda, bergantung pada tipe yang diderita :
- Hemofilia Tipe A.
Ini adalah tipe yang cukup umum. Disebabkan oleh kurangnya faktor VIII
dalam darah, salah satu komponen pembekuan darah.
- Hemofilia Tipe B.
Tipe ini disebabkan oleh kurangnya faktor IX dalam darah, yang juga
berperan dalam pembekuan darah.
- Hemofilia Tipe C.
Tipe ini disebabkan kurangnya faktor XI dalam darah, yang berperan dalam
pembekuan darah. Biasanya pengidap hemofilia tipe ini mengalami gejala yang
ringan.
Hemofilia juga dapat diturunkan dari orang tua pada anaknya. Anak
perempuan memiliki kromosom X dan X, sementara anak lelaki X dan Y. Hemofilia
tipe A dan B terdapat dalam kromosom X. Karena itu, biasanya diturunkan oleh ibu
ke anak lelakinya. Sementara, tipe C dapat diturunkan oleh kedua orang tua pada anak
lelaki maupun perempuannya.

2.4 Cara Pengobatan Hemofilia Dengan Terapi Gen


Terapi gen merupakan salah satu cara penyembuhan penyakit hemofilia
dengan memperbaiki kerusakan genetis, yaitu melalui penggantian gen yang tidak
rusak dan berfungsi normal. Penyembuhan melalui terapi gen ini tidak dapat secara
permanen dan masih harus dilakukan secara berkala.
Berdasarkan kutipan dari jurnal Advanced therapies for the treatment of
hemophilia: future perspectives, bahwa dalam hemofilia A dan B tersebut perubahan
mempengaruhi aktivitas faktor koagulasi VIII dan IX, masing-masing, dan
bertanggung jawab untuk pengembangan penyakit. Terapi canggih mungkin
melibatkan penggantian gen kekurangan oleh gen yang sehat sehingga menghasilkan,
struktural atau transportasi protein (terapi gen) tertentu fungsional; penggabungan
susunan gen yang sehat dan protein melalui perfusi atau transplantasi sel-sel sehat
(terapi sel); atau jaringan transplantasi dan pembentukan organ yang sehat (rekayasa
jaringan).
Menurut Ambarwati (2006.162) Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang
akan dipindahkan itu harus diletakkan ke dalam sel yang akan berfungsi normal dan
efektif. Untuk hemofilia gen harus diletakkan ke dalam sel yang akan menghantarkan
protein faktor VIII atau faktor IX ke dalam peredaran darah. Saat ditransfer, gen
tersebut harus berfungsi dalam sel dalam jangka waktu yang lama, demikian pula sel
baru yang disebut transduced cell, harus pula bertahan lama. Program terapi gen
terbagi dalam dua jenis. Pertama, pemindahan gen dilakukan di dalam tubuh pasien
(in vivo transfer). Kedua, pemindahan gen dilakukan di luar tubuh pasien (ex vivo
transfer). Terapi gen in vivo transfer bersandarkan pada kemampuan sel-sel untuk
menyerap DNA. Sedangkan ex vivo transfer, gen yang berfungsi normal disisipkan ke
dalam sel di dalam laboratorium.
Penanganan penderita hemofilia dengan inhibitor bertujuan untuk
menghilangkan inhibitor, terdiri dari 2 komponen yaitu penanganan perdarahan akut
dan immune tolerance induction. Penanganan perdarahan akut diberikan berdasarkan
titer inhibitor. Terapi pengganti yang bisa diberikan pada perdarahan yang sedang
berlangsung antar lain high purity factor VIII concentrates, konsentrat porcine faktor
VIII, prothrombin complex concentrates (PCCs) dan activated prothrombin complex
concentrates (aPCCs), recombinant human factor VIIa, terapi immune tolerance
induction, terapi gen10,21-23 Immune tolerance induction dilakukan dengan cara
penderita diberikan faktor VIII dosis tinggi secara berulang dengan atau tanpa obat
sitostatika. Terapi Immune Tolerance Induction mempunyai beberapa protokol seperti
terlihat pada Tabel 1.

Protokol immune Protokol Bonn Protokol Malmo Protokol Van


tolerance Creveld
induction24
Faktor VIII 100 Penggunaan imunoabsorsi Faktor VIII 25-50
U/Kg BID IU/Kg
FEIBA 100 U/ • Protein A jika titer inhibitor >10
Kg BID BU/mL
• Siklofosfamid 12-15 mg/Kg/hari IV X
2
hari selanjutnya 2-3 mg/kg/hari X 8-10
hari
• Faktor VIII diberikan untuk mencapai
kadar
faktor VIII sebanyak 40-100%,
kemudian
infus faktor VIII setiap 8-12 jam untuk
mencapai kadar faktor VIII 30-80%
• IVIG 2,5-5 garam IV secepatnya
setelah
pemberian infus faktor VIII selanjutnya
0,4 gram/kg/hari selama 4-8 hari

Di masa depan, berbagai jenis terapi lanjutan seperti terapi gen, terapi sel dan
rekayasa jaringan, serta baru-baru ini dikembangkan Terimbas sel induk berpotensi
majemuk (IPSC) teknologi, mungkin menawarkan aplikasi klinis yang tak terhitung
untuk pengobatan penyakit monogenik tertentu termasuk hemofilia. Strategi terapi
gen, terapi gen terdiri dari transplantasi genetik Sel-sel yang dimodifikasi sehingga
mereka dapat menghasilkan fungsional protein, dan terapi sel dalam transplantasi
hidup Sel-sel dalam organisme untuk memperbaiki jaringan atau mengembalikan
fungsi kekurangan. Kedua strategi didasarkan pada penggunaan dari batang sel
diberikan kemampuan terbatas mereka untuk memperbarui sendiri dan membedakan
menjadi sel-sel beberapa garis sel tertentu. Semua ini adalah kondisi yang diperlukan
untuk aplikasi klinis mereka.
BAB III
PENUTUP
3.4 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penjelasan makalah tersebut,
diantaranya adalah :
1 Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan
faktor pembekuan darah yang mengakibatkan darah seseorang sukar membeku jika
terjadi luka. Penyakit hemofilia ini bersifat herediter dan diturunkan secara X - linked
recessive pada hemofilia A dan B ataupun secara autosomal resesif pada hemofilia.
2 Hemofilia mempunyai tiga tipe yaitu hemofilia A, B, dan C yang secara klinis
ketiganya tidak dapat dibedakan. Hemofilia terjadi oleh karena adanya defisiensi atau
gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan yaitu faktor VIII pada hemofilia A
serta kelainan faktor IX pada hemofilia B dan faktor XI pada hemofilia C.
3 Faktor penyebab hemofilia yaitu faktor genetik, faktor komunikasi antar sel, dan
faktor epigenik. Selain itu penyebab hemofilia berbeda-beda, bergantung pada tipe
yang diderita pada hemofilia tipe A disebabkan oleh kurangnya faktor VIII dalam
darah, salah satu komponen pembekuan darah. Hemofilia Tipe B disebabkan oleh
kurangnya faktor IX dalam darah, yang juga berperan dalam pembekuan darah,
sedangkan hemofilia tipe C disebabkan kurangnya faktor XI dalam darah, yang
berperan dalam pembekuan darah.
4 Terapi gen merupakan salah satu cara penyembuhan penyakit hemofilia dengan
memperbaiki kerusakan genetis, Terapi gen mungkin melibatkan penggantian gen
kekurangan oleh gen yang sehat sehingga menghasilkan, struktural atau transportasi
protein (terapi gen) tertentu fungsional; penggabungan susunan gen yang sehat dan
protein melalui perfusi atau transplantasi sel-sel sehat (terapi sel); atau jaringan
transplantasi dan pembentukan organ yang sehat (rekayasa jaringan).
DAFTAR PUSTAKA
Anounim : Http://Artikel Terapi Gen Hemofilia.com/diunduh pada tanggal 5
November 2014
Ariawati, Yantie. 2012. Inhibitor Pada Manusia. Denpasar. Departement of Child
Health Medical School
Aline.S, Cristina, dkk. 2012. Advanced Therapies For The Treatment Of
Hemofilia : Future Persepectives. Madrid. School Biology Complutense University
of Madrid
Muscari, Mary.e. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik E/3. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran
Novilia, Ambarwati. 2006. Kemajuan IPTEK untuk Kemashalatan Umat.
Malang. Pasca Sarjana UGM
Suega.K, Renny. 2006. Seorang Penderita Hemofilia Dengan Perdarahan Masif.
Denpasar. SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD

Anda mungkin juga menyukai