Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut laporan kelompok kerja WHO pada bulan April 1994 dari 8,1 juta kematian
bayi di dunia, 48% diantaranya adalah kematian neonatal. Sekitar 60% diantaranya
merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7 hari akibat gangguan perinatal (Marmi,
2015). Keadaan bayi sangat tergantung pada pembuahan janin di dalam uterus. Kualitas
dan pengawasan antenatal, penyakit-penyakit dalam persalinan dan perawatan sesudah
lahir. Berbagai bentuk upaya penanganan dan penanggulangan dini faktor penyebab
kematian perinatal diantaranya perdarahan, hipotermia, infeksi, kelahiran preterm/BBLR,
dan asfiksia.
Pada umumnya kelahiran normal ditolong oleh bidan yang bertanggung jawab atas
keselamatan ibu dan bayi pada masa persalinan. Oleh karena itu, bidan harus segera
mengetahui timbulnya perubahan pada bayi dan melakukan pertolongan segera. Sehingga
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang sesuai dengan masalah dan kondisi sangat
diperlukan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada bayi baru lahir
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada bayi baru lahir
b. Dapat menetapkan diagnosa dan masalah dari pengkajian terhadap bayi baru lahir
c. Dapat merencanakan asuhan kebidanan dan penatalaksanaannya pada bayi baru
lahir
d. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan

1.3 Metode pengumpulan data


Manajemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Wawancara : Melakukan anamnesa langsung kepada pasien
2. Observasi : Melakukan pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
3. Studi dokumentasi : Melihat data dan riwayat ibu dari rekam edis
4. Studi kepustakaan : Mengkaji dari buku, internet, dan literatur lainnya sebagai sumbe
yang sesuai
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman judul
Lembar pengesahan
Lembar pendahuluan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
2.1.2 Ciri-ciri bayi baru lahir\
2.1.3 Masa Neonatus
2.1.4 Evaluasi Neonatus
2.1.5 Adaptasi BBL Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
2.1.6 Tahapan bayi baru lahir
2.1.7 Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
2.1.8 Pemantauan Bayi Baru Lahir
2.1.9 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
A. Data Subyektif
B. Data Obyektif
C. Analisis
D. Penatalaksanaan
BAB III. Tinjauan Kasus
BAB IV. Pembahasan
BAB V. Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI

2.1.1 Definisi
a. Bayi baru lahir disebut juga dengan neonates merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
( Vivian. 2011:1)
b. Bayi baru lahir (neonates) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran berusia
0 – 28 hari. (Marmi.2015:1)
c. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir mulai dari 37 minggu sampai kurang
dari 42 minggu lengkap (259-294 hari). ( Prawirohardjo.2010:771)
2.1.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan 2500- 4000 gram
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33- 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 -160 kali/menit
6. Pernafasan 40 – 60 kali/menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
Laki – laki skrotum sudah turun
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium berwarna
hitam kecoklatan.
14. Nilai APGAR > 7.
(Marmi. 2015: 8-9 )
2.1.3 Masa Neonatal
Masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran
 Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir
 Neonatus dini : usia 0-7 hari
 Neonatus lanjut : usia 7-28 hari
(Marmi, 2015 : 3)
2.1.4 Evaluasi Neonatus
a. Klasifikasi neonatus menurut masa gestasi
 Kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
 Cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
 Lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih
b. Klasifikasi neonatus menurut berat lahir
 Berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram
 Berat lahir cukup : antara 2500-4000 gram
(Marmi, 2015 : 4-5)
2.1.5 Adaptasi BBL Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Adaptasi Neonatal (BBL) adalah proses penyesuaian dari kehidupan di dalam
uterus. Kemampuan ini disebut juga homeostatis bila terdapat gangguan adaptasi maka
bayi akan sakit. Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk
masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterine.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir:
 Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya : terpajan zat toksik
dan siap orang tua terhadap kehamilan dan mengasuh anak.
 Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya : lama persalinan,
tipe analgesik, atau anastesi intrapartum)
 Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan
ekstrauterin
 Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan
tepat dan pada saat terjadi.
Fisiologis neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital pada
neonatus. Di bawah ini diuraikan beberapa fungsi dan proses vital pada neonatus:
1. Sistem Pernafasan
Masa paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasu
resistensi paru pada saat pernafasan pertama kali. Proses pernafasan ini bukanlah yang
mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama sejak intrauteri.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang
kemudian kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkuolus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang. Selama dalam uterus, janin mendapat
oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas
harus melalui paru-paru bayi.
Tabel 1.1 Perkembangaan Sistem Pulmoner
Usia kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru paru terbentuk
26 – 28 hari 2 bronki membesar
6 minggu Di bentuk segmen bronkus
12 minggu Diferensiasi lobus
16 minggu Dibentuk bronkiolus
24 minggu Dibentuk alveolus
28 minggu Dibentuk surfaktan
34 minggu Maturasi struktur (paru-paru dapat
mengembangkan sistem alveoli dan
tidak menipis lagi)
Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena :
a. Tekanan mekanis pada torak sewaktu melalui jalan lahir
b. Penurunan tekanan oksigen dan kenaian tekanan karbondioksida merangsang
kemoreseptor pada sinus karotis (stimulasi kimiawi)
c. Rangsangan dinding daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan
(stimulasi sensorik)
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat
menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut jantung
yang diperlukan untuk kehidupan.
b. Surfaktan dan upaya untuk bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama
kali. Produksi surfaktan mulai diproduksi pada usia kehamilan 20 minggu
kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40
minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-
paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernafasan. (Rohani, dkk : 2012 . hal 246)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir. Dalam mempertahankan tekanan alveoli, selain karena
adanya survaktan juga didukung dengan tarikan nafas dan pengeluaran nafas
dengan merintih sehingga udara bisa udara bisa tertahan didalam. Neonates
bernafas secara diafragmatik dan abdominal sedangkan untuk frekuensi dan untuk
dalamnya bernafas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelectasis. Dala kondisi seperti ini
neonates masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik. (Vivian. 2011: 13)
2. Sistem Peredaran Darah
Pada masa fetus, peredarah melalui plasenta. Setelah bayi lahir paru akan
berkembang yang mengakibatkan terjadi tekanan arteriol dalam paru menurun diikuti
dengan menurunya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan
jantung kiri lebih besar dibanding dengan tekanan jantung kanan. Hal inilah yang
menyebabkan foramen ovale menutup secara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam
pertama setelah kelahiran. Jumlah aliran darah dalam paru 4-5 liter/menit/m2
(Gessner,1965). (Vivian. 2011: 13)
Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus
terjadi dua perubahan besar berikut ini :
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteroisus antara arteri paru-paru dan aorta
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sisrem pembuluh darah adalah sebagai
berikut ;
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
darah ke atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untu menjalani
proses oksigenasi ulang.
2. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru
(menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke
paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium
kanan. dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada
atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. (Rohani, dkk : 2012 .
hal 248)
3. Sistem Pengaturan Suhu
BBL belum dapat mengatur suhu tubuhnya. BBL cenderung mengalami stress
fisik akibat perubahan suhu di luar uterus. Pada lingkungan yang dingin pembentukan
suhu tanpa mekanisme menggigil adalah merupakan suatu usaha utama seorang bayi
yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. (Rohani, dkk : 2012 .
hal 248)
Fluktuasi suhu di dalam uterus rentang minimal - maksimalnya hanya 0,6 oC
dan sangat berbeda dengan kondisi di luar uterus. 3 faktor yang berperan dalam
kehilangan panas tubuh bayi :
• Luasnya permukaan tubuh bayi.
• Pusat pengaturan suhu bayi yang belum berfungsi secara sempurna.
• Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Pada lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa mekanisme mengigil
merupakan usaha utamas seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya.Pembentukan suhu tanpa mengigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh dan mereka mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100 %.Untuk membakar lemak coklat, bayi harus menggunakan glukosa
untuk mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin
banyak persediaan lemak coklat. Jika seorang bayi kedinginan dia akan mengalami
hipoglikemia, hipoksia, asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada BBL. Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5 -37,5 oC
(Marmi.2015: 25)
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutaa pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir dibiarkan basah
dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup
hangat. Adapun gejala hipotermia adalah :
 Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, maka bayi menjadi kurang aktif,
letargi, hipotonis, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemas
 Pernapasan megap-megap dan lambat serta denyut jantung menurun
 Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung dan lengan
 Muka bayi berwarna merah terang
 Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikhterus dan kematian.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas
tubuh dari bayi baru lahir:
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di sekitarnya yangkontak langsung
dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung)
b. Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang
hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara)
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru ahir, keluarnya tubuh ke lingkungan yang lebih
dingin (pemindahan panas antar dua objek yang mempunyai suhu berbeda)
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepataan dan kelembaban
udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap)
(Marmi, 2015 : 26-27)
4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang dewasa,
sehingga metabolisme basal/kg badan akan lebih besar. Oleh karena itu BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada jam-jam pertama kehidupan energi
didapakan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran
lemak. Setelah mendapat susu, sekitar hari keenam energy diperoleh dari lemak dan
karbohidrat yang masing-masing seberat 60 dan 40%. ( Vivian. 2011: 13)
Untuk menjalankan fungsinya, otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir, sorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi lahir, glukosa darah
akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam)
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan tiga cara, sbb:
1. Melalui penggunaan ASI (BBL sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat
mungkin setelah bayi lahir)
2. Melalui penggnaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis)
(Rohani, dkk : 2012 . hal 248)
5. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alerg. Kekebalan alami terdiri atas struktur pertahanan tubuh
yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut contoh kekebalan alami :
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
2. Fungsi saringan saluran nafas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
(Rohani, dkk : 2012 . hal 249)
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobin (suatu protein yang
mengandung zat antibodi) diantaranya adalah IgG (imunoglobulin gama G). Pada
neonatus hanya terdapat immunoglobulin gamma G, dibentuk banyak dalam bulan kedua
setelah bayi dilahirkan, imunoglobulin gamma G pada janin berasal dari ibunya melalui
plasenta
(Marmi, 2015 : 31)
6. Traktus Digestivus
Pada masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida dan disebut meconium. Pada masa neonatus,
saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam 24 jam pertama berupa
meconium. Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan dengan tinja yang
berwarna coklat kehijauan dalam tiga sampai empat hari .
Refleks sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
muntah danreflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat akan lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk emnelan mnecerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungna antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung
sendiri sangat terbatas. Yaitu kurang dari 30cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan
dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
pertumbuhannya. Dengan adanya kapasitas lambung yang masih terbatas maka sangat
penting nbagi pasien untuk mengatur pola intake cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit
tapi sering. ( Marmi.2015: 21)
7. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal.
Tubuh BBL mengandung relative banyak air. Fungsi ginjal belum sempurna karena:
 Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
 Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
 Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. (Vivian.
2011:15)
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan meningkat.
Biasanya sejulah kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir, tetapi BBL
mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah
periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan
yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-60 ml/kg per hari. Intake
cairan sangat memengaruhi adaptasi fisiologis bayi ada sistem ginjal. Oleh karena itu
pemberian ASI sesering mungkin dapat membantu proses tersebut. (Rohani dkk, 2012 :
250)
8. Keseimbangan Asam dan Basa
Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis
anaerobic. Namun dalam waktu 24 jam, neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.
(Vivian. 2011: 15)
9. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme hidrat
arang dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar. Setelah bayi lahir glikogen capat
terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar.
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan
adar protein serta penurunan lemak dan glikogen. Sel-sel homeopoetik juga mulai
berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu
bayi baru lahir, daya ditoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna.
(Marmi, 2015: 22-23)
10. Perubahan Sistem Reproduksi
Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas tapi anak perempuan
mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya. pada anak perempuan
peningkatan esterogen selama masa hamil yang diikuti penurunan setelah bayi lahir
mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui vagina, Pada BBL cukup bulan, labia
mayor menutupi vestibulum (Rohani, dkk, 2012 : 250)
11. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot sudah dalam keadaan lengkap saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses
hipertrofi. Tumpang tindih atau moulage dapat terjadi pada waktu lahir karena tulang
pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami osifikasi. Moulage ini dapat
meghilang beberapa hari setelah melahirkan. Ubun-ibun besar akan tetap terbuka hingga
usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan
sedikit lebih panjang daripada tungkai.
12. Perubahan Sistem Syaraf
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiolois belum berkembang sempurna.
Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, Bayi baru lahir
menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil,
kontrol otot yang buruk, mudah terkejut dan tremor pada ekstremitas. Refleks bayi
baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal (Marmi, 2015 : 31)
Ada beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya
kerjasama antara sistem saraf dan sistem musculoskeletal, antara lain sbb :
1. Refleks Moro
Adalah reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan
jari-jari lalu membalikkan dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk
seserorang. Kaki juga dapat mengikuti dengan gerakan serupa. Refleks moro biasanya
ada pada saat lahir dan akan hilang setelah 3-4 bulan.
2. Refleks Rooting
Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar kepala
seakan sedang mencari putting susu. Refleks rooting berkaitan dengan refleks
menghisap. Refleks ini dapat dilihat jika pipi atau sudut bayi disentuh dengan pelan,
bayi akan menengok secara spontan ke arah sentuhannya. Refleks ini biasanya
menghilang pada usia 7 bulan.
3. Refleks Sucking
Refleks ini timbul bersama refleks rooting untuk menghisap putting susu dan menelan
ASI
4. Refleks Graps
Refleks yang timbul ketika ujing ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi lalu bayi
akan menutup telapak tangannya (menggenggam erat jari-jari). biasanya berlangsung
sampaai usia 3-4 bulan.
5. Refleks Bauer / merangkak
Refleks akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap. BBL akan
melakuakn gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkainya. Refleks
ini akan enghilang pada usia 6 minggu.
13. Perubahan Sistem Integumen
BBL cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit verniks kaseosa. bayi
premature memiliki kulit tembus pandang dan banyak verniks. Pada saat lahir tidak
semua verniks dihilangkan karena diabsorbsi oleh kulit bayi dan hilang dalam 24 jam.
Bayi baru lahir tidak memerlukan bedak atau krim karena zat-zat kimia dapat
mempengaruhi pH kulit bayi.
2.1.6 Tahapan BBL
1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit pertama kelahiran. Pada tahap ini
digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2. Tahap II disebut tahap transional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24
jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang
meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. (Vivian. 2011 : 3)
2.1.7 Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
A. Penilaian
Segera setelah lahir, bayi diletakkan diatas kain bersih dan kering yang telah disiapkan
pada perut ibu, bila hal tersebut tidak memungkinkan aka letakkan bayi dekat ibu (di
antara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa diarea tersebut
bersih dankering. Segera pula lakukan penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan:
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernafas megap-megap atau lemah maka segera lakukan tindakan
resusitasi bati baru lahir
APGAR SCORE
Apgar score / skor apgar merupaan metode prakts yang secara sistematis digunakan
urnuk menilai bayi baru lahir segera setelah lahir, untuk membantu mengidentifikasi
bayi yang memerlukan resusitasi akibat asidosis hipoksik. (Behrman, dkk . 2008 : 541)

Tanda 0 1 2
Warna kulit Seluruh tubuh biru Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
(appearance color) atau pucat ektermitas biru kemerahan
Denyut jantung Tidak ada Lambat (<100 per >100 per menit
(Pulse/heart rate) menit)
Reflek terhadap Tidak bereaksi Sedikit gerakan Reaksi melawan
rangsang menangis
(Grimace)
Tonus otot Lemah Ekstermitas sedikit Gerakan
(Activity) fleksi aktif,ekstermiats
fleksi baik
Usaha bernafas Tidak ada Lambat,tidak teratur Menangis kuat
(Respiration)

Evaluasi nilai

Penilaian dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua. Apabila nilai
APGAR:

 7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan
normal.
 4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang
 0-3 : bayi mengalami asfiksia berat
(Rohani, dkk : 2012 . hal 255)

B. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa
saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan
telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut :
 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
 Pastikan semua peralatan yang digunakan termassuk klem, gunting,
penghisap lendir delee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril
 Pastikan semua paakaaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan untuk
bayi sudah dalam keadaan bersih. Dekontamunasi dan cuci setiap kali telah
digunakan (APN dan IMD, 2014)
Upaya yang daat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir
adalah:
 Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar
luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran atau tanah.
Pemakaian popok bayi diletakkan di sebelah bawah tali pusat. Apabila tali
pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dengan sabun,
segera keringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis
yang steril dan kering.
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya
pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat
berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infesi tali pusat harus
diwaspadai antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus
atau nanah, dan berbau busuk. (Marmi, 2015 : 34)
 Pencegahan infeksi pada mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi
baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata
segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah
dibersihkan dengan air hangat.
Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk
mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritrosmin 0,5%, atau Nitras
Argensi 1%) (Marmi, 2015 : 35)
 Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Banyak jalan masuknya virus hepatitis
B, yang potensial melalui jalan lahir, bisa sejak dalam kandungan sudah
tertulah dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Jadwal
pertama pemberian imunisasi adalah pada usia 0 (segera setelah lahir
menggunakan uniject). (APN dan IMD, 2014).
C. Pencegahan Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
 Keringkan bayi dengan seksama
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
 Selimuti bagian kepala bayi
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
 Jangan segera menimbang datau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama
jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu
selimuti bayi baru lahir dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat pada saat berpakaian/diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian/selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia
yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya ayi baru lahir
ditempatkan di tempat tidur ang sama dengan ibunya. Menempatkan bayi
bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan
infeksi pada bayi.
D. Perawatan Lanjutan
1. Cukupi kebutuhan nutrisi bayi.
2. BBL akan berkemih dan defekasi (BAB) dalam 24 jam.
3. Berikan bayi kepada orangtua dan keluarga jika kondisi memungkinkan.
4. Berikan informasi kepada keluarga tentang perawatan bayi baru lahir:
- Mata bayi dibersihkan dengan air matang
- Kulit terutama dilipatan (paha, leher, belakang tellinga, ketiak) harus selalu
bersih.
- Bila tali pusat belum lepas maka setiap sesudah mandi, tali pusat harus
dibersihkan dan dikeringkan.
- Kain popok harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing, tinja,
pantat bayi dibersihkan dengan air steril / air bersih lalu dikeringkan.
(Prawirohardjo, 2009 : 257)
2.1.8 Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal /
tidak dan teridentifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan meliputi :
- Kemampuan menghisap lemah atau kuat.
- Bayi tampak aktif atau lunglai.
- Bayi kemerahan atau biru.
- Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong persalinan
melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada atau tidaknya masalah kesehatan
yang memerlukan tindak lanjut seperti :
 Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan.
 Gangguan pernapasan.
 Hipotermia.
 Infeksi.
 Cacat bawaan
(Marmi, 2015 : 60)
2.1.9 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
- Menyusu dan menghisap lemah.
- Laterargi.
- Demam atau hipotermi.
- Tidak defekasi sampai hari ke – 3.
- Ikhterus berat.
- Muntah terus menerus.
- Muntah disertai perut kembung.
- Kesulitan napas.
- Mata mengeluarkan kotoran.
- Tinja bayi cair / berwarna hijau bercampur lendeir dan darah.
( Marmi. 2015 : 25)
2.2 Manajemen Konsep Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
A. Data Subjektif
a. Identitas
Bila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu
persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru
lahir. Identifikasi yang harus tercantum: nama (bayi, nyonya) tanggal lahir, nomor bayi,
jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
b. Keluhan utama
c. Pemeriksaan ANC
Dalam antenatal care harus diussahakan agar : wanita hamil, sampai akhir kehamilan
sekurang – kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat, adanya kelainan fisik atau
psikologis harus ditemukan dini dan diobati, wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi
yang dilahirkan sehat pula fisik dan mental. (Prawiroharjo, 2009: 155)
d. Riwayat penyakit selama kehamilan
Perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat – obat teratogenik, terkene radiasi,
atau ibfeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan apakah ada kelainan bawaan pada
keluarga. Di samping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin, seperti diabetes mellitus, asma bronchial, dsb. (IDAI
,2008: 73)
e. Kebiasaan ibu selama hamil
Wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil. Obat
teratogenik dapat menimbulkan kelainan organic pada bayi. (Prawiroharjo, 2009: 162)
f. Riwayat persalinan sekarang
Cairan amnion : diukur volumenya. Hidramnion (>2000ml) dihubungkan dengan
obstruksi traktus interstialis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklamsi.
Oligohidramnion (<500ml) dihubungkan dengan agnesia ginjal ginjal bilateral atau sindrom
potter. (IDAI, 2008: 74)

B. Data Objektif
a. Riwayat Ketuban
Mekonium yang dilekuarjan bersama dengan cairan ketuban beberapa saat sebelum
persalinan menyebabkan warna kehijauan pada cairan ketuban. Bila mekonium terlihat
sebelum persalinan bayi dengan presentasi kepala, lakukan pemantauan ketat arena hal ini
merupakan tanda bahaya
b. Pemeriksaan Umum Bayi
 Suhu : suhu BBL normal antara 36-37°C. (Prawiroharjo, 2009: 256)
Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ° C. Hipertermi adalah peningkatan
suhu tubuh > 37,5°C.
 Pernafasan : Frekuensi nafas normsl BBL adalah 40-60x/menit. (IDAI,2008: 81-89)
 Pengukuran Anthopometri
 Berat Badan
Atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan, pada neonatus
cukup bulan berat badan normal 2500-4000 gram.
 Panjang Badan
Letakkan bayi di tempat yang datar, ukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki atau badan bayi diluruskan. Panjang badan bayi baru lahir
normal : 48-52 cm
 Lingkar kepala
Pengukuran dilaukan dari dahi kemudian melingkari kepala kemudian ke dahi
lagi. Lingkar kepala bayi baru lahir normal : 33-35 cm
 Lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran
dilakukan melalui kedua puting susu). Lingkar dada bayi baru lahir normal :
30-33 cm cm
(Marmi, 2015 : 55)
 Pemeriksaan fisik
1) Kepala :Besar, bentuk, molding, sutura tertutup, melebar, kaput suksedaneum,
hematoma sefal, kraniotabes dan sebagainya.
2) Mata : Perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak dan lain-lain.
3) Telinga: Preaurical tag, kelainan daun/bentuk telinga.
4) Mulut : Labiokisis, labiognato palastoiskisis, tooth buds dan lain-lain.
5) Leher : Hematoma sternokleidomastoideus, duktus tiruglosus, higroma koli.
6) Dada : Bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi intercostan, subkostal,
sifoid merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru-paru/sonor,
vasikuler, gronkial, dan lain-lain.
7) Jantung : Pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen : Membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid
(kemungkinan bayi menderita hernia diafragmatika atau atresia esofagi
(tanpa fistula).
9) Tali pusat : Berdarah, jumlah pembuluh darah, tali pusat, warna dan besar tali
pusat, hernia di pusat atau diselangkang.
10) Alat kelamin : Tanda-tanda hematoma karena letak sungsang, testis belum turun,
fimosis adanya perdarahan/lendir dari vagina (vagina discharge) besar
dan bentuk klitoris dan labia menorah, atresia ani.
12) Ekstremitas
Fokomelia, sindataktili, polidaktili, fraktus, paralysis, talipes dan lain-lain.
13) Keadaan neoromuskuler
Reflek moro, reflek gangguan, reflek rooting, tonus otot, tremor
(Prawirohardjo, 2009 : 251-252).
C. Analisis
Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan usia .... hari
Masalah :
Dengan ....... (asfiksia, hipotermia)
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Menjaga bayi tetap hangat
3. Memberi salep mata antibiotika kepada kedua mata
4. Memberi suntikan vitamin K1 1 mg
5. Memberi imunisasi Hepatitis B 0,5 ml
6. Melakukan pemberian ASI
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk .2008 . Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 . Jakarta : EGC


IDAI.2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah . Yogyakarta . Jakarta :
Pustaka Belajar
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal . Jakarta : PT. Bian Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rohani dkk . 2012 : Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan . Jakarta : Salemba Medika
TIM . 2012 . Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini . Jakarta : JNPK-KR
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai