KOLELITIASIS
Disusun Oleh:
16710182
Pembimbing:
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini yang berjudul
“KOLELITIASIS” dengan tepat pada waktunya. Referat ini diajukan untuk memenuhi
tugas dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik di KSM BEDAH di RSUD Ibnu Sina
Gresik.
2. Direktur RSUD Ibnu Sina Gresik, atas kesempatan yang diberikan, sehingga kami
kesempatan dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini dengan
baik
Penulis juga menyadari atas keterbatasan dalam menyusun makalah referat ini,
oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima semua kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini. Semoga referat
ini dapat bermanfaat untuk dokter muda yang melaksanakan kepaniteraan klinik
2.1 Defenisi
Cholelithiasis atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin terdapat
dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki
ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada
individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor
resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis
dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu
merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu.
Gambar 2.1. Gambaran batu dalam kandung empedu (Emedicine, 2007)
—-
2.2 Anatomi
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 – 10 cm. Kapasitasnya
sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc.
Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan
biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar yang dimana fundus berhubungan
dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus
bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri.
Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk
bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.
Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus
dan collum dengan permukaan visceral hati.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri hepatica
kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri
yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat
collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici
hepaticum sepanjang perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.
Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.
(Emedicine, 2007)
a. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam
yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah:
o Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat
dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah
menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
o Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin
yang larut dalam lemak.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman
usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %)
garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus
sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat.
Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga
bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau
reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.
b. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan globin.
Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin
yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat
erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi)
yaitu 80% oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah
berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk sangat
banyak.
2.5 Epidemiologi
Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang orang
dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak berbeda jauh dengan
angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu 1980-an agaknya berkaitan erat
dengan cara diagnosis dengan ultrasonografi.
Batu Kolesterol
Pembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase:
a. Fase Supersaturasi
Kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah komponen
yang tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam perbandingan tertentu
membentuk micelle yang mudah larut. Di dalam kandung empedu
ketiganya dikonsentrasikan menjadi lima sampai tujuh kali lipat.
Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio kolesterol terhadap lecithin dan
garam empedu, dalam keadaan normal antara 1 : 20 sampai 1 : 30. Pada
keadaan supersaturasi dimana kolesterol akan relatif tinggi rasio ini bisa
mencapai 1 : 13. Pada rasio seperti ini kolesterol akan mengendap.
Kadar kolesterol akan relatif tinggi pada keadaan sebagai berikut:
Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedu dan
lecithin jauh lebih banyak.
Orang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi sehingga
terjadi supersaturasi.
Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol (western diet).
Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol jaringan
tinggi.
Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya pada
gangguan ileum terminale akibat peradangan atau reseksi (gangguan
sirkulasi enterohepatik).
Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan
kadar chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat efeknya
melarutkan batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol.
Penelitian lain menyatakan bahwa tablet KB pengaruhnya hanya
sampai tiga tahun.
b. Fase Pembentukan inti batu
Inti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen. Inti batu
heterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat atau sel-sel
yang lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen berasal dari kristal
kolesterol sendiri yang menghadap karena perubahan rasio dengan asam
empedu.
c. Fase Pertumbuhan batu menjadi besar
Untuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup waktu
untuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana
kontraksi kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal, inti
batu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bila
konstruksi kandung empedu lemah, kristal kolesterol yang terjadi akibat
supersaturasi akan melekat pada inti batu tersebut. Hal ini mudah terjadi
pada penderita Diabetes Mellitus, kehamilan, pada pemberian total
parental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal vagotomi, karena pada
keadaan tersebut kontraksi kandung empedu kurang baik. Sekresi mucus
yang berlebihan dari mukosa kandung empedu akan mengikat kristal
kolesterol dan sukar dipompa keluar.
Gambar 4:
Manifestasi
klinis yang
umum terjadi
2.9 Diagnosis
2.9.1
Anamnesis
Kolelitiasis
dapat dibagi
menjadi
beberapa
stadium yaitu:
asimptomatik
(adanya batu
empedu tanpa
gejala),
simptomatik (kolik bilier), dan kompleks ( menyebabkan kolesistitis, koledokolitiasis,
serta kolangitis). Sekitar 60-80 % kolelitiasis adalah asimptomatik.1
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimptomatis. Keluhan
yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan
berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang
mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul
tiba-tiba.
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu,
disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri
berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri
menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut,
dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan
kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh
batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di
dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar
amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi serangan
akut.
b. Pemeriksaan radiologis
TEKNIK IMAGING
Pada foto polos abdomen dapat dilihat gas atau kalsium didalam traktus biliaris.
Kira-kira 10-15% batu kantung empedu mengapur (kalsifikasi) dan dapat diidentifikasi
sebagai batu kandung empedu pada foto polos. Mungkin pula penimbunan kalsium di
dalam kandung empedu yang mirip bahan kontras. Kadang-kadang dinding kandung
empedu mengapur (kalsifikasi) yang disebut porcelain gallbladder, yang penting sebab
dari hubungan kelainan ini dengan karsinoma kandung empedu.
Gas dapat terlihat dipusat kandung empedu gambaran berbentuk segitiga
(mercedez-ben sign), gas didalam duktus biliaris menyatakan secara tidak langsung
hubungan abnormal anatara gas kandung empedu atau duktus choledochus. Ini dapat
disebabkan oleh penetrasi ulkus duedeni ke dalam traktus biliaris atau erosi batu kedalam
lambung, duodenum atau kolon. Gas kadang-kadang terlihat didalam duktus sebagai
manifestasi cholangitis disebabkan oleh organisme pembentuk gas. Gas di dalam
kandung empedu dan dindingnya (emphysematous cholecystitis) adalah manifestasi dari
infeksi serupa dan biasanya timbul pada diabetes, sekunder terhadap kemacetan dari
arteri kistik disebabkan diabetic angiopathy.
Gas didalam vena porta, tampak perifer di dalam hepar, menyatakan secara tidak
langsung usus necrosis tetapi itu dapat terjadi dengan cholecystitis hebat.
Kolesistografi oral ditemukan pertama kali 70 tahun yang lalu dan banyak
diadakan perubahan kontras nontoxic iodinated organic compound diberikan oral yang
diserap didalam usus kecil, diekskresi oleh hati dan dipekatkan di dalam empedu
memberikan kesempatan untuk menemukan batu kandung empedu yang tidak mengapur
sebelum operasi. Dapat pula dideteksi kelainan intra abdominal lain dari kandung
empedu.
Kolesistografi intra vena dikerjakan sebagai pengganti kolesistografi oral. Bahan
kontras di pergunakan adalah iodipamide (biligrafin yang mengandung iodine 50%).
Ultrasonografi kandung empedu (GB-US) telah membuat suatu pengaruh yang hebat
pada diagnosa traktus biliaris. Ini telah menggantikan kolesistografi oral sebagai cara
imaging utama karena ini menawarkan bermacam-macam keuntungan. Tidak
mempergunakan sinar x, tidak perlu menelan kontras.
Kemampuan untuk menentukan ukuran duktus biliaris dan untuk mengevaluasi
parenkim hepar dan pankreas sangat menguntungkan sekali. Seorang ultrasonografer
yang mempunyai skill diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Ultrasonografer memperlihatkan patologi anatomi dari pada patophysiology,
kolesistografi oral memperlihatkan kedua-duanya. Sebab banyak orang yang mempunyai
batu kandung empedu asimptomatik. Ada suatu derajat tertentu agar batu tampak pada
ultrasonografi kandung empedu adalah pasien mengeluh. Ultrasonografi kandung
empedu dapat mendeteksi batu kecil dari pada kolesistografioral. Ultrasonografi dapat
pula untuk menemukan masa intra luminal selain dari pada batu, seperti adenoma, polip
kolestrol dan karsinoma kandung empedu. Kolesistografi telah berkembang sebagai studi
dinamik dari patologi fisiologi dari sistem biliaris. Injeksi intravena dari technitium
labeled imminodiacetic acid compounds memberikan imaging segera dari kandung
empedu dan radioaktivitas dapat diikuti ke dalam duodenum.
Kolelitiasis
Batu empedu akan terlihat sebagai gambaran hiperekoik yang bebas pada kandung
empedu serta khas membentuk bayangan akustik dibawahnya. Batu yang kecil dan tipis
kadang-kadang tidak memperlihatkan bayangan akustik. Pada keadaan yang meragukan
perubahan posisi penderita, misalnya duduk, sangat membantu.
Kolesistitis akut
Tanda utama pada kolesistitis akut ialah sering ditemukan batu, penebalan dinding
kandung empedu, hidrops dan kadang-kadang terlihat eko cairan di sekelilingnya yang
menandakan adanya perikolesistitis atau perforasi. Sering diikuti rasa nyeri pada
penekanan dengan transuder yang dikenal sebagai morgan sign positif atau positif
transuder sign.
Kolesistitis kronik
Kandung empedu sering tidak atau sukar terlihat. Dinding menjadi sangat tebal dan eko
cairan lebih terlihat hiperekoik. Sering terdapat pada kolesistitis kronik lanjut dimana
kandung empedu sudah mengisut (contracted gallblader). Kadang-kadang terlihat hanya
eko batunya saja yang terlihat pada fossa vessika felea.
Saluran empedu
Pada penderita-penderita yang diduga dengan obstruksi saluran empedu, USG merupakan
pemeriksaan pertama dari serangkaian prosedur pencitraan. Saluran empedu intra hepatik
akan mudah dilihat bila terjadi pelebaran karena selaluberjalan periportal anterior. Hal ini
menjadi sangat penting karena pelebaran saluran empedu ini kadang-kadang sudah
terlihat sebelum bilirubin darah meningkat.
Bila kita ragu-ragu apakah suatu duktus koledukus melebar arau tidak, maka pemeriksaan
dilakukan setelah penderita diberi makan lemak lebih dahulu. Pada keadaan obstruksi
duktus koledukus, maka setelah fatty meal tersebut akan terlihat lebih lebar, sedangkan
pelebaran fisiologik, misalnya pada usia tua, diman elastisitas dinding saluran sudah
berkurang, maka diameternya akan menjadi lebih kecil.
Pada dasarnya lebar saluran empedu sangat bergantung pada berat atau tidaknya obstruksi
yang terjadi. Pada penderita-penderita yang mengalami obstruksi sebagian (partial
obstruction) baik disebabkan oleh duktus koledukus, tumor papila vateri ataukolangitis
sklerosis, kadang-kadang tidak memperlihatkan pelebaran saluran empedu sama sekali,
tetapi mungkin saja dijumpai pelebaran yang berkala.
Pada setiap pelebaran duktus koledukus, pemeriksaan terhadap kaput pankreas dan
duktus pankreatikus wirsungi adalah sangat membantu dalam menentukan lokasi
sumbatantersebut
Pada umumnya terhadap penderita-penderita dengan ikterus yang tidak ditemukan
adanya saluran empedu yang melebar, maka dugaan kita beralih kepada kelainan-
kelainan parenkim hati misalnya pada sirosis hati, hepatitis, maupun metastasis, yang
pada umumnya dapat dibedakan dari parenkim hati normal.
Ringkasan dibawah ini akan sangat membantu dalam mempelajari sistem traktus biliaris.
Pada saat ini kegunaan utama USG dalam pemeriksaan saluran empedu adalah untuk
menentukan ikterus, apakah berasal dari kelainan hepatoseluler atau karena obstruksi
saluran empedu. Namun demikian sampai saat ini belum ada zat kontras yang dapat
digunakan seperti halnya pada kolesistografi. Didalam parenkim hati, kita harus dapat
membedakan pelebaran saluran empedu dari vena hepatika serta vena porta.
Pelebaran saluran empedu
Merupakan tabung (tubukus) yang anekoik (cairan) dengan dinding hiperekoik yang
berkelok-kelok dan sering berlobulasi. Kadang-kadang berkonfluensi membentuk
gambaran stellata yang tidak terdapat pada vena portae. Pada dinding bawah bagian
posteriornya mengalami penguatan akustik (acoustic enhancement)
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dimana lokasi obstruksi traktus biliaris sangat
sukar dideteksi, maka pemeriksaan lanjutan seperti kolongiografi transhepatik (PTC) atau
retrograd endoskopik kolangiopankreatikografi (ERCP) sangat diperlukan.
Kekurangan pengisian kandung empedu menunjukkan adanya obstruksi duktus
sistikus dan tanda-tanda kolesistitis akuta.
Kolesskintigrafi salah satu prosdur yang dapat mendeteksi obstruksi duktus biliaris
sebelum dilatasi duktus timbul dan dapat dilihat dengang ultrasounografi. Berguna untuk
mendeteksi atresia biliaris pada neonatus dan kebocoran empedu oleh berbagai penyebab.
Gambar 5: Foto
rongent pada
kolelitiasis
Ultrason
ografi
(USG)
Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen
sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan
gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2
mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan
tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral
lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.
Gambar 7: Hasil kolesistografi pada kolelitiasis
CT scan
Gb 5. CT-Scan
abdomen atas
menunjukkan batu
empedu multiple
ERCP
( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)
Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus
pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus
tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier
dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk
mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan
ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan
untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasienpasien yang kandung
empedunya sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tandatanda
perforasi/
infeksi.
Gb 6. ERCP menunjukkan batu empedu di duktus ekstrahepatik (panah
pendek) dan di duktus intrahepatik (panah panjang)
Gb 7. Hasil MRCP
Pankreatitis bilier 2
Batu empedu yang terdapat di duktus biliaris komunis sering memiliki hubungan dengan
terjadinya pankreatitis akut. Obstruksi duktus pankreatikus karena impaksi batu atau
obstruksi sementara oleh batu yang kemudian melewati ampulla dapat mengakibatkan
pankreatitis. USG saluran empedu pada pasien dengan pankreatitis merupakan hal
yang penting untuk dilakukan. Jika terdapat batu empedu dan pankreatitis yang
disebabkan sifatnya berat, tindakan ERCP disertai dengan sfinkterektomi dan ekstraksi
batu dapat menghentikan perjalanan penaykit pankreatitis. Setelah pankreatitis hilang,
harus langsung dilakukan pengangkatan kandung empedu saat itu juga. Jika terdapat
batu empedu dan pankreatitis yang terjadi tidak terlalu berat serta dapat sembuh
spontan,maka hal ini menandakan bahwa batu empedu sudah melewati duktus / ampulla .
Untuk pasien-pasien dengan kondisi seperti ini, perlu dilakukan kolesistektomi dengan
kolangiogram intraoperatif atau ERCP preoperatif.
1. Kolesistitis
USG abdomen merupakan prosedur standard dalam menentukan diagnosa adanya
kolesistitis. 2 Pemeriksaan ini relatif sederhana, cepat dan aman bagi pasien serta dapat
dilakukan pada siapa saja termasuk wanita yang sedang hamil. Sensitivitas USG dalam
hal ini bervariasi tergantung dari operator tetapi secara umum USG memiliki sensitivitas
dan spesivisitas yang tinggi untuk mendeteksi adanya batu empedu dengan ukuran >
2mm. USG abdomen juga sangat bermanfaat dalam mendiagnosa kolesistitis akut tanpa
komplikasi. Gambaran yang didapatkan pada keadaan ini adalah adanya penebalan
dinding kandung empedu (> 5 mm), cairan perikolekistik, distensi kandung empedu > 5
mm. Ketika kandung empedu sudah dipenuhi oleh batu seluruhnya, batu-batu tersebut
dapat tidak terlihat pada gambaran USG namun masih bisa didapatkan gambaran acoustic
shadow. 1
Gambaran USG kandung empedu disertai dengan batu dan acoustic shadow.
Kolesistitis Akut 2
Manifestasi klinis 2
Kolesistitis akut dapat bermula dengan adanya serangan kolik bilier, tapi hal ini
berlawanan dengan keadaan kolik bilier itu sendiri yaitu karena nyeri yang timbul
tidak menghilang. Nyeri tersebut terus menerus menetap selama beberapa hari.
Pasien sering kali mengalami demam dan mengeluhkan adanya anoreksia, mual,
muntah , lemas, dan apabila proses inflamasi sudah menjalar ke peritoneum
parietale, maka pasien akan malas untuk bergerak karena adanya nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri fokal pada abdomen kuadran kanan atas, dan
Murphy sign yang positif merupakan tanda yang khas pada keadaan ini. Pada
pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan jumlah leukosit normal atau
leukositosis sedang dengan jumlah 12.000 – 15.000/mm3 dan adanya peningkatan
sedang dari bilirubin serum < 4mg/ml seiring dengan peningkatan fosfatase alkali,
transaminase dan amilase. Adanya ikterus berat menandakan adanya batu pada
duktus sistikus komunis atau obstruksi pada duktus sistikus karena inflamasi
perikolestatik sebagai akibat dari impaksi batu pada infundibulum kandung
empedu yang secara mekanis mengakibatkan obstruksi duktus sistikus ( Mirizzi
syndrome).
Pemeriksaan penunjang 2
USG abdomen merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang paling
bermanfaat dalam mendiagnosa adanya kolesistitis akut dengan sensitivitas dan
spesifisitas sebesar 95 %. Pada USG abdomen didapatkan gambaran berupa
penebalan dinding kandung empedu disertai dengan cairan perikolestatik. Nyeri
tekan pada daerah kandun emppedu saat probe USG menekan daerah tersebut
juga mengindikasikan adanya kolesistitis akut (sonographic Murphy sign positif).
Selain USG abdomen juga dapat dilakukan CT scan abdomen dengan gambaran
yang didapatkan berupa adanya penebalan dinding kandung empedu disertai
dengan cairan perikolestatik, dan batu empedu.
Kolesistitis Kronik 2
Sekitar dua per tiga pasien dengan kolelitiasis juga mengalami kolesistitis yang
dikarakteristikan dengan adanya serangan nyeri berulang dan keadaan ini sering juga
dinamakan dengan kolik bilier. Nyeri terjadi ketika batu empedu menyumbat duktus
sistikus sehingga menghasilkan peningkatan tekanan dinding kandung empedu yang
progresif. Secara patologi terjadi perubahan kandung empedu mulai dari keadaan yang
normal dengan hanya sedikit inflamasi kronik pada mukosa menjadi kandung empedu
yang mengkerut dengan fibrosis transmural serta adhesi ke struktur sekitarnya.
Manifestasi klinis 2
Keluhan utama pasien biasanya berupa nyeri terus menerus dan makin makin dirasa
nyeri selama 1 jam pertama dan biasanya berlangsung selama 1-5 jam. Nyeri dirasakan
terutama pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas dan seringkali menyebar ke
punggung kanan diantara skapula. Nyeri ini bisa sangat hebat dan muncul tiba-tiba,
biasanya muncul pada malam hari atau stelah pasien mengkonsumsi makanan berlemak.
Keluhan ini dapat juga disertai dengan mual dan muntah. Nyeri juga dapat bersifat
episodik, pasien dapat mengeluhkan adanya serangan nyeri yang menyebar diselingi
dengan keadaan normal tanpa gejala. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya
nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas pada saat timbul episode nyeri. Jika pasien
sedang dalam keadaan bebas nyeri, maka pemeriksaan fisik dapat meberikan hasil yang
normal. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya didapatkan hasil tes fungsi hati dan
leukosit yang normal pada pasien kolesistitis yang tidak memiliki komplikasi. Kondisi
kolelitiasis yang atipikal juga sering muncul. Pada keadaan ini biasanya tidak ditemukan
nyeri abdomen kanan atas meskipun terdapat batu di dalam kandung empedu nya. Jika
nyeri berlangsung selama lebih dari 24 jam, harus segera dicurigai terjadinya impaksi
batu di dalam duktus sistikus atau terjadi kolesistitis akut. Imapksi batu tersebut akan
mengakibatkan kondisi yang dinamakan dengan hydrops kandung empdu dimana terjadi
keadaan berikut yaitu cairan empdu diabsorbsi namun epitel kandung empedu terus
menerus menghasilkan sekret mukus sehingga terjadi distensi kandung empedu oleh
mukus.
2. Koledokolitiasis 2
Batu pada duktus sistikus komunis dapat memiliki ukuran yang bervariasi mulai
dari ukuran kecil, besar, dengan jumlah tunggal maupun multipel dan dapat
ditemukan pada 6 – 12 % pasien dengan kolelitiasis dan insidennya akan
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Adanya batu pada duktus sistikus ini
disebabkan karena migrasi batu dari duktus sistikus.
Manifestasi Klinis 2
Pemeriksaan penunjang 2
Gambaran
MRCP
normal
yang
menunjukkan duktus sistikus komunis (panah biru) dan duktus pankreatikus
(panah putih)
Gambaran MRCP yang menunjukkan 2 buah batu pada duktus sistikus komunis.
b. Kolangitis 2
Kolangitis merupakan satu dari dua komplikasi utama dari batu duktus koledokus,
sedangkan komplikasi lainnya lagi berupa pankreatitis bilier. Kolangitis akut merupakan
suatu infeksi bakteri yang menyebar dari bawah ke atas yang disebabkan karena adanya
obstruksi parsial maupun total dari duktus biliaris. Dalam keadaan normal, cairan
empedu yang dihasilkan oleh hati bersifat steril, demikian pula dengan kondisi steril
cairan empedu yang disimpan di dalam kandung empedu dipertahankan dengan aliran
empedu yang berkesinambungan disertai dengan substansi antibakterial yang terdapat di
dalam cairan empedu itu sendiri berupa imunoglobulin. Gabungan antara infeksi bakteri
disertai dengan obstruksi bilier yang umumnya disebabkan karena batu empedu
merupakan faktor yang penting dalam terjadinya kolangitis. Organisme-organisme yang
umumnya menyebabkan kolangitis yaitu antara lain Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Streptococcus faecalis, dan Bacteroides fragilis.
Manifestasi Klinis 2
Kolangitis dapat bermanifestasi sebagai suatu kondisi yang bervariasi mulai dari keadaan
klinis yang ringan, sedang, dapat sembuh spontan sampai dengan suatu keadaan berat dan
mengancam jiwa seperti pada keadaan septikemia. Gejala yang paling umum muncul
adalah gejala-gejala yang dikenal sebagai Charcot triad dan muncul pada dua pertiga dari
pasien-pasien yaitu berupa demam, nyeri epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan
atas, dan disertai dengan ikterus. Gejala klinis yang muncul dapat berkembang secara
progresif disertai sepsis dan keadaan ini dikenal sebagai Reynolds pentad (adanya
demam, ikterus, nyeri abdomen kuadran kanan atas, syok septik dan perubahan status
mental). Namun demikian keadaan ini juga bisa bermanifestasi sebagai suatu keadaan
yang atipikal yaitu berupa demam yang tidak terlalu tinggi, ikterus atau nyeri abdomen
kanan atas. Keadaaan ini biasanya terjadi pada orang dewasa yang bila mengalami
infeksi ini tidak memberikan gejala yang bermakna sampai suatu saat jatuh kedalam
kondisi sepsis. Pada pemeriksaan abdomen, hasil yang ditemukan tidak dapat dibedakan
dari keadaan kolesistitis akut. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium bisa ditemukan
adanya leukositosis, hiperbilirubinemia, dan peningkatan fosfatase alkali serta
transaminase.
Pemeriksaan Penunjang 2
Pemeriksaan USG abdomen berguna untuk mendeteksi adanya kolangitis apabila pada
pasien tersebut belum pernah didiagnosa memiliki batu empedu sebelumnya karena
dalam pemeriksaan akan nampak adanya batu empedu disertai dengan duktus yang
berdilatasi. Pemeriksaan radiologis definitif yang juga berguna untuk diagnosa adalah
Endoscopic Retrograde Cholangiopangcreatography (ERCP), namun apabila ERCP tidak
tersedia, dapat dilakukan pemeriksaan Percutaneous Transhepatic Cholangiography
(PTC). Dengan ERCP dan PTC dapat ditentukan level sereta penyebab obstruksi,
memungkinkan pengambilan cairan empedu untuk dikultur, pengambilan batu empedu
apabila terdapat batu empedu, dan drainase cairan empedu dengan kateter drainase atau
dengan stent. CT scan dan MRI juga dapat berguna untuk menetukan apakah terdapat
masssa periampular sebagai penyebab dari dilatasi duktus.
Gambaran
ERCP
dengan batu
empedu pada
duktus
sistikus
komunis
Percutaneous Transhepatic Cholangiography
BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap: Leukositosis sedang (akut).
Bilirubin dan amilase serum: Meningkat.
Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT); LDH; agak meningkat
alkaline fosfat dan 5-nukletiase; Di
tandai obstruksi bilier.
Kadar protrombin: Menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus
menurunkan absorbsi vitamin K.
Ultrasound: Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu dan/atau
ductus empedu (sering merupakan prosedur diagnostik awal).
Kolangeopankreatografi retrograd endeskopik: Memperlihatkan percabangan
bilier dengan kanualasi duktus koledukus melalui deudenum.
Kolangiografi transhepatik perkutaneus: Pembedaan gambaran dengan
flouroskopi anatara penyakit kantung empedu dan kanker pankreas ( bila
ekterik ada ).
Kolesistogram (untuk kolositisis kronis): Menyatakan batu pada sistem
empedu. Catatan: kontraindikasi pada kolesititis karena pasien terlalu lemah
untuk menelan zat lewat mulut.
Skan CT: Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu,
dan membedakan anatara ikterik obstruksi/non obstruksi.
Skan hati (dengan zat radioaktif): Menunjukan obstruksi percabangan bilier.
Foto abdomen (multiposisi): Menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi)
batu empedu, kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu.
Foto dada: Menunjukan pernapasan yang menyebapkan penyebaran nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan medikal bedah vol 2. Jakarta: EGC.
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/kolelitiasis-gallbladder-stones/. Diakses
tanggal 4 Oktober 2009.
Husadha, Yast. 1996. Buku ajar ilmu penyakit dalam: fisiologi dan pemeriksaan
biokimiawi hati. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
ISFI. 2008. ISO Indonesia. Volume 43 – 2008. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Lesmana, L. 2000. Batu empedu. Buku ajar penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, A. 1999. Kapita selekta kedokteran. Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media
Aesculapius FKUI.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.