Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR PROFESI


GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

Disusun Oleh:

AFIF ROSALIA INDAMAYANTI


(201703062)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

A. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

B. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni:
1. Nyeri akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung cukup
lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis.

C. Etiologi nyeri
1. Faktor resiko
a) Nyeri akut
1. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2. Menunjukkan kerusakan
3. Posisi untuk mengurangi nyeri
4. Muka dengan ekspresi nyeri
5. Gangguan tidur
6. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b) Nyeri kronis
1. Perubahan berat badan
2. Melaporkan secara verbal dan non verbal
3. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4. Kelelahan
5. Perubahan pola tidur
6. Takut cedera
7. Interaksi dengan orang lain menurun
2. Factor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Factor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. emosi

D. Manifestasi klinik
1. Nyeri Akut
a. Ansietas
b. Mual dan muntah
c. Mengatupkan rahang atau mengepalkan tangan
d. Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
e. Peka rangsang
f. Menggosok bagian yang nyeri
g. Mengorok
h. Postur tidak biasanya ( lutut ke abdomen )
i. Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
j. Gangguan konsentrasi
k. Perubahan pada pola tidur
l. Rasa takut mengalami cedera ulang
m. Menarik bila disentuh
n. Mata terbuka lebar atau sangat tajam
o. Gambaran kurus
2. Nyeri Kronis
a. Gangguan hubungan sosial dan keluarga
b. Peka rangsang
c. Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
d. Depresi
e. Menggosok bagian yang nyeri
f. Ansietas
g. Tampilan meringis
h. Berfokus pada diri sendiri
i. Tegangan otot rangka
j. Preokupasi somatic
k. Agitas
l. Keletihan
m. Penurunan libido
n. Kegelisahan
E. Pathway

Stimulasi Nyeri

Kerusakan Adanya Tumor Spasme Otot Iskemik


Jaringan

Terbentuknya za-zat kimia : Bradikinin, Serotinin, dan enzim proteotik

Nosiseptor

Impuls nyeri diteruskan ke konsus dorsalis pada bagian medulla spinalis


melalui sasaf perifer

Hipotalamus

Nyeri
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak

G. Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c) Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang)
d) Kompres hangat
e) Mengajarkan teknik relaksasi
2. Penatalaksanaan medis
a) Pemberian analgesik
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Keuntungan
pengkajian nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikasi, dikenali sebagai sesuatu
yang nyata, dapat diukur, dapat djelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi
perawatan.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1) Ekspresi klien terhadap nyeri
Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi ketidaknyamanan. Untuk
itulah perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam
mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Klien yang tidak mampu
berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan perhatian khusus ketika
pengkajian.
2) Klasifikasi pengalaman nyeri
Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila
akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan
apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat menentukan apakah nyeri berlangsung
intermiten, persisten atau terbatas.
3) Karakteristik nyeri
Pengkajian karakteristik nyeri dengan pengekatan PQRST
a. Provoking incident
Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri
berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri bertambah berat bila beraktivitas.
b. Quality
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau gambaran klien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.
c. Region
Dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien, apakah rasa
sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar / menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
d. Severity ( scale ) of pain
Seberapa jauh rasa nyeri dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri
deskriptif dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
aktivitas sehari – hari.
e. Time
Berapa lama nyeri berlangsung ( bersifat akut atau kronis ), kapan, apakah ada
waktu – waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.
4) Perhitungan skala nyeri
a. Skala numerik → digunakan untuk pasien dewasa
0 : no pain / tidak nyeri.
1–3 : mild = nyeri ringan → tidak mengganggu aktivitas.
4–6 : moderate = nyeri sedang → mengganggu aktivitas.
7–9 : severe = nyeri berat → tidak bisa melakukan aktivitas.
10 : nyeri sangat berat
B. Diagnosa Keperawatan
1) Ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan
a) Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
b) Kriteria hasil :
1) Pasien secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2) Pasien dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri .
3) Pergerakan penderita bertambah luas.
4) Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5
0
C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
c) Intervensi
1) Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
R: Mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2) Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
R: Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang
R: Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa
nyeri.
4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
R: Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
R: Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada
otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
R: Obat–obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
2) Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
a) Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
b) Kriteria Hasil :
1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk,
berdiri, berjalan).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan.
c) Intervensi
1) Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
R: Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2) Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga
kadar gula darah dalam keadaan normal.
R: Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
3) Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah
sesui kemampuan.
R: Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
R: Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter (pemberian analgesik) dan
tenaga fisioterapi.
R: Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk
melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil :
1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
R: Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
2) Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
R: Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien
ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3) Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas,
efek obat-obatan dan suasana ramai.
R: Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan
dirasakan pasien.
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.
R: Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik
relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5) Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien
R: Mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat
gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat..
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate Of
Elsefer.
Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai