Anda di halaman 1dari 4

Makalah

TEATER RAKYAT
MOP-MOP/BIOLA ACEH
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Teater Mop-Mop
Program Studi Seni Teater, Jurusan Seni Pertunjukan

OLEH :

Shahibullah Rizki Nadia


NIM : 15113113

DOSEN PENGAMPU :

Rasyidin, M.Sn.
Kostaman, S.Sn.

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA
ACEH
2017

1
A. Asal Muasal Mop-Mop dan Pengertiannya

Mop-Mop atau yang juga biasa disebut Biola Aceh merupakan kesenian
yang masih simpang siur tentang kehadiran dan asal muasalnya namun jika dilihat
dari gaya pementasan dan alat musik yang dipakai maka bisa ditarik kesimpulan
bahwasanya kesenian tradisi yang satu ini ada sejak zaman Portugis masuk ke
Indonesia.
Di daerah Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, dan Pidie Jaya masyarakatnya
lebih mengenal dengan nama Biola Aceh. Sedangkan masyarakat di Kabupaten
Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Kabupaten Aceh Timur mengenalnya dengan
nama Mop-Mop.
Selain itu kesenian mop-mop ini mulai dikenal ketika Tim Delegasi
Kebudayaan Aceh diberangkatkan ke Sumatera Timur pada tahun 1928 dalam
rangka Sumpah Pemuda dan Ir. Soekarno mengajak masyarakat Indonesia agar
Anti-Barat. Beberapa tahun kemudian kesenian mop-mop ini kembali tampil pada
acara Pekan Kebudayaan Aceh ke-2 pada tahun 1972. Pada pelaksanaan PKA
tersebut ada dua grup kesenian mop-mop yang tampil yaitu Syech Lah dan Syech
Ali Basyah.
Menurut pelaku kesenian ini sendiri menjelaskan bahwa nama mop-mop
ini lahir dari kata yang tidak biasa yaitu “Ok Ma” kata tersebut merupakan bahasa
kasar orang-orang aceh yang keluar dari mulut ketika sudah di ambang
kemarahan. Namun tidak hanya itu saja, mop ini juga berasal dari kata “Maop”
merupakan sebuah makhluk yang menyeramkan. Dan seiring waktu berjalan nama
kesenian ini menjadi Mop-Mop yang berarti “Umpatan”, “Menghardik”, dan
“Mengancam” berubah makna dari kasar menjadi bahasa yang halus.

B. Struktur dan Tekstur

a. Peran

Dalam kesenian mop-mop ini ada beberapa peranan yang sangat penting
dalm sebuah pertunjukan. Peranan tersebut dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Ayah Dara Baroe, merangkap sebagai Pimpinan Group yang biasa


disebut Syech tugasnya ialah memainkan biola dan mengiringi
jalannya pertunjukan.
2. Lintoe Baroe, merupakan badut dan menantu daripada Syech,
tugasnya ialah membangun alur cerita dengan imajinasi yang tinggi.
3. Dara Baroe, merupakan anak dari Syech dan istri daripada Lintoe
Baroe yang tugasnya ialah sama dengan Lintoe Baroe.
4. Kali dan Adi Maja, merupakan peran yang tidak di atas panggung
tapi juga sebuah keharusan untuk sebuah pertunjukan. Tugasnya ialah
berurusan dengan hal-hal yang berbau supranatural.

2
b. Tema

Tema dalam pertunjukan mop-mop seringkali berubah-ubah di setiap


pertunjukannya. Namun ada beberapa landasan cerita yang dipakai dalam
pertunjukan mop-mop ini, yaitu bersumber dari cerita Geumbak Meuh, Musang
Meujanggot dan Li La Bagunna.
Adapun judul-judul cerita yang dikembangkan yaitu :
1. Bue Drop Darut (Monyet Menangkap Belalang)
2. Hikayat Lam Aroen (Hikayat Di dalam Batang Aron)
3. Boh Giri Meujak-jak (Jeruk yang Berjalan-jalan)
4. Merehui (Cerita Tentang Seorang yang Takut Akan Kehilangan
Seorarang Suami)
5. Awak Peubuet Dudoe Pikee (Bekerja Dahulu, Berpikir Kemudian)

c. Latar

Pola pertunjukan mop-mop tidak mempunyai settingan khusus di atas


panggung karena pertunjukan mop-mop ini biasa dimainkan di lapangan terbuka.
Namun ada beberapa gerakan yang selalu dimasukkan dalam setiap
pertunjukannya seperti aba-aba penghormatan dan gerakan tari melingkar di awal
pertunjukannya.

d. Bentuk Pertunjukan

Dalam pertunjukan mop-mop ini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

1. Babak I (Awalan Masuk)

Pemain mop-mop mempunyai adab atau etika saat akan masuk


panggung yaitu dengan membiasakan dirinya untuk duduk atau
berjejer antara Lintoe Baroe dan Dara Baroe.

2. Babak II (Teknik Masuk Adegan)

Teknik muncul pemain mop-mop ditandai dengan hadirnya irama


biola, melakukan gerakan tari seudati sambil melenggok, penari
melingkar dan gerakan ini menandakan bahwa ketiganya sudah
masuk kedalam suasana peristiwa cerita.

3. Babak III (Salam Pembuka/Penghormatan)

Pesan salam ini dipakai dalam pertunjukan mop-mop untuk


menghormati pemilik tempat

3
4. Babak IV (Masuk Pantun Salam)

Salam penghormatan merupakan suatu tanda dimana para pemain


harus memberi hormat kepada yang hadir dan juga penghormatan
kepada pemilik alam semesta.

5. Babak V (Dialog)

Isi cerita akan diulang kembali dengan pola menyatu dengan cerita
yang akan dibawakan dan disinilah letak kesulitan dalam memainkan
teater rakyat ini karena dialog yang di ucapkan adalah dialog
spontanitas tanpa konsep hanya berpatokan pada imajinasi dan
improvisasi si Dara Baroe dan Lintoe Baroe dengan tetap
memperhatikan tempo dan alunan musik yang dilantunkan oleh
Syech atau pemain biola.

6. Babak VI (Penghormatan Penutup)

Pada babak ini, si aktor mulai membuat gerakan menari melingkar


sebagai tanda akan berakhirnya pertunjukan dan diikuti oleh
penghormatan dengan membungkuk kepada penonton. Karena di
Aceh sendiri, saling menghormati adalah suatu hal yang sangat
sensitif. Setiap memberi salam di awal maka harus juga memberikan
salam di akhir sebagai penutupnya.

Anda mungkin juga menyukai