TEATER RAKYAT
MOP-MOP/BIOLA ACEH
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Teater Mop-Mop
Program Studi Seni Teater, Jurusan Seni Pertunjukan
OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Rasyidin, M.Sn.
Kostaman, S.Sn.
1
A. Asal Muasal Mop-Mop dan Pengertiannya
Mop-Mop atau yang juga biasa disebut Biola Aceh merupakan kesenian
yang masih simpang siur tentang kehadiran dan asal muasalnya namun jika dilihat
dari gaya pementasan dan alat musik yang dipakai maka bisa ditarik kesimpulan
bahwasanya kesenian tradisi yang satu ini ada sejak zaman Portugis masuk ke
Indonesia.
Di daerah Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, dan Pidie Jaya masyarakatnya
lebih mengenal dengan nama Biola Aceh. Sedangkan masyarakat di Kabupaten
Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Kabupaten Aceh Timur mengenalnya dengan
nama Mop-Mop.
Selain itu kesenian mop-mop ini mulai dikenal ketika Tim Delegasi
Kebudayaan Aceh diberangkatkan ke Sumatera Timur pada tahun 1928 dalam
rangka Sumpah Pemuda dan Ir. Soekarno mengajak masyarakat Indonesia agar
Anti-Barat. Beberapa tahun kemudian kesenian mop-mop ini kembali tampil pada
acara Pekan Kebudayaan Aceh ke-2 pada tahun 1972. Pada pelaksanaan PKA
tersebut ada dua grup kesenian mop-mop yang tampil yaitu Syech Lah dan Syech
Ali Basyah.
Menurut pelaku kesenian ini sendiri menjelaskan bahwa nama mop-mop
ini lahir dari kata yang tidak biasa yaitu “Ok Ma” kata tersebut merupakan bahasa
kasar orang-orang aceh yang keluar dari mulut ketika sudah di ambang
kemarahan. Namun tidak hanya itu saja, mop ini juga berasal dari kata “Maop”
merupakan sebuah makhluk yang menyeramkan. Dan seiring waktu berjalan nama
kesenian ini menjadi Mop-Mop yang berarti “Umpatan”, “Menghardik”, dan
“Mengancam” berubah makna dari kasar menjadi bahasa yang halus.
a. Peran
Dalam kesenian mop-mop ini ada beberapa peranan yang sangat penting
dalm sebuah pertunjukan. Peranan tersebut dibagi menjadi 4, yaitu:
2
b. Tema
c. Latar
d. Bentuk Pertunjukan
3
4. Babak IV (Masuk Pantun Salam)
5. Babak V (Dialog)
Isi cerita akan diulang kembali dengan pola menyatu dengan cerita
yang akan dibawakan dan disinilah letak kesulitan dalam memainkan
teater rakyat ini karena dialog yang di ucapkan adalah dialog
spontanitas tanpa konsep hanya berpatokan pada imajinasi dan
improvisasi si Dara Baroe dan Lintoe Baroe dengan tetap
memperhatikan tempo dan alunan musik yang dilantunkan oleh
Syech atau pemain biola.