PENDAHULUAN
1
maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol (Yenrina,
Krisnatuti, 1999).
Sejumlah perilaku dan gaya hidup kurang sehat yang sering dijumpai
antara lain mengonsumsi makanan siap saji dengan kadar lemak tinggi,
kebiasaan merokok, minuman berakohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga,
dan stress. Pergeseran gaya hidup ini mempercepat munculnya berbagai
penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit jantung (Utami, 2009).
Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol,
banyak terjadi pada individu dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini
dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan makanan yang menjadi faktor penting
penentu kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa ini
lebih cenderung mengejar halhal yang bersifat praktis, termasuk di dalamnya
jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast food) atau yang juga
dikenal sebagai makanan sampah (junk food) menjadi pilihan bagi individu
yang mengutamakan kecepatan pelayanan karena waktu menjadi sangat
berharga di dunia kerja.
Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari
kehidupan pekerja kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan
pekerjaan sehingga tidak ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk
kepada perilaku hidup yang instan, misalnya makanan. Gaya hidup yang
demikian akan menyebabkan terjadinya penumpukan karbohidrat dan kolesterol
di dalam tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan dislipidemia yang
merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat
namun tidak diimbangi dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup.
Keterbatasan ekonomi pada pekerja kasar membuat mereka jarang memakan
makanan hewani seperti daging dan ikan, makanan cepat saji, atau
makananmakanan lain yang cenderung berkolesterol tinggi. Walaupun
demikian, dewasa ini PJK bukan hanya menjadi penyakit bagi golongan
2
ekonomi menengah ke atas, namun juga sering terjadi pada masyarakat
ekonomi bawah.
Diduga hal ini terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung minyak tak jenuh dan trans yang bisa terdapat pada minyak
goreng kualitas rendah atau minyak goreng bekas.
3
5. Dapat mengetahui patogenesis terjadi penyakit jantung koroner.
6. Dapat mengetahui epidemiologi terjadi penyakit jantung koroner.
7. Dapat mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit jantung
koroner.
BAB 2
PEMBAHASAN
4
Penyakit Jantung adalah penyakit pada jantung yang terjadi karena
adanya kelainan pada pembuluh darah jantung. Risiko terjadinya penyakit
jantung dapat dikurangi dengn menjalankan berbagai tahap untuk mencegah
dan mengontrol faktor risiko yang memperburuk terjadinya penyakit jantung
atau serangan jantung.
Penyakit yang dapat menyerang jantung ada berbagai macam dan
berlangsung lama/kronis. Penyakit jantung adalah penyakit negara maju atau
negara industri. Lebih tepatnya penyakit dimana perilaku masyarakat modern
berada. Karena itu penyakt janutng tidak saja monopoli negara maju, tetapi
jga negara yang sedang berkembang yang menunjukkan kecenderungan
modernisasi masyarakatnya. Hal ini karena penyakit jantung berkaitan dengan
keadaan dan perilaku masyarakat maju, misalnya tingginya stress, salah
makan dan gaya hidup modern seperti merokok dan minum alkohol yang
berlebihan.
Sementara itu frekuensi penyakit jantung dan pembulu darah (PJPD) di
negara-negara sedang berkembang, termasuk indonesia cenderung meningkat
sebagai akibat modernisasi, meniru gaya hidup negara yang sudah
berkembang. PJPD pada dasarnya bukanlah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh suatu organime tertentu namun karena adanya penularan
penyakit ini pada peniruan gaya hidup ada yang menyebutnya new
communicable disease.
5
sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan
diabetes.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI
Tahun 2013, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia mencapai 0,5%
dan gagal jantung sebesar 0,13% dari total penduduk berusia 18 tahun keatas.
(dinkes.inhukab.go.id)
Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi
epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin
jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat penyakit tidak menular dan
kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan menurun. PTM seperti
kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit kronik lainnya
akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu
penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit
infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030.
Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko
akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin
modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup.
Dewasa ini Penyakit Jantung koroner/Coronary Artery Disease
(PJK/CAD) merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting
karena penyakit ini di derita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab
kematian utama di beberapa Negara termasuk Indonesia. Sebagai gambaran,
di Amerika Serikat dilaporkan jumlah penderita PJK (Infark Miokard Akut)
baru adalah 1,5 juta per tahun (1 penderita tiap 20 detik).
Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi
jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia
sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5
persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi
Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-
masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis
6
atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah
(3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
Dan Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa
Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia
sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3
persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI
Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa
Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi
Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen.
Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi
penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis
dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0
persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun.
Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter
atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK
lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK
terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan
terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil
indeks kepemilikan terbawah.
Salah satu factor risiko dari penyakit jantung adalah hipertensi dan Pada
hasil riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8
persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan Prevalensi
hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan
kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola
makan yang baik.
7
Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun
menurut JNC VII 2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen
(laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari
perkotaan (5,1%). (RISKESDAS. 2013)
Penyakit jantung terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan
karakteristik masyarakat dan lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan
bahwa distribusi PJK adalah:
a. Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan negara
sedang berkembang.
b. Lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan daerah
pedesaan.
c. Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke
atas dibandingkan sosial ekonomi lemah.
d. Lebih banyak mengenai pria daripada wanita; namun yang lebih banyak
meninggal adalah wanita.
e. Meninggi setelah berumur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika
memasuki umur 50 tahun.
f. Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal daripada yang
selamat. (Bustan, 2007).
8
darah keseluruh tubuh. Denyut jantung (pulse) yang kita rasakan disebabkan
oleh kontraksi dari ventricle.
Ventricle harus memasok cukup darah ke tubuh supaya tubuh berfungsi
secara normal. Jumlah darah yang dipompa tergantung pada beberapa faktor-
faktor. Faktor yang paling penting adalah angka kontraksi dari jantung
(denyut jantung). Ketika denyut jantung meningkat, lebih banyak darah yang
dipompa. Sebagai tambahan, jantung memompa lebih banyak darah dengan
setiap denyutan ketika atria berkontraksi dan mengisi ventricle-ventricle
dengan darah tambahan tepat sebelum ventricle-ventricle berkontraksi.
Dengan setiap denyut jantung, pelepasan elektrik (arus listrik) jalan melalui
sistim elektrik jantung. Pelepasan elektrik menyebabkan otot dari atrium dan
ventricles berkontraksi dan memompa darah. Sistim elektrik jantung terdiri
dari SA node (sino-atrial node), AV node (atrio-ventricular node) dan
jaringan-jaringan khusus pada atria dan ventricles yang mengantar arus listrik.
SA node adalah pemicu elektrik. Ia adalah potongan kecil dari sel-sel
yang berlokasi pada dinding atrium kanan; frekwensi SA node melepaskan
elektrik menentukan angka pada denyut jantung. Arus elektrik lewat dari SA
node, melalui jaringan-jaringan khusus dari atria dan kedalam AV node. AV
node melayani sebagai stasiun relai elektrik antara atria dan ventricles. Sinyal-
sinyal elektrik dari atrium harus lewat melalui AV node untuk mencapai
ventricles.
Pelepasan elektrik dari SA node menyebabkan atrium berkontraksi dan
memompa darah kedalam ventricles. Pelepasan elektrik yang sama kemudian
melalui AV node untuk mencapai ventricles yang berjalan melalui jaringan-
jaringan khusus dari ventricles dan menyebabkan ventricles berkontraksi.
Pada jantung yang normal, angka dari kontraksi atrium adalah sama seperti
angka kontraksi ventricle.
Pada waktu istirahat, frekwensi dari pelepasan elektrik yang berasal dari
SA node adalah rendah, dan jantung berdenyut pada batasan normal yang
lebih rendah (60-80 denyut/menit). Selama latihan atau kegembiraan
9
(hiperira), frekwensi dari pelepasan elektrik dari SA node meningkatdan hal
ini meningkatkan angka pada denyut jantung.
10
sekuat biasanya. Akibatnya darah bisa masuk ke paru-paru atau bagian
tubuh lainnya. Gejalanya meliputi sesak nafas, pembengkakakan pada
jantung dan kelainan dalam fungsi jantung.
4. Arritmia
Arritmia memiliki arti ‘irama jantung tidak normal’ diakibatkan oleh
gangguan rangsang dan penghantaran rangsang jantung yang berat ataupun
ringan.Takikardia adalah kondisi di mana jantung berdetak terlalu cepat.
Bradikardia terjadi ketika detak jantung terlalu lambat.Faktor utama
penyakit aritmia adalah kurangnya kalsium dalam tubuh dan terjadinya
penyumbatan pembuluh darah jantung.Gejalanya adalahpalpitasi,
kecemasan, berkeringat, napas terengah-engah dan nyeri dada.
5. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik merupakan penyakit jantung yang
disebabkan karena kerusakan katup jatung yang diakibatkan oleh demam
rematik. Bakteri streptokokus adalah salah satu penyebabnya.
6. Inflamasi Jantung
Penyakit ini terjadi di dinding jantung, selaput yang menyelimuti
jantung dan bagian dalam jantung yang disebabkan karena adanya
peradangan. Hal ini disebabkan oleh racun dan infeksi.
7. Penyakitjantung hipertensi
Penyakit Jantung Hipertensi atau HHD (Hypertensive heart disease)
merupakan istilah yang diterapkan untuk menyebut komplikasi penyakit
jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy
atau (LVH), hipertrofi ventrikel kiri (HVK), aritmia jantung, penyakit
jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan kerana
peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Penyakit jantungbawaan
Penyakit jantung bawaan merupakan penyakit jantung yang telah
dialami dari mulai ana didalam kandungan hingga anak dilahirkan.
Penyakit jantung bawaan dapat dipengaruhi oleh kondisi salah satu orang
11
tua memiliki riwayat penyakit jantung atau juga dikarenakan hal lain.
Jenis-jenis penyakit jantung bawaan sejak lahir pada anak. seperti
pembuluh darah terbalik (TOF), Patent Ductus Arteriosus (PDA), bocor
pada bagian bawah/Ventrical Septal Defect (VSD), bocor pada bagian
atas/Atrial Septal Defect (ASD), dan mungkin masih ada lagi yang lainnya.
9. Penyakit katup jantung
Penyakit katup jantung adalah penyakit yang muncul akibat adanya
kelainan atau gangguan pada salah satu atau lebih dari keempat katup
jantung di atas sehingga darah sulit mengalir ke ruangan atau pembuluh
darah selanjutnya, atau sebagian aliran berbalik ke area sebelumnya.
10. Penyakit jantungkoroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang timbul akibat
penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih arteri koroner dan atau
cabang-cabangnya, sehingga aliran darah pada arteri koroner menjadi tidak
adekuat, akibatnya dinding otot jantung mengalami iskemia dan dapat
sampai infark, karena oksigenasi otot jantung sangat tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme sel otot jantung.
12
sakit dada, seseorang juga bisa merasa sesak napas, mual, lelah, pusing dan
gelisah saat angina menyerang.
Angina dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu angina stabil
dan angina tidak stabil. Angina stabil adalah jenis serangan angina yang
terjadi ketika jantung dituntut untuk bekerja lebih keras, misalnya saat
melakukan aktivitas berat. Serangan ini dapat diatasi dengan obat dan
istirahat. Serangan angina stabil tidak mengancam jiwa, tapi harus tetap
diwaspadai. Sedangkan angina tidak stabil adalah serangan angina yang
menyerang secara tiba-tiba dan tanpa sebab yang jelas. Serangan ini dapat
berlangsung walau penderita sedang santai atau beristirahat dan tidak
selalu bisa ditangani dengan obat.
Serangan angina tidak stabil membutuhkan penanganan medis
darurat karena menandakan bahwa penderita mengalami fungsi jantung
yang menurun drastis. Jika setelah dosis obat angina kedua dada masih
terasa sakit, segera pergi ke rumah sakit terdekat.
2. Serangan Jantung
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat
sepenuhnya. Penyebab utamanya adalah terjadinya gumpalan darah atau
trombosis. Penanganan medis dalam hitungan menit diperlukan karena
serangan ini dapat merusak otot jantung secara permanen. Beberapa gejala
serangan jantung adalah sakit dada yang parah, kesulitan bernapas, merasa
lemas, pusing, serta panik. Sakit dada itu juga bisa menyebar ke leher
hingga rahang, ke lengan kiri, dan ke punggung.
13
beberapa langkah pemeriksaan yang akan Anda jalani untuk mengonfirmasi
diagnosis.
1. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Aktivitas listrik otot jantung dapat diperiksa melalui elektrokardiogram
(EKG). Tetapi pemeriksaan ini saja belum cukup untuk menentukan
apakah Anda mengidap penyakit jantung atau tidak. Hasil EKG yang tidak
normal bisa mengindikasikan bahwa otot jantung tidak menerima cukup
oksigen.Selain dengan posisi tidur, pemeriksaan EKG juga ada yang
dilakukan saat jantung pasien dipicu dengan berlari di atas treadmil. Tes ini
disebut dengan tes latihan stres atau testreadmil. Pemeriksaan ini penting
untuk mendeteksi gejala angina.
2. Pemeriksaan Ekokardiogram
Pemeriksaan yang sejenis dengan USG ini digunakan untuk melihat
struktur, ketebalan dan gerak tiap denyut jantung hingga membentuk
sebuah gambar jantung secara mendetail. Tes ini juga memeriksa tingkat
kinerja jantung.
3. Pemeriksaan Enzim Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes darah. Keberadaan enzim jantung
dalam darah dapat mengindikasikan adanya kerusakan pada otot jantung.
4. Angiografi Koroner atau Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan penerapan bius lokal. Prosedur
kateterisasi jantung meliputi:
Memasukkan kateter sampai ke arteri jantung melalui kaki atau
selangkangan.
Penyuntikan tinta ke dalam arteri jantung melalui kateter.
14
Kedua pemeriksaan ini juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi jantung.
Penanganan lebih invasif seperti operasi akan dianjurkan jika penyakit jantung
bertambah parah sehingga mengganggu kualitas hidup seseorang.
1. Memperbaiki Pola Hidup
Dengan memperbaiki pola hidup, pengidap dapat terhindar dari risiko
terjadinya gejala-gejala penyakit jantung. Mengubah pola hidup dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sederhana, misalnya:
Menerapkan pola makan yang sehat.
Berhenti merokok.
Berolahraga secara teratur.
Mengurangi konsumsi minuman keras.
15
a) Beta-blockers
b) Calcium channel blockers
c) Obat nitrat
d) Ivabradine
e) Nicorandil
f) Ranolazine
3. Penanganan Melalui Operasi
Intervensi Jantung Perkutan (PCI)
Operasi ini bertujuan untuk memperlebar arteri jantung yang
mengalami penyempitan. Prosedurnya dilakukan dengan memasukkan
cincin (stent) ke arteri jantung yang menyempit melalui proses
angiografi koroner atau kateterisasi jantung.
Bedah bypass arteri jantung (CABG)
Prosedur operasi ini meliputi penanaman pembuluh darah dari
anggota tubuh lain untuk membuka rute baru bagi aliran darah ke
jantung sehingga suplai darah mencukupi. Penderita diabetes, pasien
lanjut usia dan yang mengalami lebih dari dua penyempitan pembuluh
darah dianjurkan untuk menjalani CABG daripada PCI.
16
dan lain-lainnya. Ada berbagai cara pencegahan primer dengan mengontrol
atau modifikasi berbagai faktor risiko Penyakit jantung koroner yang
dimiliki yaitu:
Berhenti merokok Seseorang yang berhenti merokok setelah 15 tahun,
risiko terkena serangan jantung turun seperti orang yang tak pernah
merokok.
Melakukan latihan atau aktifitas fisik secara teratur dengan target latihan
30 menit tiap latihan dan dilakukan 5 x/minggu
Memiliki berat badan ideal dengan target Indeks Masa Tubuh 18,5 –
22,5 dan lingkar metabolic < 35 inch pada wanita dan < 40 inch pada
laki-laki
Diet dengan asupan garam, karbohidrat dan lemak yang dikurangi,
asupan buah, sayuran dan ikan yang cukup
Mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes yaitu dengan
target HbA1C < 6,5 %
Mengontrol tekanan darah dengan target < 140/90 atau <130/80 mmHg
pada penderita diabetes
Mengontrol kadar lemak darah dengan target kadar LDL < 100 mmHg,
trigliserida< 150 mg/dl dan HDL > 40 mg/dl
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder adalah usaha-usaha pencegahan apabila
seseorang pernah mengalami serangan jantung. Ada berbagai cara
pencegahan sekunder pasien dengan riwayat serangan jantung yaitu dengan
tetap melakukan usaha-usaha pencegahan primer dan usaha-usaha lainnya
seperti latihan fisik aerobik dengan intensitas sedang setidaknya 5
kali/minggu, program rehabilitasi yang diawasi ketat pada pasien risiko
tinggi, diet dan mengurangi berat badan, kontrol Lemak darah dengan
pemberian obat penurun kolesterol Statin pada semua pasien tanpa
kontraindikas.
17
Berapapun kadar kolestrolnya, dimulai segera untuk mencapai target
LDL < 100 mg/dl, pengurangan LDL sampai < 70 mg/dl harus
dipertimbangkan pada pasien risiko tinggi, perubahan gaya hidup lebih
ditekankan bila kadar trigliserid > 150 mg/dl dan atau HDL < 40 mg/dl,
suplemen Fibrat dan omega-3 harus dipertimbangkan pada pasien yang
tidak tolerasi dengan statin, terutama bila kadar Trigliserida > 150 mg/dl,
Kontrol tekanan darah dengan perubahan gaya hidup dan farmakoterapi
untuk mencapai Target TD < 130 mm/Hg, pemberian aspirin dosis rendah.
18
saat pembulu darah koroner sudah tersumbat total, saat itulah terjadi serangan
jantung yang biasanya penderita sudah tidak tertolong
Pola makan dan gaya hidup masa kini cenderung membuat orang
mengkonsumsi banyak lemak, tinggi kalori, dan stress. Oleh karena itulah
angka serangan jantung bergeser pada kelompok yang lebih belia (sekitar 35
tahun). Padahal dulu krisis kehidupan baru bermula setelah seseorang
berumur sekitar 40 tahun. Namun rata-rata prang sekarang sudah memikul
krisis sebelum umur tersebut.
1. Chronic stable angina (angina pectoris stabil - APS) adalah bentuk awal
dari penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada atau rasa
tidak enak didada, rahang, bahu, punggung atau lengan yang berkaitan
dengan kurangnya aliran darah ke jantung, tanpa disertai kerusakan sel-sel
jantung.
2. Acut coronary syndrome (ACS) adalah suatu sindrom klinis yang
bervariasi, dan biasanya dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Unstable angina (UA – angina pectoris tidak stabil – APTS). Hampir
sama dengan APS namun mekanisme patologis dan sifat nyeri berbeda,
tetapintetap belum ada kerusakan sel-sel otot jantung. Gambaran EKG
bisa ada kelainan kadang jga tidak ada kelainan.
19
b. Acute non ST elevasi myocardial infarction (Acute Nstemi). Keadaan
ini sudah ada kerusakan sel otot jantung yang ditandai dengan keluarnya
enzim yang ada di dalam sel otot jantung seperti CK, CKMB, Trop T,
dll. Gambaran EKG mungkin tidak ada kelainan tetapi yang jelas tidak
ada penguatan ST elevasi yang baru.
c. Acute ST elevasi myocardial infarction (Acute Stemi). Keadaan ini
sama dengan Acute Nstemi tetapi sudah ada kelainan. Gambaran EKG
berupa ST elevasi yang baru atau timbulnya Bundle Branch Block yang
baru.
20
tertinggi terdapat di utara Inggris dan Skotlandia. The Health Survey For
England(2005) mengatakan bahwa 3% penduduk dewasa menderita angina
dan 0,5% penduduk dewasa telah mengalami infark miocard (Prevalens Rate)
(Huon,2005)
Di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak adalah
penyakit jantung koroner, penyakit jantung reumatik, dan penyakit darah
tinggi (hipertensi). Penyakit jantung koroner umumnya banyak terdapat pada
kelompok usia diatas 40 tahun dengan Prevalens Ratesebesar 13%
(Rilanto,1996)
Gambaran frekuensi dan distribusi penyakit jantung koroner
berdasarkan karakteristik masyarakat dan lingkungan secara umum dapat
dikatakan bahwa:
1. Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan dengan
negara sedang berkembang.
2. Lebih banyak ditemukan didaerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan.
3. Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah
keatas dibandingkan dengan golongan sosial ekonomi lemah.
4. Lebih banyak mengenai pria daripada wanita, namun justru yang lebih
banyak meninggal adalah wanita.
5. Meninggi setelah umur 40 tahun. Resiko tinggi sudah terjadi jika
memasuki umur 50 tahun.
6. Tinggi angka kematiannya, lebih banyaak yang meninggal daripada yang
selamat.
21
Di antara faktor-faktor risiko PJK (lihat Tabel 1), diabetes melitus, hipertensi,
hiperkolesterolemia, obesitas, merokok, dan kepribadian merupakan faktor-
faktor penting yang harus diketahui.
Kerusakan ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell adhesion
moleculeseperti sitokin (interleukin -1, (IL-1); tumor nekrosis faktor alfa,
(TNF-alpha)), kemokin (monocyte chemoattractant factor 1, (MCP-1; IL-
8),dan growth factor (platelet derived growth factor, (PDGF); basic fibroblast
growth factor, (bFGF). Sel inflamasi seperti monosit dan T-Limfosit masuk ke
permukaan endotel dan migrasi dari endotelium ke sub endotel. Monosit
kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan mengambil LDL teroksidasi
yang bersifat lebih atherogenik dibanding LDL. Makrofag ini kemudian
membentuk sel busa.
LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan
respons inflamasi. Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II, yang
menyebabkan gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik
dengan melibatkan platelet dan faktor koagulasi.
Akibat kerusakan endotel terjadi respons protektif dan terbentuk lesi
fibrofatty dan fibrous, plak atherosklerosik, yang dipicu oleh inflamasi. Plak
yang terjadi dapat menjadi tidak stabil (vulnerable) dan mengalami ruptur
sehingga terjadi Sindroma Koroner Akut (SKA)
22
- Inflamasi
- Fibrinogen
- Homosistein
- Stres oksidatif
23
merokok. Selain itu erokok mempunyai resiko 10 tahun lebih cepat
mengalami penyakit jantung dibandingkan orang normal.
37,4 % penduduk indonesia berusia 10 tahun ke atas adalah
perokok (Riskesdas, 2010). indonesia menduduki osisi ke 3 dengan
jumlaah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India (WHO, 2008).
Dua efek utama merokok sebagai faktor dalam perkembangan PJK
adalah
1) Efek nikotin yang diperantarai lewat susunan saraf simpatis
Nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung
istirahat serta meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik.
Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung
melalui beberapa mekanisme, yaitu merangsang pelepasan
epinefrin lokal dari saraf adrenergik dan meningkatkan sekresi
katekolamin dari medulla adrenalis dan dari jaringan kromafin di
jantung, bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan
glomera aortica yang menyebabkan peningkatan denyut jantung
dan tekanan arteri, serta bekerja langsung pada myocardium untuk
menginduksi efek inotropik dan kronotropik positif.
Nikotin bisa mempredisposisi perokok pada aritmua ventrikel.
Nikotin bisa menyokong atherosklerosis koroner dan trombosis
dengan menaikan asam lemak bebas serta meningkatkan kelekatan
dan agregasi trombosit melalui stimulasi katekolamin.
2) Desaturasi hemoglobin oleh karbon dioksida (CO2)
Dalam penelitian Wald dan rekannya (1981), perokok sigaret
mempunyai kadar karboksihemoglobin (COHb) yang jauh lebih
tinggi. Merokok sigaret tinggi nikotin, rendah nikotin atau tanpa
nikotin menyebabkan kadar COHb meningkat.
Pembakaran tak sempurna bahan organik di dalam sigaret
meningkatkan CO yang diinhalasi dalam fase gas bersama dengan
unsur asap lainyang volatil yang memapar darah kapiler paru ke
24
paling sedikit 400 ppm CO. Karena afinitas hemoglobin terhadap CO
kira-kira 245 kali lebih besar daripada afinitasnya untuk O2 dari
hemoglobin, yang menurunkan jumlah O2 yang ada bagi
myocardium. Seperti nikotin. CO bisa menurunkan ambang fibrilasi
jantung yang mempredisposisi seseorang kematian mendadak.
b. Hipertensi
Hipertensi terkadang tidak dirasakan gejalanya, namu terkadang
terasa kaku di tengkuk atau kepala terasa pusing. Tetapi lebih berbahaya
jika hipertensi tidak dirasakan gejalanya karena tidak dapat mewaspadai.
Banyak kasus yang terjadi tiba-tiba penderita hipertensi tanpa gejala
sudah mengalami stroke, serangan jantung atau kerusakan tubuh
lainnya.
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100
25
pembuluh darah yang lain, tekanan darah yang tinggi akan membuat
risiko pecahnya pembuluh darah.
c. Kadar kolesterol plasma tinggi
Kadar kolesterol plasma tinggi yang disebabkan peningkatan
kolesterol LDL (kolesterol jahat) merupakan faktor utama terjadinya
penyakit jantung koroner. Dalam menilai peningkatan kadar lipid
plasma perlu juga memperhatikan kadar kolesterol HDL (kolesterol
baik).
d. Diabetes melitus
Peningkatan risiko diabetes disebabkan karena kelainan lipid
(hiperkolesterolemia). Kelainan lipid akan mengalami perbaikan dengan
pengendalian glukosa darah, terutama apabila berat badan dinormalisasi.
Namun kadang-kadang kelainan lipid bersifat menetap.
e. Obesitas
Penurunan berat badan diperlukan dalam pengendalian hipertensi
dan dislipidemia serta berperan baik terhadap risiko penyakit jantung
koroner. Obesitas juga mempengaruhi faktor risiko lain sehingga
penurunan berar badan menjadi sangat penting untuk mengurangi faktor
risiko lainnya. Pada obesitas yang perlu diperhatikan adalah distribusi
lemak serta beratnya obesitas.
f. Kurang olahraga
Olahraga berperan dalam membantu perbaikan penyakit jantung
dan stroke dengan jalan penurunan tekanan darah, peningkatan HDL,
penurunan LDL, memperbaiki aliran darah dan maningkatkan kapasitas
kerja jantung.
g. Stress
Stress berkaitan dengan sosial dan lingkungan, tetapi memberikan
risiko terhadap penyakit jantung.Belakangan ini sudah terungkap bahwa
depresi dapat menyebabkan hiperagregasi trombosit dan
26
hiperkortisolemia sehingga memperparah penyumbatan pembuluh darah
koroner.
2. Faktor resiko yang tidak dapat dicegah
a. Jenis kelamin
Wanita mempunyai faktor risiko terkena penyakit jantung lebih
rendah daripada pria. Penyakit jantung koroner jarang terjadi pada
wanita premenopause, kecuali apabila terdapat faktor risiko yang
multiple (berganda). Namun ada kekecualian pada wanita dengan
penyakt diabetes melitus dan obesitas. Pada wanita pasca menopause
risikoterkena jantung koroner mendekati risiko pada pria sehingga
penting sekali mengendalikan faktor risiko pada wanita menopause.
b. Riwayat keluarga
Perlu mengetahui jumlah keluarga yang terkena penyakit jantung
dan usia mereka saat terkena jantung koroner, serta kedekatan hubungan
dengan mereka. Adanya keluarga yang terkena penyakit jantung koroner
meningkatkan risiko pada anggota keluarga yang lain.
c. Usia
Pertambahan usia meningkatkan risiko terkena serangan jantung
secara nyata pada pria maupun wanita. Hal ini mungkin merupakan
pencerminan lamanya terpajang faktor risiko digabung dengan
kecenderungan bertambah beratnya derajat tiap-tiap faktor risiko,
seiring dengan pertambahan usia.
Dari kesemua faktor resiko ini ada yang membaginya atas resiko mayor
dan minor, dimana faktor resiko mayor adalah hipertensi, hiperlipidemia,
merokok dan obesitas sedangkan faktor resiko minor adalah DM, stress,
kurang olahraga, riwayat keluarga, usia, seks.
27
2. Sering merasakan sakit kepala.
3. Rasa sakit pada bagian leher, lengan maupun siku.
4. Detak yang tidak teratur.
5. Sesak nafas dan terengah-engah.
6. Selalu merasakan mual, Nafsu makan berkurang.
7. Keluar keringat meskipun tidak beraktifitas.
8. Rasa lelah terjadi meskipun tidak beraktifitas berat.
9. Rasa nyeri dada menjalar ke lengan, dagu, leher, punggung atau ke perut
yang menjadi kembung, mual atau muntah
10. Sesak napas, tubuh terasa lemas (melayang), pucat, berkeringat dingin,
berdebar-debar, dan perasaan cemas atau takut mati.
1. Elektrokardiografi (EKG)
2. Echocardiografi
3. KateterisasiKoroner
28
Untuk melihat aliran darah melalui jantung, dokter mungkin
mnyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini
dikenal sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung
melalui pipa panjang, tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri,
biasanya di kaki, ke arteri jantung. Pewarna menandai bintik-bintik
penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X.
29
ACE-Inhibitor/ARB. Peranan ACE-I sebagai kardioproteksi untuk
prevensi sekunder pada pasien dengan PJK.
Nitrat pada umumnya disarankan, karena nitrat memiliki efek
venodilator sehingga preload miokard dan volume akhir bilik kiri dapat
menurun sehingga dengan demikian konsumsi oksigen miokard juga
akan menurun. Nitrat juga melebarkan pembuluh darah normal dan yang
mengalami aterosklerotik. Menaikkan aliran darah kolateral, dan
menghambat agregasi trombosit. Bila serangan angina tidak respons
dengan nitrat jangka pendek, maka harus diwaspadai adanya infark
miokard. Efek samping obat adalah sakit kepala, dan flushing.
Antagonis kalsium mempunyai efek vasodilatasi. Antagonis kalsium
dapat mengurangi keluhan pada pasien yang telah mendapat nitrat atau
penyekat β, selain itu berguna pula pada pasien yang mempunyai
kontraindikasi penggunaan penyekat β. Antagonis kalsium tidak
disarankan bila terdapat penurunan fungsi bilik kiri atau gangguan
konduksi atrioventrikel.
2. Revaskularisasi Miokard
Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil
yang disebabkan aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi
pembedahan, bedah pintas koroner (coronary artery bypass surgery =
CABG), dan tindakan intervensi perkutan (percutneous coronary
intervention = PCI). Tujuan revaskularisasi adalah meningkatkan survival
ataupun mencegah infark ataupun untuk menghilangkan gejala. Tindakan
mana yang dipilih, tergantung pada risiko dan keluhan pasien.
CBAG (Coronary Artery Bypass Grafting) adalah satu penanganan
intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara membuat
saluran baru melewati bagian Arteri Coronaria yang mengalami
penyempitan atau penyumbatan.Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)
bertujuan untuk mengatasi kurang/terhambatnya aliran Arteri Coronaria
akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung.CABG
30
dilakukan dengan membuka dinding dada melalui pemotongan tulang
Sternum, selanjutnya dilakukan pemasangan pembuluh darah baru yang
dapat diambil dari Arteri Radialis atau Arteri Mammaria Interna ataupun
Vena Saphenous tergantung pada kebutuhan, tekhnik yang dipakai ataupun
keadaan anatomic pembuluh darah pasien tersebut.
PCI (Percutaneus Intervention) merupakan suatu tindakan intervensi
non bedah untuk membuka kembali pembuluh darah arteri koroner yang
menyempit atau tersumbat dengan memasukkan balon atau stent melalui
kateter yang dimaksukkan ke dalam lumen arteri melalui insisi kecil pada
kulit.
31
Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian factor
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian penyakit
jantung dan pembuluh darah terintegrasi dengan jejaring kerja
pengendalian penyakit tidak menular
Meningkatkan advokasi dan sosialisasi pengendalian factor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah
Mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian factor risiko
penyakit jantung dab pembuluh darah
2. Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan untuk orang-orang yang memiliki
faktor risiko, tetapi belum sakit jantung. Ada 3 faktor risiko yang utama,
yaitu : rokok, tekanan darah tinggi, dan kolesterol, ditambah lagi dengan
penyakit gula dan obesitas. Di luar 3 faktor tersebut, usia yang semakin
bertambah dan genetik dapat menjadi faktor risiko tambahan. Upaya
preventif yang perlu dilakukan ialah meningkatkan kesadaran diri
mengenai "Penyakit jantung koroner ini sulit dicegah kalau kita tidak sadar
benar atau masyarakat tidak dibangkitkan untuk sadar. Kesadaran untuk
cara hidup yang sehat merupakan bagian yang diupayakan untuk
menurunkan tingkat kematian akibat jantung koroner.
Strategi pencegahan primer dua pendekatan yang komplementer
terhadap pencegahan primer yaitu strategi populasi dan strategi klinis.
a. Strategi Populasi
32
b. Strategi Klinis
33
menampilkan bahaya merokok pada bungkus rokok, komposisi
makanan, serta penyuluhan yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan.
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan Sekunder adalah usaha-usaha pencegahan apabila
seseorang pernah mengalami serangan jantung.Ada berbagai cara
pencegahan sekunder pasien dengan riwayat serangan jantung yaitu dengan
tetap melakukan usaha-usaha pencegahan primer dan usaha-usaha lainnya.
Perubahan gaya hidup, penurunan berat badan, pengaturan pola
makan dengan diet rendah lemak yang tersaturasi, tinggi polyunsaturated
fat, tinggi buah dan sayur, menghentikan kebiasaan merokok dan
mengatasi stress yang sering timbul pada pasien yang pernah menderita
penyakit jantung.
Pasien dengan riwayat serangan jantung dianjurkan untuk menjalani
proses rehabilitasi pasca serangan jantung yang kemudian dilanjutkan
dengan fase pemeliharaan saat rawat jalan. Latihan diberikan sama dengan
pencegahan primer, dengan memperhatikan beberapa hal terutama
kemungkinan adanya komplikasi dan target yang akan dicapai.
4. Pencegahan tersier
Tahap pencegahan ini merupakan upaya mencegah terjadi komplikasi
yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa
rehabilitasi jantung. Program rehabilitasi jantung ditujukan kepada
penderita PJK, atau pernah mengalami serangan jantung atau pasca operasi
jantung.
Contoh dari pencegahan tersier adalah rehabilitasi penyait jantung.
Sesuai dengan konsep rehabilitasi dini maka bagi penderita pasca serangan
jantung dan pasca bedah jantung tanpa komplikasi akan dilaksanakan
program latihan sedini mungkin. Penderita akan didatangi tim rehabilitasi
untuk menjelaskan maksud yang akan dijelaskan.
34
BAB 3
PENUTUP
35
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat
suplai darah ke jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi
karena arteri koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai
makanan dan oksigen bagi sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami
penyempitan karena endapan lemak yang menumpuk di dinding arteri (disebut
juga dengan plak). Gejala penyakit jantung koroner adalah nyeri dada (angina),
sering merasakan sakit kepala,detak yang tidak teratur, sesak nafas dan terengah-
engah, selalu merasakan mual, nafsu makan berkurang, Keluar keringat
meskipun tidak beraktifitas, rasa lelah terjadi meskipun tidak beraktifitas berat..
Rasa sakit dibagian tubuh lainnya seperti, bahu, leher, punggung dan siku.
3.2 Saran
1. Mengubah Gaya hidup yang seimbang dan menghindari risiko stres.
2. Mengonsumsi makanan secukupnya, jangan makan berlebihan serta kontrol
kolesterol, kontrol tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan
secara rutin.
3. Hentikan kebiasaan merokok.
36
4. Mengatur pola makan yang baik dan berolahraga yang teratur serta istirahat.
37