Oleh :
Pembimbing
BAGIAN/SMF BEDAH
BANDA ACEH
2016
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, juga kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih tidak lupa saya ucapkan kepada pembimbing kami
yaitu dr. Muslim, Sp.B (K) BD dan para dokter di bagian/ SMF Ilmu Bedah
yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya
laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan
beberapa penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
masukan terhadap laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia.1
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis
dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia
medialis, sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis
lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri
lebih sering ditemukan pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk
hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh
umur. 2
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendisitis.Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status
kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. 1
Menurut penelitian tahun 2007, insiden hernia inguinalis menurut umur
diperkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaiu rentang 25-40 tahun 5-8 %
dan di atas 75 tahun 45%. Menurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis lebih
ering dijumpai pada pria, yakni 3,9 % untuk laki-laki dan 2,1 % untuk perempuan.
3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan
sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada
umumnya daerah inguinal.2
Hernia inguinalis medialis adalah suatu tonjolan melalui fascia transversa
yang melemah pada trigonum Hasselbach. Hernia inguinalis lateralis adalah
tonjolan dari perut di lateral pembuluh epigastrica inferior, yang keluar melalui
dua pintu dan saluran yaitu annulus dan canalis inguinalis. 1
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi,
tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:4
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang
Overweight
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran
badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau
gangguan saluran kencing
Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
Batuk yang kronis disebabkan infeksi, bronkitis, asma, emfisema,
alergi
Kehamilan
Ascites
Hipertropi prostat
4
2.3 Patofisiologi
Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan
kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan
hernia inguinalis direk atau hernia inguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini
umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, hampir
tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. Hernia inguinalis lateralis
menonjol dari perut dilateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek
karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis
ke skrotum.1
Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan
mendoronganulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi
karena anomali kongenital atau karena faktor yang didapat yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Lebih banyak terjadi pada laki- laki dari pada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isihernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati
dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk
bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria, testis awalnya retroperitoneal
dan dengan processus vaginalis, testis akan turun melewati canalis inguinalis ke
scrotum disebabkan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis
angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.4
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia
mayor. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
5
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. 1
Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia
inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal
Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan
menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena
hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.4
6
Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready (Cit. Watson,
1948) disebutkan 17,5% anak laki – laki dan 9,16% anak perempuan
mempunyai hernia. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan meningkatnya
aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun insidensi menurun dan setelah umur
diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi
fisik.
4. Konstitusi atau keadaan badan
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan – kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari anulus.Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium
akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen.
7
Perbedaan hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis media pada
pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak terlalu penting mengingat
groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia ingunalis pada
masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama .hernia
yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis
lateralis.1
Pada inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan di
lipat paha, bahkan tanpa mengedan pun benjolan sudah jelas terlihat. Pada palpasi,
dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak
adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta
untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada
sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia
ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga
dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka perbedaan
dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan.
Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara
akurat sebelum dilakukan operasi.7,8
2.6 Klasifikasi
a. Hernia menurut letak penonjolanya1
1. Hernia inguinalis lateralis/indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinlais
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini
disebut hernia skortalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster
terletak anteromedial terhadap vas deferent dan struktur lain dalam tali
sperma
8
2. Hernia inguinalis medialis/direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh
ligamentum inguinale.
b. Hernia menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi, hernia reponibel yakni
apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada
keluhan nyeri atau obstruksi usus. Hernia ireponibel merupakan hernia yang
terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali ke rongga abdomen.
Hernia inkarserata atau strangulata merupakan hernia apabila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali
ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis hernia inkarserata sering disebut hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut hernia
strangulata. Berikut dapat dilihat masing-masing perbedaan dalam tabel
berikut1
9
lekuk usus. Dan tahap keempat mengalami inkarserasi parsial, sering
secara Ritcher atau total.
2. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba yang merupakan hernia yang
keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan processus
xifoideus. Penderita sering mengeluh kurang enak pada perut dan mual,
mirip keluhan kelainan kandung empedu, tukak peptic atau hernia hiatus
esophagus.
3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian antero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan
penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun
yang lama. Factor predisposisinya ialah infeksi luka operasi, dehisensi
luka, teknik penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis insisi,
obesitas dan peninggian tekanan intra abdomen.
4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah trigonum
yaitu trigonum kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis
(petit) yang berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan
teraba benjolan dipinggang tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau
ditepi cranial dipanggul dorsal.
5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia yang
mengandung divertikulum Meckel
6. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia
Spieghel.
7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek
dasar panggul yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau
sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau
resesi rectum secara abdominoperienal.
8. Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis
pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika
inferior sehingga berbentuk seperti celana.
10
9. Diafragma
10. Inguinalis
11. Umbilical, merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan
intraabdomen. Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada
umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit
12. Paraumbilical merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah tepi
cranial umbilical, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan operasi koreksi.
13. Femoralis yakni merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen
seperti mengangkat barang atau ketika batuk. Pintu masuknya adalah
annulus femoralis dan keluar melalui fossa ovalis dilipatan paha. Batas –
batas annulus femoralis antara lain ligamentum inguinale di anterior,
medial ligamentum lacunare, posterior ramus superior ossis pubi dan
muskulus peknitus beserta fascia dan lateral m.illiopsoas beserta fascia
locus minoris resistennya fascia transversa yang menutupi annulus
femoralis yang disebut septum cloquetti.
2.7 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dirasakan dan jika ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
mesentrium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.6
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
11
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutra. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutra, namun
tanda ini sulit untuk ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ tergantung
isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau kelingking pada anak dapat didorong dicoba mendorong isi hernia
dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. 9,10
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika
tidak dapat direposisi atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. Hernia ini harus
12
dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.1
2.8 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat
kambuh lagi.
1. Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi
hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan
dengan tekanan yang lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada
hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai kedua tangan.
Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher
hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang
lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Reposisi ini
kadang dilakukan pada hernia inguinalis irreponibel pada pasien yang
takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi
penenang valium 10 ml supaya pasien tidur, posisi tidur trendelenberg.
Hal ini rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh
dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.
2. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecildan
menolak dilakukan operasi (Kendarto Darmokusumo, 1993). Pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah di
reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
13
2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon.
3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan
menghilangkan locus minnoris resistentia.
Bagan untuk managemen hernia inguinalis dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
11
14
BAB III
LAPORAN KASUS RUANGAN
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. H
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjual ikan dan minyak
Alamat : Ujong Blang Kuta Baro, Aceh Besar
Tanggal masuk : 28-6-2016
Tanggal pemeriksaan : 29-6-2016
ANAMNESA
15
Riwayat Penggunaan Obat:
Pasien tidak ada mengkonsumsi obat apapun.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Heart rate : 80 x / menit
Respiratory rate : 20x / menit
Temperatur : 36,7˚C
Status Generalis
Kepala
Bentuk : Normal
Rambut :Hitam, tidak mudah dicabut
Mata :Isokor, refleks pupil (+), sklera ikterik (-) , konjungtiva
palpebra tidak tampak pucat, palpebra tak tampak bengkak
Telinga :Simetris, liang lapang, sekret (-)
Mulut :Bibir tidak pucat, kering, gusi tak berdarah
Leher
Inspeksi : Simetris, tak tampak benjolan, JVP R- 2cm H20
Palpasi : trakea di tengah, tidak terdapat pembesaran KGB
Thoraks
Inspeksi : Pernafasan simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan abnormal,
Palpasi : Fremitus vokal kanan = kiri, KGB aksila tak ada pembesaran.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara vesikuler normal, suara nafas tambahan (-)
16
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris.
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba,
nyeri tekan (+) di regio lumbal kanan, KGB inguinal tak
ada pembesaran. Nyeri CVA (+) pada regio lumbal kanan
Perkusi : Suara timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Ekstremitas
Superior : Oedem (-)
Inferior : Oedem (-)
I : tampak benjolan pada inguinal dextra, warna sama dengan kulit sekitar.
F :nyeri tekan (+) transluminasi (-)
17
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboraturium
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 3% /8 jam
Inj. Rantidin 1 amp/12 jam
Diet MB
Operatif:
Hernioplasty Emergency
18
PROGNOSIS
Quo ad vitam :dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
19
BAB IV
ANALISA KASUS
20
Jenis Reponibel Nyeri obstruksi Tampak Toksik
sakit
Reponibel + - - - -
Ireponibel - - - - -
Inkarserata - + + + -
strangulata - ++ + ++ ++
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat & Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. Jakarta:
EGC
2. Gardner, RM and Boyd, CR. 2008. Examining Modern Approaches to
Inguinal and Femoral Herniorrhaphy. JAAPA, 21(6): 35-41.
3. Agustina, VA. 2014. Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian Hernia
Inguinalis. Unnes Journal of Public Health, 3(3): 1-8
4. Brunicardi, F Charles. 2006. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 920-945.
5. Sabiston. 1994. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta: EGC
6. Leal, JN; Edward, JP; Dixon, ED. 2012. Groin Hernias Diagnosis and
Management. The Canadian of Diagnosis: 57-59
7. Schwartz. 2000. Hernia Dinding Abdomen dalam Intisari Prinsip-prinsip Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC.
8. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
9. Tambayong, J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC
10. Grace, PA; Borley, N. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga
11. Simons, MP; Aufenacker, T; Bay-Nielsen,M; Bouillot, JL et al. 2009.
European Hernia Society Guidlines on The Treatment of Inguinal Hernia in
Adult Patients. Springer (13): 343-403.
22