Anda di halaman 1dari 12

CLINICAL MALARIA

CLINICAL DISEASE
pragmatically divided into three categories

• Disease amongst children in endemic areas


• Disease in pregnant women
• Disease in non-immune individuals

(English,M., & Newton, C.R.J.C., 2005)


(Yoes Prijatna Dachlan,2014)
Pathobiology of Malaria
• Malaria is an intravascular disease
Exoerythrocytic Pf
schizogony IRBC
Vector (liver) disruption

Sexual Pf-
Host Asexual
erythrocytic IRBC
reaction erythrocytic
stage (Clinical
stage
attacks)

Pf
Intravascular
IRBC
sequestration
disruption
(Yoes Prijatna Dachlan 2014)
Malaria adalah penyakit Intravaskular

Gejala Klinis
• Gejala klinis penyakit malaria terdiri atas serangan demam secara
berulang dengan interval tertentu ( paroksisme ), yang diselingi oleh
suatu periode dimana si penderita bebas sama sekali dari demam.
• Sebelum demam, penderita biasanya merasa lemah (malaise),
myalgia, sakit kepala, anoreksia, nausea atau muntah. Gejala awal ini
terjadi selama 2-3 hari sebelum paroksisma akut mulai
• Paroksisma biasanya terdiri atas tiga stadia yang berurutan
• Paroksisma febris ini erat kaitannya dengan pelepasan merosoit,
pigmen dan soluble antigen pada saat sel darah merah yang
mengidap stadium sison pecah

(Yoes Prijatna Dachlan 2014)


Stadia Paroksisma
STADIUM DINGIN STADIUM DEMAM STADIUM BERKERINGAT
(Cold Stage) (Hot Stage) (Sweating Stage)

Dimulai dengan mengigil, Merasa kepanasan Berkeringat banyak


perasaan yang sangat dingin Muka merah, kulit kering Suhu badan menurun dengan
Gigi gemertak Nyeri kepala menjadi-jadi cepat
Berpakaian dan berselimut tebal Kerapkali mual dan muntah Dapat tidur dengan nyenyak
Nadi cepat dan lemah Haus, suhu tubuh sampai 410C Badan merasa lemah setelah
Bibir dan jari-jari tangan pucat / atau lebih bangun
kebiruan / cyanotik Stadium ini : 2 – 4 jam Stadium ini : 2 – 4 jam
Kulit kering dan pucat Serangan demam disebabkan
Bisa disertai muntah pecahnya sel darah merah sewaktu
Stadium ini : 15 menit – 1 jam fase sisogoi-eritrositik dan
masuknya merozoit ke dalam aliran
darah
Serangan demam :
P.vivax & P.ovale = setiap 48 jam
P.malariae = setiap 72 jam
P.falciparum = interval demam
tidak jelas

(Yoes Prijatna Dachlan 2013)


Pola Klinis Malaria
NON – IMUN Bila mendapat infeksi P.falciparum maka penyakit yang diderita bersifat akut,
progresif, serius, dan bisa diikuti dengan komplikasi, bahkan seringkali fatal

MASA PRE-PATENT Jarak waktu antara masuknya sporozoit dan pemunculan pertama parasit di
darah tepi

MASA INKUBASI Adalah waktu mulai masuknya sporozoit kedalam darah sampai timbulnya
gejala klinis / demam

MASA SUB-PATENT Suatu keadaan dimana jumlah parasit yang ada di darah tepi sangat sedikit
sehingga belum bisa ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik

MASA PATENT PARASITEMIA Masa Pre – patent+


Masa Sub – patent+
Gejala klinis

(Yoes Prijatna Dachlan 2013)


RELAPSE DAN REKRUDESENSI
• Relapse (kumat/kambuh) disebut juga Rekurensi (Long-term relapse),
diakibatkan oleh aktifnya kembali hypnozoite di organ hati (ekso-eritrositik
sisogoni) yang kemudian menjadi merosoit dan seterusnya memasuki aliran
darah serta menyerang sel darah merah normal.
Contoh : P.vivax dan P.ovale
P.vivax dapat menyebabkan kekambuhan berkali-kali sampai jangka
waktu 3-4 tahun

• Rekrudesensi pada infeksi malaria falciparum, kekambuhan jenis ini


disebut juga short-term relapse. Umumnya kekambuhan terjadi/timbul
dalam waktu paling lama 1 tahun. Penyebabnya adalah parasit stadium
eritrositik yang belum terbunuh semuanya oleh obat-obat anti malaria

• Rekrudesensi pada infeksi malaria malariae umum terjadi selama 1 tahun


pertama dan kemudian diikuti dengan timbulnya kekambuhan berjangka
panjang sampai 30 tahun. Penyebabnya parasit stadium eritrositik yang
berada di sirkulasi mikrokapiler yang tidak dapat dibunuh karena
pengobatan anti malaria yang tidak sempurna
(Yoes Prijatna Dachlan 2013)
Komplikasi
• Pecahnya organ limpa. Limpa dapat pecah secara spontan, biasanya
karena adanya trauma
• Malaria otak (Cerebral malaria)
 Penyebabnya hanya Plasmodium falciparum
 Khususnya pada anak-anak dan orang dewasa non-imun
 Sakit kepala yang hebat
 Halusinasi, koma
 Suhu tubuh : 41 - 42C
 Kulit kering & merah
• Hypoglycaemia  erat hubungannya dengan malaria serebral, umum didapatkan
pada anak dan ibu hamil
• Gagal ginjal (Renal failure)
Proteinuria, oligouria sering didapatkan pada infeksi P. falciparum berat.
Gagal ginjal akut sering disertai parasitemia tinggi dan hemolisis.
Bila terjadi anuria, prognosa jelek

(Yoes Prijatna Dachlan 2012)


KOMPLIKASI

• Anemia
 Anemia berat sering dijumpai di daerah malaria dengan endemisitas tinggi, dan
juga di daerah malaria tidak stabil.
 Patogenesis anaemia diperkirakan oleh :
Hemolisis dari sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria
Hemolisis dari sel darah merah yang tidak terinfeksi parasit malaria
Dyserythropoiesis

• Oedema paru akut


• Blackwater fever (Malaria falciparum)
Hemolisis intravasculer akut Hemoglobinaemia
Hemoglobinuria Renal failure (gagal ginjal)
Anuria + uremia akut

• Gejala gastrointestinalis (Malaria falciparum)


 Anorexia, nausea
 Muntah
 Diare, jaundice

(Yoes Prijatna Dachlan 2012)


Malaria falciparum
• P. falciparum penyebab utama infeksi berat. Spesies ini mengakibatkan
kematian pada orang dewasa non-imun sampai dengan 25% dalam 2
minggu setelah mendapat infeksi primer (primary attack), kecuali segera
mendapat pengobatan yang tepat.
• Paroksisma tidak teratur, tidak seperti yang terlihat pada infeksi oleh spesies
lainnya.
• Anemia adalah tipe hemolitik merupakan hal yang penting pada malaria
falciparum. Seringkali anemia timbul pada awal infeksi primer ditandai
dengan cepatnya penurunan kadar Hb. Juga merupakan gejala klinis utama
pada anak-anak setelah infeksi berulang.
• Gastrointestinal : anokreksia, nausea, muntah; merupakan gejala umum.
Dapat disertai diare.
• Splenomegali : limpa cepat membesar dan biasanya teraba pada hari ke-
10.
• Hepatomegali : pembesaran hati teraba pada akhir minggu ke-2.

(Yoes Prijatna Dachlan 2012)


Malaria pada anak
• Pada golongan anak non-imun, gejala yang umum
ditemui :
 Malas, mengantuk, menolak makan, mual, muntah, nyeri
kepala dan diare.
 Suhu badan dapat meningkat > 40C (hyperpyrexia).
 Konvulsi sering dijumpai
 Hepatosplenomegali

• In the area of unstable malaria, may cause the growth retardation of


children, and lead to cachexia. School attendance and performance are
adversely affected.
~Cerebral malaria
~Malaria-associated convulsions Intelectual
~Repeated weakening febrile illnesses retardation ?
~Anaemia
Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
Malaria pada kehamilan
• Efek terhadap ibu
1. Kehamilan itu sendiri memberikan efek imunosupresif terhadap ibu, oleh
karena faktor hormonal, placenta dan tidak optimalnya aktifitas limfosit. Infeksi
malaria lebih meningkatkan efek imunosupresif. Angka kematian lebih tinggi
pada primigravida, yang disertai dengan hyperpyrexia dan aborsi terjadi pada
trisemester I.
2. Anemia hemolitik berat disertai dengan splenomegali bisa terjadi pada
trisemester II.
3. Hypoglycaemia dapat menjadi penyebab penting morbiditas dan kematian.

• Efek terhadap janin


1. Di daerah hiperendemis malaria, 47% plasenta dari primigravida mengidap
parasit malaria dalam jumlah besar.
2. Dapat menyebabkan BBLR (berat bayi lahir rendah) pada bayi kelahiran
pertama.
3. Infeksi transplasental terhadap janin terutama terjadi pada ibu non-imun
(malaria kongenital).

(Yoes Prijatna Dachlan 2014)


SYMPTOMATOLOGY
• Anemia • Malaria in pregnancy
• Cerebral malaria Mothers :
Pregnancy impairs immunity to
• Hypoglycaemia malaria
• Acute Renal failure Parasitemia : primigravid represents a
higher prevalency of parasitemia than
• Black water fever multigravid
• Gastrointestinal Anemia, febrile illness, threat of
cerebral malaria; hypoglycaemia;
symptoms severe disease
• Splenomegaly Fetus : abortion, stillbirth, congenital
• Liver enlargement infection

Newborn:
low birth weight, prematurity, IUGR,
(Yoes Prijatna Dachlan 2014)
mortality

Anda mungkin juga menyukai