Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT


HIPERTENSI DI DESA KELILING BENTENG ULU
KECAMATAN MARTAPURA BARAT

Tanggal 15– 20 Januari 2018

OLEH:

Fajar Rizki Rahayu, S.Kep

NIM.1630913320019

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT


HIPERTENSI DI DESA KELILING BENTENG ULU
KECAMATAN MARTAPURA BARAT

Tanggal 15– 20 Januari 2018

Oleh :

Fajar Rizki Rahayu, S.Kep

NIM.1630913320019

Banjarbaru, Januari 2018

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kurnia Rachmawati, S. Kep., Ns., MNSc Yomah Yuliana, S. Kep, Ns


NIK. 1990 2014 1 139

2
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI

A. Konsep Keperawatan Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Menurut WHO (1969) keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut
Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Undang – Undang No. 10 Tahun 1992 (Tentang : Perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) menyebutkan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Menurut Friedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung karena ikatan tertentu, saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga.
Bailon dan Maglaya (1989) mengutarakan bahwa keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi,
dalam satu rumah tangga dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam
perannya masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.
BKKBN (1999) mengatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih
yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.

3
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Mempunyai ikatan emosional.
h. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
i. Menciptakan dan mempertahankan suatu budaya tertentu.

2. Tipe/Bentuk Keluarga
Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam, secara
umum pembagian tipe keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pengelompokkan secara Tradisional
Secara tradisional, tipe keluarga dapat dikelompokan menjadi:
1) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh
dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, bibi dan
sebagainya.
3) Keluarga Bentukan Kembali (dyadic family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
4) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
5) The Childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

4
6) Orang tua Tunggal (Single parent family)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
8) Multigeneration family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Single adult living alone single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal
mati.

b. Pengelompokan secara Modern atau Non Tradisisonal


Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga Modern dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri

5
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental

6
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

3. Ciri-Ciri Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masin.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.

4. Struktur Keluarga
Menurut Johan R dan Leny R (2010) menyatakan struktur keluarga yang
ada di Indonesia, yaitu:
a. Patrilineal yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal yaitu sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu.
d. Patrilokal yaitu sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan yaitu hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
Dalam buku Asuhan Keperawatan keluarga Suprajitno (2004) menyatakan
tentang struktur keluarga, gambaran keluarga melaksanakan fungsi keluarga, yaitu:
a. Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki
kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika

7
pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan
berkualitas, dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi,
berkomunikasi sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat
menerima pesan dengan baik jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi
umpan balik dan dapat memvalidasi pesan yang diterima.
b. Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial
yang diberikan baik peran formal maupun informal.
c. Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate
power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power
(hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.
d. Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.
Adapun struktur keluarga menurut Friedman, yaitu:
a. Struktur peran keluarga, formal dan informal
b. Nilai/norma keluarga, norma yang diyakini oleh keluarga berhubungan dengan
kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi antara orang tua-anak, ayah-
ibu, & anggota lain
d. Struktur kekuasaan keluarga, kemampuan mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk kesehatan

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran dirinya yang positif,
peranan yang dimiliki dengan baik dan rasa penuh kasih sayang.
b. Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

8
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain
sebagainya.
e. Fungsi Perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

6. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga


Terdapat 3 macam tipe pemegang kekuasaan dalam suatu keluarga, yaitu :
a. Patriakal: yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah.
b. Matriakal: yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ibu.
c. Equalitarian: yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.

7. Tahapan-tahapan Perkembangan Keluarga


a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

9
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya.

10
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung
dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

11
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

8. Tugas Keluarga dalam Bidang Keehatan


a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu
muda
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada.

9. Istilah dalam keluarga


a. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
1) Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau
belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB
2) Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan

12
akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat
tinggal, dan transportasi.
3) Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial
psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi
4) Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi
masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan
materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
5) Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial
yang tinggi.

b. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat
dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan
meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan
kualitas dan kesejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.

13
10. Peran Perawat Keluarga
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit.
Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang
diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada
anggota keluarga yang sakit
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan
dapat dipercaya
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal

14
g. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan,
dana sehat, dll)
h. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan
atau wabah
i. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Berdasarkan
American Heart Association (2017) menyebutkan seseorang dikatakan hipertensi
jika tekanan darahnya sistole ≥130 mmHg dan diastole ≥ 80 mmHg, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
Mansjoer Arif (1999):
a. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Faktor resiko
dari hipertensi essensial adalah :
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Riwayat keluarga
4) Obesitas
5) Serum lipid
6) Diet

15
7) Perokok
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebabnya spesifik diketahui seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiper aldesteronisme
sindrom chausing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-
lain.

3. Faktor Risiko
Menurut American Heart Association (2017) faktor risiko dapat
mempengaruhi peningkatan tekanan darah :
a. Faktor yang tidak bisa dimodifikas:
1. Riwayat keluarga
2. Peningkatan usia
3. CKD
4. Sosioekonomi dan yang rendah/ status pendidikan
5. Laki-laki
6. Stress
b. Faktor yang bisa dirubah
1. Perokok dan penghisap asap rokok
2. DM
3. Dislipidemia/hiperkolestrol
4. Kegemukan/obesitas
5. Rendahnya aktivitas
6. Diet tidak sehat
4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi American Heart Association (2017), dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg
a. Normal < 120 < 80
b. Peningkatan 120 – 129 < 80
c. Hipertensi tingkat I 130 – 139 80 – 89
d. Hipertensi tingkat 2 > 140 > 90

16
5. Patofisiologi
Peningkatan asupan Genetik Stres Faktor endotel
Natrium
Perubahan sel membran

Retensi natrium luas filtrasi peningkatan Renin


obesitas
Pada ginjal menurun aktivitas angio
Simpatik tensin
Me

Kontraksi vena

volume cairan kontraksi hipertropi


Meningkat fungsional struktural

Preload meningkat kontraktilitas

Curah jantung meningkat tahanan perifer meningkat

HIPERTENSI

Otak
Pembuluh darah Retina
Ginjal

6. Resistensi pemb. darah Suplay O2


Spasmus
otak meningkat otak menurun Vasokontriksi arteriole
pemb darah ginjal
Sistemik Koroner
jantung
Diplopia
Tek..Pemb. darah
Blood flow
7. otak meningkat Sinkope vasokontriksi
menurun Iskhemi
miokard Risiko
Gangguan Cedera
Nyeri Risiko Respon After load
8.
kepala cedera
perfusi
RAA meningkat
Risiko Penurunan
jaringan
Perfusi Jaringan
Jantung
Vasokontriksi
Nyeri Akut Rangsang
CVA Aldosteron Penurunan
COP
Fatique
Kelebihan Volume Odem Retensi Na
Cairan

17
Pathway Keperawatan disusun dengan mengambil sumber dari ; Kapita
Selecta Kedokteran, Jilid I, Ed. Ketiga, 1999 dan Nasrul Effendy, Asuhan
Keperawatan Keluarga, 1999.

5. Manifestasi Klinis
a. Tekanan darah sistole ≥130 mmHg dan diastole ≥ 80 mmHg,
b. Pada mata, pembuluh darah retina menjadi tipis, licin atau bisa hemorragi (pada
pemeriksaan opthalmoskop)
c. Sakit kepala, nause, vomitus pada pagi hari
d. Terdapat sesak nafas pada klien yang mengalami gagal jantung
e. Oedema perifer jika terdapat pada gagal jantung kanan
f. Pasien mengeluh palpitasi
g. Pasien menjadi pelupa dan lekas marah
h. Bisa terjadi epistaksis, akibat penambahan tekanan pada sistem sirkulasi.

6. Komplikasi
Peningkatan tekanan arterial dapat menyebabkan hal-hal berikut ini:
a. Kegagalan jantung sekunder terhadap peningkatan kerja jantung dan isufisiensi
koroner relatif atau absolut.
b. Timbulnya atheroma, terutama di dalam arteri serebral atau koroner dengan
sindrom-sindrom yang diakibatkan oleh oklusi vaskuler.
c. Nekrosis vaskuler akut yang diakibatkan oleh peninggian tekanan diastolik
yang cepat dan terus-menerus (biasanya lebih dari 130 mmHg) dapat
menimbulkan komplikasi yang disebut sebagai fase maligna dengan
perdarahan, eksudat dan oedema papil di dalam fundus, gangguan visual dan
gejala-gejala sistem saraf pusat dan ensephalopati hipertensif (gagal ginjal).
d. Stroke hemorragik.
e. Dissecting aorta.

18
C. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga
yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa
yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian
keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)
Pengumpulan data
a. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe
keluarga.
b. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
1) Kebiasaan makan, meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga.
Untuk penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak
menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan, perilaku keluarga didalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan
penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.
3) Pengobatan tradisional, karena penderita stroke memiliki kecenderungan
tensi tinggi, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan tradisional dengan
minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.
c. Status Sosial Ekonomi
1) Pendidikan, tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap
pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi
masalah dangan tepat dan benar.
2) Pekerjaan dan Penghasilan, penghasilan yang tidak seimbang juga
berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena

19
hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang
ada pada keluarga.
d. Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.
termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan
yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan
keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang
yang dapat mengakibatkan kecemasan.
e. Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan
kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman, 1998:9).
f. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah, cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik
seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai
faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.
2) Karakteristik Lingkungan, menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi
g. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi, menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat
dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan
keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian
yang tinggi.
2) Struktur Kekuasaan, kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam
kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.

20
3) Struktur peran, menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota
keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran
tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan
mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
h. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif, keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang
menderita hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi
penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah
seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
2) Fungsi sosialisasi, keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila
keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam
status emosi menjadi labil dan mudah stress.
3) Fungsi kesehatan, menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
i. Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan.
j. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota
keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih
terfokuskan.
k. Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan.

21
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat
secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan.
Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk
menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan cerebral
b. Kerusakan mobilitas fisik
c. Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis
d. Perubahan persepsi sensori
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
f. Ketidakmampuan merawat diri
g. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan
h. Intervensi Keperawatan
Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga
menyatakan bahwa tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu :
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memperlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi
dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Daiagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menurut Suprajitno
(2004) menggunakaan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a. Masalah (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.

22
b. Penyebab adalah (E) suatu pernyataaan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara
lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan.
c. Tanda atau gejalan (S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi
bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas
perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa
mendatang.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), etiologi pada diagnosis keperawatan
keluarga menggunakan lima sekala ketidak kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan dan keperawatan. Penilaian (skoring) diagnosis
keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978) sebagai berikut (Suprajitno,
2004):
NO Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolkan masalah 2 1
Masalah berat, harus segera ditangani 1
Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

23
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
b. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua criteria skor tertinggi adalah 5
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan proritas
a. Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau kurang sehat
diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan
tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh
keluarga.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan
masalah dapat diperbaiki adalah :
1) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah
2) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik,
keuangan atau tenaga
3) Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk pengetahuan,
ketrampilan, dan waktu
4) Sumber-sumber di masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat
c. Potensi masalah dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi
masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut :
1) Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah,
prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah. Umumnya
makin berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah
atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang akan timbul
2) Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya
masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan
langsung dengan potensi masalah bisa dicegah
3) Kelompok risiko, adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok yang peka
atau rawan, hal ini menambah masalah bisa dicegah

24
d. Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal ini
yang perlu diperhatikan dalam memeberikan skor pada cerita ini, perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah dan perlu
untuk menangani segera, maka harus diberi skor tinggi.

Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan
yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran
pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
a. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
b. tujuan jangka menengah
c. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
d. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga
mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:1998:71).

3. Fokus Intervensi
a. Fokus Intervensi Individu
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (akibat
dari manifestasi hipertensi).
Intervensi : Manajemen Nyeri
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
2) Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala.
3) Hilangkan/minimalkan aktifitas pencetus nyeri seperti akbitat
vasokonstriksi yang dapat meningkatkan rasa sakit kepala, misalnya
mengejan.
4) Menganjurkan untuk mempertahankan suasana yang nyaman.
b. Fokus Intervensi pada keluarga
Berikut ini intervensi keperawatan keluarga yang dilakukan pada masalah
hipertensi sesuai dengan 5 tugas keluarga :

25
1) Mengenal masalah kesehatan
Intervensi :
a) Gali pengetahuan keluarga tentang hipertensi
b) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian hipertensi
c) Jelaskan pada keluarga mengenai macam-macam penyebab hipertensi
d) Jelaskan pada keluarga tanda dan gejala hipertensi
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat
Intervensi :
a) Jelaskan akibat-akibat bila hipertensi tidak ditangani dengan tepat
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat guna
menangani hipertensi
c) Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
a) Jelaskan pada keluarga tentang perawatan hipertensi
b) Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional untuk hipertensi
c) Beri kesempatan keluarga untuk mendemonstrasikannya
d) Beri reinforcement atas ketrampilan keluarga
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
Intervensi :
Jelaskan tentang pencegahan hipertensi yang dilakukan di rumah
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Intervensi :
a) Jelaskan pada keluarga mengenai tempat pelayanan kesehatan yang
dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi
b) Motivasi keluarga untuk mengunjungi tempat fasilitas kesehatan
c) Beri reinforcement (+) atas minat keluarga.

26
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Akut
Pain level Pain Management
berhubungan dengan Pain control 1. Jelaskan pasien
agen cidera fisik Setelah dilakukan tindakan mengenai manajemen
keperawatan selama 1 x 15 nyeri, termasuk
menit pasien dapat intervensi farmakologi
mengontrol nyeri dengan dan nonfarmakologi,
kriteria hasil: proses pengkajian dan
a. Mampu mengontrol pengkajian ulang, serta
nyeri (mengetahui potensi efek yang
penyebab nyeri, mampu merugikan.
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk 2. Ajarkan intervensi
mengurangi nyeri). nonfarmakologi ketika
b. Mampu memanajemen nyeri relative dapat
nyeri dikontrol dengan
intervensi farmakologi.
2. Ketidakefektifan Family Normalize Caregiver Support
Pemeliharaan 1. Memenuhi kebutuhan 1. Tenentukan
Kesehatan fisik anggota keluarga penerimaan pengasuh
berhubungan dengan 2. Memenuhi kebutuhan peran
Ketidakefektifan psikososial anggota 2. Tenerima ekspresi
koping keluarga keluarga emosi negatif
3. Memenuhi kebutuhan 3. Jelajahi kekuatan dan
perkembangan kelemahan dengan
anggota keluarga pengasuh
4. Akui ketergantungan
pasien pada pengasuh,
yang sesuai
5. Buat pernyataan positif
tentang upaya
pengasuh
6. Dorong pengasuh
untuk memikul
tanggung jawab, sesuai
7. Berikan dukungan
untuk keputusan yang
dibuat oleh pengasuh
8. Dorong penerimaan
saling ketergantungan
di antara anggota
keluarga
9. Berikan informasi
tentang kondisi pasien
sesuai dengan referensi
pasien
10. Ajarkan pengasuh
terapi pasien sesuai
dengan preferensi
pasien

27
4. Implementasi (Suprajitno, 2004)
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan
Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-
hal berikut, yaitu :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang
sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan
konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang
menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungklin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan
membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan
Keperawatn Keluarga, menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat
melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain (Novriadi E, 2013):
a. Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga dalam sesi-sesi
konseling, suportif, dan pendidikan kesehatan.
b. Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
terciptanya suatu kondisi bagi perorangan, kelompok atau masyarakat untuk
menerapkan cara-cara hidup sehat.
c. Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan dukungan bagi
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

28
d. Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu kesepakatan antara
keluarga dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan keperawatan.
e. Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan keputusan melalui
langkah pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan, koordinasi dan
advokasi)
f. Kolaburasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang lain dan
merencanakan perawatan yang berpusat pada keluarga.
g. Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan kesehatan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor “kealfaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan
dan pelaksanaan tindakan (Novriadi, E).
Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang
direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien.
Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka
perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas
asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan (Novriadi E, 2013):
a. Evaluasi Struktur, dilaksanakan sebelum kegiatan dilakukan dimulai dari
persiapan kegiatan yang akan dilakukan.
b. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses
harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas interfrensi tersebut.
c. Evaluasi hasil, fokus efaluasi hasil adalah prubahan prilaku atau status
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, feksibel, dan
efesiensi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ali Z. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC, 2009.

American Heart Asosiaciation, 2017. Guideline for the Prevention, Detection,


Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults. High Blood
Pressure Clinical Practice Guideline

Friedman M. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC, 1998.

Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC, 2004.

Tim Penyusun. Buku Praktikum Keperawatan Keluarga. Banjarbaru:


Bagian Keperawatan Keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Unlam, 2012.

Herawati. 2012. Konsep keluarga sejahtera dan keluarga mandiri. Slide Presentasi
Mata Kuliah Keperawatan Keluarga Semester 7 tahun 2012/2013.

Setyawan DA. Konsep dasar keluarga. Pertemuan 1 MK. Asuhan Kebidanan


Komunitas 1. Surakarta: Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas,
2012.

Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Media Aesculapius, Jakarta, 1999

Brunner / Suddarth. Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta, 2000.

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.

30

Anda mungkin juga menyukai