Tugas Ikm Suhu Panas
Tugas Ikm Suhu Panas
Heat Stress atau Tekanan Panas diartikan sebagai jumlah beban panas
yang merupakan hasil dari kegiatan (pelaksanaan pekerjaan) tenaga kerja dan
kondisi lingkungan dimana tenaga kerja tersebut bekerja. Sedangkan Iklim kerja
di indonesia diartikan sebagai hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, cepat
gerak udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.Dengan pengertian seperti itu,
sesungguhnya tekanan panas dan iklim kerja memiliki pengertian yang sama.
2) Panas dari Luar Tubuh (datang dari lingkungan tempat kerja). Hal tersebut
sangat penting untuk dua alasan:
a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban
panas kepada tubuh.
b. Bahwa faktor-faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara,
kecepatan gerak udara, kelembaban udara dan panas radiasi. Ini semua
menentukan kecepatan (kemampuan) tubuh dalam mengeluarkan (melepaskan)
panas ke udara lingkungan tempat kerja.
b) Rekognisi
1. Pengenalan
Reaksi fisiologis terhadap pemajanan tekanan panas dapat digunakan sebagai alat
untuk mengenal adanya bahaya tekanan panas di lingkungan tempat kerja panas,
seperti: kenaikan suhu inti, kenaika denyut nadi atau kehilangan cairan tubuh
(keringat) yang sangat banyak. Disamping itu tekanan panas juga berpengaruh
kepada tingkah laku tenaga kerja. Tingkah laku yang umumnya dihubungkan
dengan tekanan panas adalah upaya untuk mengurangi pemajanan, seperti
membuka baju yang maksudnya untuk meningkatkan penguapan dari tubuh.
Pengaruhnya terhadap sikap menunjukkan bahwa tenaga kerja lekas menjadi
marah, menurunnya moral kerja, dan meningkatnya angka absen. Ada juga suatu
kenaikan sejumlah kesalahan dan kemacetan mesin, dan meningkatnya
tingkahlaku yang membahayakan.
2. Pengukuran
Pada umumnya rata-rata suhu kulit orang normal adalah 33-35oC. Andaikata suhu
yang paling nyaman adalah ta= 20oC, maka kenaikan suhu (udara) dengan kulit =
(35-20)oC = 15oC (perbedaan antara suhu udara dengan suhu kulit dalam kondisi
yang dirasakan nyaman atau sering disebut gradient temperature). Pada keadaan
yang nyaman tersebut maka diperkirakan seseorang berada dalam keadaan “Zone
of Thermal Neutrality”. Untuk mendaptkan kenyamanan, maka tubuh akan
mengadakan reaksi yaitu dari “Zone of Thermal Neutrality” menuju ke “Zone of
Vasomotor Thermo Regulation”. Dalam hal ini jantung akan bekerja lebih keras
lagi, sehingga kulit menjadi lebih panas, hal ini dimaksudkan untuk menempatkan
kembali kepada gradient temperature semula. Apabila suhu lingkungan yang
semula 22oC naik menjadi 28oC maka selanjutnya akan terjadi perbedaan suhu
dari 37oC – 28oC = 9oC (perbedaan antara suhu kulit dengan suhu udara). Untuk
mencapai perbedaan antara suhu kulit dengan suhu lingkungan (gradient
temperature) yang nyaman seperti semula (15oC), berarti suhu kulit harus naik
menjadi 28oC + 15oC = 43oC. Kenaikkan suhu kulit ini (dari 37oC menjadi 43oC)
sangat besar sekali. Maka panas perlu dihilangkan dengan jalan penguapan
keringat. Jadi dengan adanya timbunan panas metabolisme yang sangat besar
tersebut, maka pengatur keseimbangan panas didalam tubuh memberi sinyal
kepada kelenjar-kelenjar keringat untuk menghasilkan keringat, diharapkan panas
akan dapat dibuang (dihilangkan) dengan jalan penguapan keringat. Pada keadaan
ini seseorang berada dalam keadaan “Zone of Evaporative Thermo Regulation”.
Apabila pelepasan panas dari tubuh kelingkungan berjalan cepat (Jumlah panas
yang dibuang lebih cepat daripada panas metabolisme yang dihasilkan), maka
aliran darah yang menuju ke kulit, akan ditarik lebih ke dalam lagi untuk
memelihara agar suhu tubuh tetap konstan, maka tubuh akan berusaha
mengahasilkan panas yang lebih besar, sehingga tubuh akan melakukan reaksi
dengan cara menggiggil. Dalam keadaan seperti ini, seseorang disebut “Zone Of
Metabolic Thermo Regulation”.