BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 . Manfaat
1.4.1.Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar proses persalinan pada kala tiga.
1.4.2.Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teknik pengkajian pada kala tiga
1.4.3.Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pada kala tiga yaitu pengeluaran plasenta,
penatalaksanaan pendarahan serta perawatan luka padsa perineun
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi
Kala tiga disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta, kala tiga merupakan
lanjutan dari kala satu(kala pembukaan) dan kala dua(kala pengeluaran bayi). Dengan demikian,
berbagai aspek yang akan dihadapi pada kala tiga sangat berkaitan dengan apa yang telah
dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.
Kala tiga dimulai setelah bayi lahir dan berhahir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Tujuan managemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu dan mencegah pendarahan. Sebagian besar
kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan
dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat
dicegah dengan melakukan managemen aktif kala tiga.
Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua
pembuluh darah sehingga akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya
plasenta. Sebelum uterus berkontraksi, dapat terjadi kehilangan darah 350-560 cc/menit
dari tempat pelekatan plasenta.
2.1.4 Prasat untuk Mengetahui Apakah Plasenta Lepas dari Tempat Implantasinya.
a Prasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di
atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari
dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta
terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
b Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok
fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum lepas
dari dinding uterus.
c Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya
dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus
berada di atas pusat.
b Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
c Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di
bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di
antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam
waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
2.1.6 Managemen Aktif Pengeluaran Plasenta
a Hal pertama yang harus dilakukan saat pengeluaran plasenta yaitu melakukan penegangan dan
dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir(tetap
lakukan dorongan dorso-kranial)
1). Jika tali pusat tambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta
2). Jika plasenta tidak lepas 15 menit tegangkan tali pusat:
a) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi jika kandung kemih ppenuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit selanjutya
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan , segera
lakukan plasenta manual..
b Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan. Jika slaput ketuban robek pakai sarung tangan DTT untuk
melakukan eksplorasi,yaitu sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk
melakukan bagian selaput yang tertinggal.
c Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase uterus, letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi, (fundus teraba keras)
d Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap
dan utuh, masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus.
e Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, lakukan penjahitan jika laserasi
menyebabkan perdarahan, atau jika ada robekan yang menyebabkan perdarahan aktif segera
lakukan penjahitan
2.1.7 Kontraksi Meometrium dan Perdarahan Kala Tiga
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus 500-800cc/menit. Jika uterus tidak
berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu akan mengalami perdarahan
sekitar 350-500cc/menit dari tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka
miometrium akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot tadi.
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini
terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan kurang dari satu jam
atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah
kelahiran bayi (Ripley 1999). Sbagian besar kematian akibat perdarahan pasca persalinan terjadi
pada beberapa jam setelah kelahiran bayi (Li, et, al, 1996).
Karena alasan ini, penatalaksanaan kala tiga sesuai standart penerapan menejemen aktif kala
tiga merupakan cara terbaik untuk mengurangi kematian ibu. Dimasa lampau, sebagian basar
penolong persalinan menatalaksana persalinan kala tiga dengan cara menunggu plasenta lahir
secara alamia (fisiologis). Intervensi dilakukan jika terjadi penyulit atau jika kemajuan persalinan
kala tiga tidak normal. Menejemen aktif kala tiga hampir tidak menjadi perhatian karena
melahirkan plasenta secara konvensional dianggap cukup memadai dan fisiologis. Paradikma
proaktif (pencegahan) dianggap berlebihan karena mengacu pada masalahnya yang belum
terjadi sehingga tindakan yang diberikan dianggap pemborosan.
Beberapa faktor predisposisi yang yang terkait dengan perdarahan persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri adalah:
a yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan diantaranya :
1). Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidromnion).
2). Kehamilan gemelin
3). Janin besar (makrosomia)
b Kala satu dan/atau dua yang memanjang
c Persalinan yang cepat (partus presipitatus).
d Persalinan yang diinduksi atau dipercepat oleh oksitosin (augmentasi)
e Infeksi intra partum
f Multiparitas tinggi
g Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklampsia /eklampsia.
1) Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan depan dinding korpus uteri dan di atas simpisis
pubis
2) Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri, sejajar dengan
dinding depan korpus uteri. Usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3) Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan tangan belakang dan tangan depan agar
pembuluh darah didalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat
menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.
2.1.9 Laserasi
Laserasi adalah robekan perineum bisa terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan selanjutnya. Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa
berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma
atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher
Klasifikasi laserasi ada 4 yaitu:
a Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
b Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
c Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
d Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang
meluas hingga ke rektum.
Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk segera
2.2.3 Intervensi
a Kekurangan volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia
uterus.
Masalah Tujuan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
1). 1). Tujuan: Mandiri
Kekurangan Mempertahankan 1) Intruksikan klien untuk 1) Mengejan membantu klien
volume cairan volume cairan mendorong pada mempermudah dalam
b/d 2). Kriteria hasil: kontraksi bantu proses pngeluaran plasenta,
peningkatan - Pucat (-) mengarahkan serta meningkatkan
kehilangan -Perdarahan (-) perhatiannya untuk kontraksi uterus
cairan secara -Mulut kering (-) mengejan
tidak disadari, -Lemas (-) 2) kaji tanda-tanda vital
atonia uterus. klien sebelum dan 2) Efeksamping oksitosin yang
sesudah pemberian sering terjadi adalah
oksitosin, hipertensi
3) Palpasi uterus
3) menunjukkan relaksasi
uterus dengan perdarahan
4) Pantau tanda dan gejala kedalam uterus
kehilangan cairan 4) Untuk mengetahui
berlebih atau syok kemungkinan adanya
5) tempatkan bayi di payu hemoragi post partum
dara klien bila ia
merencanakan untuk 5) Pengisapan bayi akan
memberikan ASI merangsang pelepasan
oksitosin dari hipofisis
posterior, sehingga
meningkatkan kontraksi
meometriumdan
6) Masase uterus dengan menurunkan kehilangan
perlahan setelah darah
pengeluaran plasenta
6) Meometrium akan
7) Catat waktu untuk
berkontraksi sebagai respon
mekanisme pelepasan
dari rangsang taktil lembut
plasenta
7) Pelepasan plasenta harus
terjadi dalam 5 menit
setelah kelahiran, kegagalan
untuk lepas harus dilakukan
pelepasan manual, karena
semakin lama proses
pelepasan plasenta maka
akan lebih banyak darah
yang keluar
8) Inspeksi permukaan
plasenta maternal dan
8) membantu mendeteksi
janin, perhatikan
abnormalitas yang mungkin
ukuran , insersi tali
berdampak pada keadaan
pusat , keutuhan,
ibu atau bayi baru lahir
perubahan vascular
berkenaan dengan
9) Kekuatan dapat
penuaan, dan kalsifikasi
menimbulkan putusnya tali
9) hindari menarik tali
pusat dan retensi
pusat secara berlebihan.
fragmenplasenta, dan
Kolaborasi
meningkatkan kehilangan
darah
10) berikan cairan
melalui rute parenteral
10) bila kehilangan cairan
(infus)
berlebihan, penggantian
secara parenteral dapat
membantu memperbaiki
volume sirkulasi dan
oksigenasi dari organ vital
11) Berikan oksitosin
11) meningkatkan efek
melalui rute IM atau IV
vasokontriksi dalam uterus
drip diencerkan dalam
untuk mengontrol
larutan elektrolit, sesuai
perdarahan pasca partum
indikasi preparat ergot
setelah pengeluaran plasenta
IM dapat diberikan
pada waktu yang sama
12) Laserasi menimbulkan
12) catat informasi
kehilangan darah dapat
yang berhubungan
menyebabkan hemoragi
dengan laserasi, bantu
dengan perbaikan
13) memudahkan dalam
servik, vagina, dan luas
pemeriksaan internal
episiotomy
13) tinggikan fundus
uteri dengan
memasukkan jari terus
kebelakang dan
menggerakkan badan
uterus ke atas simpisis
pubis
2.2.4 Implementasi
Implementasi yang dimaksud merupakan pengolahan dari perwujudan rencana tindakan.
(Depkes RI, 1990 : 23, Liksidar ,1990)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawtan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan. (Nasrul
Effendi, 1995).
Terdiri dari S-O-A-P
a Evaluasi dari Diagnosa Pertama
Keadaan volume cairan cairan pasien kembali normal yaitu ditandai dengan wajah pasien tidak
pucat, daerahbibir tidak begitu kering, serta pasien tidak begitu lemas. Dan perdarahan yang
menyebabkan pasien kehilangan cairan juga dapat teratasi. dengan demikian tindakan berhasil
dan bisa dilanjutkan perencanaan selanjutnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kala tiga disebut juga dengan kalauriatau kala pengeluaran plasenta, kala tiga merupakan
lanjutan dari kala satu(kala pembukaan) dan kala dua(kala pengeluaran bayi). Dengan demikian,
berbagai aspek yang akan dihadapi pada kala tiga sangat berkaitan dengan apa yang telah
dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.
Kala tiga dimulai setelah bayi lahir dan berhahir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Tujuan managemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu dan mencegah pendarahan. Sebagian besar
kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan
dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat
dicegah dengan melakukan managemen aktif kala tiga.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami selaku pnyusun makalah dapat menarik suatu saran
guna untuk perbaikan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
3.2.1. Saran Bagi Penyusun
1) Penyusun seharusnya lebih meningkatkan koordinasi saat penyusunan materi
2) Penyusun diharapkan sudah menguasai materi sebelun presentasi
3) Penyusun lebih memperkaya sumber pustaka supaya kualitas makalah yang dihasilkan lebih
baik lagi
3.2.2. Saran Bagi Mahasiswa Perawat
1) Mahasiswa sebagai audien diharapkan dapat berperan aktif selama presentasi maupun diskusi
2) Mahasiswa diharapkan mencoba menerapkan isi dari materi, serta dapat mengambil manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mahasiswa dapat mecoba mengapilikasikan isi materi untuk meningkatkan kualitas soft skill
saat melaksanakan praktik
3.2.3. Saran Bagi Dosen Pengajar
1) Dosen mampu berkolaborasi dengan kelompok penyaji dalam pemberian materi
2) Dosen mampu memberikan materi dengan jelas dan baik agar dapat dipahami oleh
mahasiswanya
3) Dosen mampu membuat suasana yang nyaman dan tenang selama proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bi21
dan- jakarta: EGC
Hanifa wiknjosastro. 2002. Ilmu kebidanan. Ed- 2. Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono
prawirihardjo.
http:/// www.google.com// perawatan luka perineum/ diakses pada hari senin 24 November 2011
jam 12.00 WIB