Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang
dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2–12 bulan, dan lebih banyak
pada anak laki–laki.

Invaginasi ialah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk ke dalam usus
berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian
usus yang masuk disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussuscepturn
dinamakan intussuscipiens. Oleh karena itu, invaginasi disebut juga intussusception.
Pemberian nama invaginasi bergantung hubungan antara intussusceptum dan
intussuscipiens, misalnya ileo-ileal menunjukkan invaginasi hanya melibatkan ileum saja.
Ileo-colica berarti ileum sebagai intussusceptum dan colon sebagai intussuscipiens.
Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileo colica, colo-colica dan appendical-colica.
Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileo- ileo colica 15%, lain-lain 10%,
paling jarang tipe appendical Colica.

Invaginasi sering dijumpai pada umur 3 bulan–2 tahun, paling banyak 5-9 bulan,
prevalensi penyakit diperkirakan 1-2 penderita di antara 1000 kelahiran hidup. Anak laki-
laki lebih banyak daripada perempuan, 3:1. Pada umur 5-9 bulan sebagian besar belum
diketahui penyebabnya.

Penderita biasanya bayi sehat, menetek, gizi baik dan dalam pertumbuhan optimal.
Ada yang menghubungkan terjadinya invaginasi karena gangguan peristaltik, 10%
didahului oleh pemberian makanan padat dan diare. Diare dan invaginasi dihubungkan
dengan infeksi virus, karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa mesenterium,
terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi. Invaginasi pada umur 2 tahun ke atas,
biasanya bersama-sama Divertikel Meckel, polip, hemangioma dan limfosarkoma. Infeksi
parasit sering juga menyertai invaginasi anak umur 2 tahun ke atas.

Ada perbedaan etiologi yang mencolok antara anak-anak dan dewasa, pada anak-
anak etiologi terbanyak adalah idiopatik yang mana lead point-nya tidak ditemukan
sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen oleh
suatu neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead point-nya dapat
ditemukan.

1.2 TUJUAN

a. Mengetahui etiologi invaginasi

b. Mengetahui klasifikasi invaginasi

c. Mengetahui gambaran klinis invaginasi

d. Mengetahui pemeriksaan dan diagnosis invaginasi

e. Mengetahui penatalaksanaan invaginasi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ETIOLOGI
Menurut kepustakaan 90-95% terjadi pada anak di bawah 1 tahun akibat idiopatik.
Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa hipertrofhi
jaringan limfoid (plaque payer) akibat infeksi virus (limfadenitis) yang mengkuti suatu
gastroenteritis atau infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan pembengkakan bagian
intusupseptum, edema intestinal dan obstruksi aliran vena à obstruksi intestinal à
perdarahan. Penebalan ini merupakan titik permulaan invaginasi.
Pada anak dengan umur >2 tahun disebabkan oleh tumor seperti limpoma, polip,
hemangioma dan Divertikel Meckeli. Penyebab lain akibat pemberian anti spasmolitik
pada diare non-spesifik. Pada umur 4-9 bulan terjadi perubahan diet makanan dari cair ke
padat, perubahan pola makan dicurigai sebagai penyebab invaginasi.
Invaginasi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun, tidak dijumpai kelainan yang
jelas sebagai penyebabnya, sehingga digolongkan sebagai invantile idiophatic
intususeption. Sedangkan pada anak-anak umur >2 tahun dapat dijumpai kelainan pada
usus sebagai penyebabnya, misalnya Divertical Meckel, hemangioma, polip. Pada orang
tua sangat jarang dijumpai kasus invaginasi (Tumen 1964; kume GA et al, 1985; Ellis
1990), serta tidak banyak tulisan yang membahas tentang invaginasi pada orang tua secar
rinci.
Penyebab terjadinya invaginasi bervariasi, diduga tindakan masyarakat tradisional
berupa pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti-diare juga berperan pada
timbulnya invaginasi. Infeksi rotavirus yang menyerang saluran pencernaan anak dengan
gejala utama berupa diare juga dicurigai sebagai salah satu penyebab invaginasi. Keadaan
ini merupakan keadaan gawat darurat akut di bagian bedah dan dapat terjadi pada semua
umur. Insiden puncaknya pada umur 4–9 bulan, hampir 70% terjadi pada umur dibawah 1
tahun dimana laki-laki lebih sering dari wanita kemungkinan karena peristaltic lebih kuat.
Perkembangan invaginasi menjadi suatu iskemik terjadi oleh karena penekanan dan
penjepitan pembuluh-pembuluh darah segmen intususeptum usus atau mesenterial. Bagian
usus yang paling awal mengalami iskemik adalah mukosa. Ditandai dengan produksi
mucus yang berlebih dan bila berlanjut akan terjadi strangulasi dan laserasi mukosa
sehingga timbul perdarahan. Campuran antara mucus dan darah tersebut akan keluar anus
sebagai suatu agar-agar jeli darah (red currant jelly stool).
Keluarnya darah per-anus sering mempersulit diagnosis dengan tingginya insidensi
disentri dan amubiasis. Ketiga gejala tersebut disebut sebagai trias invaginasi. Iskemik dan
distensi sistem usus akan dirasakan nyeri oleh pasien dan ditemukan pada 75% pasien.
Adanya iskemik dan obstruksi akan menyebabkan sekuestrisasi cairan ke lumen usus yang
distensi dengan akibat lanjutnya adalah pasien akan mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi
dapat menimbulkan syok. Mukosa usus yang iskemik merupakan port de entry intravasasi
mikroorganisme dari lumen usus yang dapat menyebabkan pasien mengalami infeksi
sistemik dan sepsis.
Intususepsi pada dewasa kausa terbanyak adalah keadaan patologi pada lumen usus,
yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan atau ganas, seperti apa yang pernah
dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon sebab terbanyak intususepsi
pada usus halus adalah neoplasma yang bersifat jinak (Diverticle Meckel’s, polip) 12/25
kasus sedangkan pada kolon adalah bersifat ganas (adenocarsinoma) 14/16 kasus. Etiologi
lainnya yang frekuensinya lebih rendah seperti tumor extra lumen seperti lymphoma, diare,
riwayat pembedahan abdomen sebelumnya, inflamasi pada apendiks juga pernah
dilaporkan, intususepsi terjadi pada penderita AIDS, pernah juga dilaporkan karena trauma
tumpul abdomen yang tidak dapat diterangkan kenapa itu terjadi dan idiopatik.
Perbedaan dalam etiologi merupakan hal utama yang membedakan kasus yang terjadi
pada bayi atau anak-anak penyebab intususepsi tidak dapat diketahui pada kira-kira 95%
kasus. Sebaliknya 80% dari kasus pada dewasa mempunyai suatu penyebab organik, dan
65% dari penyebabnya ini berupa tumor baik benigna maupun maligna.
Oleh karenannya banyak kasus pada orang dewasa harus ditangani dengan anggapan
terdapat keganasan. Insidensi tumor ganas lebih tinggi pada kasus yang hanya mengenai
kolon saja (Cohn 1976).
Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada dewasa
pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen yaitu satu bagian
usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainya yang terfiksir atau kurang bebas
dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik adalah dari oral ke anal sehingga
bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya
karena suatu disritmik peristaltik usus, pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang
disebut retrograd intususepsi pada pasien pasca gastrojejunostomi.
Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnya akan menyebabkan
dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan
keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus.
Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai intususeptum.
Intususepien biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada intususeptum
ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari intususepien, dan juga
karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan dan tertariknya mesenterium.
Edema dan pembengkakan dapat terjadi.
Pembengkakan dapat sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya
bendungan menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah ke dalam lumen. Ulserasi
pada dinding usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang terjadi gangren.
Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami prolaps. Pembengkakan dari
intisuseptum umumnya menutup lumen usus. Akan tetapi tidak jarang pula lumen tetap
patent, sehingga obstruksi komplit kadang-kadang tidak terjadi pada intususepsi (Tumen
1964).
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partial maupun
total dan strangulasi (Boyd, 1956). Hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil
menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal yang menerima
(intussucipient) ini kemudian berkontraksi, terjadi edema. Akibatnya terjadi perlekatan
yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.

Anda mungkin juga menyukai