Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber daya mineral yang ada di alam merupakan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui kembali (non-renewable), dengan kata lain industri pertambangan selalu
berhadapan dengan keterbatasan, baik lokasi, jenis , jumlah maupun mutu materialnya.
Hal diatas mendorong baik peneliti maupun kalangan industri mencoba membuat
seefektif mungkin didalam merencanakan tambang. Kemudian lahir konsep optimasi pit,
yaitu sama seperti konsep optimasi (maksimasi dan minimasi). Lebih jauh maksimasi
mengarah kepada bagaimana mencari revenue semaksimal mungkin dan mencari cost
seminimal mungkin agar didapat selisih revenue dan cost yang besar.
Perencanaan tambang dapat dijelaskan dengan membuat suatu rancangan
tambang untuk mencapai ultimate pit limit dalam jangka waktu tertentu secara aman dan
menguntungkan. Dimana didalamnya berisikan juga perancangan batas akhir
penambangan, tahapan (pushback), urutan penambangan, penjadualan produksi, dll. (hal
yang berkaitan dengan geometri). Sementara aspek perencanaan tambang lainnya
meliputi perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja perkiraan biaya modal dan ongkos
operasi.
Perencanaan tambang memiliki tujuan membuat suatu rencana produksi tambang
untuk sebuah cebakan bijih, yang akan mengha silkan aliran kas yang akan
memaksimalkan kriteria ekonomik ( net present value atau rate of return), dan
menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan biaya
serendah mungkin.
Metoda optimasi yang dapat digunakan untuk mencari ultimate pit dan
penggunaannya telah menjadi standar ialah kerucut mengambang (floating cone) dan
Lerchs Grossman. Metoda kerucut mengambang bekerja (dengan sudut tertentu) untuk
mencari dan mengangkat bijih dengan terlebih dahulu mengangkat batuan yang
menutupnya. Metoda Lerchs Grossman bekerja (dengan sudut tertentu) untuk mencari
bentuk pit yang yang akan memaksimalkan aliran kas . Kedua metoda optimasi pit
tersebut dapat digunakan dalam menentukan ultimate pit yang kemudian berguna dalam
mengevaluasi ekonomisnya suatu cebakan dan perencanaan tambang.

1.2. Identitas Perusahaan


PT. F1B214080 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan khususnya pertambangan nikel. Perusahaan ini beroperasi di daerah
Konawe Utara, provinsi Sulawesi tenggara.
PT. F1B214080 ini berdiri pada Februari 2014 dengan melakukan eksplorasi
awal
BAB 2
KEADAAN UMUM

2.1. Genesa Pembentukan Nikel Laterit


Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan fisik dan kimia
yang intensif pada daerah dengan iklim tropis-subtropis. Proses pelindian batuan
lapuk merupakan proses yang terjadi pada pembentukan endapan laterit, dimana
proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak merata dan menghasilkan
kosentrasi bijih yang sangat bergantung pada migrasi air tanah.
Akibat pengaruh larutan hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses
pembentukan magma, batuan peridotit akan berubah menjadi batuan serpentinit atau
batuan serpentinit peridotit. Proses ini dikenal dengan serpentinisasi. Kemudian
batuan tersebut mengalami dekomposisi dan disintegrasi akibat adanya proses kimia
dan fisika dari udara, air, maupun karena pergantian temperatur panas dan dingin
yang terjadi secara terus menerus. Batuan asal yang mengandung unsur-unsur Ca,
Mg, Si, Mn, Ni, dan Co akan mengalami dekomposisi. Diawali dari masuknya air
hujan yang kaya CO2 ke dalam tanah, mineral primer yang tidak stabil seperti olivin,
serpentin, dan piroksen sampai pada batas antara zona limonit dan saprolit. Unsur
yang stabil akan tertinggal dan terkumpul pada zona limonit yang kemudian mengalir
secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan
secara horizontal. Pada zona limonit ini senyawa Fe didalam larutan akan teroksidasi
dan mengendap sebagai Ferri-Hidroksida yang kemudian membentuk mineral-
mineral yang berada dekat permukaan seperti Goethit (Fe2O3), dan limonit.

2.2. Luas Wilayah IUP OP


2.3. Sumberdaya Dan Cadangan
Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan
geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian
kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sumber daya mineral di
klasifikasikan menjadi bebrapa klas yaitu :
a. Sumber daya hipotetik
Sumber Daya Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)adalah sumber daya
mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada
tahap Survai Tinjau.
b. Sumber daya tereka
Sumber Daya Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumberdaya mineral
yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Prospeksi.
c. Sumber daya tertunjuk
Sumber Daya Terunjuk (Indicated Mineral Resource)Adalah sumber daya
mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
Eksplorasi Umum.
d. Sumber Daya terukur
Sumber Daya Terukur (Measured Mineral Resource)Adalah sumber daya
mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
Eksplorasi Rinci.

Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran,


bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum,
lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Cadangan
mineral adalah bagian-bagian sumber daya mineral yang setelah dilakukan penerapan
seluruh faktor penambangan, dalam tonase dan kadar yang diperkirakan adalah dasar
dari sebuah proyek layak secara ekonomi setelah memperhitungkan semua proses
yang relevan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial ekonomi
dan faktor pemerintah. Cadangan mineral sudah termasuk menipiskan materi yang
akan ditambang dalam hubungannya dengan cadangan mineral dan dikirim ke pabrik
pengolahan atau fasilitas setara.
Itu sebagian dari sumber daya mineral Terukur atau Terindikasi yang
berpotensi secara ekonomis ditambang. Ini biasanya dibuktikan dengan setidaknya
sebuah studi kelayakan awal yang mencakup informasi yang cukup tentang
pertambangan, pengolahan, metalurgi, ekonomi dan faktor lain yang relevan yang
menunjukkan, pada saat pelaporan, bahwa ekstraksi ekonomi dapat dibenarkan.
Cadangan mineral meliputi bahan pengencer dan tunjangan kerugian yang mungkin
terjadi selama operasi pertambangan.
Cadangan secara umum dapat di bagi menjadi dua yaitu :
a. Cadangan terkira
Cadangan Terkira (Probable Reserve)adalah sumber daya mineral terunjuk
dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinangeologinya
masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambangsemua faktor yang
terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.
b. Cadangan terbukti
Cadangan Terbukti (Proved Recerve) adalah sumber daya mineral terukur
yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah
terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.
Dalam proses penambangan sering digunakan istilah atau jenis cadangan sebagai
berikut:
 Cadangan Geologi (Geological Reserved) adalah sejumlah cadangan yang
batas-batasnya ditentukan oleh suatu model geologi. Dalam cadangan ini
belum diperhitungkan faktor lain seperti prosentase perolehan penambangan
dan pengurangan lainnya.
 Cadangan Tertambang (Mineable Reserved) adalah sejumlah cadangan yang
secara teknis-ekonomis dapat ditambang. Faktor seperti cut-off
grade dan stripping ratio telah diperhitungkan.
 Cadangan Terambil (Recoverable Reserved) adalah sejumlah cadangan
dari mineable reserved yang telah memperhitungkan faktor prosentase
perolehan penambangan.

PT. F1B214080 ini memiliki Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)


Eksplorasi seluas 300 Ha, yang mana 300 Ha dari WIUP tersebut telah dibagi
menjadi 4 blok. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan pada kawasan seluas 300 Ha
tersebut diperoleh bahwa kawasan yang memiliki kandungan nikel dengan COG 1,6
hanyalah seluas 22 Ha dan cadangan yang memenuhi COG setelah diestimasi total

cadangannya adalah 470.140 ton. Berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang

terdiri atas survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum dan eksplorasi rinci, serta
pengkajian kelayakan tambang, maka berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
kawasan tersebut dinyatakan layak untuk dilakukan kegiatan pertambangan.
BAB 3
KAJIAN GEOTEKNIK

3.1. Lereng Tunggal


3.2. Lereng Keseluruhan
3.3. Lereng Timbunan
BAB 4
KAJIAN HIDROLOGI

4.1. Iklim Dan Curah Hujan


4.2. Intensitas Hujan Ekstrim
4.3. Air Limpasan
BAB 5
PERALATAN DAN PENANGANAN MATERIAL

5.1. Produktivitas Alat


5.2. Keserasian Alat Gali-Muat Dan Alat Angkut
BAB 6 PERENCANAAN TAMBANG

6.1. Blok Model Sumberdaya Dan Cadangan


6.2. Metode Penambangan
6.3. Geometri Jalan Tambang
6.4. Rancangan Drainase Dan Sedimen Pond
6.5. Design Pit Dkk
BAB 7
LINGKUNGAN DAN K3

7.1. Rencana Reklamasi


7.2. Struktur Organisasi
7.3. SOP Dan K3
BAB 8
IVESTASI DAN KELAYAKAN EKONOMI

8.1. Biaya Produksi


8.2. Biaya Rencana Reklamasi
8.3. Analisis Kelayakan

Anda mungkin juga menyukai