Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta
orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika, batu
kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria. Insiden batu kandung empedu
di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita
batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan
foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Dengan perkembangan
peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG maka banyak penderita batu kandung
empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya
komplikasi. Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan
pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas.
Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu
menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis
penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan
atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dan penyusunan makalh ini adalah :
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini agar para mehasiswa mampu
melaksanakan proses asuhan keperawatan pada klien dengan Kolelitiasis
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi kandung empedu
b. Mahasiswa mampu memahami definisi atau pengertian dari kolelitiasis (batu
kandung empedu)
c. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari kolelitiasis (batu kandung empedu)
d. Mahasiswa mampu memahami patofisiologis dari kolelitiasis (batu kandung
empedu)
e. Mahasiswa mampu memahami pathway dari kolelitiasis (batu kandung empedu)
f. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari kolelitiasis (batu kandung
empedu)

1
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
h. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan perawat maupun medis pada
klien dengan kolelitiasis (batu kandung empedu)
i. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan
untuk memeriksa kolelitiasis (batu kandung empedu)

2
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 ANATOMI FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU

2.1.1 Anatomi Kandung Empedu

Kandung empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar. Panjangnya sekitar 7 - 10 cm. Kapasitasnya
sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc.
Organ ini terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas anatomi antara lobus hati
kanan dan kiri. Bagian ekstrahepatik dari kandung ampedu ditutupi oleh peritoneum
Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan
biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan
dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus
bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri.
Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus
untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus
koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati. (yayan 2008)

3
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
1) Menurut Pearce ( 2006) bagian-bagian kandung empedu yaitu:

a. Fundus Vesikafelea

Bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di
atas tepi hati, dan sebagian besar tersusun atas otot polos dan jaringan elastik
merupakan tempat penampungan empedu.

b. Korpus Vesikafelea

Bentuknya terbesar dari kandung empedu dan ujungnya membentuk leher dari
kandung empedu

c. Leher Kandung Empedu

Merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama masuknya
getah empedu ke badan kandung empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam
kandung empedu.

d. Duktus Sistikus

Panjangnya + 3 ¾ cm berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung


dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum

e. Duktus Hepatikus

Saluran yang keluar dari leher

f. Duktus koledukus

Saluran yang membawa empedu ke duodenum

Pembuluh arteri kandung empedu adalah a. cystica, cabang a. hepatica kanan.


V. cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri yang
sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat
collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici
hepaticum sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.
Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.

4
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
2) Menurut Pearce, 2006: 206, kandung empedu mempunyai beberapa lapisan yaitu:

a. Lapisan Serosa Peritoneal

Merupakan lapisan luar dari empedu

b. Lapisan otot tak bergaris

Merupakan lapisan tengah dari empedu.

c. Lapisan dalam mukosa atau membrane mukosa

Merupakan lapisan yang bersambung dengan lapisan saluran empedu yang


memuat sel epitel silinder yang mengeluarkan sekret masin dan cepat
mengabsorpsi air dan elektrolit, tetapi tidak garam empedu atau pigmen karena itu
empedunya menjadi pekat.

2.1.2 Fisiologi Kandung Empedu

Empedu diproduksi oleh sel hepatosis sebanyak 500-1500 ml per hari. Di luar
waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Dan disini
mengalami pemekatan sekitar 50 persen. Pengaliran cairan empedu di atur tiga
faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu dan tahanan
sfingter koledukus. (Baughman,2000).

Cairan empedu merupakan cairan yang kental yang berwarna kuning keemasan
kehijauan yang dihasilkan secara terus menerus oleh sel hepar + 500-1000 ml sehari.
Empedu merupakan zat esensial yang diperlukan dalam pencernaan dan penyerapan
lemak. Cairan empedu merupakan suatu media untuk menyekresi zat tertentu yang
tidak dapat disekresi oleh ginjal. (Syaifuddin, 2009).

1) Menurut Syaifuddin (2009) unsur-unsur cairan empedu yaitu:

a. Garam-garam empedu

Disintesis oleh hepar, berasal dari kolesterol, suatu alcohol steroid yang banyak
dihasilkan hati dan berfungsi membantu pencernaan lemak dan mengemulsi
lemak dengan kelenjar lipase dari pankreas

5
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
b. Sirkulasi Antero Hepatik

Garam empedu (pigmen) diabsorpsi oleh usus halus masuk ke dalam vena partu
di alirkan ke hati untuk digunakan ulang

c. Pigmen Empedu

Pigmen empedu merupakan hasil utama dari pemecahan haemoglobin dari plasma
mensekresinya ke dalam empedu

d. Bakteri Dalam Usus Halus

Bakteri dalam usus halus mengubah billirubin menjadi urobilin yaitu satu zat
yang direabsorpsi dari usus dan di ubah menjadi sterkobilin yang disekresi dalam
feses sehingga berwarna kuning.

2) Menurut Syafuddin( 2002) fungsi kandung empedu adalah:

a. Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental

b. Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel hati jumlah setiap hari
dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc yang digunakan untuk mencerna
lemak

c. Memberi warna feses dan sebagian diabsorpsi kembali oleh darah dan membuat
warna pada urin yang disebut urobilin

2.2 PENGERTIAN

Kolelitiasis merupakan pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam


kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &

6
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
Suddarth, 2001). Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price
& Wilson, 2005). Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari
unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran,
bentuk dan komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-
anak dan dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40
tahun, semakin meningkat pada usia 75 tahun.

2.3 ETIOLOGI
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi, tampaknya ada
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya batu empedu antara lain:
1. Faktor predisposisi terpenting adalah:
a. Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi
empedu akibat dari penumpukan kolesterol pada kandung empedu yang dapat
menyebabkan perlambatan sekresi cairan empedu ke usus duodenum.
b. Kolesterol, pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati;
keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang
kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu empedu.
Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk
timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan perdangan
dalam kandung empedu.
c. Stasis cairan empedu, cairan empedu tertahan pada kandung empedu akibat dari
obstruksi yang disebabkan oleh batu kolesterol, sehingga cairan empedu tertahan
dan tidak bisa dikosongkan ke usus duodenum.
2. Faktor Presipitasi
a. Infeksi kandung empedu oleh kuman E. Coli, klebsiella, streptokokus,
stapilokokus, clostridium.
b. Kolesistitis kronik, menyebabkan peradangan yang menyebar pada kandung
empedu.
3. Faktor Resiko
Obesitas, multipararitas, pertambahan usia, jenis kelamin perempuan dan ingesti
segera makanan yang mengandung kalori rendah/lemak rendah (puasa). Pengosongan
lambung terlalu lama juga bisa beresiko menyebabkan batu empedu, karena tidak ada /

7
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
minimnya suplai makanan / nutrisi yang dikirim ke usus, maka terjadi penurunan
kontraksi / fase istirahat karena tidak adanya makanan yang diabsorpsi sehingga
empedu pasif dan menyebabkan cairan empedu mengendap pada kandung empedu.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Batu empedu dapat mengalami 2 jenis gejala :


1. Gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri.
2. Gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu.
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh, distensi abdomen,
nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi makanan berlemak /
yang digoreng.

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :

1. Nyeri dan kolik bilier,


Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas, teraba massa
padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada
abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan , rasa nyeri disertai
mual dan muntah akan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan
dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan membalik-balikkan badan, merasa tidak
nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi persisten. Seorang kolik bilier semacam ini
disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu
keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding adomen pada daerah kartilago kosta
sembilan dan sepuluh bagian kanan, sehingga menimbulkan nyeri tekan yang
mencolok pada kuadran kanan atas ketika inspirasi dalam.
2. Ikterus.
Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah
empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak
dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa membran
berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.

8
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
3. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat karena
ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
4. Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut
akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata.

2.5 PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer 2007, Ada dua tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun
dari pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol.

1. Batu Pigmen Kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tidak terkonjugasi dalam
empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko
terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi
percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan
operasi.
2. Batu Kolesterol Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat
tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin
(fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan
terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati;
keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian
keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu empedu. Getah empedu
yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan
berperan sebagai iritan yang menyebabkan perdangan dalam kandung empedu.

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam


pembentiukan batu empedu, melalui peningkatan dikuamasi sel dan pembentukan mukus.
Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler dan bakteri dapat berperan sebagi pusat
presipitasi. Akan tetapi infeksi lenih sering menjadi akibat dari pembentukan batu
empedu dari pada sebab pembentukan batu empedu.

9
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
2.6 PATHWAY

Faktor Resiko

Faktor predisposisi Obesitas faktor presipitasi

Kolesterol penumpukan infeksi kuman

Sintesis as. Empedu lipid dalam darah dikuamasi sel &

Sintesis kolesterol pembentukan mucus

alam hati viskositas

Supersaturasi getah empedu

Kolesterol keluar
dari getah empedu

Mengendap

BATU EMPEDU Gg. Rasa nyaman

Menyumbat Aliran Getah Pankreas Gatal- gatal

Ikterus

Kantung empedu tidak aliran balik Aliran empedu


Bisa dikosongkan
Iritasi lumen

Saluran usus tersumbat inflamasi

Oedem kantung respon imun pembedahan


Empedu u/ mengeluarkan senyawa pre-OP post-OP
kimia BHSP
Menekan saraf sekitar Kurang info & pembedahan tdk
Suhu pengetahuan steril
Nyeri
Hipertermi Ansietas port de entree
Mengirimkan impuls pasca bedah
Ke hipotalamus Anoreksia
Resiko infeksi
Merangsang N. Vagal intake nutrisi
inadekuat
Peristaltik nenurun

Mual muntah

Intake nutrisi inadekuat

10
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
2.7 PENATALAKSANAAN

1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)


a. Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,
analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela,
kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.
b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim, daging
babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,
chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran
kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek sampingnya dan dapat
diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme
kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga
terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada dikurangi besarnya, yang
kecil akan larut dan batu yang baru dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu
terapi 6 – 12 bulan untuk melarutkan batu.
d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu
bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung empedu.
Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam kandung
empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu
yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau
kateter bilier transnasal.
e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan
gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen.
Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu
piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan kedalam tubuh
lewat rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu pecah secara bertahap,
pecahannya akan bergerak perlahan secara spontan dari kandung empedu atau
duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan
pelarut atau asam empedu peroral.
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.

11
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat
luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu
kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm,
bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus
3. Pendidikan pasien pasca operasi
a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala komplikasi
intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan, muntah, rasa
nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.
b. Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48
jam pertama.
c. Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka operasi
dan sekitarnya
d. Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang
e. Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium : lekositosis, blirubinemia ringan, peningkatan alkali posfatase.
2. USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus yang
mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
3. MRI.
4. Sinar X abdomen
5. Koleskintografi / Pencitraan Radionuklida: preparat radioaktif disuntikkan secara
intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG, waktu lebih lama, membuat pasien
terpajar sinar radiasi, tidak dapat mendeteksi batu empedu.
6. Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG meragukan.

12
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN/ ANAMNESA


3.1.1 Pengkajian
a. Biodata

1) Identitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis,

tindakan medis.

2) Identitas Penanggung jawab

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

hubungan dengan klien, sumber biaya.

b. Lingkup Masalah Keperawatan

Keluhan utama : klien dengan post laparatomy ditemukan adanya keluhan nyeri pada

luka post operasi, mual, muntah, distensi abdomen, badan terasa lemas.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang

dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST, yaitu:

a) P (Provokatif atau Paliatif)

Yaitu hal-hal apa yang menyebabkan gejala dan apa saja yang dapat

mengurangi atau memperberatnya. Biasanya klien mengeluh nyeri pada daerah

luka post operasi. Nyeri bertambah bila klien bergerak atau batuk dan nyeri

berkurang bila klien tidak banyak bergerak atau beristirahat dan setelah diberi

obat.

13
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
b) Q (Quality dan Quantity)

Yaitu bagaimana gejala dirasakan nampak atau terdengar, den sejauh mana

klien merasakan keluhan utamanya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk

dengan skala ≥ 5 (0-10) dan biasanya membuat klien kesulitan untuk

beraktivitas.

c) R (Regional/area radiasi)

Yaitu dimana terasa gejala, apakah menyebar? Nyeri dirasakan di area luka

post operasi, dapat menjalar ke seluruh daerah abdomen.

d) S (Severity)

Yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai mengganggu aktivitas atau

tidak. Biasanya aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan keterbatasan

gerak akibat nyeri luka post operasi.

e) T (Timing)

Yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan berapa lama nyeri itu hilang

selama periode akut. Nyeri dapat hilang timbul maupun menetap sepanjang

hari.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi.

Biasanya klien memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.

3) Riwayat kesehatan Keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan klien,

penyakit turunan maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.

14
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
a. Riwayat Psikologi

Biasanya klien mengalami perubahan emosi sebagai dampak dari tindakan

pembedahan seperti cemas.

b. Riwayat Sosial

Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain, dan tenaga kesehatan. Biasanya

klien tetap dapat berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.

c. Riwayat Spiritual

Pandangan klien terhadap penyakitnya, dorongan semangat dan keyakinan klien

akan kesembuhannya dan secara umum klien berdoa untuk kesembuhannya.

Biasanya aktivitas ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas akibat

kelemahan dan nyeri luka post operasi.

d. Kebiasaan sehari-hari

Perbandingan kebiasaan di rumah dan di rumah sakit, apakah terjadi gangguan atau

tidak. Kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : makan, minum, eliminasi

Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), istirahat tidur, personal

hygiene, dan ketergantungan. Biasanya klien kesulitan melakukan aktivitas, seperti

makan dan minum mengalami penurunan, istirahat tidur sering terganggu, BAB dan

BAK mengalami penurunan, personal hygiene kurang terpenuhi.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi

penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada

komplikasi lebih lanjut, badan tampak lemas.

15
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
2) Sistem Pernapasan

Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat akibat

nyeri, penurunan ekspansi paru.

3) Sistem Kardiovaskuler

Mungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan,

kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah,

tekanan darah dan nadi meningkat.

4) Sistem Pencernaan

Mungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus

karena puasa, penurunan berat badan, dan konstipasi.

5) Sistem Perkemihan

Jumlah output urin mungkin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat operasi

atau karena adanya muntah. Biasanya terpasang kateter.

6) Sistem Persarafan

Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji semua fungsi

nervus kranialis. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem persarafan.

7) Sistem Penglihatan

Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret/lesi, reflek pupil terhadap

cahaya, visus (ketajaman penglihatan). Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan

pada sistem penglihatan.

8) Sistem Pendengaran

Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret/lesi, ada tidaknya nyeri

tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes Rinne, Webber, dan Schwabach.

Biasanya tidak ada keluhan pada sistem pendengaran.

16
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
9) Sistem Muskuloskeletal

Biasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.

10) Sistem Integumen

Adanya luka operasi pada abdomen. Mungkin turgor kulit menurun akibat

kurangnya volume cairan.

11) Sistem endokrin

Dikaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit endokrin,

periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Biasanya tidak

ada keluhan pada sistem endokrin.

3.1.3 Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah lengkap : lekositosis sedang

b. Bilirubin dan amilase : meningkat

c. Enzim hati serum-AST(SGOT);ALT(SGPT);LDH;agak meningkat, ditandai

obstruksi bilier

d. Kadar protrombin : menurun bila obstrksi aliran empedu dalam usus menurunkan

absorsi vitamin K

e. Ultrasond : menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu dan / duktus

empedu

f. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan

bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum

g. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran denganfluoroskopi

antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila ikterik ada)

h. Kolesistogram ( untuk kolesistitis kronik ) : menyatakan batu pada sistem

empedu. Kontraindikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah untuk

menelan zat lewat mulut

17
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
i. Skan CT : dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan

membedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksi

j. Skan hati ( dengan zat radioaktif ) : menunjukkan obsruksi percabangan bilier

k. Foto abdomen ( multiposisi) : menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu

empedu, kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu

l. Foto dada : menunjukkan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri

3.2 DIAGNOSA

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme duktus,


proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan melalui pengisapan gaster berlebihan : muntah, distensi, dan hipermotilitas
gaster.

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.

4. Kurang Pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan


tidak mengenal sumber informasi.

3.3 INTERVENSI

3.3.1 Dx: 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme
duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
Kriteria Hasil:
a. Melaporkan nyeri hilang.
b. Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai
indikasi untuk situasi individual.

Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
a. Observasi dan catat lokasi, beratnya Membantu membedakan penyebab nyeri

18
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
(skala 0-10) dan karakter nyeri dan memberikan informasi tentang
(menetap, hilang timbul, kolik). kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi dan keefektifan intervensi.
b. Catat respon terhadap obat, dan Nyeri berat yang tidak hilang dengan
laporkan pada dokter bila nyeri tindakan rutin dapat menunjukkan
hilang. terjadinya komplikasi/kebutuhan
terhadap intervensi lebih lanjut.
c. Tingkatkan tirah baring, biarkan Tirah baring pada posisi fowler rendah
pasien melakukan posisi yang menurunkan tekanan intra abdomen,
nyaman. namun pasien akan melakukan posisi
yang menghilangkan nyeri secara
alamiah.
d. Control suhu lingkungan. Dingin pada sekitar ruangan membantu
meminimalkan ketidaknyamanan kulit.
e. Dorong menggunakan tehnik Meningkatkan istirahat, memusatkan
relaksasi, contoh : bimbingan kembali perhatian, dapat meningkatkan
imajinasi, visualisasi, latihan nafas koping.
dalam, berikan aktivitas senggang.
f. Sediakan waktu untuk mendengar Membantu dalam menghilangkan
dan mempertahankan kontak cemas dan memusatkan kembali
dengan pasien sering. perhatian yang dapat menghilangkan
nyeri.
g. Berikan obat sesuai indikasi. Rasional : menghilangkan reflex
spasme/kontraksi otot halus dan
membantu dalam manajemen nyeri

3.3.2 Dx: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui pengisapan gaster berlebihan : muntah, distensi, dan
hipermotilitas gaster.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil.
b. Membrane mukosa lembab.
c. Turgor kulit baik.
19
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
d. Pengisian kapiler baik.
e. Secara individu mengeluarkan urin cukup dan tak ada muntah.

Intervensi:
INTERVENSI RASIONAL
a. Pertahankan masukan dan haluaran Memberikan informasi tentang
akurat, perhatikan haluaran kurang dari status cairan/volume sirkulasi dan
masukan, peningkatan berat jenis urin, kebutuhan penggantian.
nadi perifer, dan pengisian kapiler.
b. Awasi tanda/gejala Muntah berkepanjangan, aspirasi
peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, gaster, dan pembatasan
kram abdomen, kelemahan, kejang, pemasukan oral dapat
kejang ringan, kecepatan jantung tak menimbulkan deficit natrium,
teratur, parestesia, hipoaktif, atau tak kalium, dan klorida.
adanya bising usus, depresi pernapasan.
c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau. Menurunkan rangsangan pada
pusat muntah.

d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci Menurunkan kekeringan


mulut ; berikan minyak. membrane mukosa, menurunkan
risiko perdarahan oral.
e. Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan Menurunkan trauma, risiko
melakukan tekanan pada bekas suntikan perdarahan/pembentukan
lebih lama dari biasanya. hematom.

f. Kaji perdarahan yang tak biasanya, Protombin darah menurun dan


contoh perdarahan terus-menerus pada waktu koagulasi memanjang bila
sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, aliran empedu terhambat,
ekimosis, ptekie, hematemesis/melena. meningkatkan risiko
perdarahan/hemoragik.
g. Pertahankan pasien puasa sesuai Menurunkan sekresi dan motilitas
keperluan. gaster.

20
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
3.3.3 Dx: 3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan mual/muntah hilang.
b. Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau mempertahankan berat
badan individu yang tepat.

Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
a. Hitung masukan kalori, jaga Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
komentar tentang nafsu makan nutrisi, berfokus pada masalah membuat
sampai minimal. suasana negative dan mempengaruhi
masukan.
b. Timbang sesuai indikasi. Mengevaluasi keefektifan rencana diet.

c. Konsul tentang kesukaan/ Melibatkan pasien dalam perencanaan,


ketidaksukaan pasien, makanan yang memampukan pasien memiliki rasa
menyebabkan distress, dan jadwal kontrol dan mendorong
makan yang disukai.
d. Berikan suasana menyenangkan pada Untuk meningkatkan nafsu
saat makan, hilangkan rangsangan makan/menurunkan mual.untuka
berbau. makan.
e. Berikan kebersihan oral sebelum Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan. makan
f. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas Membantu dalam mengeluarkan flatus,
sesuai toleransi. penurunan distensi abdomen,
mempengaruhi penyembuhan dan rasa
sehat dan menurunkan kemungkinan
masalah sekunder sehubungan dengan
imobilisasi.
g. Konsul dengan ahli diet/tim Berguna dalam membuat kebutuhan
pendukung nutrisi sesuai indikasi. nutrisi individual melalui rute yang
paling tepat.

21
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
3.3.4 Dx: 4. Kurang Pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Kriteria Hasil:
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis.
b. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
a. Berikan penjelasan/alasan tes dan Informasi menurunkan cemas, dan
persiapannya. rangsangan simpatis.
b. Kaji ulang proses Memberikan dasar pengetahuan dimana
penyakit/prognosis, diskusikan pasien dapat membuat pilihan
perawatan dan pengobatan, dorong berdasarkan informasi. Komunikasi
pertanyaan, ekspresikan masalah. efektif dan dukungan turunkan cemas
dan tingkatkan penyembuhan.
c. Diskusikan program penurunan berat Kegemukan adalah fakor risiko yang
badan bila diindikasikan. dihubungkan dengan kolesistitis, dan
penurunan berat badan menguntungkan
dalam manajemen medik terhadap
kondisi kronis.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari Mencegah/membatasi terulangnya
makanan/minuman tinggi lemak serangan kandung empedu.
(contoh : susu segar, es krim,
mentega, makanan gorengan, kacang
polong, bawang, minuman karbonat),
atau zat iritan gaster (contoh :
makanan pedas, kafein, sitrun).

22
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kolelitiasis merupakan pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam


kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &
Suddarth, 2001). Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price &
Wilson, 2005). Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-
unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa
muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun, semakin
meningkat pada usia 75 tahun.

Kondisi klinis yang dikaitkan dengan semakin meningkatnya insiden batu empedu
adalah diabetes, sirosis hati, pangkreatitis, kanker kandung empedu dan penyakit/reseksi
ileum. faktor lainnya adalah obesitas, multipararitas, pertambahan usia, jenis kelamin
perempuan dan ingesti segera makanan yang mengandung kalori rendah/lemak rendah
(puasa). Bisa juga disebabkan oleh:

1. Statis cairan empedu


2. Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).
3. Iskemik dinding kandung empedu.
4. Kepekatan cairan empedu.
5. Kolesterol.
6. Lisolesitin.
7. Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti
reaksi supurasi dan inflamasi.

4.2 Saran
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat
asuhan keperawatan.

23
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC
Devid, Jr. Sabiston (1994), Sistem Empedu, Sars MG, L John Cameron, Dalam Buku Ajar
Bedah, Edisi 2, hal 121, Penerbit EGC, Jakarta.
Dr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGC
Lee Sp, Selijima J, Gallstone, In : Yamanda T, Alpers DH, Owying C, Powel DW, Silverstein
FE, eds. Text book of gastro enterology. New York : J.B. Lippincot Come; 1991 : 94
: 1996 – 84.
Lesmana, L.A, 1995, Batu Empedu, Dalam Noer. S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I ed
3, hal 380 – 83, Balai Penerbit FK UII, Jakarta.
Mansjoer A. etal, 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal 510-512. Penerbit Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta
Marilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGC
Nealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV.
Jakarta: EGC
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-
proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
Reksoprodjo S. 1995. Ikterus dalam bedah, Dalam Ahmadsyah I, Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah, hal 71 – 77, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Richard S. Snell, 2002, Anatomi klinik, edisi 3, bag. 1, hal 265 – 266, Penerbit EGC, Jakarta.
Sherlock. S, Dooley J. Disease of the Liver and Biliary Sistem 9 th. ed. London : Blackwell
Scientific Publication, 1993.
Sjamsuhidajat R, Wim de jong, 1997. Kolelitiasis; Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed Revisi, hal. 767
– 733, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI
Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER
RSPAD Gatot soebroto
Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC
Keperawatankita’s blog dari
http://www.keperawatankita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-definisi-serta-
askepnya/html diambil tanggal 25 maret 2014

24
Sistem Endokrin.... Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kolelitiasis

Anda mungkin juga menyukai