Anda di halaman 1dari 22

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

HAKIKAT PERKEMBANGAN, TEORI DASAR


PERKEMBANGAN, DAN PERKEMBANGAN PRANATAL

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Semester Genap Jurusan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Oleh :
Nurul Istiqomah
1511505338

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Maret 2016
HAKIKAT PERKEMBANGAN

I. Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang terjadi pada individu
secara progresif mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayat. Psikologi perkembangan
adalah bidang keilmuan yang mempelajarinya melalui hubungan antara usia dan
tahapan perkembangan yang terjadi.
Perkembangan yang terjadi mencakup perubahan secarakualitatif dan kuantitatif
(yang kemudian disebut dengan pertumbuhan). Secara kualitatif, individu berkembang
menurut fungsi diri seperti kemampuan, sikap, dan sifat yang tidak dapat diukur
kapasitasnya. Sedangkan secara kuantitatif, individu berkembang menurut struktur dan
ukuran tubuh seperti tinggi badan, beratbadan, dan ukuran otak yang dapat diukur
perubahannya.
Terdapat dua proses berlawanan yang terjadi dalam perkembangan, yaitu :
pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi. Selain itu, perkembangan tak
akan lepas dari adanya kematangan dan pengalaman individu. Individu yang telah
matang kondisi psikis atau fisiknya akan mengalami perubahan secara progresif
sehingga akan terjadi tanggapan dan jalinan interaksi majemuk yang terintegrasi
menjadi pengalaman. Kemudian individu dapat dikatakan berkembang.
Menurut Bower, perkembangan memiliki sifat berkesinambungan maksudnya
perkembangan merupaka proses siklik dengan berkembangnya berbagai kemampuan
yang kemudian akan menghilang dan dapat muncul kembali pada tahapan usia
berikutnya. Artinya perubahan yang terjadi tidak selalu berupa peningkatan namun
merupakan serangkaian gelombang secara keseluruhan proses perkembangan yang
terjadi secara berulang. Seringkali polanya mengikuti kurva berbentuk lonceng, dimana
pada awal kehidupan terjadi peningkatan, di usia pertengahan cenderung mendatar, dan
pada akhirnya mengalami penurunan namun dinamika perkembangan itu ke semuanya
merupakan sebuah satu kesatuan yang saling terkait.
II. Prinsip – Prinsip Perkembangan
a. Adanya perubahan
Keadaan manusia selalu dinamis, akan selalu terjadi perubahan – perubahan
mulai masa konsepsi hingga kematian tiba. Perubahan yang akan terjadi, meliputi :
 Perubahan ukuran ;fisiktinggi, berat, organ dalam tubuh; mental  memori,
penalaran, persepsi, dan imajinasi.
 Perubahan proporsi  perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh
 Hilangnya ciri lama ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinyaberganti
dengan sikap prososial.
 Munculnya ciri baru hilangnya sikap egosentrisme pada anak akan
memunculkan cirri baru yaitu sikap yang prososial.

b. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya


Masa lima tahun pertama pada anak merupakan masa – masa yang paling krusial
dalam sepanjang rentang kehidupan. Pada masa inilah dikenal dengan istilah golden
age atau masa keemasan pada tahap perkembangan manusia. Kemampuan bawaan
anak akan dipengaruhi pula oleh lingkungan tempat anak menghabiskan masa
kecilnya.
Dasar – dasar permulaan yang meliputi sikap kritis, sikap, kebiasaan, dan pola
perilaku yang dibentuk selama tahun – tahun pertama kehidupan akan sangat
menentukan seberapa jauh individu berhasil beradaptasi dalam kehidupan ketika
mereka bertambah usia.

c. Perkembangan adalah hasil proses kematangan dan belajar


Kematangan adalah terbukanya sifat – sifat bawaan individu. Kematangan
sebagai pondasiuntuk belajar dan menentukan pola – pola umumdan urutan perilaku
yang lebih umum. Misalnya dalam fungsi phylogenetik yaitu merangkak -> duduk -
>berjalan.
Belajar adalah perkembangan yang berasal dari proses latihan dan usaha pada
pihak individu. Dalam fungsi ontogenik misalnya seperti fungsi – fungsi yang
terdapat khusus pada individu yaitu menulis, mengemudi, atau berenang.
Terdapat tiga fakta tentang keterhubungan kematangan dan belajar pada
perkembangan, yakni :
- Kemajemukan kepribadian, pola – pola, dan sikap – sikap terdapat pada
individu merupakan hasil dari kematangan dan belajar.
- Kematangan memberi batasan dimana perkembangan tidak dapat memperoleh
kemajuan sekalipun dengan metode balajar yang paling disukai dan dengan
motivasi yang kuat dari pihak yang belajar.
- Kesiapan perkembangan atau kesiapan belajar akan menentukan kapan belajar
itu dapat atau harus dilakukan.

d. Pola perkembangan dapat diramalkan


Pola perkembangan fisik dan motor mengikuti hukum arab perkembangan
sebagai berikut :
- Hukum Chepalocaudal, perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh
berawal dari kepala menuju kaki.
- Hukum Proxmodistal, perkembangan dari yang dekat ke jauh. Kemampuan
jari jemari seorang anak berawal dari pergerakan lengan terlebih dahulu.

e. Pola perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan


Pola perkembangan berkarakteristik ditandai dengan adanya dua periode, yaitu
equilibrium, jika individu mampu dengan mudah beradaptasi dengan tuntutan
lingkungan dan berhasil dalam beradaptasi dengan pribadi maupun dengan
sosialnya. Pola kedua, disequilibrium –jika individu mengalami kesukaran dalam
beradaptasi akibatnya proses adaptasi dengan diri sendiri maupun social menjadi
buruk. Keduanya berpotensi memengaruhi tahapan berikutnya.

f. Perbedaan individu dalam perkembangan


Dobzhansky, “Setiap orang secara biologis dan genetis benar – benar berbeda
satu dari yang lainnya, bahkan dalam kasus bayi kembar.”
Meskipun setiap individu memiliki pola perkembangan yang sama, namun
masing – masing individu memiliki cara dan kecepatannya sendiri. Beberapa
individu berkembang dengan lancar, tepat dengan usianya. Beberapa individu yang
lain berkembang dengan pergerakan yang cukup pesat, sedangkan individu yang
lainnya lagi mengalami perkembangan yang menyimpang..
Perbedaan yang dimiliki oleh tiap individu tidak lepas dari faktor genetik dan
lingkungan individu yang berbeda – beda pula.

g. Periode pola perkembangan


Periode dalam pola perkembangan, meliputi : pralahir, masa neonatus,masa
bayi, masa kanak – kanak awal, masa kanak – kanak akhir, dan masa puber.
Dalam setiap periode terdapat keseimbangan dan ketidakseimbangan serta pola
perilaku normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya biasanya disebut
perilaku bermasalah.

h. Adanya harapan social untuk setiap periode perkembangan


Setiap kelompok budaya memiliki harapan kepada anggotanya untuk dapat
menguasai keterampilan tertentu pada usia – usia yang telah ditentukan. Hal
demikian disebut dengan tugas – tugas perkembangan. Dimana individu mulai
dituntut untuk memenuhi harapan – harapan dan standar yang telah ditentukan oleh
lingkungan tempat dimana ia tinggal.

i. Setiap tahap perkembangan memiliki risiko


Rentang kehidupan dihubungkan dengan risiko perkembangan tertentu, baik
dalam segi fisik, psikis, lingkungan, maupun masalah – masalah adaptasi yang tak
dapat dihindari.

j. Kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode dalam pola perkembangan


Tahun – tahun pertama kehidupan biasanya individu akan mengalami masa yang
paling bahagia sedangkan pada masa puber merupakan masa – masa paling tidak
bahagia. Seringkali ditemui bahwa banyak sekali anak – anak yang dapat bermain
dengan suka cita, sedangkan ditemui pula remaja yang frustrasi dan mudah berputus
asa.
III. Tugas – Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan
akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikut;
sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakkan, dan kesulitan – kesulitan
dalam menuntaskan tugas – tugas berikuntya (Robert Havighurst, 1961).
Berdasarkan rentang usia tahapan perkembangan, menurut Havighurst tugas –
tugas perkembangan dibagi menjadi berikut ini :
1. Masa Bayi dan Masa Awal Kanak – Kanak (0 – 6tahun)
- Belajar berjalan (9 – 15bulan)
- Belajar memakan makanan padat
- Belajar berbicara
- Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh (<4 tahun)
- Belajar mengenal perbedaan seks dan tata caranya
- Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
- Membentuk konsep – konsep (pengertian)
- Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan
orang lain.
- Mempersiapkan diri untuk membaca
- Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
2. Akhir Masa Kanak – Kanak (6 – 12tahun)
- Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan –
permainan umum
- Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
- Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita
- Mengembangkan keterampilan – keterampilan dasar untuk membaca,
menulis, dan berhitung
- Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari – hari
- Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai
- Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok social dan lembaga –
lembaga
- Mencapai kebebasan pribadi
3. Masa Remaja (12 - 18 tahun)
- Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita
- Mencapai peran social pria dan wanita
- Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
- Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang – orang dewasa
lainnya
- Mempersiapkan karir ekonomi
- Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
- Memperoleh peringkat nilai dan system etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideology
4. Awal Masa Dewasa (18 – 40 tahun)
- Mulai bekerja
- Memilih pasangan
- Belajar hidup dengan tunangan
- Mulai membina keluarga
- Mengasuh anak
- Mengelola rumah tangga
- Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
- Mencari kelompok social yang menyenangkan
5. Masa Usia Pertengahan (40 – 60 tahun)
- Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga negara
- Membantu anak – anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia
- Mengembangkan kegiatan – kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang
dewasa
- Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
- Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan fisiologis
yang terjadi pada tahap ini
- Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaan
- Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua
6. Masa Tua (>60 tahun)
- Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan keluarga)
- Menyesuaikan diri dengan kematian bersama pasangan hidup
- Membentuk hubungan dengan orang – orang yang seusia
- Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
- Menyesuaikan dengan peran social secara luwes

IV. Metode Penelitian


1. Metode Umum
Metode umum memberikan lebih banyak data mengenai keseluruhan
perkembangan atau beberpa aspek dari objek penelitian. Selain itu juga meninjau
pengaruh faktor endogen (bawaan) dan oksigen (lingkungan, khususnya
kebudayaan). Metode umum dibagi lagi menjadi beberapa metode, diantaranya
sebagai berikut :
a. Metode Cross-Sectional
Suatu metode yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap
beberapa kelompok individu dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Penelitian dilakukan kepada kelompok individu dengan tingkatan usia yang
berbeda – beda.
Contoh : Meneliti sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun.
Kelompok anak usia remaja dan orang dewasa berusia 17 tahun, 25 tahun, dan
45 tahun. Kelompok variable terikat : IQ, memori, relasi teman sebaya,
kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan lain – lain.
b. Metode Longitudinal
Suatu metode dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki
individu dalam jangka waktu yang lama. Dengan metode ini biasanya diteliti
beberapa aspek tingkah laku pada satu/dua orang yang sama dalam waktu
beberapa tahun.
Contoh : Mengikuti perkembangan seseorang dalam jangka waktu tertentu,
seperti selama masa kanak – kanak atau mengikuti perkembangan seseorang
selama masa remaja.
c. Metode Sekuensial
Metode sekuensial ini merupakan kombinasi dari metode cross-sectional
dan longitudinal.
Contoh : Pendekatan dimulai dengan studi cross-sectional yang mencakup
individu dari usia yang berbeda. Berbulan – bulan setelah pengukuran awal,
individu yang sama diuji lagi (aspek longitudinal). Pada waktu selanjutnya,
sekelompok subjek baru diukur pada masing – masing tingkat usia. Kelompok
baru pada masing – masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk
mengontrol perubahan yang gugur dari studi, pengujian ulang mungkin telah
meningkat kinerja mereka.
d. Metode Cross-Cultural
Suatu metode dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor – faktor
lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan
individu. Pendekatan ini, banyak digunakan untuk mengetahui perbedaan –
perbedaan atau persamaan – persamaan perkembangan anak pada beberapa
latar belakang kebudayaan yang berbeda – beda, baik melalui percobaan,
maupun tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
pengumpulan data lainnya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan
perbedaannya.
Contoh : Ingin mengetahui tentang besar kecilnya pengaruh dari faktor
social, ekonomi, pola pengasuhan, dan gaya hidup terhadap cirri kepribadian
dan perkembangan kognitif.
2. Metode Spesifik
Metode spesifik adalah cara – cara khusus yang digunakan untuk mengetahui
gejala perkembangan yang sedang timbul pada suatu tahapan perkembangan.
Metode spesifik dibagi lagi menjadi beberapa metode, diantaranya sebagai
berikut :
a. Metode Observasi
Suatu metode yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku
yang munculpada suatu tahapan perkembangan tertentu. Dibedakan
menjadi dua macam observasi, yakni:
- Observasi Alami : pengamatan tingkah laku yang terjadi secara alami
tanpa dikontrol oleh pengamatnya.
- Observasi Terkontrol : dilakukan bilaman lingkungan tempat anak
berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian,
sehingga akan muncul – muncul respon yang diharapkan.
b. Metode Eksperimen
Penelitian dilakukan dengan kegiatan percobaan pada individu untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
c. Metode Klinis
Merupakan kombinasi dari metode observasi dan eksperimen.
Dilakukan dengan cara mengamati objek penelitian, kemudian dilakukan
percakapan dan proses tanya-jawab untuk menggali informasi.
d. Metode Tes
Metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran tertentu
terhadap objeknya. Merupakan instrumen penting dalam kegiatan
penelitian bidang psikologi kontemporer untuk mengetahui jenis
kemampuan, minat, sikap, dan hasil kerja.

V. Teori – Teori Dasar Perkembangan


1. Teori Nature
Terbentuknya sifat/perilaku manusia melalui proses biologis yang lebih terfokus
pada genetik, hormon, dan proses hereditas lainnya . Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sendiri tertulis bahwa nature berarti sifat; watak; pembawaan. Sampai
pada batas tertentu, perkembangan kita diprogram oleh kode genetik yang kita
warisi. Beberapa ahli filosofi seperti Plato dan Descrates berpendapat bahwa ada
beberapa hal yang telah manusia miliki sejak dia lahir, terjadi begitu saja, tanpa
campur tangan dari lingkungan di sekitarnya.

2. Teori Nurture
Mengacu pada kondisi lingkungan dan yang mendukung pengembangan.
Faktor-faktor nurture yang mempengaruhi perkembangan manusia bisa berasal dari
lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan faktor ekonomi dan budaya pun juga
termasuk kedalamnya. John Locke adalah seorang pemikir yang berpendapat bahwa
manusia dilakukan dalam keadaan tabula rasa, tidak memiliki apa-apa. Apapun
yang ada dalam diri kita, termasuk ilmu pengetahuan kita berasal dari pengalaman-
pengalaman yang telah kita alami.

3. Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa
pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan
menentukan perkembangan individu.
Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang
meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna
hitam. Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang
disebut dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak.
Karakter atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam
perilaku sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak
konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat
konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen lainnya yang ada
pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude). Aptitude adalah potensi-potensi
yang memungkinkan individu berkembang ke satu arah.
Untuk faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor
eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam
sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan
antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang
dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu
apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak. Sedangkan
pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh kesadaran.
4. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini diringkas dalam tabel berikut
Tahap Usia/Tahun Gambaran
Sensorimotor 0–2 Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada
saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis.
Bayi membangun suatu pemahaman tentang
dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-
pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Preoperational 2–7 Anak mulai mempresentasikan dunia dengan
kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukan
adanya peningkatan pemikiran simbolis dan
melampaui hubungan informasi sensor dan tindak
fisik.
Concrete 7 – 11 Pada saat ini anak dapat berfikir secara logis
operational mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan
mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-
bentuk yang berbeda.
Formal 11 – 15 Anak remaja berfikir dengan cara yang lebih
operational abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.

5. Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)


Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori
Kohlberg , ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang
dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3
tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya
sebagai berikut :
Tingkat Tahap
1. Prakovensional moralitas 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
Pada level ini anak mengenal pemahaman anak tentang baik dan
moralitas berdasarkan dampak yang buruk ditentukan oleh otoritas.
ditimbulkan oleh suatu perbuatan, Kepatuhan terhadap aturan adalah
yaitu menyenangkan (hadiah) atau untuk menghindari hukuman dan
menyakitkan (hukuman). Anak tidak otoritas
melanggar aturan karena takut akan 2. Orientasi hedonistic Instrumental
ancaman hukuman dan otoritas. suatu perbuatan dinilai baik apabila
berfungsi sebagai instrument untuk
memahami kebutuhan atau kepuasan
diri.
2. Konvensional 3. Orientasi anak yang baik tindakan
Suatu perbuatan dinilai baik oleh berorientasikan pada orang lain.
anak apabila mematuhi harapan Suatu perbuatan dinilai baik apabila
otoritas atau kelompok sebaya. menyenangkan bagi orang lain.
4. Orientasi keteraturan dan orientasi
perilaku yang dinilai baik adalah
menunaikan kewajiban,
menghormati otoritas dan
memelihara ketertiban sosial.
5. Orientasi control sosial legalistic dan
3. Pasca konvensional semacam perjanjian antardirinya dan
Pada level ini aturan dan institusi lingkungan sosial. Perbuatan dinilai
dari masyarakat tidak dipandang baik apabila sesuai
sebagai tujuan akhir. Tetapi 6. Orientasi kata hari kebenaran
diperlukan sebagai subjek. Anak ditentukan oleh kata hati, sesuai
mentaati aturan untuk menghindari dengan prisip prinsip etika universal
hukuman kata hati yang bersifat abstrak dan
penghormatan terhadap martabat
manusia

6. Teori Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud)


Fase Oral (0 - 2 tahun). pada fase ini kepuasan seksual manusia berada pada
aktivitas mulut. Contoh, seorang bayi yang menyusu kepada ibunya, maka bayi
tersebut merasa dipuaskan di bagian mulutnya. Fase Anal (2 - 3 tahun), pada fase
ini kepuasan seksual manusia berada pada aktivitas anus. Contoh, seorang bayi
akan merasa puas bila aktivitas pengeluaran dari anusnya berjalan dengan baik.
Fase Phalic (3 - 5 tahun), pada fase ini manusia akan mencoba mengenali identitas
kelaminnya. Contoh, seoarang anak laki-laki akan meniru segala perbuatan yang
dilakukan oleh Ayahnya dan seoarang anak perempuan akan meniru segala
perbuatan yang dilakukan oleh Ibunya. Fase Latent (6 - 12 tahun), aktivitas
seksual manusia pada fase ini cenderung tidak nampak. Hal ini terjadi karena
individu sedang disibukkan dengan pencarian prestasi. Fase Genital (12 tahun ke
atas), fase ini adalah fase akhir dari keseluruhan fase yang ada. Fase ini adalah fase
dimana munculnya kembali aktivitas seksual manusia.

7. Teori Perkembangan Psikososial (Erik H. Erikson)


Developmental Stage Basic Components
Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust
Early childhood (1-3 thn) Autonomy vs Shame, Doubt
Preschool age (4-5 thn) Initiative vs Guilt
School age (6-11 thn) Industry vs Inferiority
Adolescence (12-10 thn) Identity vs Identity Confusion
Young adulthood ( 21-40 thn) Intimacy vs Isolation
Adulthood (41-65 thn) Generativity vs Stagnation
Senescence (+65 thn) Ego Integrity vs Despair

8. Teori Perkembangan Belajar


 Classical Conditioning – Ivan Pavlov
Classical Conditioning adalah tipe belajar dimana stimulus mendapat
kapasitas untuk membangkitkan respon yang pada awalnya ditimbulkan oleh
stimulus lain. Pendapat ini dikemukakan oleh Ivan Pavlov.
Mekanisme
Terdapat dua aspek stimulus, yakni Unconditioned Stimulus (US), stimulus
yang secara otomatis menimbulkan respon tanpa adanya pengkondisian dan
Conditioned Stimulus (CS), didahului oleh stimulus netral serta dua aspek respon,
yakni Unconditioned Response (UR), respon otomatis terhadap US dan
Conditioned Response (CR), respon terhadap CS yang didahului oleh
pengkondisian.
Subjek yang diberi CS dan US akan menimbulkan UR sebagai respon
terhadap US. CS dan US diberikan secara berulang – ulang hingga kemudian
Pavlov tidak memberikan US dan subjek tetap memberikan respon terhadap CS,
respon seperti ini bisa disebut CR karena subjek memberikan respon terhadap CS
setelah diberikan pengkondisian (yaitu pemberian US).

 Operant Conditioning – B. F. Skinner


Operant Conditioning adalah tipe belajar dimana tanggapan/respon datang
dikontrol oleh konsekuensinya, menekankan pada hubungan sebab – akibat.
Dikemukakan oleh Skinner yang sebelumnya telah diteliti oleh Thorndike.
Mekanisme
Manipulasi akibat-akibat yang diberikan terhadap suatu perilaku dengan
tujuan untuk menaikkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku
tersebut, sehingga reinforcement perlu dilakukan secara berulang. Lingkungan
mempengaruhi perilaku yang dimunculkan oleh individu dan frekuensi munculnya
perilaku berubah-ubah sesuai dengan pemerkuat yang mengikutinya. Pada tipe
operant conditioning, pemerkuat (reinforcement) diberikan sesudah munculnya
perilaku.
Terdapat 4 prosedur operant conditioning menurut Skinner, yaitu;
1. Positive Reinforcement; Ketika Individu memunculkan perilaku yang
diharapkan, maka pemerkuat positif (menyenangkan) diberikan.
2. Negative Reinforcement; Ketika individu menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan, maka pemerkuat negatif (tidak menyenangkan)
diberikan.
3. Punishment; Jika individu menunjukkan perilaku yang diharapkan (perilaku
operan) maka hukuman diberikan, jika tidak memunculkan perilaku itu, maka
hukuman dihentikan.
4. Ommision Training; Jika individu memunculkan perilaku operan, maka
pemerkuat akan dihentikan, namun jika individu tidak memunculkan perilaku
operan pemerkuat menyenangkan akan diberikan.

 Observational Learning - Bandura


Observational Learning merupakan tipe belajar secara langsung melalui
pengamatan. Teori ini dikemukakan oleh Bandura. Ia mengidentifikasi terdapat
empat hal penting yang perlu diketahui dalam proses observational learning, yakni
: perhatian, daya ingat, mengolah kembali, dan motivasi.
Mekanisme
Dalam proses pembelajaran tipe ini, diperlukan model sebagai media untuk
dapat diamati secara langsung. Model diharapkan memiliki pengaruh yang kuat
kepada pembelajar demi terciptanya keberhasilan proses. Model pun harus mampu
mengembangakan efikasi diri dan menimbulkan pemerkuat bagi pembelajar.

9. Teori Perkembagan Bahasa


Bayi beru lahir sampai usia satu tahun lazim disebut dengan istilah infant
artinya tidak mampu berbicara. Istilah ini memang tepat kalau dikaitkan dengan
kemampuan berbicara. Perkembangan bahasa bayi dapat dibagi dua yaitu :
 Tahap Perkembangan Artikulasi
Tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir kira-kira berusia 14 bulan. Usaha
kearah “menghasilkan” bunyi-bunyi itu sudah mulai pada minggu-minggu sejak
kelahiran bayi tersebut. Perkembangan menghasilkan bunyi ini disebut
perkembangan artikulasi, dilalui seorang bayi melalui rangkaian tahap sebagai
berikut.
a) Bunyi Resonansi
Penghasilan bunyi, yang terjadi dalam rongga mulut, tidak terlepas dari
kegiatan dan perkembangan montorik bayi pada bagian rongga mulut. Baunyi
yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis karena merasa
tidak enak atau merasa lapar dan bunyi-bunyi sebagai batuk, bersin, dan
sedawa. Disamping itu, ada pula bunyi bukan tangis yang disebut bunyi
“kuasi resonansi, bunyi ini belum ada konsonannya dan vokalnya belum
sepenuhnya mengandung resonansi.

b) Bunyi berdekut
Mendekati usia dua bulan bayi telah mengembangan kendali otot mulut
untuk memulai dan mengentikan gerakan secara mantap. Pada tahap ini suara
tawa dan suara berdekut (cooking) telah terdengar. Bunyi berdekut ini agak
mirip dengan bunyi [ooo] pada burung merpati. Bunyi yang dihasilkan adalah
bunyi konsonan belakang dan tengah dengan vocal belakang, tetapi dengan
resonansi penuh. Bunyi konsonannya mirip dengan bunyi [s] dan bunyi
hampat velar yang mirip dengan bunyi [k] dan [g].

c) Bunyi Berleter
Berleter adalah mengelurkan bunyi yang terus menerus tanpa tujuan.
Berleter ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara empat sampai
enam bulan.

d) Bunyi Berleter Ulang


Tahap ini dilalui si anak berusia antara enam sampai sepuluh bulan.
Konsonan yang mula-mula dapat diucapkan adalah bunyi labial [p] dan [b],
bunyi letup alveolarm [t] dan [d], bunyi nasal [j]. Yang paling umum
terdengar adalah bunyi suku kata yang merupakan rangkaian konsonan dan
vocal seperti “ba-ba-ba” atau “ma-ma-ma”.

e) Bunyi vakabel
Vakabel adalah bunyi yang hamper menyerupai kata, tetapi tidak
mempunyai arti dan bukan merupkan tiruan orang dewasa. Vokabel ini dapat
dihasilkan oleh sang anak antara usia 11 sampai 14 bulan.
 Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
Kemampuan bervakabel dilanjutkan dengan kemampuan mengucapkan
kata, lalu mengucapkan kalimat sederhana, dan kalimat yang lebih
sempurna.
a. Kata Pertama
Kemampuan mengucapkab kata pertama sangat ditentukan oleh
penguasaan artikulasi, dan oleh kemampuabn mengaitkan kata dengan
benda yang menjadi rujukkan (de Vilers, 1097 dalam Purwo, 1989).
Pada tahap ini anak cenderung menyederhanakan pengecapannya yang
dilakukan secara sistematis.
b. Kalimat Satu Kata
Kata pertama yang berhasil diucapkan anak akan disusul oleh kata
kedua, ketiga, keempay dan seterusnya. Kalimat satu kata yang lazim
disebut ucapan holofrasis.
c. Kalimat Dua kata
Yang dimaksud dengan kalimat dua kata adalah kalimat yang hanya
terdiri dari dua buah kata, sebagai kelanjutan dari kalimat satu kata.
d. Kalimat Lebih lanjut
Pernguasaan kalimat dua kata mencapai tahap tertentu, maka
berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri dari tiga buah kata.
 Tahap Menjelang Sekolah
Yang dimaksud dengan menjelang Sekolah di sini adalah menjelang
masuk sekolah dasr, yaitu pada waktu mereka berusia antara lima
sampai enam tahun. Pendidikan di taman kanak-kanak (TK), apalagi
kelompok bermain (playgrop) belum dapat dianggap sebagai sekolah,
sebab sifatnya hanya menolong anak untuk siap memesuki pendidikan
dasar. Ketika memasuski taman kanak-kanak anak sudah menguasai
hampir semua kaidah dasr gramatikal bahanya. Dia sudah dapat
membuat kalimat berita, kalimat Tanya, dan sejumlah konstuksi lain.
Anak pada prasekolah ini telah mempelajari hal-hal yang di luar
kosakata dan tata bahasa. Merka sudah dapat menggunakan bahasa
dalam konteks social yang bermacam-macam.
VI. Masa Pranatal
Masa prantal adalah periode perkembangan pertama dalam jangka kehidupan
manusia dan secara biologis, hidup dimulaipada waktu konsepsi, yaitu pembuahan
dari ovum oleh sperma, dan berakhir pada waktu kelahiran. Masa didalam
kandungan atau prenatal atau masa konsepsi ini sangat penting artinya, karena
merupakan awal kehidupan.

Ciri-ciri Periode Pranatal :


 Kondisi yang baik dalam tubuh Ibu dapat menunjang perkembangan sifat
bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat
perkembangan bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan
datang.
 Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat
pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan
mempengaruhinya, sama hal nya dengan sifat bawaan
 Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama
periode prenatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh
kehidupan individu
 Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik
fisik maupun psikologis
 Periode prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan
sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan

Pemulaian Kehidupan :
 Pematangan
proses pengurangan kromosom melalui pembelahan sel, satu kromosom
dari tiap pasangan kromosom dari tiap pasangan mencari sel yang belum
terbelah, yang selanjutnya akan terbelah menurut panjangnya dan
membentuk dua sel baru
 Ovulasi
Proses lepasnya satu telur yang matang selama siklus haid
 Pembuahan(fertilisasi)
yang terjadi pada masa kehamilan merupakan tahpa ketiga dari permulaan
perkembangan sejak mulanya kehidupan baru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal :


 Kesehatan Ibu
 Gizi Ibu
 Pemakaian bahan-bahan kimia Oleh Ibu
 Keadaan dan ketegangan emosi Ibu
 Usia orangtua atau ibu terlalu tua atau muda keduanya kurang
menguntungkan bagi perkembangan bayi dalam rahim
 Ada juga pengaruh bulan terakhir atau masa kelahiran
 Urgensi Pranata

Walaupun masa prenatal ini relative pendek, akan tetapi penting karena
enam hal berikut :
 Segala sesuatu yang didapatkan dari warisan, ayng menjadi dasar bagi
perkembangan selanjutnya ditetapkan pada masa ini
 Keadaan-keadaan yang menguntungkan didalam badan Ibudapat memlihara
perkembangan dari potensi-potensi yang didapatkan dari warisan,
sedangkan keadaan-keadaan yang kurang baik dapat ataupun merubah pola
perkembangan yang akan datang
 Apabila dibandingkan dengan keadaan didalam periode-periode yang lain,
dalam masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
 Sikap orang-orang yang berarti akan sangat mempengaruhi cara mereka
mengahdapi si kecil, terutama dalam tahun-tahun pertama pembentukan
dirinya
 Periode prenatal masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun
psikis.
VII. Aplikasi dalam Jurnal Penelitian
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Volume. 4, No. 1, April 2015
“Hubungan Sibling Rivalry Dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja”
Tri Vevandi
MMW Tairas
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antra sibling rivalry dengan
motivasi berprestasi padaremaja. Sibling rivalry adalah perilaku yang menunjukkan
kecemburuan, kompetisi dan penolakan antar saudarakandung untuk memperebutkan
perhatian dan kasih sayang orang tua. Sedangkan motivasi berprestasi adalah
motifmencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan pedoman suatu standar keunggulan
tertentu. Penelitian dilakukan padaremaja yang mempunyai saudara kandung yaitu
adik dan sedang menjalani pendidikan di sekolah dengan jumlahsubjek sebanyak 154
orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner berupa skala sibling
rivalry yangterdiri dari 49 aitem dan skala motivasi berprestasi yang terdiri dari 25
aitem. Analisis data yang digunakan padapenelitian ini adalah teknik korelasi Pearson
Correlation dengan bantuan software IBM SPSS 20.0 for windows.Bedasarkan hasil
analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,469 dengan taraf
signifikansi 0,001.Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat sibling rivalry dengan motivasiberprestasi pada remaja dengan
kekuatan hubungan yang sedang.

Kata Kunci: Sibling rivalry, Motivasi Berprestasi, Remaja

Sibling rivalry dapat juga terjadi karena pola asuh orang tua yang salah. Seringkali,
orang tua membanding – bandingkan antara anak yang dianggap lebih pintar dan
menomorduakan anak yang minim prestasi. Akibatnya hal ini akan berpengaruh pada
motivasi anak untuk mengukir prestasi. Sibling rivalrysendiri memiliki kadar yang rendah
apabila rasabenci, cemburu, cemas dan marah yang ditunjukkanpada saudara kandung
jarang terjadi. Sebaliknya, jikahal tersebut sering terjadi dalam intensitas yang tinggimaka
dapat dikatakan bahwa sibling rivalry tinggi (Boyle, 1999). Dengan hubungan saudara
kandungyang mengarah pada kompetisi negatif tersebut, anakakan merasa kurang percaya
diri dalam meraih prestasi.
Hasil penelitian ini juga sesuai denganpendapat Millman & Schaefer (1981) bahwa
anak yanglebih tua memiliki keseriusan, ketekunan dalammengerjakan tugas dan memiliki
motivasi yang tinggimencapai prestasi lebih dari saudara kandungnya.McClelland (1987)
menyatakan bahwa motivasiberprestasi akan mempengaruhi hasil prestasiindividu
sehingga individu yang memiliki ketekunan,keseriusan, dengan usaha yang sungguh-
sungguh. dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan akanmendapat hasil yang maksimal
pula. Remaja yangmenjadi subjek penelitian ini merupakan masaperalihan dari anak-anak
menuju dewasa dengansegala dinamika yang dilaluinya, pada salah satu
tugasperkembangan Havighurst (dalam Monks, 1999)remaja mampu mencapai tingkah
laku sosial yangbertanggung jawab atas apa yang sedangdijalankannya. Dalam hal ini
adalah pendidikan yang diberikan oleh sekolah. Remaja dituntut untuk dapatberkarya dan
berprestasi dan bertingkah laku seperti orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ernilawati, N. & Rahmida, L. (2010). Paradigma Belajar. Fakultas Psikologi Universitas


Gajah Mada. Makalah.

Haditono, S. Rahayu. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press

Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Setyawati, Nanik. (2009). Teori Balajar Bahasa. Semarang: IKIP PGRI Semarang

Vevandi, Tri., M.M.W. Tairas. (2015). Hubungan Sibling Rivalry dengan Motivasi
Berprestasi Pada Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Vol. 4
(1), hal. 46 – 56

Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada : WadsWorth
Cengage Learning

Anda mungkin juga menyukai