kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, dukungan
masyarakat terhadap pemerintah yang sah, dan ketaatan warga masyarakat melaksanakan
kebijakan pemerintah adalah pertanda adanya integrasi dalam arti vertikal. Sebaliknya kebijakan
demi kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang tidak/kurang sesuai dengan keinginan dan
harapan masyarakat serta penolakan sebagian besar warga masyarakat terhadap kebijakan
pemerintahan menggambarkan kurang adanya integrasi vertikal. Memang tidak ada kebijakan
pemerintah yang dapat melayani dan memuaskan seluruh warga masyarakat, tetapi setidak-
tidaknya kebijakan pemerintah hendaknya dapat melayani keinginan dan harapan sebagian besar
warga masyarakat.
Jalinan hubungan kerja sama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat, kesedian untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai antara
kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada satu sama lain, merupakan
pertanda adanya integrasi dalam arti horizontal. Kita juga tidak dapat mengharapkan
terwujudnya integrasi horizontal ini dalam arti yang sepenuhnya. Pertentangan atau konflik antar
kelompok dengan berbagai latar belakang perbedaan yang ada, tidak pernah tertutup sama
sekali kemungkinannya untuk terjadi. Namun yang diharapkan bahwa konflik itu dapat dikelola
dan dicarikan solusinya dengan baik, dan terjadi dalam kadar yang tidak terlalu mengganggu
upaya pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan nasional.
Di era globalisasi, tantangan itu ditambah oleh adanya tarikan global dimana keberadaan
negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntunan dan kecenderungan global.
Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar
berupa globalisasi yang cenderung mengabaikan batas-batas negara-bangsa, dan tarikan dari
dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan etnis,
kesukuan atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami
tantangan yang semakin berat.
Disisi lain, tantangan integrasi juga dapat dikaitkan dengan aspek-aspek lain dalam
integrasi yakni aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Produktivitas - Kwantitas
- Kwalitas
- Sesuai dengan kebutuhan pasar
- Hindari bentuk monopoli
Dengan ketetapan UU No.32 tahun 2004 secara legal formal menggantikan UU No.5 tahun
1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah
UU No.9 tahun 1979 tentang pemerintahan desa
UU No.20 tahun 1999 tentang pemerintahan desa
Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang otonomi daerah sangatlah tepat sesuai demgan
tuntutan masyarakat indonesia, yang mengharapkan adanya pemerataan pembangunan
dan hasil-hasil nya untuk semua daerah.
G. Perangkat Daerah
Kepala Sekretaris Daerah Kecamatan
Daerah
/ Sekretaris DPRD
Wakil
Kepala Dinas Daerah Kelurahan
Daerah
Badan / Kantor / RSUD
H. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
1. Sentralisasi yaitu : Sistem pemerintahan dimana segala pemerintahan (kekuasaan)
dipusatkan di pemerintahan pusat.
2. Desentralisasi yaitu : Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI
3. Dekonsentrasi yaitu : Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertikal di wilayah tertentu
4. Tugas Pembantuan yaiut : Penugasan dari pemerintah kepada daerah atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota atau desa kepada desa untuk melaksanakan
tugas tertentu.
J. Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan terdiri atas :
1. Urusan Pemerintahan ABSOLUT, yakni : Urusan pemerintahan yang mutlak menjadi
kewenangan pemerintah pusat (Politik luar negeri, Pertahanan, Keamanan Yustisi, Moneter
dan Fiskalnas, Agama).
2. Urusan Pemerintahan KONKUREN, yakni : Urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintahan pusat, Provinsi dan kabupaten/kota.
3. Urusan Pemerintahan UMUM, yakni : Urusan pemerintahan pusat yang dilimpahkan
pelaksanaanya kepada gubernur dan bupati/walikota di wilayahnya masing-masing.