Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN
Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh
penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat
mengakibatkan terhalangnya aliran udara. (Heru, 2001)
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
mengakibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan
(mengi atau sesak). (Corwin, 2001)
Asma yang merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hypersentifitas cabang-cabang tracheabronchiale terhadap sebagai jenis
rangsangan cukup menyiksa penderitanya. Keadaan ini di manifestasikan
akibat penyempitan saluran-saluran secara periodik.dan reversible. Perubahan
patologis yang menyebabkan penyempitan jalan nafas ini oleh karena adanya
bronkospasme, oedema mukosa dan hipersekresi ulcus yang kental. (Nurarif &
Kusuma, 2013)
Penderita asma bronchial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain
penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan
asma bisa dating secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya, risiko kematian bisa dating. Gangguan asma bronchial juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran
pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos
saluran pernafasan, pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan
lender yang berlebih. (Nurarif & Kusuma, 2013)

2. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM


Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen kedalam tubuh. Serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar

1
dari tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
Secara garis besar saluran pernafasan dibagi menjadi dua zona, zona
konduksi yang dimulai dari hidung, faring, laring,trakea, bronkus, bronkiolus
segmentalis dan berakir pada bronkiolus terminalis. Sedangkan zona
respiratoris dimulai dari bronkiolus respiratoris, duktus alveoli dan berakhir
pada sakus alveulus terminalis. (Brunner & Suddarth, 2002)
Saluran pernafasan mulai dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh
membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk kerongga hidung, udara
tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan
fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epiotel thorak yang
bertingkat, bersilia dan bersel goblet.Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan
mukus yang sisekresi sel goblet dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu
yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang
hidung. Sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus
untuk kemudian dibatukkan atau ditelan. Air untuk kelembapan diberikan oleh
lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai keudara inspirasi berasal dari
jaringan dibawahnya yang kaya dengan pembulu darah, sehingga bila udara
mencapai faring hampir bebas debu,bersuhu mendekati suhu tubuh dan
kelembapanya mencapai 100%.
Udara mengalir dari hidung kefaring yang merupakan tempat
persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Faring dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu : nasofaring, orofaring dan laringofaring. Dibawah
selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat follikel
getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat dua buah tonsil
kiri dan kanan dari tekak.
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke trakea di bawahnya (Syaifuddin,1997). Laring merupakan rangkaian
cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara.
Diantara pita suara terdapat glotis yang merupakan pemisah saluran
pernafasan bagian atas dan bawah. Pada saat menelan, gerakan laring keatas,
penutupan dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang

2
berbentuk daun berperan untuk mengarahkan makanan ke esofagus, tapi jika
benda asing masih bisa melampaui glotis, maka laring mempunyai fungsi
batuk yang akan membantu merngeluarkan benda dan sekret keluar dari
saluran pernafasan bagian bawah. (Corwin, 2001)
Trakea dibentuk 16 sampai dengan 20 cincin tulang rawan, yang
berbentuk seperti kuku kuda dengan panjang kurang lebih 5 inci (9-11 cm),
lebar 2,5 cm, dan diantara kartilago satu dengan yang lain dihubaungkan oleh
jaringan fibrosa, sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu
getar(sel bersilia) yang hanya bergerak keluar. Sel-sel bersilia ini berguna
untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama udara
pernafasan, dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos dan lapisan mukusa.
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yamg terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis ke IV dan V. Sedangkan tempat dimana trakea
bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri disebut karina. Karina
memiliki banyak syaraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
yang kuat jika batuk dirangsang . Bronkus utama kanan lebih pendek , lebih
besar dan lebih vertikal dari yang kiri. Terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga
cabang. Bronkus utama kiri lebih panjang,dan lebih kecil, terdiri dari 9-12
cicin serta mempunyai dua cabang. (Corwin, 2001)
Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara kecil yang tidak
mengandung alveoli (kantung udara) dan memiliki garis 1 mm. Bronkiolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukuranya dapat berubah. Seluruh saluran uadara ,mulai dari hidung
sampai bronkiolus terminalis ini disebut saluran penghantar udara atau zona
konduksi. Bronkiolus ini mengandung kolumnar epitellium yang mengandung
lebih banyak sel goblet dan otot polos, diantaranya strecch reseptor yang
dilanjutkan oleh nervus vagus.
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari : Bronkiolus
respiratoris, duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminalis yang merupakan
struktur akhir dari paru.

3
Secara garis besar fungsi pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu
pertukaran gas dan keseimbangan asam basa. Fungsi pertukaran gas ada tiga
proses yang terjadi. Pertama ventilasi, merupakan proses pergerakan keluar
masuknya udara melalui cabang-cabang trakeo bronkial sehingga oksigen
sampai pada alveoli dan karbondioksida dibuang. Pergerakan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan. Udara akan mengalir dari tekanan yang tianggi ke
tekanan yang rendah. Selama inspirasi volume thorak bertambah besar karena
diafragma turun dan iga terangkat. Peningkatan volume ini menyebabkan
menurunan tekanan intra pleura dari –4 mmHg (relatif terhadap tekanan
atmosfir) menjadi sekita –8mmHg. Pada saat yang sama tekanan pada intra
pulmunal menurun –2 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfir). Selisih
tekanan antara saluran udara dan atmosfir menyebabkan udara mengalir
kedalam paru sampai tekanan saluran udara sama dengan tekanan atmosfir.
Pada ekspirasi tekanan intra pulmunal bisa meningkat 1-2 mmHg akibat
volume torak yang mengecil sehingga udara mengalir keluar paru.
Proses kedua adalah difusi yaitu masuknya oksigen dari alveoli ke
kapiler melalui membran alveoli-kapiler. Proses ini terjadi karena gas
mengalir dari tempat yang tinggai tekanan parsialnya ketempat yang lebih
rendah tekanan partialnya. Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan partial
yang lebih tinggi dari oksigen yang berada didalam darah. Karbondioksida
darah lebih tinggi tekanan partialnya dari pada karbondioksida dialveoli.
Akibatnya karbondioksida mengalir dari darah ke alveoli.
Proses ketiga adalah perfusi yaitu proses penghantaran oksigen dari
kapiler ke jaringan melalui transpor aliran darah. Oksigen dapat masik ke
jaringan melalui dua jalan : pertama secara fisik larut dalam plasma dan secara
kimiawi berikata dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin, sedangkan
karbondioksida ditransportasi dalam darah sebagai bikarbonat, natrium
bikarbonat dalam plasma dan kalium bikarbonat dalam sel-sel darah merah.
Satu gram hemoglobin dapat mengika 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi
hemoglobin rata-rata dalam darah orang dewasa sebesar 15 gram, maka 20,1
ml oksigen bila darah jenuh total ( Sa O2 = 100% ),bila darah teroksigenasi
mencapai jaringan . Oksigen mengalir dari darah masuk ke cairan jaringan
karena tekanan partial oksigen dalam darah lebih besar dari pada tekanan

4
dalam cairan jaringan. Dari dalam cairan jaringan oksigen mengalir kedalan
sel-sel sesuai kebutuhan masing-masing. Sedangkan karbondioksida yang
dihasilkan dalam sel mengalir kedalam cairan jaringan. Tekanan partial
karbondioksida dalam jaringan lebih besar dari pada tekanan dalam darah
maka karbondioksida mengalir dari cairan jaringan kedalam darah.
Fungsi sebagain pengaturan keseimbangan asam basa : pH darah yang
normal berkisar 7,35 – 7,45. Sedangkan manusia dapat hidup dalam rentang
pH 7,0 – 7,45. Pada peninggian CO2 baik karena kegagalan fungsi maupun
tambahnya produksi CO2 jaringan yang tidak dikompensasi oleh paru
menyebabkan perubahan pH darah. Asidosis respiratoris adalah keadaan
terjadinya retensi CO2 atau CO2 yang diproduksi oleh jaringan lebih banyak
dibandingkan yang dibebaskan oleh paru. Sedangkan alkalosis respiratorius
adalah suatu keadaan Pa CO2 turun akibat hiper ventilasi. (Brunner &
Suddarth, 2002)

3. PENGERTIAN
Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai
macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau
setelah mendapat pengobatan. (Corwin, 2001)

4. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma
ekstrinsik.

5
b. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
c. Asthma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. (Brunner & Suddarth,
2002)

5. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi
1) Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-
obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti :
perhiasan, logam dan jam tangan.

6
2) Perubahan cuaca. Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
3) Stress. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja. Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur
atau cuti.
5) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma
akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh
raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut. (Dongoes, 2000)

6. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut
: seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody

7
ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor
ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Brunner &
Suddarth, 2002)

7. TANDA DAN GEJALA


a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) BGA belum patologis

8
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan
kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal

9
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru, yaitu:
 Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation
 Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right Bundle branch Block)
 Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.

e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan
spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.

9. PENATALAKSANAAN
a. MEDIK
Pengobatan farmakologik :
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan:

10
a) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin). Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent) Fenoterol (berotec) Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang
oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang
sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b) Santin (teofilin) Nama obat : Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard) Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin
sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /
aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan
perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
2) Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma
alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian
satu bulan.
3) Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari.
Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral

11
b. KEPERAWATAN
Pengobatan non farmakologik:
1) Memberikan penyuluhan.
2) Menghindari faktor pencetus.
3) Pemberian cairan.
4) Fisiotherapy.
5) Beri O2 bila perlu.

12
10. PENYIMPANGAN KDM
Faktor Presipitasi: Alergen,
Faktor Predisposisi: Perubahan cuaca, strees,
Genetik lingkungan kerja, olahraga

Merangsang respon
imun untuk menjdi aktif

Merangsang Ig E menempel
pada sel mast

Pelepasan histamin, branikidin,


dan prostaglandin

Perubahan status Bronchospasme Asma Vasokonstriksi


kesehatan otot polos

Ventilasi menurun Pembentukan mukus


Kurangnya informasi Bronkho konstriksi
tentang penyakitnya & edema
Konsentrasi O2 dalam Akumulasi secret di
darah menurun trakea & bronkus
Defisiensi pengetahuan Bronchospasme

Hipoksemia Ketidakefektifan
Mekanisme koping bersihan jalan nafas Obstruksi jalan
tidak efektif nafas

Suplai darah dan O2 ke


Ansietas jantung berkurang Peningkatan kerja
otot pernafasan

Penurunan Cardiac
Gangguan pertukaran Metabolisme menurun Output
gas Nafsu makan
Kelemahan otot
Energi menurun pernafasan menurun
Penurunan
curah jantung
Kelemahan umum Ketidakefektifan Ketidakseimbang
pola nafas an nutrisi kurang
dari kebutuhan
Intoleransi aktivitas tubuh

13
11. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat kesehatan masa lalu
 Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
 Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor
lingkungan
b. Aktivitas
 Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
 Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan
melakukan aktivitas sehari-hari
 Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
 Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
 Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
 Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
 Adanya bunyi napas mengi
 Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
 Adanya peningkatan tekanan darah
 Adanya peningkatan frekuensi jantung
 Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e. Integritas ego
 Ansietas
 Ketakutan
 Peka rangsangan
 Gelisah
f. Asupan nutrisi
 Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
 Penurunan berat badan karena anoreksia
g. Hubungan sosial
 Keterbatasan mobilitas fisik
 Susah bicara atau bicara terbata-bata
 Adanya ketergantungan pada orang lain

14
12. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih, peningkatan produksi mucus.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas
dan volume sekuncup jantung
4. Ganggguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan laju metabolik, dipsnea saat makan dan kelemahan otot
pengunyah.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
7. Ansietas berhungan dengan mekanisme koping inefektif.
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

13. PERENCANAAN KEPERAWATAN


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih, peningkatan produksi mucus.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Ketidakefektifan NOC: NIC
bersihan jalan nafas  Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /
berhubungan dengan Ventilation tracheal suctioning.
mucus dalam jumlah  Respiratory status : Airway 2. Berikan O2 ……l/mnt,
berlebih, peningkatan patency metode………
produksi mucus yang  Aspiration Control 3. Anjurkan pasien untuk
ditandai dengan: istirahat dan napas dalam
DS: Setelah dilakukan tindakan 4. Posisikan pasien untuk
Dispneu keperawatan selama … pasien memaksimalkan ventilasi

15
DO: menunjukkan keefektifan jalan 5. Lakukan fisioterapi dada
a. Penurunan suara nafas dibuktikan dengan jika perlu
nafas kriteria hasil : 6. Keluarkan sekret dengan
b. Orthopneu 1. Mendemonstrasikan batuk batuk atau suction
c. Cyanosis efektif dan suara nafas 7. Auskultasi suara nafas,
d. Kelainan suara yang bersih, tidak ada catat adanya suara
nafas (rales, sianosis dan dyspneu tambahan
wheezing) (mampu mengeluarkan 8. Berikan bronkodilator
e. Kesulitan sputum, bernafas dengan 9. Monitor status
berbicara mudah, tidak ada pursed hemodinamik
f. Sputum dalam lips) 10. Berikan pelembab udara
jumlah yang 2. Menunjukkan jalan nafas Kassa basah NaCl
berlebih yang paten (klien tidak Lembab
g. Batuk, tidak merasa tercekik, irama 11. Berikan antibiotik
efektif atau tidak nafas, frekuensi pernafasan 12. Atur intake untuk cairan
ada dalam rentang normal, mengoptimalkan
h. Gelisah tidak ada suara nafas keseimbangan.
i. Perubahan abnormal) 13. Monitor respirasi dan
frekuensi dan 3. Mampu status O2
irama nafas mengidentifikasikan dan 14. Pertahankan hidrasi yang
mencegah faktor yang adekuat untuk
penyebab. mengencerkan sekret
15. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi

16
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
Ketidakefektifan pola NOC: NIC:
nafas berhubungan Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
dengan kelemahan Ventilation memaksimalkan ventilasi
otot pernafasan yang Respiratory status : Airway 2. Pasang mayo bila perlu
ditandai dengan: patency 3. Lakukan fisioterapi dada
DS: Vital sign Status jika perlu
a. Dyspnea 4. Keluarkan sekret dengan
b. Nafas pendek Setelah dilakukan tindakan batuk atau suction
DO: keperawatan selama … pasien 5. Auskultasi suara nafas,
a. Penurunan menunjukkan keefektifan pola catat adanya suara
tekanan nafas, dibuktikan dengan tambahan
inspirasi/ekspiras kriteria hasil: 6. Berikan bronkodilator
i 1. Mendemonstrasikan batuk 7. Berikan pelembab udara
b. Penurunan efektif dan suara nafas Kassa basah NaCl
pertukaran udara yang bersih, tidak ada Lembab
per menit sianosis dan dyspneu 8. Atur intake untuk cairan
c. Menggunakan (mampu mengeluarkan mengoptimalkan
otot pernafasan sputum, mampu bernafas keseimbangan.
tambahan dg mudah, tidakada pursed 9. Monitor respirasi dan
d. Pernafasan lips) status O2
cuping hidung 2. Menunjukkan jalan nafas 10. Bersihkan mulut, hidung
e. Orthopnea yang paten (klien tidak dan secret trakea
f. Pernafasan merasa tercekik, irama 11. Pertahankan jalan nafas
pursed-lip nafas, frekuensi pernafasan yang paten
g. Tahap ekspirasi dalam rentang normal, 12. Observasi adanya tanda
berlangsung tidak ada suara nafas tanda hipoventilasi

17
sangat lama abnormal) 13. Monitor adanya
h. Penurunan 3. Tanda Tanda vital dalam kecemasan pasien
kapasitas vital rentang normal (tekanan terhadap oksigenasi
i. Respirasi: < 11 – darah, nadi, pernafasan) 14. Monitor vital sign
24 x /mnt 15. Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
16. Ajarkan bagaimana batuk
efektif
17. Monitor pola nafas

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas


dan volume sekuncup jantung
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung berhubungan  Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
dengan perubahan effectiveness dada
kontakbilitas dan  Circulation Status 2. Catat adanya tanda dan
volume sekuncup  Vital Sign Status gejala penurunan cardiac
jantung yang ditandai  Tissue perfusion: perifer putput
dengan: 3. Monitor status pernafasan
DO/DS: Setelah dilakukan tindakan yang menandakan gagal
a. Aritmia, keperawatan selama… jantung
takikardia, penurunan curah jantung 4. Atur periode latihan dan
bradikardia pasien teratasi dengan kriteria istirahat untuk
b. Palpitasi, oedem hasil: menghindari kelelahan
c. Kelelahan 1. Tanda Vital dalam 5. Monitor toleransi aktivitas

18
d. Distensi vena rentang normal (Tekanan pasien
jugularis darah, Nadi, respirasi) 6. Monitor adanya dyspneu,
e. Kulit dingin dan 2. Dapat mentoleransi fatigue, tekipneu dan
lembab aktivitas, tidak ada ortopneu
f. Penurunan denyut kelelahan 7. Anjurkan untuk
nadi perifer 3. Tidak ada edema paru, menurunkan stress
g. Oliguria, kapilari perifer, dan tidak ada 8. Monitor TD, nadi, suhu,
refill lambat asites dan RR
h. Nafas pendek/ 4. Tidak ada penurunan 9. Auskultasi TD pada kedua
sesak nafas kesadaran lengan dan bandingkan
i. Perubahan warna 5. Warna kulit normal 10. Monitor TD, nadi, RR,
kulit sebelum, selama, dan
j. Batuk, bunyi setelah aktivitas
jantung S3/S4 11. Monitor jumlah, bunyi dan
k. Kecemasan irama jantung
12. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
18. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen

19
19. Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
20. Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
21. Minimalkan stress
lingkungan

d. Ganggguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


perfusi ventilasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Ganggguan NOC: NIC :
1. Posisikan pasien untuk
pertukaran gas  Respiratory Status : Gas
memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan exchange
2. Pasang mayo bila perlu
ketidakseimbangan  Keseimbangan asam Basa,
3. Lakukan fisioterapi dada
perfusi ventilasi yang Elektrolit
jika perlu
ditandai dengan:  Respiratory Status :
4. Keluarkan sekret dengan
DS: ventilation
batuk atau suction
a. sakit kepala  Vital Sign Status
5. Auskultasi suara nafas,
ketika bangun
catat adanya suara
b. Dyspnoe Setelah dilakukan tindakan
tambahan
c. Gangguan keperawatan selama ….
6. Berikan bronkodilator ;
penglihatan Gangguan pertukaran pasien
7. Barikan pelembab udara
DO: teratasi dengan kriteria hasi:
8. Atur intake untuk cairan
a. Penurunan CO2 1. Mendemonstrasikan
mengoptimalkan
b. Takikardi peningkatan ventilasi dan
keseimbangan.
c. Keletihan oksigenasi yang adekuat
9. Monitor respirasi dan
d. Iritabilitas 2. Memelihara kebersihan
status O2

20
e. Hypoxia paru paru dan bebas dari 10. Catat pergerakan dada,
f. kebingungan tanda tanda distress amati kesimetrisan,
g. sianosis pernafasan penggunaan otot
h. warna kulit 3. Mendemonstrasikan tambahan, retraksi otot
abnormal batuk efektif dan suara supraclavicular dan
(pucat, nafas yang bersih, tidak intercostal
kehitaman) ada sianosis dan dyspneu 11. Monitor suara nafas,
i. Hipoksemia (mampu mengeluarkan seperti dengkur
j. Frekuensi dan sputum, mampu bernafas 12. Monitor pola nafas :
kedalaman dengan mudah, tidak ada bradipenea, takipenea,
nafas abnormal pursed lips) kussmaul, hiperventilasi,
4. Tanda tanda vital dalam cheyne stokes, biot
rentang normal 13. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
14. Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
15. Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
16. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)

21
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan laju metabolik, dipsnea saat makan dan kelemahan otot
pengunyah.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management
nutrisi kurang dari  Nutritional status 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b.d  Nutritional status: food makanan
intake yang kurang, and fluid intake 2. Kolaborasi dengan ahli
anoreksia yang  Nutritional status: nutrient gizi untuk menentukan
ditandai dengan: intake jumlah kalori dan nutrisi
DS:  Weight control yang dibutuhkan pasien
a. Nyeri abdomen 3. Yakinkan diet yang
b. Muntah Setelah dilakukan tindakan dimakan mengandung
c. Kejang perut keperawatan selama …… tinggi serat untuk
d. Rasa penuh tiba- nutrisi kurang teratasi dengan mencegah konstipasi
tiba setelah kriteria hasil: 4. Ajarkan pasien
makan 1. Adanya peningkatan berat bagaimana membuat
DO: badan sesuai dengan tujuan catatan makanan harian.
a. Rontok rambut 2. Berat badan ideal sesuai 5. Monitor jumlah nutrisi
yang berlebih dengan tinggi badan dan kandungan kalori
b. Kurang nafsu 3. Mampu mengidentifikasi 6. Berikan informasi
makan kebutuhan nutrisi tentang kebutuhan nutrisi
c. Bising usus 4. Tidak ada tanda-tanda 7. Kaji kemampuan pasien
berlebih malnutrisi untuk mendapatkan
d. Konjungtiva 5. Menunjukkan peningkatan nutrisi yang dibutuhkan
pucat fungsi pengecapan dari Nutrition Monitoring
e. Denyut nadi menelan 1. Monitor adanya
lemah penurunan BB dan gula
6. Tidak terjadi penurunan darah
berat badan yang berarti 2. Monitor lingkungan

22
selama makan
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
5. Monitor mual dan muntah
6. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
7. Monitor intake nuntrisi
8. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
9. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
10. Kelola pemberan anti
emetik
11. Anjurkan banyak minum
12. Pertahankan terapi IV line
13. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval

23
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan  Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
ketidakseimbangan  Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
antara suplai dan  Konservasi energy melakukan aktivitas
kebutuhan oksigen. 2. Kaji adanya faktor yang
yang ditandai dengan: Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelemahan
DS: keperawatan selama …. Pasien 3. Monitor nutrisi dan
a. Melaporkan bertoleransi terhadap aktivitas sumber energi yang
secara verbal dengan kriteria hasil : adekuat
adanya kelelahan 1. Berpartisipasi dalam 4. Monitor pasien akan
atau kelemahan. aktivitas fisik tanpa adanya kelelahan fisik
b. Adanya dyspneu disertai peningkatan dan emosi secara
atau tekanan darah, nadi dan berlebihan
ketidaknyamanan RR 5. Monitor respon
saat beraktivitas. 2. Mampu melakukan kardivaskuler terhadap
DO : aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi,
a. Respon abnormal (ADLs) secara mandiri disritmia, sesak nafas,
dari tekanan darah diaporesis, pucat,
atau nadi terhadap perubahan hemodinamik)
aktifitas 6. Kolaborasikan dengan
b. Perubahan ECG : Tenaga Rehabilitasi
aritmia, iskemia Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
7. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan

24
8. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
9. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
10. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
11. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai

g. Ansietas berhungan dengan mekanisme koping inefektif.


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Ansietas b.d koping NOC : NIC :
individu inefektif  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
yang ditandai dengan:  Koping (penurunan kecemasan)
1. Gunakan pendekatan
DO/DS:
a. Kontak mata Setelah dilakukan tindakan yang menenangkan
kurang keperawatan selama … 2. Nyatakan dengan jelas
b. Berfokus pada kecemasan pasien teratasi harapan terhadap perilaku
diri sendiri dengan kriteria hasil: pasien

25
c. Iritabilitas 1. Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur
d. Takut mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
e. Nyeri perut mengungkapkan gejala selama prosedur
f. Penurunan TD cemas 4. Libatkan keluarga untuk
dan denyut nadi 2. Mengidentifikasi, mendampingi klien
g. Diare, mual, mengungkapkan dan 5. Instruksikan pada pasien
kelelahan menunjukkan tehnik untuk untuk menggunakan
h. Gangguan tidur mengontol cemas tehnik relaksasi
i. Gemetar 3. Vital sign dalam batas 6. Dengarkan dengan penuh
j. Anoreksia, mulut normal perhatian
kering 4. Postur tubuh, ekspresi 7. Identifikasi tingkat
k. Peningkatan TD, wajah, bahasa tubuh dan kecemasan
denyut nadi, RR tingkat aktivitas 8. Bantu pasien mengenal
l. Kesulitan menunjukkan situasi yang
bernafas berkurangnya kecemasan menimbulkan kecemasan
m. Bingung 9. Dorong pasien untuk
n. Bloking dalam mengungkapkan
pembicaraan perasaan, kecemasan.
o. Sulit 10. Kelola pemberian obat
berkonsentrasi anti cemas

h. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Defisiensi NOC: NIC :
pengetahuan b.d  Knowledge : disease 1. Kaji tingkat pengetahuan
kurangnya informasi process pasien dan keluarga
yang ditandai dengan:  Kowledge : health Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari
DS: Menyatakan penyakit dan bagaimana

26
secara verbal Setelah dilakukan tindakan hal ini berhubungan
adanya masalah keperawatan selama …. pasien dengan anatomi dan
DO: Ketidakakuratan menunjukkan pengetahuan fisiologi, dengan cara yang
mengikuti tentang proses penyakit dengan tepat.
instruksi, kriteria hasil: 3. Gambarkan tanda dan
perilaku tidak 1. Pasien dan keluarga gejala yang biasa muncul
sesuai menyatakan pemahaman pada penyakit, dengan cara
tentang penyakit, kondisi, yang tepat
prognosis dan program 4. Gambarkan proses
pengobatan penyakit, dengan cara
2. Pasien dan keluarga yang tepat
mampu melaksanakan 5. Identifikasi kemungkinan
prosedur yang dijelaskan penyebab, dengan cara
secara benar yang tepat
3. Pasien dan keluarga 6. Sediakan informasi pada
mampu menjelaskan pasien tentang kondisi,
kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim 7. Sediakan bagi keluarga
kesehatan lainnya informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Corwin, J. E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Cynthia M, T. (2010). Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta:


EGC.

Dongoes, M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ganong. (1999). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Heru, S. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: Media Action.

Wilkinson, J. M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

28
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. “S” DENGAN GANGGUAN
PADA SISTEM RESPIRASI “ASMA BRONCHIALE”
DI RUANG PERAWATAN I (INTERNA) RSUD
SYEKH YUSUF KAB. GOWA 2015

Nama pasien : Ny. S


Alamat : Ana
Sappu
Umur : 39
Tahun
Pekerjaan : IRT

PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT INAP (KMB)


1. Tiba diruangan : Tanggal 28 Februari 2015, pukul 18:00 WITA
2. Pengkajian : Tanggal 28 Februari 2015, pukul 18:30 WITA
Diperoleh dari : Pasien dan keluarga pasien
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Cara masuk : Menggunakan stretcher
4. Asal masuk : IGD

PENGKAJIAN MEDIS (DOKTER)


1. Keluhan utama : Sesak
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak sejak tadi siang, batuk (+) kadang
mual (-), muntah (-), sakit kepala (+), nyeri
ulu hati (+), demam (-), keringat dingin
(+). BAK baik dan BAB frekuensi 4 kali
yang terakhir encer dan lendir (+), alergi
debu dan cuaca dingin, alergi obat asam
mefenamat, ibu profen. Pasien merasa

29
leher tegang, nyeri dada (+). Riwayat asma
(+), dahak tidak keluar.
3. Riwayat penyakit dahulu :-
4. Riwayat penyakit dalam keluarga : -
5. Riwayat pekerjaan :-
6. Status ekonomi :-
7. Riwayat alergi : Alergi debu dan cuaca dingin, alergi obat
asam mefenamat, dan ibu profen.

PEMERIKSAAN UMUM
1. Keadaan umum :-
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. GCS : E (4) V (5) M (6)

PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan penunjang sebelum rawat inap: tidak ada pemeriksaan
penunjang.
2. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala :-
b. Mata :-
c. THT :-
d. Leher :-
e. Mulut :-
f. Jantung dan pembuluh darah :-
g. Thorax, paru-paru dan payudara :-
h. Abdomen :-
i. Kulit dan system limfatik :-
j. Tulang belakang dan anggota tubuh : -
k. System saraf :-
l. Genital, anus, dan rectum :-
m. Status (lokalis) :-

30
n. Lain-lain :-
3. Pengkajian nyeri
a. Ada nyeri dengan skala nyeri …
b. Tipe :
c. Deskripsi :
d. Frekuensi :
e. Lama nyeri :
4. Diagnose kerja: Asma Bronchial
5. Perencanaan pelayanan:
1) IVFD RL 20 tpm
2) Terapi oksigen 3 liter/ menit (nasal kanul)
3) Nebulizer Combivent
4) Ranitidine 1 amp/ 8 jam/ iv
5) Dexamethason 1 amp/ 8 jam/ iv
6) Aminophilin 1 amp/ 8 jam
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Anamnese
1. Tanggal : 01 Maret 2015 pukul 08:00 WITA
2. Diperoleh dari : Pasien dan keluarga pasien
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengeluh sesak, sesak meningkat
jika berbaring telentang dan setelah
melakukan aktivitas. Batuk (+) disertai
dahak tidak keluar. Pasien mengatakan
tidak mampu melakukan aktivitas karena
sesak.
4. Alat kesehatan yang terpasang
Jenis Keterangan
IVFD RL Terpasang dari IGD tanggal 28 Februari
2015, dengan jumlah tetesan 20 tpm

31
O2 Pasien dipasangi O2 di ruang perawatan
I pada tanggal 28 Februari 2015.

5. Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan sebelumnya pernah di


rawat di RS karena penyakit yang sama
(asma).
6. Riwayat penyakit keluarga:

G1

G2 ? ? ?

G3 46 43 35 33 30

39 42

G4 19 15

Keterangan : : Laki-Laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: pasien
Angka menunjukkan umur dalam tahun

32
G1 : Orang tua dari ayah dan ibu pasien meninggal karena
faktor yang tidak diketahui
G2 : Ibu pasien meninggal karena penyakit rematik sedangkan
ayah pasien meninggal karena penyakit asma.
G3 : Pasien dan saudaranya. Saudara ke 5 pasien juga
menderita penyakit asma.
G4 : anak pasien
Kesimpulan : Penyakit yang diderita pasien merupakan penyakit yang
diturunkan dari generasi ke 2 (ayah).

7. Riwayat pemeriksaan penunjang: Tidak ada pemeriksaan penunjang


8. Riwayat alergi : Pasien mengatakan alergi terhadap debu, dan cuaca
dingin, alergi obat asam mefenamat dan ibu profen.
9. Riwayat transfuse darah : pasien mengatakan belum pernah transfusi darah
10. Pasien tidak memiliki riwayat kemotherapi
11. Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan radiotherapy.

B. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda tanda vital :
TD :140/80 mmHg
N : 104 x/i
S : 36 0 C
P : 40 x/i
3. BB : 56 kg TB : 160 cm
4. Kardiovaskuler
a. Warna kulit : Normal. Tidak ada kemerahan, seanosis, dan pucat
b. Nyeri dada : Ya, saat terlalu lama batuk
c. Denyut nadi : Tidak teratur
d. Sirkulasi : Akral hangat
e. Pulsasi : Kuat

33
5. Respirasi
a. Pola nafas : Tachipnea, P : 40 x/i
b. Volume pernafasan : Hiperventilasi
c. Jenis pernafasan : Pernafasan dada, dan menggunakan otot
bantu nafas
d. Irama nafas : Tidak teratur
e. Kesulitas bernafas : Ya, dispnea yang disertai dengan adanya
bunyi nafas tambahan: wheezing.
f. Batuk dan sekresi : batuk produktif dengan dahak tidak keluar.
6. Gastrointestinal
a. Mulut : tidak ada kelainan,
b. Gigi : Nampak adanya caries pada gigi
c. Lidah : tidak ada kelainan
d. Tenggorokan : tidak ada gangguan menelan
e. Abdomen : tidak ada kelainan
7. Pengindraaan dan sensori
a. Penglihatan : tidak ada kelainan
b. Pendengaran : tidak ada kelainan
c. Bicara : tidak jelas karena pengaruh sesak
d. Sensorik : tidak ada kelainan
e. Motoric : ada kelemahan
f. Kekuatan otot : lemah
4 4
4 4

8. Kenyamanan
a. Apakah ada nyeri : tidak ada
b. Riwayat merokok : tidak ada riwayat merokok
c. Riwayat minum-minuman keras : tidak ada
d. Riwayat penggunaan obat penenang : pasien tidak memiliki riwayat
penggunaan obat penenang.

34
9. Integument
a. Warna : Normal
b. Turgor : Baik
c. Kulit : Normal, tidak terdapat lesi
d. Ktiteria resiko decubitus : Tidak ada risiko dekubitus
10. Kebutuhan istirahat tidur : pasien mengatakan susah tidur ketika sesak
muncul
11. Pengkajian fungsi ekstremitas
a. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari : bantuan sebagian
b. Aktivitas : duduk, karena sesak meningkat jika pasien baring
c. Berjalan : dibantu oleh keluarga
d. Ekstremitas atas dan bawah: Lemah

12. Proteksi
a. Status mental : Pasien mengikuti perintah (kooperatif)
b. Status psikologis : Pasien nampak gelisah
c. Pengkajian pasien resiko jatuh
No Tingkat Resiko Skala Hasil
1 Riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir Tidak 0 0
Ya 25
2 Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0 0
Ya 25
3 Alat bantu jalan : 0
- Bedrest/ dibantu perawat 0
- Penopang, tongkat/ walker 15
- Furnitur 30
4 Pengobatan : 10
- Memakai IV 10
- Terapi sedatif, narkotik, psikotropika 20
5 Cara berjalan/ berpindah : 10
- Normal, bedrest, Immobilisasi 0
- Lemah 10
- Terganggu 20
6 Status mental : 0
- Orientasi sesuai kemampuan diri 0
- Lupa keterbatasan diri 10
Total 20

35
13. Eliminasi
a. BAB : Normal
b. BAK : Normal
14. Seksual/reproduksi :
Wanita
- Menstruasi pertama, usia 15 tahun, lama siklus 29 hari
- Menopause : Belum
- Hamil : Tidak
- Tanggal haid terakhir : 13 Februari 2015
- Pemeriksaan papsmear : tidak
- Pemeriksaan payudara sendiri : tidak
- Penggunaan alat kontrasepsi : ya, jenis pil
15. Kebutuhan komunikasi/Pendidikan dan pengajaran :
a. Bicara : Bicara tidak jelas karena pengaruh sesak
b. Bahasa sehari-hari : Bahasa daerah (Bugis Makassar)
c. Perlu penerjemah : Tidak
d. Hambatan berjalan : Tidak
e. Tingkat pendidikan : SMA
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang proses penyakit,
terapi dan obat.
16. Spiritual
a. Agama : islam
b. Pasien mengungkapakan keprihatinana yang berhubungan dengan
rawat inap yang mana pasien tidak mampu untuk mempertahankan
praktek spiritual seperti biasa.
17. Sistem social
a. Pekerjaan : IRT
b. Tinggal bersama : Suami dan anak
c. Kondisi lingkungan rumah
- Kondisi lantai : tidak licin
- Tangga rumah : ada

36
- Penerangan : cukup
- Tempat tidur : aman
- Wc : aman dengan posisi jongkok

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Pasien mengeluh sesak 1. TD : 140/80 mmHg


2. Pasien mengatakan sesak S : 360 C
meningkat jika berbaring P : 40 x/i
telentang N : 104 x/i
3. Pasien mengatakan sesak 2. Tachipnea
meningkat setelah melakukan 3. Hiperventilasi
aktivitas 4. Irama nafas tidak teratur
4. Pasien mengatakan tidak 5. Dyspnea
mampu melakukan aktivitas 6. Nampak menggunakan otot
karena sesak bantu pernafasan
7. Bunyi nafas tambahan
(wheezing)
8. Batuk
9. Dahak tidak keluar
10. Takikardi
11. Gelisah
12. KU Lemah
13. Kesulitan berbicara
14. ADL dibantu oleh keluarga
15. Kekuatan otot
4 4
4 4

37
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Asma Ketidakefektifan
 Pasien mengeluh sesak  bersihan jalan
DO: Pembentukan mucus nafas
 Tachipnea (P: 40 x/i) 
 Irama nafas tidak Akumulasi sekret di
teratur trakea dan bronkus
 Dyspnea 
 Bunyi nafas tambahan Ketidakefektifan
(wheezing) bersihan jalan nafas
 Batuk
 Dahak tidak keluar
 Gelisah
 Kesulitan berbicara

2 DS: Asma Ketidakefektifan


 Pasien mengeluh sesak  pola nafas
 Pasien mengatakan Bronchospasme
sesak meningkat jika 
berbaring telentang Obstruksi jalan nafas

DO: Peningkatan kerja otot
 TD : 140/80 mmHg pernafasan
 Tachipnea (P : 40 x/i) 
 Hiperventilasi Kelemahan otot
 Irama nafas tidak pernafasan
teratur 

38
 Dyspnea Ketidakefektifan pola
 Nampak menggunakan nafas.
otot bantu pernafasan
 Takikardi (N: 104 x/i)
KU Lemah
3 DS: Asma Intoleransi
 Pasien mengatakan  aktivitas
sesak meningkat Bronchospasme
setelah melakukan 
aktivitas Ventilasi menurun
 Pasien mengatakan 
tidak mampu Hipoksemia
melakukan aktivitas 
karena sesak Metabolism menurun
DO:

 KU Lemah Energy menurun
 ADL dibantu oleh 
keluarga Kelemahan umum
 Kekuatan otot 
4 4
Intoleransi aktivitas
4 4

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam


jumlah berlebih, peningkatan produksi mucus.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

39
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama/ Umur : Ny. S / 39 Tahun


Ruang/ Kamar : Perawatan I / II. A

No Diagnose keperawatan Tujuan/ hasil yang Rencana tindakan Rasional tindakan TTD/
diharapkan Nama
1 Ketidakefektifan bersihan NOC: NIC:
jalan nafas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respirasi 1. Tachipnea biasanya ada
dengan peningkatan produksi keperawatan selama 3x24 pada beberapa derajat
mucus yang ditandai dengan: jam, pasien menunjukkan dan ditemukan selama
DS: status pernafasan: kepatenan stress
 Pasien mengeluh sesak jalan nafas dengan kriteria 2. Observasi 2. Batuk dapat menetap
DO: hasil: karakteristik batuk tapi tidak efektif
 Tachipnea (P: 40 x/i) 1. Pasien mampu batuk 3. Auskultasi suara 3. Pada obstruksi jalan
 Irama nafas tidak efektif. nafas, catat adanya nafas dapat ditemukan
teratur 2. Suara nafas bersih. suara nafas adanya suara nafas
 Dyspnea 3. Tidak ada dyspneu. tambahan tambahan seperti roncki
4. Irama dan frekuensi dan wheezing

40
 Bunyi nafas tambahan pernafasan dalam 4. Anjurkan pasien 4. Alergen dapat
(wheezing) rentang normal. untuk menghindari memperberat keadaan
 Batuk alergen: debu, dan
 Dahak tidak keluar dingin

 Gelisah 5. Ajarkan teknik 5. Metode batuk dengna

 Kesulitan berbicara batuk efektif benar yang dapat


menghemat energy dan
mengeluarkan dahak
secara maksimal
6. Kolaborasi untuk 6. Untuk mengencerkan
pemberian terapi dahak dan
nebulizer melonggarkan jalan
nafas
7. Berikan obat 7. Meningkatkan diameter
bronkodilator jalan nafas sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

41
2 Ketidakefektifan pola nafas NOC: NIC:
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Dasar untuk
kelemahan otot pernafasan, keperawatan selama 3x24 menentukan intervensi
yang ditandai dengan: jam pasien menunjukkan selanjutnya
DS: pola pernafasan efektif 2. Monitor pola nafas 2. Takipnea biasa ada
 Pasien mengeluh sesak dengan kriteria hasil: selama stress
 Pasien mengatakan 5. Tidak ada dyspneu 3. Catat pergerakan 3. Untuk mengetahui
sesak meningkat jika 6. Tidak menggunakan dada, amati adanya adanya penggunaan otot
berbaring telentang otot bantu pernafasan penggunaan otot tambahan
7. Tidak ada suara nafas tambahan
DO: tambahan 4. Auskultasi suara 4. Pada obstruksi jalan
 TD : 140/80 mmHg 8. Tanda tanda vital nafas nafas ditemukan adanya
 Tachipnea (P : 40 x/i) dalam rentang normal suara nafas tambahan
 Hiperventilasi 5. Posisikan pasien 5. Posisi semifowler atau

 Irama nafas tidak untuk fowler dapat

teratur memaksimalkan memaksimalkan

 Dyspnea ventilasi (semifowler ventilasi

 Nampak menggunakan atau fowler)

42
otot bantu pernafasan 6. Kolaborasi 6. Untuk memperbaiki
 Takikardi (N: 104 x/i) pemberian terapi O2 atau mencegah
memburuknya hipoksia

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan NIC:


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Kaji adanya faktor 1. Mengetahui
ketidakseimbangan antara jam pasien menunjukkan yang menyebabkan penghambat
suplai dan kebutuhan toleransi aktivitas dengan kelemahan penyelesaian masalah
oksigen, yang ditandai kriteria hasil : 2. Observasi adanya 2. Sebagai dasar intervensi
dengan: 1. Mampu melakukan pembatasan pasien selanjutnya
DS: aktivitas sehari hari dalam melakukan
 Pasien mengatakan (ADLs) secara mandiri aktivitas
sesak meningkat 2. Tidak terjadi 3. Bantu pasien untuk 3. Mengetahui tingkat
setelah melakukan peningkatan frekuensi mengidentifikasi imobilisasi pasien
aktivitas pernafasan saat aktivitas yang
 Pasien mengatakan beraktivitas mampu dilakukan
tidak mampu 4. Bantu untuk memilih 4. Mobilisasi yang
melakukan aktivitas aktivitas konsisten dipaksakan dapat
karena sesak yang sesuai dengan memperberat keadaan

43
DO: kemampuan fisik
 KU Lemah 5. Libatkan keluarga 5. Meminimalkan
 ADL dibantu oleh dalam melakukan kelemahan fisik
keluarga aktivitas
 Kekuatan otot
4 4
4 4

44
CATATAN TERINTEGRASI

Nama/ Umur : Ny. S / 39 Tahun


Ruang/ Kamar : Perawatan I / II.A

No Tanggal/ jam Tindakan TTD


1 02/ 03/15 1. Memonitor respirasi
Dinas Pagi Hasil:
08:12 Irama nafas tidak teratur dengan
pernafasan pasien tachipnea (P: 40 x/i)
08:19 2. Mengobservasi karakteristik batuk
Hasil:
Pasien nampak batuk, dahak tidak keluar
08:26 3. Mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya
suara nafas tambahan.
Hasil:
Terdengar suara nafas tambahan
wheezing
08:34 4. Menganjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
Hasil:
Pasien mengikuti anjuran untuk
menghindari debu dan dingin
08:44 5. Mengajarkan teknik batuk efektif
Hasil:
Telah dilakukan sesuai SOP
08:55 6. Melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
Hasil:
Nebulizer combivent

45
09:15 7. Memberikan obat bronkodilator
Hasil:
Pemberian aminophilin 1 amp/ 8 jam

14.05 Evaluasi
S :
- Pasien mengeluh sesak
O:
- Tachipnea (P: 37 x/i)
- Dyspnea
- Irama nafas tidak teratur
- Terdengar bunyi nafas tambahan
(wheezing)
A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
8. Monitor respirasi
9. Observasi karakteristik batuk
10. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
11. Anjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
12. Anjurkan batuk efektif
13. Berikan obat bronkodilator

2 08:00 1. Memonitor TTV


Hasil:
TD : 140/80 mmHg
S : 360 C
P : 40 x/i
N : 104 x/i

46
08:08 2. Memonitor pola nafas
Hasil:
Pola nafas cepat/ tachipnea (P: 40 x/i)
08:23 3. Mencatat pergerakan dada, mengamati adanya
penggunaan otot tambahan
Hasil:
Pasien nampak menggunakan otot bantu
nafas
08:39 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
Hasil:
Posisi pasien fowler
09:20 5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi O2
Hasil:
Terapi O2 3 liter/ menit dengan metode
nasal kanul

14.16 Evaluasi
S:
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengatakan sesak meningkat jika
berbaring telentang
O:
- Tachipnea (P: 37 x/i)
- Hiperventilasi
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Dyspnea
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

47
P : Lanjutkan intervensi:
7. Monitor TTV
8. Monitor pola nafas
9. Catat pergerakan dada, amati adanya
penggunaan otot tambahan
10. Auskultasi suara nafas
11. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
12. Kolaborasi pemberian terapi O2

3 09:27 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan


kelemahan
Hasil:
Kelemahan disebabkan karena sesak
09:34 2. Mengobservasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
Hasil:
Nampak adanya pembatasan aktivitas
pasien
09:40 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
Pasien tidak mampu melakukan
aktivitas karena sesak
09:44 4. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
Hasil:
KU lemah sehingga pasien belum
mampu beraktivitas
09:50 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas

48
Hasil:
Aktivitas dibantu oleh keluarga

14.27 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan sesak meningkat
setelah melakukan aktivitas
O:
- KU Lemah
- ADL dibantu oleh keluarga
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Pertahankan intervensi:
6. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan
7. Observasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
10. Libatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas

1 Dinas Siang 1. Memonitor respirasi


14:55 Hasil:
Irama nafas tidak teratur dengan
pernafasan pasien tachipnea (P: 37 x/i)
15.00 2. Mengobservasi karakteristik batuk
Hasil:
Pasien nampak batuk, dahak tidak keluar

49
15.08 3. Mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya
suara nafas tambahan.
Hasil:
Terdengar suara nafas tambahan
wheezing
15.15 4. Menganjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
Hasil:
Pasien mengikuti anjuran untuk
menghindari debu dan dingin
15.21 5. Mengajarkan teknik batuk efektif
Hasil:
Telah dilakukan sesuai SOP
15.30 6. Memberikan obat bronkodilator
Hasil:
Pemberian aminophilin 1 amp/ 8 jam

21.00 Evaluasi
S :
- Pasien mengeluh sesak
O:
- Tachipnea (P: 32 x/i)
- Dyspnea
- Irama nafas tidak teratur
- Terdengar bunyi nafas tambahan
(wheezing)
A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor respirasi
2. Observasi karakteristik batuk

50
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
4. Anjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
5. Anjurkan batuk efektif
6. Kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
7. Berikan obat bronkodilator

2 14.40 1. Memonitor TTV


Hasil:
TD : 130/80 mmHg
S : 36,30 C
P : 37 x/i
N : 85 x/i
14.49 2. Memonitor pola nafas
Hasil:
Pola nafas cepat/ tachipnea (P: 37 x/i)
15.05 3. Mencatat pergerakan dada, mengamati adanya
penggunaan otot tambahan
Hasil:
Pasien nampak menggunakan otot bantu
nafas
15.10 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
Hasil:
Posisi pasien fowler
15.35 5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi O2
Hasil:
Terapi O2 3 liter/ menit dengan metode
nasal kanul

51
21.11 Evaluasi
S:
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengatakan sesak meningkat jika
berbaring telentang
O:
- Tachipnea (P: 32 x/i)
- Hiperventilasi
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Dyspnea
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor TTV
2. Monitor pola nafas
3. Catat pergerakan dada, amati adanya
penggunaan otot tambahan
4. Auskultasi suara nafas
5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
6. Kolaborasi pemberian terapi O2

3 15.40 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan


kelemahan
Hasil:
Kelemahan disebabkan karena sesak
15.47 2. Mengobservasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
Hasil:
Nampak adanya pembatasan aktivitas

52
pasien
15.52 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
Pasien tidak mampu melakukan
aktivitas karena sesak
15.59 4. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
Hasil:
KU lemah sehingga pasien belum
mampu beraktivitas

16.10 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan


aktivitas
Hasil:
Aktivitas dibantu oleh keluarga

21.23 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan sesak meningkat
setelah melakukan aktivitas
O:
- KU Lemah
- ADL dibantu oleh keluarga
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Pertahankan intervensi:
1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan
2. Observasi adanya pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi

53
aktivitas yang mampu dilakukan
4. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
5. Libatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas

1 Dinas Malam 1. Memonitor respirasi


21.32 Hasil:
Irama nafas tidak teratur dengan
pernafasan pasien tachipnea (P: 32 x/i)
21.36 2. Mengobservasi karakteristik batuk
Hasil:
Pasien nampak batuk, dahak tidak keluar
21.40 3. Mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya
suara nafas tambahan.
Hasil:
Terdengar suara nafas tambahan
wheezing
21.47 4. Menganjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
Hasil:
Pasien mengikuti anjuran untuk
menghindari debu dan dingin
21.55 5. Menganjurkan teknik batuk efektif
Hasil:
Telah dilakukan sesuai SOP
22.06 6. Melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
Hasil:
Nebulizer combivent

54
23.00 7. Memberikan obat bronkodilator
Hasil:
Pemberian aminophilin 1 amp/ 8 jam

06.30 Evaluasi
S :
- Pasien mengeluh sesak
O:
- Tachipnea (P: 35 x/i)
- Dyspnea
- Irama nafas tidak teratur
- Terdengar bunyi nafas tambahan
(wheezing)
A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor respirasi
2. Observasi karakteristik batuk
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
4. Anjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
5. Anjurkan batuk efektif
6. Kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
7. Berikan obat bronkodilator

2 21.28 1. Memonitor TTV


Hasil:
TD : 130/80 mmHg
S : 360 C

55
P : 32 x/i
N : 82 x/i
21.32 2. Memonitor pola nafas
Hasil:
Pola nafas cepat/ tachipnea (P: 32 x/i)
21.43 3. Mencatat pergerakan dada, mengamati adanya
penggunaan otot tambahan
Hasil:
Pasien nampak menggunakan otot bantu
nafas
22.10 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
Hasil:
Posisi pasien fowler
22.15 5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi O2
Hasil:
Terapi O2 3 liter/ menit dengan metode
nasal kanul

06.42 Evaluasi
S:
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengatakan sesak meningkat jika
berbaring telentang
O:
- Tachipnea (P: 35 x/i)
- Hiperventilasi
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Dyspnea

56
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor TTV
2. Monitor pola nafas
3. Catat pergerakan dada, amati adanya
penggunaan otot tambahan
4. Auskultasi suara nafas
5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
6. Kolaborasi pemberian terapi O2

3 22.25 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan


kelemahan
Hasil:
Kelemahan disebabkan karena sesak
22.30 2. Mengobservasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
Hasil:
Nampak adanya pembatasan aktivitas
pasien
22.37 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
Pasien tidak mampu melakukan
aktivitas karena sesak
22.43 4. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
Hasil:
KU lemah sehingga pasien belum
mampu beraktivitas

57
22.49 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas
Hasil:
Aktivitas dibantu oleh keluarga

06.50 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan sesak meningkat
setelah melakukan aktivitas
O:
- KU Lemah
- ADL dibantu oleh keluarga
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Pertahankan intervensi:
1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan
2. Observasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
4. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
5. Libatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas

1 03/ 03/15 1. Memonitor respirasi


Dinas Pagi Hasil:
07.16 Irama nafas tidak teratur dengan
pernafasan pasien tachipnea (P: 35 x/i)
07.21 2. Mengobservasi karakteristik batuk
Hasil:

58
Pasien nampak batuk, dahak sudah bisa
dikeluarkan
07.30 3. Mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya
suara nafas tambahan.
Hasil:
Terdengar suara nafas tambahan
wheezing
07.40 4. Menganjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
Hasil:
Pasien mengikuti anjuran untuk
menghindari debu dan dingin
07.47 5. Menganjurkan teknik batuk efektif
Hasil:
Telah dilakukan sesuai SOP
07.54 6. Melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
Hasil:
Nebulizer combivent
08.00 7. Memberikan obat bronkodilator
Hasil:
Pemberian aminophilin 1 amp/ 8 jam

14.05 Evaluasi
S :
- Pasien mengeluh masih sesak
O:
- Tachipnea (P: 28 x/i)
- Dyspnea
- Irama nafas tidak teratur
- Terdengar bunyi nafas tambahan

59
(wheezing)
A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor respirasi
2. Observasi karakteristik batuk
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara nafas tambahan
4. Anjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
5. Anjurkan batuk efektif
6. Berikan obat bronkodilator

2 07:00 1. Memonitor TTV


Hasil:
TD : 140/80 mmHg
S : 36,10 C
P : 35 x/i
N : 90 x/i
07:10 2. Memonitor pola nafas
Hasil:
Pola nafas cepat/ tachipnea (P: 35 x/i)
07.18 3. Mencatat pergerakan dada, mengamati adanya
penggunaan otot tambahan
Hasil:
Pasien nampak menggunakan otot bantu
nafas
07.26 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
Hasil:
Posisi pasien fowler

60
08.12 5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi O2
Hasil:
Terapi O2 3 liter/ menit dengan metode
nasal kanul

14.15 Evaluasi
S:
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengatakan sesak meningkat jika
berbaring telentang
O:
- Tachipnea (P: 28 x/i)
- Hiperventilasi
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Dyspnea
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor TTV
2. Monitor pola nafas
3. Catat pergerakan dada, amati adanya
penggunaan otot tambahan
4. Auskultasi suara nafas
5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
6. Kolaborasi pemberian terapi O2

61
3 08.20 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan
Hasil:
Kelemahan disebabkan karena sesak
08.26 2. Mengobservasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
Hasil:
Nampak adanya pembatasan aktivitas
pasien
08.31 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
Pasien mampu ke WC untuk BAB atau
BAK dengan disertai peningkatan sesak.
08.38 4. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
Hasil:
KU lemah sehingga pasien belum
mampu beraktivitas
08.44 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas
Hasil:
Aktivitas dibantu oleh keluarga

14.26 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan sesak meningkat
setelah melakukan aktivitas
O:
- KU Lemah
- ADL dibantu oleh keluarga

62
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Pertahankan intervensi:
1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan
2. Observasi adanya pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
4. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
5. Libatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas

1 Dinas Siang 1. Memonitor respirasi


14.45 Hasil:
Irama nafas tidak teratur dengan
pernafasan pasien tachipnea (P: 28 x/i)
14.50 2. Mengobservasi karakteristik batuk
Hasil:
Pasien nampak batuk, dahak sudah dapat
dikeluarkan
14.56 3. Mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya
suara nafas tambahan.
Hasil:
Terdengar suara nafas tambahan
wheezing
15.00 4. Menganjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
Hasil:
Pasien mengikuti anjuran untuk

63
menghindari debu dan dingin
15.21 5. Mengajarkan teknik batuk efektif
Hasil:
Telah dilakukan sesuai SOP
15.30 6. Memberikan obat bronkodilator
Hasil:
Pemberian aminophilin 1 amp/ 8 jam

21.05 Evaluasi
S :
- Pasien mengeluh masih sesak
O:
- Tachipnea (P: 26 x/i)
- Dyspnea
- Irama nafas tidak teratur
- Terdengar bunyi nafas tambahan
(wheezing)
A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor respirasi
2. Observasi karakteristik batuk
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
4. Anjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
5. Anjurkan batuk efektif
6. Kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
7. Berikan obat bronkodilator

64
2 14.31 1. Memonitor TTV
Hasil:
TD : 130/80 mmHg
S : 360 C
P : 28 x/i
N : 80 x/i
14.39 2. Memonitor pola nafas
Hasil:
Pola nafas cepat/ tachipnea (P: 28 x/i)
15.05 3. Mencatat pergerakan dada, mengamati adanya
penggunaan otot tambahan
Hasil:
Pasien nampak menggunakan otot bantu
nafas
15.10 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
Hasil:
Posisi pasien fowler
15.35 5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi O2
Hasil:
Terapi O2 3 liter/ menit dengan metode
nasal kanul
21.15 Evaluasi
S:
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengatakan sesak meningkat jika
berbaring telentang
O:
- Tachipnea (P: 26 x/i)
- Hiperventilasi
- Nampak menggunakan otot bantu

65
pernafasan
- Dyspnea
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor TTV
2. Monitor pola nafas
3. Catat pergerakan dada, amati adanya
penggunaan otot tambahan
4. Auskultasi suara nafas
5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
6. Kolaborasi pemberian terapi O2

3 15.40 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan


kelemahan
Hasil:
Kelemahan disebabkan karena sesak
15.47 2. Mengobservasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
Hasil:
Nampak adanya pembatasan aktivitas
pasien
15.52 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
Pasien mampu ke WC untuk BAB atau
BAK dengan disertai peningkatan sesak.
15.59 4. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik

66
Hasil:
KU lemah sehingga pasien belum
mampu beraktivitas

16.10 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan


aktivitas
Hasil:
Aktivitas dibantu oleh keluarga

21.25 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan sesak meningkat
setelah melakukan aktivitas
O:
- KU Lemah
- ADL dibantu oleh keluarga
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Pertahankan intervensi:
1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan
2. Observasi adanya pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
4. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
5. Libatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas

67
1 Dinas Malam 1. Memonitor respirasi
21.32 Hasil:
Irama nafas tidak teratur dengan
pernafasan pasien tachipnea (P: 26 x/i)
21.36 2. Mengobservasi karakteristik batuk
Hasil:
Pasien nampak batuk, dahak sudah dapat
dikeluarkan
21.40 3. Mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya
suara nafas tambahan.
Hasil:
Terdengar suara nafas tambahan
wheezing
21.47 4. Menganjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
Hasil:
Pasien mengikuti anjuran untuk
menghindari debu dan dingin
21.55 5. Menganjurkan teknik batuk efektif
Hasil:
Telah dilakukan sesuai SOP
22.06 6. Melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
Hasil:
Nebulizer combivent
23.00 7. Memberikan obat bronkodilator
Hasil:
Pemberian aminophilin 1 amp/ 8 jam

68
06.20 Evaluasi
S :
- Pasien mengeluh sesak
O:
- Tachipnea (P: 24 x/i)
- Dyspnea
- Irama nafas tidak teratur
- Terdengar bunyi nafas tambahan
(wheezing)
A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor respirasi
2. Observasi karakteristik batuk
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
4. Anjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
5. Anjurkan batuk efektif
6. Kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
7. Berikan obat bronkodilator

2 21.38 1. Memonitor TTV


Hasil:
TD : 120/80 mmHg
S : 36,50 C
P : 26 x/i
N : 84 x/i
21.42 2. Memonitor pola nafas
Hasil:

69
Pola nafas cepat/ tachipnea (P: 26 x/i)
21.53 3. Mencatat pergerakan dada, mengamati adanya
penggunaan otot tambahan
Hasil:
Pasien nampak menggunakan otot bantu
nafas
22.10 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
Hasil:
Posisi pasien fowler
22.15 5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi O2
Hasil:
Terapi O2 3 liter/ menit dengan metode
nasal kanul

06.35 Evaluasi
S:
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengatakan sesak meningkat jika
berbaring telentang
O:
- Tachipnea (P: 24 x/i)
- Hiperventilasi
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Dyspnea
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor TTV
2. Monitor pola nafas

70
3. Catat pergerakan dada, amati adanya
penggunaan otot tambahan
4. Auskultasi suara nafas
5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
6. Kolaborasi pemberian terapi O2

3 22.25 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan


kelemahan
Hasil:
Kelemahan disebabkan karena sesak
22.30 2. Mengobservasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
Hasil:
Nampak adanya pembatasan aktivitas
pasien
22.37 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
Pasien mampu ke WC untuk BAB atau
BAK dengan disertai peningkatan sesak.
22.43 4. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
Hasil:
KU lemah sehingga pasien belum
mampu beraktivitas
22.49 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas
Hasil:
Aktivitas dibantu oleh keluarga

71
06.45 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan sesak meningkat
setelah melakukan aktivitas
O:
- KU Lemah
- ADL dibantu oleh keluarga
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Pertahankan intervensi:
1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan
2. Observasi adanya pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
4. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
5. Libatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas

04/ 03/ 15 1. Memonitor respirasi


Dinas Pagi Hasil:
Pernafasan pasien tachipnea (P: 24 x/i)
07:17 2. Mengobservasi karakteristik batuk
Hasil:
Pasien nampak batuk, dahak sudah bisa
dikeluarkan
07:25 3. Mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya
suara nafas tambahan.
Hasil:
Tidak ada suara nafas tambahan

72
07:38 4. Menganjurkan pasien untuk menghindari
alergen: debu, dan dingin
Hasil:
Pasien mengikuti anjuran untuk
menghindari debu dan dingin
07:47 5. Menganjurkan teknik batuk efektif
Hasil:
Telah dilakukan sesuai SOP dan pasien
mampu melakukan batuk efektif
07:54 6. Melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi
nebulizer
Hasil:
Nebulizer combivent
08:05 7. Memberikan obat bronkodilator
Hasil:
Pemberian aminophilin 1 amp/ 8 jam

13:00 Evaluasi
S :
- Pasien mengatakan mampu batuk efektif
- Pasien mengatakan tidak sesak
O:
- Suara nafas bersih, tidak ada dyspneu
- Irama nafas teratur dengan frekuensi
pernafasan 22 x/i
A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas teratasi
P : Hentikan intervensi

73
07:00 1. Memonitor TTV
Hasil:
TD : 130/80 mmHg
S : 36, 20 C
P : 24 x/i
N : 82 x/i
07:07 2. Memonitor pola nafas
Hasil:
Pola nafas cepat/ tachipnea (P: 24 x/i)
07:30 3. Mencatat pergerakan dada, mengamati adanya
penggunaan otot tambahan
Hasil:
Pasien nampak menggunakan otot bantu
nafas
07:42 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (semifowler atau fowler)
Hasil:
Posisi pasien semifowler
08:10 5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi O2
Hasil:
Terapi O2 3 liter/ menit dengan metode
nasal kanul

13:15 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan sudah tidak sesak
O:
- Pasien tidak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Tidak ada suara nafas tambahan
- TTV dalam rentang normal
TD: 120/80 mmHg
S : 360 C

74
P : 22 x/i
N : 76 x/i
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi
P : Hentikan intervensi

08:20 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan


kelemahan
Hasil:
Kelemahan disebabkan karena sesak
08:27 2. Mengobservasi adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas
Hasil:
Nampak adanya pembatasan aktivitas
pasien, karena aktivitas dapat
meningkatkan sesak
08:35 3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
Pasien sudah mampu ke WC untuk
BAB atau BAK tanpa peningkatan
sesak.
08:42 4. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik
Hasil:
KU lemah sehingga pasien belum terlalu
bisa beraktivitas
08:49 5. Melibatkan keluarga dalam melakukan
aktivitas
Hasil:
Aktivitas dibantu oleh keluarga

75
13: 25 Evaluasi
S:
- Pasien mengatakan mampu melakukan
aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
O:
- Pasien dapat bergerak dengan mudah tanpa
peningkatan pernafasan
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi
P : Hentikan intervensi

76

Anda mungkin juga menyukai