Keadaan sepsis yang berat akan memacu keluarnya sitokin yang mengaktivasi jalur koagulasi sistemik se-
hingga berakhir pada proses disseminated intravascular coagulation (KID). Pada kasus ini, Antitrombin III
(AT III) diberikan pada seorang anak perempuan berusia 14 tahun dengan diagnosis kerja anemia aplastik
dan sepsis berat. Kadar AT III pada pasien sepsis akan menurun sampai 60% dan akan tetap rendah selama
proses sepsis masih berlangsung. Suplementasi dari luar akan meningkatkan kadar AT III sesuai target yang
diharapkan. Waktu pemberian AT III yang tepat adalah pada saat pasien sepsis mengalami non-overt KID
atau pada saat pasien mengalami sepsis yang tergolong pada stratum II (berisiko tinggi terhadap kematian).
Dari data yang ada pemberian AT III dosis rendah memberikan perbaikan yang lebih nyata dibandingkan
dosis tinggi, namun dosis AT III sebaiknya dihitung secara individual berdasarkan kadar AT III aktual dan
berat badan pasien. Mengenai efek perdarahan pada penggunaan AT III dengan heparin sampai saat ini
masih kontroversial. Sari Pediatri 2011;12(6):373-80.
A
ntitrombin III merupakan suatu preparat Keadaan sepsis merupakan bentuk stress fisik yang
anti-koagulan yang alamiah dan memiliki sangat berat yang dapat mengakibatkan sekresi dari
sifat anti-inflamasi. Kadar AT III dalam sitokin pro- dan anti-inflamasi serta mobilisasi dari
darah meturun 20%-40% pada pasien leukosit dan aktivasi proses pembekuan. Trombin
sakit berat dan penurunannya berkorelasi dengan akan mengaktifkan fibringen menjadi fibrin. Pada
derajat penyakit. Peningkatan kadar AT III hingga inflamasi yang berlanjut, mediator inflamasi dan
normal diharapkan berdampak positif bagi pasien.1 pembentukan mikrotrombi, akibat aktifasi sistim
pembekuan, dapat mengakibatkan kegagalan organ
multipel.2 Di samping sifat antikoagulan, AT III juga
Alamat korespondensi:
memiliki efek anti-inflamasi yang diharapkan berguna
Dr. Rismala Dewi, Sp.A. Subbagian Pediatri Gawat Darurat Depatemen pada keadaan sepsis. Interaksi preparat AT III dengan
Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Jl. Salemba No. 6, Jakarta 10430. heparin yang merupakan terapi standar pada koagulasi
Telp. 021-3914125. Fax. 021-390 7743. intravaskular diseminata (KID) perlu diperhatikan,
karena adanya heparin akan meningkatkan aktivitas cukup, tanpa distress pernafasan. Pada pemeriksaan
AT III.1 paru terdengar bunyi napas vesikuler, tidak terdengar
ronki maupun mengi, dan saturasi oksigen 100% tanpa
pemberian oksigen. Frekuensi nadi pasien 110x/menit,
Kasus teratur, isi cukup, dan tekanan darah 110/70mmHg.
Bunyi jantung I dan II normal, terdengar murmur
Seorang anak perempuan, usia 14 tahun, datang ke ejeksi sistolik grade II/6, terdengar sama keras pada
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah sakit dr. Cipto seluruh jantung, tidak berkurang dengan perubahan
Mangunkusumo (RSCM) tanggal 28 Agustus 2010 posisi, tidak terdengar adanya irama derap. Akral te-
dengan keluhan utama buang air kecil merah sejak raba hangat, capillary refill time kurang dari 3 detik.
empat jam sebelumnya. Pasien merupakan pasien Diuresis 1,6 ml/kg/jam tanpa obat-obatan penunjang
Poliklinik Hematologi anak RSCM dengan diagnosis kardiovaskular. Pasien mengalami perdarahan saluran
anemia aplastik hiposeluler berdasarkan hasil BMP cerna (melena). Abdomen datar, lemas, dan bising usus
empat bulan sebelum masuk rumah sakit. Sejak saat itu normal, hepar dan lien tidak teraba. Tidak ditemukan
pasien berobat teratur ke Poliklinik Hematologi anak edema, maupun ikterik. Analisis gas darah, elektrolit,
RSCM dan menjalani perawatan berulang di bangsal albumin, kadar gula darah, fungsi hati, dan fungsi gin-
Ilmu Kesehatan Anak RSCM karena perdarahan. jal dalam batas normal. Pasien tidak memperlihatkan
Satu hari sebelum dirawat pasien mengalami nyeri infeksi namun pasien berada dalam keadaan neutro-
kepala progresif sepulang berobat di rumah sakit. Ri- penia. Pasien tampak pucat dengan perdarahan saluran
wayat trauma sebelumnya disangkal. Tidak didapatkan cerna, perdarahan saluran kemih, dan perdarahan
kejang, kelumpuhan, maupun demam. Pasien terlihat intraserebral (berdasarkan hasil CT scan kepala). Pada
pucat namun tidak didapatkan perdarahan di tempat saat masuk RSCM dijumpai kadar hemoglobin 4,9 g/
lain. Data laboratorium saat itu menunjukkan kadar dl, leukosit 3.800/Njl, dan trombosit 1.000/Njl. Status
Hb 7,4 g/dl, leukosit 2.600/Njl, dan trombosit 11.000/ koagulasi lainnya dalam batas normal. Didapatkan
Njl. Empat hari sebelum masuk rumah sakit, buang air berat badan pasien 44 kg (P50 CDC 2000), tinggi
kecil berwarna merah dan nyeri kepala semakin hebat. badan 155 cm (P50 CDC 2000), berat badan menurut
Pasien kemudian dibawa ke IGD RSCM. umur 92%, tinggi badan menurut umur 97%, berat
Pasien merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara badan menurut tinggi badan 94% yang secara klinis
dan merupakan anak kembar (monozygot). Tidak di- dan antropometris sesuai dengan gizi baik.
dapatkan adanya penyakit yang sama dalam keluarga. Diagnosis kerja saat masuk RSCM, anemia
Riwayat kehamilan, persalinan, tumbuh kembang, aplastik hiposelular dengan perdarahan intraserebral,
dan imunisasi dasar pasien normal sesuai usia. Imuni- saluran cerna, dan saluran kemih. Pasien dirawat di
sasi dasar lengkap. Jumlah dan kualitas asupan nutrisi ICU anak dan diberikan transfusi sel darah merah
sebelum sakit kesan normal. Riwayat tempat tinggal, dan trombosit. Pada perawatan hari ketiga pasien
obat-obatan yang dimakan sebelumnya, kontak den- mengalami sepsis dan perdarahan intraabdominal
gan bahan-bahan kimia tidak ada yang diduga sebagai ekstralumen. Transfusi dilanjutkan secara agresif,
penyebab anemia aplastik. dilakukan septic work up, dan diberikan granulosit
Saat datang ke IGD RSCM pasien mengeluh colony stimulation factor. Kadar prokalsitonin 40,14
nyeri kepala hebat dan mual, tanpa demam maupun ng/dL dan hasil biakan darah menunjukkan Serratia
kejang. Pada pemeriksaan susunan saraf pusat tampak marcescens. Antibiotik disesuaikan dengan resistensi
pasien gelisah dengan (Skala koma Glassglow) GCS 14 antibiotik. Nilai PT, aPTT, dan kadar fibrinogen
(E4M6V4). Pemeriksaan mata tampak pupil bulat isokor normal dengan peningkatan kadar d-Dimer 700Njg/L
dengan diameter 3mm/3mm, refleks cahaya langsung (normal: 0-300Njg/L).
dan tidak langsung reaktif, dolls eye movement positif Pada hari perawatan ke sebelas, perdarahan dan
pada kedua mata. Pada pasien tidak ditemukan adanya sepsis masih berlangsung disertai KID. Pengukuran
parese. Refleks fisiologis positif normal pada keempat kadar AT III menunjukkan penurunan 50% (normal
ekstremitas, tidak didapatkan refleks patologis maupun 80-120%) dan peningkatan kadar d-Dimer 2.900
klonus. Status respiratorius, pasien bernapas spontan Njg/L. Preparat AT III diberikan pada pasien dengan
dengan frekuensi 32x/menit, teratur, kedalaman dosis 60 IU/kg/hari, direncanakan selama lima hari
berturut-turut, namun pada hari perawatan kedua artikel. Setelah dilakukan penelaahan lebih lanjut
belas keadaan klinis pasien memburuk. Preparat AT terhadap judul dan abstrak didapatkan 12 artikel
III hanya berhasil diberikan satu kali dan pasien tidak yang dianggap relevan dengan masalah, terdiri dari
mendapatkan preparat heparin. Melihat kondisi pasien, tiga meta-analisis, delapan randomized controlled trial
orang tua meminta untuk tidak dilakukan resusitasi (RCT), dan satu makalah review. Sisanya dieksklusi
pada pasien, sehingga akhirnya pasien dinyatakan karena tidak melakukan perbandingan yang sama
meninggal di hadapan perawat dan keluarga. dan ketidakjelasan metodologi. Levels of evidence
ditentukan berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan
oleh Oxford Centre for Evidence-based Medicine of
Masalah klinis evidence.3
Tabel 1. Luaran pasien sepsis yang diterapi dengan preparat AT III dibandingkan dengan plasebo
Uji klinis Level of Jumlah RCT/ Inter-vensi Luaran Hasil
evidence subyek
Eisele4 1a 3/122 AT III vs Penurunan tingkat morta- (22,9%,
(1998) Dewasa plasebo litas pada hari ke-30 95%CI -0,5;+0,2)
Perdarahan Tidak dijelaskan
Afshari1 1a 20/3458 AT III vs Tingkat mortalitas (RR 0,96,
(2007) Anak & 95% CI 0,89;03)
Dewasa plasebo Meningkatkan risiko (RR 1,52,
perdarahan 95%CI 1,3;1,78)
Wiedermann5 1a 3/364 AT III vs Menurunkan mortalitas (OR 0,649,
(2006) Dewasa plasebo pada hari ke-30 95%CI 0,422;0,998)
Tidak ada risiko perdara- (OR 1,16,
han 95%CI 0,422;3,192)
OR= Ods Ratio, RR=Relative risk, IK=Indeks kepercayaan
Studi Afshari dkk,1 merupakan studi meta-analisis dosis penggunaan, interaksi dengan heparin, dan efek
dari 20 uji klinis terkontrol dengan jumlah subjek samping penggunaan. Antithrombin III adalah suatu
3458 orang. Semua uji klinis tersebut berusaha glikoprotein rantai tunggal yang diproduksi oleh hati
membandingkan dampak pemberian AT III dengan dan termasuk dalam serine protease inhibitor (SERPIN)
plasebo atau tidak diberikan preparat AT III, pada superfamily. Molekul AT III mengandung dua tempat
pasien dewasa maupun anak, dengan kondisi sakit berat aktif yaitu domain binding to the target proteases
atau kondisi kritis, yang dirawat di unit perawatan dan heparin-binding domain, yang berfungsi untuk
intensif. Dosis AT III yang digunakan bervariasi dan menginaktivasi target protease (contoh, trombin).
tidak memperhitungkan faktor pemberian heparin Reaksi tersebut diakselerasi beberapa ratus kali dengan
yang bersamaan dengan AT III. Hasil meta-analisis terjadinya pembentukan kompleks dengan heparin.4
tersebut, pemberian AT III tidak menurunkan risiko Kadar AT III normal dalam darah 120%.8 Pada sehat,
mortalitas secara keseluruhan (RR 0,96, 95%CI waktu paruh AT III berkisar antara 18-27 jam namun
0,89;1,03). Pemberian AT III juga meningkatkan risiko pada keadaan sepsis terjadi penurunan AT III secara
perdarahan (RR 1,52,95%CI 1,3;1,78). bermakna walaupun tanpa disertai KID.4
Studi Wiedermann dkk5 merupakan studi meta- Penelitian yang dilakukan oleh Inthorn dkk8 pada
analisis dari tiga uji klinis terkontrol yang melakukan penelitiannya mendapatkan, kadar AT III pada pasien
randomisasi terhadap pasien yang menerima preparat sepsis turun sampai 60% dan tanpa suplementasi dari
AT III atau plasebo. Sejumlah 364 pasien dengan luar, kadar tersebut akan tetap bertahan selama proses
sepsis berat dan syok septik yang disertai dengan KID, sepsis berlangsung. Pada grup ini seluruh subjek (15
dilakukan randomisasi untuk pemberian preparat AT pasien) mengalami KID dan berakhir pada kematian.
III atau plasebo, tanpa menggunakan heparin. Fourrier, Sedangkan pada grup yang diintervensi dengan
dkk4 menggunakan AT III dosis tinggi, sedangkan suplementasi AT III, keadaan KID dapat diatasi (gambar
Baudo dkk4 dan Kienast dkk6 menggunakan dosis AT 1) dan hanya 3 dari 14 pasien yang berakhir pada
III rendah. Hasil meta-analisis Wiedermann, dkk 5 kematian karena fokus infeksi tidak berhasil diatasi.
menunjukkan pemberian AT III mengurangi risiko Masalah yang juga cukup sulit pada penggunaan
mortalitas dalam 28 sampai 30 hari sejak pemberian AT III adalah kapan AT III harus diberikan pada pasien
preparat (OR 0,649, 95% CI 0,422; 0,998). Komplikasi sepsis. Kienast dkk6 dalam penelitiannya membagi
perdarahan hanya dijumpai pada satu uji klinis, namun pasien sepsis menjadi tiga kelompok yaitu kelompok
risiko perdarahan pada grup pemberian AT III tidak tanpa KID, non-overt KID (lampiran 1), dan overt
berbeda signifikan dengan grup plasebo. KID (lampiran 2) untuk kemudian masing-masing
kelompok diberikan intervensi dengan AT III atau
Pembahasan
Pada kasus tersebut jumlah kebutuhan AT III yang 3. Medicine OCoE-b. Oxford centre for evidence-based
diberikan dihitung berdasarkan kebutuhan individual meKIDine levels of evidence. 2009.
dan per kg berat badan. Hasil dari perhitungan tersebut 4. Eisele B, Lamy M, Thijs L, Keinecke H, Schuster H,
hampir sama yaitu 2966 IU bila dihitung dengan Matthias F, et al. Antithrombin III in patients with severe
kebutuhan individual dan 2700 IU bila dihitung sepsis. Intensive Care Med. 1998;24:663-72.
sesuai dengan 60 IU/kg/hari. Pasien diberikan AT III 5. Wiedermann CJ, kaneider NC. A systematic review
3000 IU/hari. of antithrombin concentrate use in patients with
Efek samping yang ditakutkan pada pemberian AT disseminatedintravascular coagulation of sever sepsis.
III adalah perdarahan. Efek tersebut juga dipikirkan Blood Coagulatiion and Fibrinolysis. 2006;17:521-6.
dengan adanya interaksi dengan penggunaan heparin 6. Kienast J, Juers M, Wiedermann C, Hoffmann J,
yang dipakai baik sebagai terapi standar dari KID [dosis Ostermann H, Strauss R. Treatment effects of high-
tinggi (>10.000 IU/hari)] maupun sebagai profilaksis dose antithrombin without concomitant heparin in
terjadinya trombosis [dosis rendah (<10.000 IU/hari)]. patients with severe sepsis with or without disseminated
Warren, dkk11 menunjukkan bahwa perdarahan lebih intravascular coagulation. Journal of Thrombosis and
sering terjadi pada kelompok yang mendapatkan AT Haemostasis. 2005;4:90-7.
III dosis tinggi yaitu 22 versus 12,8% (P<0,001) dan 7. Dellinger RP, Levy MM, Carlet J, Bion J, Parker M,
perdarahan lebih terlihat pada kelompok yang juga Jaeschke R, et al. Surviving Sepsis Campaign:International
mendapatkan terapi heparin pada dosis manapun. guidelines for management of severe sepsis and septic
Beberapa penelitian lainnya yang mencari dampak shock: 2008. Intensive Care Med 2008;34:17–60.
perdarahan pada penggunaan AT III dengan hepa- 8. Inthorn D, Hoffmann JN, Harti WH, Muhlbayer D,
rin masih kontroversial, dampak perdarahan tidak Jochum M. Antithrombin III supplementation in severe
sering dilaporkan pada penggunaan AT III yang tidak sepsis: beneficial effects on organ dysfunction. Shock.
dikombinasikan dengan penggunaan heparin.1, 2, 5, 8, 9 1997;8:328-34.
9. Sawamura A, Hayakawa SGM, Hoshino H, Kubota N,
Sugano M. Effects of antithrombin III in patients with
Kesimpulan disseminated intravascular coagulation diagnosed by newly
developed diagnostic criteria or critical illness. Clinical and
Secara statistik penggunaan AT III bila dibandingkan applied trombosis/hemostasis. 2009;15:561-6.
dengan plasebo pada sepsis tidak memperbaiki 10. Druglib.com. Thrombate III (Antithrombin III) -
prognosis yaitu tidak menurunkan tingkat mortalitas InKIDations and Dosage [diunduh pada 4 Oktober
selama pengobatan 28-90 hari. Namun secara klinis 2010; Available from: http://www.druglib.com/druginfo/
pasien sepsis yang diterapi dengan AT III memiliki thrombate-iii/inKIDations_dosage/
tingkat mortalitas yang lebih rendah bila dibandingkan 11. Warren Bl, Eid A, singer P, Pillay SS, Carl P, Novak I.
dengan placebo, terutama pada penggunaan AT III High-dose antithrombin III in severe sepsis. JAMA.
yang tidak dikombinasikan dengan penggunaan 2001;286:1869-78.
heparin. 12. Toh C, Hoots W. The scoring system of the scientific and
standardisation committee on disseminated intravascular
coagulation of the international society on thrombosis
Daftar pustaka and haemostasis: a 5-year overview. J Thromb Haemost
2007;5:604-6.
1. Afshari A, Wetterslev J, Brok j, Moller A. Antithrombin 13. Gall JL, Lemeshow S, Saulnier F. A new simplified acute
III in critically ill patients: systematic review with physiology score (SAPS II) based on a European / North
meta-analysis and tral sequential analysis. BMJ. American multicenter study. JAMA. 1993;270:2957-63.
2007;335:1248-51. 14. Sawamura A, Hayakawa M, Gando S, Kubota N, Sugano
2. Wiedermann CJ, Hoffmann Jn, Juers M, Ostermann H, M, Wada T, et al. Application of the Japanese Association
kienast J, Briegel J. High-dose antithrombin III in the for Acute MeKIDine disseminated intravascular
treatment of severe sepsis in patients with a high risk of coagulation diagnostic criteria for patients at an early
death: Efficacy and safety. Crit Care Med 2006;34:285- phase of trauma. Thrombosis Research. 2009; 124
92. 706–10.
Lampiran
4. Calculate score