Anda di halaman 1dari 9

1

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Kerajaan
Ternate dan Tidore yang kami rangkum dari berbagai sumber.

Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk penyusunan makalah yang lebih baik lagi Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Penyusun

1
Daftar Isi
Kata pengantar……………………………………….…………………………………………………….1
Daftar isi……………….......………………....…………………………………………………………….2
Latar belakang berdirinya kerajaan............……………………………………………………………..3
Nama-nama raja…………………………..……………………………………………………………….4
Usaha-usaha kerajaan…………………………………………………....………………………………8
Bukti-bukti peninggalan kerajaan………………………………………………………............……….9
Kesimpulan………………………………………………………………………………….……………..9

2
1.1 LATAR BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN

A. KERAJAAN TERNATE
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4
kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua
diNusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate
memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17.
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-
rempah dan kekuatan militernya. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup
wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan
kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal merupakan
warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing
dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan
hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah.
Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya
pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang
semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa
Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang
lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama
dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate,
yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk
disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo
dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang
lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa
generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya
berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian
timur Indonesia khususnya Maluku.

B. KERAJAAN TIDORE
Sejak awal berdirinya hingga raja yang ke-4, pusat kerajaan Tidore belum bisa dipastikan.
Barulah pada era Jou Kolano Balibunga, informasi mengenai pusat kerajaan Tidore sedikit
terkuak, itupun masih dalam perdebatan. Tempat tersebut adalah Balibunga, namun para
pemerhati sejarah berbeda pendapat dalam menentukan di mana sebenarnya Balibunga ini.
Ada yang mengatakannya di Utara Tidore, dan adapula yang mengatakannya di daerah
pedalaman Tidore selatan.
Pada tahun 1495 M, Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi penguasa Tidore pertama yang
memakai gelar Sultan. Saat itu, pusat kerajaan berada di Gam Tina. Ketika Sultan
Mansyurnaik tahta tahun 1512 M, ia memindahkan pusat kerajaan dengan mendirikan
perkampungan baru di Rum Tidore Utara. Posisi ibukota baru ini berdekatan dengan Ternate,
dan diapit olehTanjung Mafugogo dan pulau Maitara. Dengan keadaan laut yang indah dan
tenang, lokasi ibukota baru ini cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.
3
Dalam sejarahnya, terjadi beberapa kali perpindahan ibukota karena sebab yang beraneka
ragam. Pada tahun 1600 M, ibukota dipindahkan oleh Sultan Mole Majimo(Ala ud-din Syah)
ke Toloa di selatan Tidore. Perpindahan ini disebabkan meruncingnya hubungan dengan
Ternate, sementara posisi ibukota sangat dekat, sehingga sangat rawan mendapat serangan.
Pendapat lain menambahkan bahwa, perpindahan didorong oleh keinginan untuk berdakwah
membina komunitas Kolano Toma Banga yang masih animis agar memeluk Islam.
Perpindahan ibukota yang terakhir adalah ke Limau Timore di masa Sultan Saif ud-din (Jou
Kota). Limau Timore ini kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.

1.2 NAMA-NAMA RAJA


A. KERAJAAN TERNATE

Di masa–masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan
jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano. Mulai pertengahan abad ke-
15,Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan
Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan gelar sultan.
Para ulamamenjadi figur penting dalam kerajaan.
Setelah sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan jogugu (perdana menteri) dan fala
rahasebagai para penasihat. Fala raha atau empat rumah adalah empat klan bangsawan yang
menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu,
masing–masing dikepalai seorang kimalaha. Mereka yaitu Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan
Tamadi. Pejabat–pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan–klan ini. Bila seorang
sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada
jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau,
Salahakan, Sangaji, dll.

Kolano dan Sultan Ternate Masa jabatan


Baab Mashur Malamo 1257 - 1277
Jamin Qadrat 1277 - 1284
Komala Abu Said 1284 - 1298
Bakuku (Kalabata) 1298 - 1304
Ngara Malamo (Komala) 1304 - 1317
Patsaranga Malamo 1317 - 1322
Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) 1322 - 1331
Panji Malamo 1331 - 1332
Syah Alam 1332 - 1343
Tulu Malamo 1343 - 1347
Kie Mabiji (Abu Hayat I) 1347 - 1350
Ngolo Macahaya 1350 - 1357
Momole 1357 - 1359
Gapi Malamo I 1359 - 1372
Gapi Baguna I 1372 - 1377
4
Komala Pulu 1377 - 1432
Marhum (Gapi Baguna II) 1432 - 1486
Zainal Abidin 1486 - 1500
Sultan Bayanullah 1500 - 1522
Hidayatullah 1522 - 1529
Abu Hayat II 1529 - 1533
Tabariji 1533 - 1534
Khairun Jamil 1535 - 1570
Babullah Datu Syah 1570 - 1583
Said Barakat Syah 1583 - 1606
Mudaffar Syah I 1607 - 1627
Hamzah 1627 - 1648
Mandarsyah 1648 - 1650 (masa pertama)
Manila 1650 - 1655
Mandarsyah 1655 - 1675 (masa kedua)
Sibori 1675 - 1689
Said Fatahullah 1689 - 1714
Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 - 1751
Ayan Syah 1751 - 1754
Syah Mardan 1755 - 1763
Jalaluddin 1763 - 1774
Harunsyah 1774 - 1781
Achral 1781 - 1796
Muhammad Yasin 1796 - 1801
Muhammad Ali 1807 - 1821
Muhammad Sarmoli 1821 - 1823
Muhammad Zain 1823 - 1859
Muhammad Arsyad 1859 - 1876
Ayanhar 1879 - 1900
Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 - 1902
Haji Muhammad Usman Syah 1902 - 1915
Iskandar Muhammad Jabir Syah 1929 - 1975
Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II) 1975– 2015

Sultan-sultan terkenalnya yaitu :


-Sultan Bayanullah
Sultan Bayanullah dari Ternate (1500-1521) adalah putera pertama Sultan Zainal
Abidin(1486-1500). Namanya seringkali berbeda dalam berbagai sumber sejarah, ia sering
5
juga disebut Sultan Bolief atau Abu Alif dan sewaktu muda ia lebih dikenal dengan
sebutan Kaicil Leliatur.Bayanullah dibesarkan dalam lingkungan Islam yang ketat. Sejak
resmi menjadi kesultanan pada masa kakeknya Kolano Marhum (1465-1486), Ternate tak
henti-hentinya melakukan perubahan dengan mengadopsi segala hal yang berbau Islami. Sultan
Bayanullah menetapkan Syariat Islam sebagai hukum dasar kerajaan. Seluruh rakyat Ternate
diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat. Ia membentuk struktur baru dan lembaga
pemerintahan sesuai Islam yang segera diadopsi oleh kerajaan-kerajaan lain di Maluku.
Tindakannya ini berhasil membawa Maluku keluar dari alam animisme ke monoteisme (Islam).
- Sultan Baabullah
Sultan Baabullah (10 Februari 1528 - permulaan 1583), juga ditulis Sultan Babullah atau Sultan
Baab (tulisan Eropa) adalah sultan dan penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa
antara tahun 1570 - 1583. Ia dikenal sebagai sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang
sejarah, yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak keemasan
di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai penguasa 72 pulau berpenghuni
yang meliputi pulau–pulau di nusantara bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall.

B. KERAJAAN TIDORE
Kesultanan Tidore mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Nuku alias Sultan
Said-ul Jehad Muhammad al-Mabus Amir ud-din Syah alias Kaicil Paparangan yang oleh
kawula Tidore dikenal dengan sebutan Jou Barakati. Pada masa kekuasaannya 1797 – 1805),
wilayah Kerajaan Tidore mencakup kawasan yang cukup luas hingga mencapai Tanah Papua.
Berikut nama-nama rajanya:

1. Kolano Syahjati alias Muhammad Naqil bin Jaffar Assidiq


2. Kolano Bosamawange
3. Kolano Syuhud alias Subu
4. Kolano Balibunga
5. Kolano Duko adoya
6. Kolano Kie Matiti
7. Kolano Seli
8. Kolano Matagena
9. 1334-1372: Kolano Nuruddin
10. 1372-1405: Kolano Hasan Syah
11. 1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
12. 1512-1526: Sultan Al Mansur
13. 1526-1535: Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain
14. 1535-1569: Sultan Kiyai Mansur
15. 1569-1586: Sultan Iskandar Sani
16. 1586-1600: Sultan Gapi Baguna
17. 1600-1626: Sultan Mole Majimo alias Zainuddin
18. 1626-1631: Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah; memindahkan pemerintahan dan
mendirikan Kadato (Istana) Biji Negara di Toloa
19. 1631-1642: Sultan Gorontalo alias Saiduddin
6
20. 1642-1653: Sultan Saidi
21. 1653-1657: Sultan Mole Maginyau alias Malikiddin
22. 1657-1674: Sultan Saifuddin alias Jou Kota; memindahkan pemerintahan dan mendirikan
Kadato (Istana) Salero di Limau Timore (Soasiu)
23. 1674-1705: Sultan Hamzah Fahruddin
24. 1705-1708: Sultan Abdul Fadhlil Mansur
25. 1708-1728: Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia
26. 1728-1757: Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhidin Malikul Manan
27. 1757-1779: Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin
28. 1780-1783: Sultan Patra Alam
29. 1784-1797: Sultan Hairul Alam Kamaluddin Asgar
30. 1797-1805: Sultan Syaidul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mab’us Kaicil
Paparangan Jou Barakati Nuku
31. 1805-1810: Sultan Zainal Abidin
32. 1810-1821: Sultan Motahuddin Muhammad Tahir
33. 1821-1856: Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin Syah; pembangunan Kadato (Istana) Kie
34. 1856-1892: Sultan Achmad Syaifuddin Alting
35. 1892-1894: Sultan Achmad Fatahuddin Alting
36. 1894-1906: Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan; setelah wafat, terjadi konflik
internal (Kadato Kie dihancurkan) hingga vakumnya kekuasaan
37. 1947-1967: Sultan Zainal Abidin Syah; pasca wafat, vakumnya kekuasaan
38. 1999-2012: Sultan Djafar Syah; pembangunan kembali Kadato Kie
39. 2012-sekarang: Sultan Husien Syah
Sultan-sultan yang terkenal antara lain:
- Sultan Nuku

Sultan Nuku adalah pemimpin yang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Beberapa usaha yang
dilakukan oleh sultan Nuku adalah sebagai berikut: Menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore
dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.
Memperluas wilayah kekuasaan, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat,
Kai, dan Papua. Menata sistem pemerintahan dengan baik, sehingga pemerintahan dapat
berjalan dengan baik dan rakyatnya sejahtera. Berjuang untuk mengusir Belanda dari seluruh
kepulauan Maluku, termasuk Ternate, Bacan dan Jailolo. Perjuangan tersebut membuahkan
hasil dengan menyerahnya Belanda pada Sultan Nuku pada 21 Juni 1801 M. Dengan itu,
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo kembali merdeka dari kekuasaan asing. Ia memiliki gelar “Sri
Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan”.

1.3 USAHA-USAHA KERAJAAN

A. KERAJAAN TERNATE
1. Meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan

7
2. Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk
lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama
3. mendirikan madrasah yang pertama di Ternate

B. KERAJAAN TIDORE
1. Memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Biji Negara di Toloa(Sultan Ngora
Malamo alias Alauddin Syah
2. memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Salero di Limau Timore (Sultan
Zainuddin alias Jou Kota)
3. Mempertahankan syariat-syariat Islam

1.4 BUKTI-BUKTI PENINGGALAN KERAJAAN

A. KERAJAAN TERNATE
Peninggalan Kerajaan Ternate antara lain :
1. Komplek istana Kesultanan Kerate
2. Masjid Agung (jami’) Kesultanan Ternate
3. Kompleks Makam di Bukit Foramadyahe
4. Artefak terdiri dari Al-Qur'an, Tempat berdoa, Bendera atau panji-panji,
Singgasana/mahkota dll., Tongkat kebesaran, Pedang/tombak/senapan, Topi militer,
Baju besi, Tameng/perisai. Koleksi senjata ada yang merupakan buatan lokal dan
asing (Portugis, Belanda, Inggris), meliputi juga meriam-meriam berukuran kecil dan
sedang termasuk peluru bulatnya. Senjata buatan lokal umumnya berupa pedang,
golok, dan tombak, tetapi ada pula buatan asing jenis jenis senjata yang sama dengan
senjata lokal.

B. KERAJAAN TIDORE
Peningalan Kerajaan Ternate antara lain:
1. Keraton Tidore
2. Benteng Spanyol di Tidore
1.5 KESIMPULAN

Kerajaan Ternate dan Tidore adalah kerajaan yang sama-sama berada di Maluku. Dan
pendirinya berasal dari keturunan yang sama, yaitu Jafar Sadik yang diyakini keturunan Nabi
Muhammad SAW. Kerajaan Ternate dan Tidore sama-sama mengandalkan perkebunan dalam
kegiatan perekonomian. Wajar saja, daerah Maluku saat itu penghasil rempah-rempah dengan
kualitas baik sehingga itupun menjadikan bangsa Portugis ingin sekali menguasai daerah itu.
8
9

Anda mungkin juga menyukai