Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur.1 Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari
satu mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu
yang tidak bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau
ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi penyakit
tertentu (Diabetes Mellitus).Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat bawaan),
karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.2
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di
dunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk
Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai
1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar
karena katarak senilis/ ketuaan.3
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal
terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan
dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak
biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan
yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan yang
berperingkat (progresif). Menurut Istiantoro, katarak hampir tidak bisa dicegah
karena merupakan proses penuaan sel.3
Meskipun tergolong penyakit menakutkan, operasi katarak membutuhkan
waktu relatif singkat yaitu 30-40 menit saja. Bahkan, teknologi kedokteran
terbaru memungkinkan pembiusan dilakukan melalui tetes mata saja. Sehingga
banyak orang keliru menganggap katarak bisa diobati hanya menggunakan obat
tetes mata.2
Operasi katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan
orang. Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan
komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang
memerlukan pembedahan lebih lanjut.4

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Katarak
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena
faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam kondisi
tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun. 1,2

Gambar 2. Mata dengan katarak.


B. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris,
lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut
menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul
lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein ( kandungan protein
tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh ), dan sedikit mineral. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.3
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun
dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung
isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling

2
tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian
paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior.3
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula
tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa.3
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel
epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti
sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk
ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk
akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.3
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat
yang baru akan membentuk korteks dari lensa.3

C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai
penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi
anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada
ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan
membangun low resistance gap junction antar sel.3
1. Keseimbangan Elektrolit dan Air di dalam lensa
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubah
seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di ruang
ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah 20µM dan pottasium sekitar
120µM. Konsentrasi sodium dan pottasium di luar lensa lebih tinggi.3
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung dari
permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi Natrium
Kalium ATPase dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air
di dalam lensa.3

3
Keseimbangan Kalsium juga sangat penting bagi lensa. Konsentrasi Kalsium yang normal
di dalam sel adalah 30 µM, sedangkan diluar lensa 2 µM. Perbedaan konsentrasi Kalsium ini
diatur sepenuhnya oleh Kalsium ATPase. Hilangnya keseimbangan Kalsium ini dapat
menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein high molecular weight, dan
aktivasi protease destruktif.3
Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam
amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yang berada di sel epitel. Glukosa
memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transpor aktif.3
2. Akomodasi lensa
Mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda
dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh badan siliar terhadap
serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara klinis
mengurangi daya akomodasi.3
Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih
cembung, ketebalan axial lensa meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat m cilliaris relaksasi, serat
zonular menegang, lensa lebih pipih, dan kekuatan dioptri menurun.2

Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi


Akomodasi Tanpa akomodasi
M. cilliaris Kontraksi Relaksasi
Ketegangan serat zonular Menurun Meningkat
Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih
Tebal axial lensa Meningkat Menurun
Dioptri lensa Meningkat Menurun

Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang Nervus Occulomotorius. Obat-
obat parasimpatomimetik ( pilocarpin ) memicu akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik (
atropin ) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot ciliar disebut
cyclopegik.2

D. Etiologi Dan Patofisiologi


Lensa sebagian besar terbuat dari air dan protein. Protein tertentu dalam lensa
bertanggung jawab untuk menjaga kejernihannya. Selama bertahun-tahun, struktur

4
protein lensa yang berubah, akhirnya menyebabkan kekeruhan bertahap lensa. Jarang,
katarak dapat hadir pada saat lahir atau pada anak usia dini sebagai akibat dari cacat
keturunan enzim, dan trauma parah pada mata, operasi mata, atau peradangan
intraokular juga dapat menyebabkan katarak terjadi lebih awal dalam kehidupan.
Faktor lain yang dapat menyebabkan perkembangan katarak pada usia lebih dini
meliputi paparan berlebihan cahaya ultraviolet, diabetes, merokok, atau penggunaan
obat-obatan tertentu, seperti steroid oral, topikal, atau inhalasi. Obat lain yang lebih
lemah kaitannya dengan katarak termasuk penggunaan jangka panjang statin dan
fenotiazin.3
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi intrauterin,
gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan. Sepertiga dari katarak
pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan dengan penyakit sistemik atau mata.
Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan dapat menyebabkan pembentukan
katarak pada keturunannya pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah
familial. Cara transmisi yang paling sering adalah autosomal dominan dengan
penetrasi yang lengkap. Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak
polar, katarak lamelar, atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus
diperiksa. Infeksi penyebab katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola,
cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza,
virus EpsteinBarr, sifilis, dan toksoplasmosis.4
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum sepenuhnya
dimengerti. Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata
yang membuat berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun.
Kerusakan lensa pada katarak senilis juga dikaitkan dengan kerusakan oksidatif yang
progresif. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti
oxidized glutathione dan penurunan antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase.
Teori stres oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis.5
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.

5
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3

E. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas, dan Age of
Onset.1
 Morfologi
 Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak
ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras ( sklerosis ), berubah menjadi
kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan
bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi
daripada pandangan dekat ( pandangan baca ), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik ( miopisasi ).
 Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks
lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak
menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks.
Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat,
tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear.
 Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan
biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat terganggu saat
membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada malam
hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis posterior dan Subcapsularis
6
anterior. Pada Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien
DM, Myotonic Dystrophy, dan steroid. Sedangkan pada subcapsularis
anterior biasanya terdapat pada Glaukoma sudut tertutup akut (
Glaukomfleckens ), toksisitas amiodaron, miotic, dan Wilson disease.
 Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
Anterior Capsular
1. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak
dapat lepas pada waktu lahir.
2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine,
yang disertai dengan sinekia posterior
Posterior Capsular
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan
kapsul posterior dengan retina yang seharusnya menghilang
sejak lahir.
 Katarak Lammelar
 Katarak Sutural
 Maturitas
 Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju
korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat
di dalam korteks. Pada katarak subcapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan korteks yang berisi jaringan degeneratif pada katarak
insipiens. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.1
 Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik air
sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan
mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.1
7
 Katarak Immatur : Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa. Pada
katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif1
 Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruhlensa yang bila lama
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.1
 Katarak hipermatur : Protein-protein di bagian korteks lensa telah
mencair . Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan
lensa yang mengkerut dengan kapsul yang keriput. Katarak jenis ini
sebenarnya berbahaya karena dapat menyebabkan inflamasi sehingga
menyebabkan uveitis.1
 Katarak Morgagni : Katarak hipermatur yang nukleus lensanya
mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya.1

Tabel 2. Perbedaan stadium katarak1


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
 Age of Onset
 Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak,
tetapi orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya
sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk.

8
Jika dapat melihat biasanya ambliopia dan tidak maksimum. Katarak
kongenital sebaiknya dioperasi sebelum usia 2 bulan.
 Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital di mana
usia penderita di bawah 1 tahun.
 Katarak Juvenile terjadi pada usia di bawah 9 tahun dan biasanya
kelanjutan dari katarak kongenital
 Katarak Presenile terjadi pada usia lebih dari 9 tahun
 Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan
katarak yang kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.
F. Manifestasi Klinis 1,5
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progresif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga
silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
3. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik
lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai
akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka
dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second
sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada
katarak subkortikal posterior atau anterior.
4. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi
pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian
tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek
merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini
menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata, prisma, atau lensa kontak
5. Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan lensa mata tampak berwarna
keputihan
6. Ukuran kacamata sering berubah

9
G. Diagnosis
Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-
penyakit yang menyertai, contohnya: Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan cardiac
anomalies. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat menyebabkan perdarahan
perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler
dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan yang sangat penting yaitu test pembelokan sinar yang dapat mendeteksi
pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferen relatif yang mengindikasikan lesi saraf
optik.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan
retina dapat menilai gangguan penglihatan. 1,5

H. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih
dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan
evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa

10
yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi
pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.1,5
1. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE ) / Ekstraksi Katarak Intra
Kapsuler ( EKIK )
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya
dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Operasi
ini lebih susah untuk sembuh karena luka insisi yang sangat lebar sekitar 160-
1800, IOL harus diletakkan di camera oculi anterior atau dijahit di posterior, dan
resiko terjadi komplikasi atau penyulit lebih besar. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, kebocoran
vitreus, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE ) / Ekstraksi Katarak Ekstra
Kapsuler ( EKEK )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa
dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps
badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti
prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.
Meskipun phakoemulsifikasi telah menjadi metode ekstraksi ekstrakapsular
yang disukai untuk sebagian besar operasi katarak di Amerika Serikat sejak tahun
1990-an, EKEK konvensional atau standar dianggap kurang berisiko untuk pasien

11
dengan katarak yang sangat keras atau jaringan epitel kornea yang lemah. Getaran
ultrasound yang digunakan dalam phakoemulsifikasi cenderung menimbulkan
stress kornea.
Sebuah ekstraksi katarak ekstrakapsular konvensional membutuhkan waktu
kurang dari satu jam untuk dilakukan. Setelah daerah sekitar mata telah
dibersihkan dengan antiseptik, kain steril digunakan untuk menutupi sebagian
wajah pasien. Pasien diberikan baik anestesi lokal untuk membuat mati rasa
jaringan di sekitar mata atau anestesi topikal untuk membuat mati rasa mata itu
sendiri. Eyelid holder digunakan untuk membuat mata tetap terbuka selama
prosedur. Jika pasien sangat gelisah, dokter mungkin dapat menggunakan obat
penenang secara intravena.
Setelah anestesi telah diberlakukan, ahli bedah membuat sayatan di kornea
pada titik di mana sklera dan kornea bertemu. Meskipun panjang khas sayatan
EKEK standar adalah 10-12 mm pada 1970-an, perkembangan IOLs akrilik yang
dapat dilipat telah memungkinkan ahli bedah banyak untuk bekerja dengan
sayatan yang hanya 5-6 mm. Variasi ini kadang-kadang disebut sebagai EKEK
sayatan kecil (small-insision / SICS). Setelah sayatan dibuat, ahli bedah membuat
robekan sirkular di depan kapsul lensa, teknik ini dikenal sebagai
capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati membuka kapsul lensa dan
membuang nukleus lensa dengan memberikan tekanan dengan instrumen
khusus. Setelah nucleus dikeluarkan, ahli bedah menggunakan suction untuk
menghisap sisa korteks lensa. Suatu bahan viskoelastik khusus disuntikkan ke
dalam kapsul lensa kosong untuk membantu mempertahankan bentuk sementara
ahli bedah memasukkan IOL. Setelah lensa intraokular telah ditempatkan dalam
posisi yang benar, substansi viskoelastik akan dibuang dan sayatan ditutup
dengan dua atau tiga jahitan6.

12
Gambar 3. Prosedur ECCE. Insisi yang dibuat lebih lebar daripada SICS.

3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa
intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
Dalam phakoemulsifikasi, ahli bedah menggunakan probe ultra-sound
dimasukkan melalui sayatan untuk memecah nukleus lensa menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil. Teknik baru menawarkan keuntungan insisi yang lebih
kecil dari standar EKEK, jahitan sedikit atau tidak ada untuk menutup sayatan,
dan waktu pemulihan lebih pendek untuk pasien. Kelemahan adalah kebutuhan
untuk peralatan khusus dan kurva belajar yang curam untuk ahli bedah. Satu studi
menemukan bahwa ahli bedah yang diperlukan untuk melakukan sekitar 150

13
katarak ekstraksi menggunakan phakoemulsifikasi sebelum tingkat komplikasi
mereka jatuh ke tingkat dasar7.
Teknik ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan EKEK konvensional,
terutama karena diperlukan insisi lebih kecil. Hal ini diyakini dapat mengurangi
surgically induced astigmatism dan memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi
visi dan kegiatan sehari-hari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan
inflamasi dan kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih rendah daripada
yang diamati dengan operasi EKEK 7.

Gambar 4. Prosedur phacoemulsification.

14
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena
lebih cepat sembuh, jahitan lebih sedikit atau tidak ada, kauterisasi minimal
sampai tidak ada daripada ECCE, dan lebih murah, tidak butuh latihan lama
dibanding phaco. Operasi ini menggunakan teknik insisi supero oblik (arah jam 9-
12) pada perbatasan sklera-konjungtiva selebar 5-6 mm, lalu membuat
terowongan (tunnel) untuk capsulorhexis, pengeluaran korteks lensa, sampai
pemasukkan IOL yang dapat dilipat. 8,9

Gambar 5. Lokasi insisi pada SICS.

Gambar 6. Lokasi insisi dan pembuatan terowongan (tunnel).

15
Gambar 7. Langkah-langkah SICS.

Gambar 8. Terowongan (tunnel) pada SICS.

Gambar 9. Lokasi insisi yang meminimalisir komplikasi operasi katarak yaitu


astigmatisma.

16
Tabel 3. Keuntungan dan kerugian ICCE, ECCE, phaco, SICS
Metode Indikasi Keuntungan Kerugian
ICCE Zonula lemah  Tidak ada resiko  Resiko tinggi kebocoran
katarak sekunder. vitreous (20%).
 Peralatan yang  Astigmatisme.
dibutuhkan sedikit.  Rehabilitasi visual terhambat.
 IOL di COA atau dijahit di
posterior.
ECCE  Lensa sangat  Peralatan yang  Astigmatisme.
keras. dibutuhkan paling  Rehabilitasi visual terhambat.
 Endotel sedikit.
kornea kurang  Baik untuk endotel
bagus. kornea.
 IOL di COP.
Phaco Sebagian besar Rehabilitasi visual cepat.  Peralatan / instrumen mahal.
katarak kecuali  Pelatihan lama.
katarak  Ultrasound dapat
Morgagni dan mempengaruhi endotel kornea.
trauma.
SICS Hampir semua  Rehabilitasi visual Tergantung keahlian ahli bedah.
katarak. cukup cepat.
 Peralatan yang
dibutuhkan sedikit dan
tidak mahal.
 Pelatihan tidak begitu
lama.
 IOL di COP.

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita


memerlukan lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara
sebagai berikut:1,5
1. Kacamata afakia yang tebal lensanya
2. Lensa kontak

17
3. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
EKEK hampir selalu operasi elektif. Setelah operasi telah dijadwalkan, pasien
akan perlu memiliki pemeriksaan khusus yang dikenal sebagai keratometry jika IOL
yang akan ditanamkan. Pengujian, yang tidak menimbulkan rasa sakit, dilakukan
untuk menentukan kekuatan IOL yang dibutuhkan. Dokter spesialis mata mengukur
panjang bola mata pasien dengan USG dan kelengkungan kornea dengan alat yang
disebut Keratometer. Pengukuran yang diperoleh dari keratometer dimasukkan ke
dalam computer untuk menghitung kekuatan lensa IOL.1,5

IOL adalah pengganti lensa mata pasien, bukan untuk lensa korektif. Jika
pasien mengenakan kacamata atau lensa kontak sebelum katarak berkembang, ia
akan terus membutuhkannya setelah IOL ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan
setelah operasi, karena mungkin membutuhkan penyesuaian.1,5

Gambar 10. Lensa Intra Okuler / Intra Ocular Lens (IOL)

18
Pasien dapat menggunakan mata mereka setelah operasi. Pasien dapat pergi
bekerja keesokan harinya, meskipun mata yang dioperasi akan memakan waktu
antara tiga minggu sampai tiga bulan untuk sembuh sepenuhnya. Pada periode ini,
mereka harus memeriksa tajam penglihatan untuk melihat apakah kekuatan lensa
mereka harus diubah. Pasien dapat melakukan kegiatan normal mereka dalam satu
atau dua hari operasi, dengan pengecualian mengangkat barang berat atau
membungkuk dengan ekstrim. Kebanyakan dokter mata menyarankan pasien
memakai kacamata mereka selama hari dan tape perisai mata pada mata yang
dioperasi pada malam hari. Mereka harus memakai kacamata hitam pada hari-hari
cerah dan hindari menggosok mata yang dioperasi. Selain itu, dokter mata akan
memberikan obat tetes mata selama satu sampai dua minggu untuk mencegah
infeksi, mengatasi rasa sakit, dan mengurangi pembengkakan. Hal ini penting bagi
pasien untuk menggunakan tetes mata persis seperti yang diarahkan.10

Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak
dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan.10

Perawatan pasca bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat
benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2
bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya
dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat
dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (
Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ).8 Selain itu juga akan diberikan obat untuk :

19
1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain9 :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki
keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain1 :
1. Jangan menggosok mata
2. Jangan menggendong yang berat
3. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
4. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
5. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

I. Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik7

1. Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk
pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa
tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.7

20
2. Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke
depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous
tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma.7
3. Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian
akan menjadi glaukoma.7
Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga komplikasi akibat
pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan operasi katarak
meliputi:10
1. Infeksi pada mata (endophthalmitis).
2. Pembengkakan dan cairan di tengah lapisan saraf (edema makula cystoid).
3. Pembengkakan penutup bening dari mata (kornea edema).
4. Pendarahan di depan mata (hyphema).
5. Meledaknya (pecahnya) kapsul dan kehilangan cairan (vitreous gel) di mata.
6. Lepasnya lapisan saraf di belakang mata (ablasio retina).
Komplikasi yang mungkin terjadi beberapa waktu setelah operasi meliputi:10
1. Masalah dengan silau.
2. Dislokasi lensa intraokuler.
3. Mengaburnya bagian dari penutup lensa (kapsul) yang tersisa setelah operasi,
sering disebut aftercataract (kekeruhan kapsul posterior). Ini biasanya bukan
masalah besar dan bisa diobati dengan operasi laser, jika diperlukan. Jenis IOL
dapat mempengaruhi seberapa besar kemungkinan kekeruhan setelah operasi.
4. Ablasi retina.
5. Glaukoma.
6. Astigmatisme atau strabismus.
7. Kendurnya kelopak mata atas (ptosis).

J. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang
tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.1

21
K. Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah
oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung
terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya.
Pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat.
Katarak kongenital dicegah dengan skrining penyakit infeksi pra dan saat
kehamilan.1,5,7

22
BAB III

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nomor RM : 062980
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 58 tahun
Alamat :Jl. Veteran no.160 Rt 062 Rw 024 Kel Roban Kec.
Singkawang Tengah
Suku : Melayu
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 05 Januari 2015
Anamnesa dan pemeriksaan fisik dilaksanakan tanggal : 06 Januari 2015

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis
dengan istri pasien pada tanggal 6 Januari 2015 pukul 07.00 WIB di Bangsal
Bedah Bed W2-3 RSUD Abdul Aziz Singkawang.

Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :


+ 1 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan kabur
seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur.
Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa
lelah setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang
hari, saat melihat dekat maupun jauh. Pasien mengeluh silau jika melihat
cahaya, mata merah (-), nyeri (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air
mata (-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar sumber cahaya (-).

23
+ 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, mata kiri mulai kabur
dan berangsur-angsur penglihatan kedua mata semakin kabur hingga
mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua matanya. Keluhan
dirasa semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas.
Oleh karena itu, pasien berobat ke RSUD Abdul Aziz Singkawang.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat trauma pada mata disangkal
 Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal
 Riwayat penyakit mata lain sebelumnya disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
 Riwayat penyakit kencing manis disangkal
 Riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini
 Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga disangkal
 Riwayat Hipertensi dalam keluarga disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pembiayaan pengobatan pasien ditanggung BPJS
Kesan : Sosial ekonomi cukup

C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015 pukul 07.15 WIB di bangsal
bedah RSUD Abdul Aziz Singkawang

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Kompos mentis GCS = E4M6V5
Tanda vital : TD : 140/90 mmHg Suhu : 36,50C
Nadi : 80 x/menit RR : 18x/menit

24
Pemeriksaan fisik : Kepala : Mesosefal
Thoraks : Cor : tidak ada kelainan
Paru : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologis
OD OS
OD OS

Lensa keruh merata Lensa keruh tidak


merata Lensa keruh merata Lensa keruh tidak
merata

Oculus Dexter Oculus Sinister


1/∞ LPB VISUS 6/60 LPB
Tidak Dilakukan KOREKSI Tidak dilakukan
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala arah Gerak bola mata ke segala
PARASE/PARALYSE
baik arah baik
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA Edema (-), spasme (-)
Injeksi (-), secret (-) CONJUNGTIVA Injeksi (-), secret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih
Kedalaman cukup, CAMERA OCULI Kedalaman cukup,
Tyndall Effect (-) ANTERIOR Tyndall Effect (-)
Kripte (+), sinekia posterior (-) IRIS Kripte (+), sinekia posterior (-)
Bulat, sentral, regular, Bulat, sentral, regular,
PUPIL
Ø 3mm, Refleks pupil (+) N Ø 3mm, Refleks pupil (+) N

25
Keruh merata LENSA Keruh tidak merata
(-) FUNDUS REFLEKS (+)
Palpasi : dalam batas normal TENSIO OCULI Palpasi : Dalam Batas Normal
SISTEM CANALIS
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
LACRIMALIS

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hemoglobin : 14,7 GDS : 96 mg/dl
Hct : 35,6 Ureum : TD
Eritrosit : 4,44 Creatinin : TD
Leukosit : 8,9 Albumin : TD
Trombosit : 224 Natrium : TD
Gol darah : B Kalium : TD
PT : TD Clorida : TD
APTT : TD HbsAg : TD

RESUME
Seorang Pria 58 tahun datang ke RSUD Abdul Aziz Singkawang dengan
keluhan penglihatan kedua mata kabur. + 1 tahun yang lalu pasien mengeluh
penglihatan mata kanan kabur seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama
dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari,
saat melihat dekat maupun jauh.
+ 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, mata kiri mulai kabur dan
berangsur-angsur penglihatan kedua mata semakin kabur hingga mengganggu
aktivitas. Pasien mengaku belum pernah berobat dan belum pernah mendapatkan
pengobatan.

Status Genaralisata : dalam batas normal


Status Ofthalmologis :

26
Oculus Dexter Oculus Sinister
1/∞ LPB VISUS 6/60 LPB
Keruh merata LENSA Keruh tidak merata
(-) FUNDUS REFLEKS (+)

E. DIAGNOSIS BANDING
Katarak Senilis Hipermatur
Katarak Senilis Imatur
Katarak Senilis Matur

F. DIAGNOSIS KERJA
OD Katarak Senilis Hipermatur dan OS Katarak Senilis Imatur

G. TERAPI
Rencana OD ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK) dan pemasangan Intra
Ocular Lens (IOL)

G.1. Bedah Katarak


Persiapan operasi
- Informed consent
- Persetujuan operasi tertulis (+)
- Premedikasi dengan obat tetes mata pantocain 2 tetes dan cendo mydratil
2 tetes

Persiapan Pasien
- Bulu mata pasien sebelah kanan digunting setengah
- Kesadaran pasien compos mentis dengan
TD : 140/80 mm Hg
S : 36,5 0C
N : 80 x/menit
RR : 16 x/menit

27
- Mengganti baju pasien dengan baju OK

Intra Operatif Care


Pukul 12.55
Pasien Tn. A dibawa keruang tindakan dengan menggunakan brancart,
kemudian pasien dipindahkan kemeja operasi, kesadaran pasien compos
mentis tanpa terpasang infus

Pukul 13.00
Pasien diberi anestesi peribulbar menggunakan lidocain 5% dan disuntikkan
di medial yang yeng terdapat celah besar diantara dinding orbita dan bola
mata. Kemudian mata yang telah diberi anestesi lokal ditutup dan ditekan
dengan kasa.

Pukul 13.10
Dokter dan perawat asisten mencuci tangan dengan antiseptik hybrid scrub
(scrubing). Setelah itu dokter dan asisten memakai jas operasi (gawning)
dibantu perawat dengan sarung tangan menutupi lengan jas operasi (gloving).
Setelah itu sarung tangan disemprotkan alkohol.

Pukul 13.12
Mata kanan pasien diberi aseptic/antiseptic betadin 10% dan cairan infus RL
menggunakan spuit pada lapang operasi dan sekitarnya dipersempit dengan
doek steril.

Pukul 13.15
Pasien dipasang eye speculum pada daerah mata yang akan dioperasi
kemudian dijahit untuk menfiksaasi otot rectus superior dan fiksasi pada
musculus rectus inferior. Setelah itu dipermi basis forniks di limbus superior,
apabila ada perdarahan disekitar mata maka dihentikan perdarahan dengan
kauterisasi dan kasa yang digulung memanjang.

28
Pukul 13.17
Pasien mulai di insisi kornea-sklera setengah tebal ditembus jarum 1 cc dan
dilakukan kapsulektomi anterior

Pukul 13.23
Luka dilebarkan 140-160 derajat atau 10-11 mm dan kemudian eksresi
nucleus keluar, setelah itu dilakukan reposisi iris.

Pukul 13.28
luka pasien dijahit dengan 3 jahitan untuk menstabilkan bilik mata depan,
kemudian di irigasi/ di aspirasi sisa korteks. Setelah itu dimasukkan
viskoelastik dan jahitan jam 12 dilepaskan, insersi IOL di sulcus silians atau
dalam kantong kapsul, kemudian disertrasi IOL. Lalu, injeksikan carbacol
secukupnya ke dalam camera oculi anterior

Pukul 13.34
Dilakukan irigasi/aspirasi sisa masa lensa viskoelastik. Luka kemudian dijahit
5-6 jahitan dengan nylon suture 10-0,

Pukul 13.40
Pasien kemudian diberi antibiotik konjungtiva gentamisin den dexametason,
setelah itu fiksasi otot rectus superior dilepas begitu juga dengan eye
speculum, dan kemudian diberi salep antibiotic gentamisin, selanjutnya
diperban dan di plester (bebat mata).

Instruksi Pasca Operasi


Cefotaxime 1 gr 2x1
Na Diclofenac tab 50 mg 2x1
Prednison tab 5 mg 3x2
Ranitidin 150 mg 2x1
Cendo xitrol Fls Id 4x2 tetes OD

29
H. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad vitam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad functionam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam

I. SARAN
Pemeriksaan pre-operasi
a. Pemeriksaan mata : retinometri, keratometri, tonometri, USG B Scan,
USG Biometri, spoeling test, pemeriksaan sekret mata
b. Pemeriksaan sistemik : tanda vital, EKG, pemeriksaan darah (darah
rutin, kadar gula darah, PTT dan PTTK), elektrolit, ureum, kreatinin.

J. EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur
disebabkan katarak pada kedua lensa mata,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat
tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam
pada mata,
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak,
jenis tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan
reaksi peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.

K. FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 7 Januari 2014 (07.15)
S : Nyeri Post Operasi OD/OS (-/-), Pusing (-), Mual, Muntah (-)

30
O : Konjungtiva Anemis (-), VOD/VOS : 1/60 / 6/60, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tak langsung (+/+)
A : OD pseudofakia post ECCE + IOL dan OS katarak imatur
P : Cefotaxime 1 gr 2x1
Na Diclofenac tab 50 mg 2x1
Prednison tab 5 mg 3x2
Ranitidin 150 mg 2x1

31
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pasien laki-laki berumur 58 tahun dengan keluhan utama pasien adalah keluhan
penglihatan kedua mata kabur + 1 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata
kanan kabur seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin
kabur. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat
maupun jauh.
+ 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, mata kiri mulai kabur dan
berangsur-angsur penglihatan kedua mata semakin kabur hingga mengganggu
aktivitas. Pasien mengaku belum pernah berobat dan belum pernah mendapatkan
pengobatan.
Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju
kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan
penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi
tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin
cembung akibat proses sklerosis nucleus yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini
menyebabkan kekuatan dioptri lensa pasien menjadi semakin kuat sehingga pasien
menjadi lebih jelas melihat dekat dibandingkan melihat jauh. Berbeda dengan pasien
pasien usia tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga lebih jelas ketika
melihat jauh dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang lebih dari 50
tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah
katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien pada mata kanan sebesar 1/,
terdapat kekeruhan pada lensa mata sebelah kanan yang jika disinari dengan
menggunakan senter pada kemiringan 45o tidak terdapat bayangan iris. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat
kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika
kekeruhan merata pada bagian lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang
keruh ini, tidak akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil,

32
tidak terdapat daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah
lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pada mata kiri pasien sebesar 3/60,
terdapat kekeruhan pada lensa mata sebelah kiri yang jika disinari pada kemiringan
45o terdapat bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam
mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka
sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, tidak akan dipantulkan lagi,
sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, terdapat daerah yang terang sebagai
reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris
(+).
Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi pada
konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex
fundus (-) dan bayangan iris (-) pada mata sebelah kanan sehingga mengarah kepada
katarak senilis hipermatur. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan
diagnosis yang sesuai pada mata sebelah kanan adalah katarak senilis hipermatur.
Sedangkan mata kiri didapatkan refleks fundus (+) dan bayangan iris (+) sehingga
diagnosis mata sebelah kiri mengarah pada katarak senilis immatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan slit
lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan segmen
posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien.
Penatalaksanaan pada katarak imatur pada mata kiri pasien adalah
penggunaan kaca mata sehingga pasien mampu beraktivitas dengan baik.
Penatalaksanaan pada katarak hipermatur adalah dengan pembedahan
ekstraksi lensa. Dalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi yaitu glaucoma sekunder,
uveitis, dan endoftalmitis. Operasi katarak yang dianjurkan untuk dipilih adalah
EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler) dan pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL) pada OD dengan pertimbangan bahwa derajat kekeruhan lensa pasien sudah
merata sehingga nukleus lentis tergolong keras. Apabila dilakukan teknik

33
Fakoemulsifikasi, beresiko lebih besar untuk terjadinya robekan pada kapsula
posterior.

Perawatan Pasca Operasi :


1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata
yang baru dioperasi, dan mengejan keras.
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi
(afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk
melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk
melihat dekat perlu diberikan kacamata S+3D.

Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya.


Komplikasi dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca
operasi lambat. Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska
operasi dengan interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3
bulan setelah operasi katarak. Angka komplikasi katarak adalah rendah. Komplikasi
yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau malposisi IOL,
peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merepukan suatu
kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien
setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

34
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi yang telah dilakukan kepada


pasien, pasien di diagnosis OD katarak senilis hipermatur dan OS katarak senilis imatur.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien berupa terapi bedah katarak, terapi non
medikamentosa dan medikamentosa. Terapi bedah katarak menggunakan metode Ekstraksi
Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) + Pemasangan Intraokular Lens (IOL). Metode ini
bertujuan mengesktraksi kapsul anterior lensa sedangkan kapsul bagian posterior tidak
diangkat dan lensa buatan (IOL) dimasukkan menggantikan bagian lensa yang telah
dikeluarkan. Diharapkan setelah operasi ini penglihatan pasien membaik. Terapi medika
mentosa diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala. Terapi non medikamentosa diberikan
untuk memberikan pemahaman pada pasien mengenai penyakit katarak, penyebab, dan
terapi pembedahan yang dilakukan serta kemungkinan komplikasi yang terjadi setelah
operasi katarak.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Katarak. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI:


Jakarta. 2009. hal. 200-12.
2. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah
Mada. 2007.
3. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract.
Singapore : American Academy of Ophthalmology, 2008.
4. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
5. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.
6. Extra Capsular Cataract Extraction. Diakses dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Extracapsular-Cataract
Extraction.html, tanggal 8 Januari 2015.
7. Quinlan M, Wormstone IM, Duncan G, Davies PD. Laboratory science
Phacoemulsification versus extracapsular cataract extraction: a
comparative study of cell survival and growth on the human capsular bag
in vitro Original Article. British Journal of Ophthalmology 1997;81:907–
910
8. Gogate PM. Small incision cataract surgery: Complications and mini-
review. Indian J Ophthalmol. 2009 Jan-Feb; 57(1): 45–49.
http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC2661529/
9. Sharma Rl, Panwar P. Minimal Duration Cataract Surgery – Small
Incision Cataract Surgery. Diakses dari http
://www.djo.org.in/printerfriendly.aspx?id=159, tanggal 8 Januari 2015.
10. Husney A, Karp CL. Cataract Surgery. Terakhir diperbaharui: 14
Desember 2014. Diakses dari http://www.webmd.com/eye-
health/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts, tanggal 5 Januari
2015.

36

Anda mungkin juga menyukai