Anda di halaman 1dari 14

PERAN PENYULUHAN PERTANIAN PADA PETANI MITRA PT.

BISI
DI DESA KARANGPAITON KECAMATAN LEDOKOMBO
KABUPATEN JEMBER

Amilia Arofatul Faiqoh


Agribisnis, Bahasa Indonesia, Kelas K
141510601151 (08224504648)

Abstrak: Kelompok tani yang dianggap mempermudah proses penyuluhan


dan pengkoordiniran petani yang bergabung ternyata berbanding terbalik.
Adanya kelompok tani malah menimbulkan masalah yang berdampak pada
kepercayaan petani terhadap penyuluh dan Perusahaan. Penyuluhan yang ada
di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember merupakan
PPL (Penyuluh Praktek Lapang) yang diterjunkan oleh PT. BISI untuk
memenuhi persediaan biji atau benih ekspor. Tujuan penelitian untuk
mengetahui dan menganalisa proses penyuluhan, peran penyuluh serta
perkembangan kemitraan antara petani mitra dengan PT. BISI di Desa
Karangpaiton. Terdapat tiga tahapan dalam proses penyuluhan pertanian yakni
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles dan
Huberman. Proses penyuluhan di Desa Karangpaiton terdiri dari tiga kegiatan
pokok yaitu perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan dan evaluasi
penyuluhan. Peran penyuluh swasta dalam pelaksanaan penyuluhan mengenai
kontrak kerja antara PT. BISI dengan petani mitra yaitu sebagai edukator,
diseminasi inovasi/informasi, fasilitator, konsultan, dan supervisi.
Perkembangan kemitraan di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo
antara PT. BISI dan petani mitra berkembang secara meluas, hal ini di tandai
dengan adanya penambahan jumlah petani mitra yang bergabung.
Kata-kata Kunci: Penyuluhan, Petani Mitra,Peran Penyuluh, PT. BISI,
Perkembangan Kemitraan

PENDAHULUAN
Konsep dasar penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang
disadari. Komunikasi yang disengaja melalui informasi adalah untuk membantu petani
membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang benar serta mengubah
perilaku petani menjadi lebih baik. Pengembangan pembangunan pertanian di masa
mendatang perlu memberikan perhatian yang khusus terhadap penyuluhan pertanian,
karena penyuluhan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya
pencapaian tujuan pembangunan pertanian (Indraningsih et al, 2010).
Menurut Kartasapoetra dalam Revikasari (2010), kegiatan penyuluhan dalam
pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara
praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi petani yang
selalu berkembang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Agar petani dapat
melakukan praktek-praktek yang mendukung usaha tani maka petani membutuhkan
informasi inovasi dibidang pertanian. Informasi tersebut dapat diperoleh petani antara
lain dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) baik penyuluh PNS, penyuluh swasta, dan
juga penyuluh swadaya melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian.
Berdasarkan UU No. 16/2006, dinyatakan bahwa penyuluhan dilakukan oleh
Penyuluh PNS, Penyuluh Swasta, dan/atau Penyuluh Swadaya; dan keberadaan
Penyuluh Swasta serta Penyuluh Swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh Swasta dan Penyuluh Swadaya dalam
melaksanakan penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha dapat berkoordinasi
dengan penyuluh PNS. Penyuluh Swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha
dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan, sedangkan
Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga
masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi
penyuluh. Mencermati makna eksplisit yang tertuang dalam UU tersebut Penyuluh
Swadaya dalam melakukan kegiatan penyuluhan dapat bekerjasama dengan Penyuluh
Pertanian PNS (Indraningsih et al, 2013).
Pembentukan kelompok tani merupakan proses pewujudan pertanian yang
terkonsolidasi (consolidated agriculture), sehingga bisa berproduksi secara optimal dan
efisien. Kelompok tani penting sebagai wadah pembinaan petani yang tergabung di
dalamnya, sehingga dapat memperlancar pembangunan pertanian (Pratomo dan Tauran,
2010). Kelompok tani yang dianggap mempermudah proses penyuluhan dan
pengkoordiniran petani yang bergabung ternyata berbanding terbalik. Adanya kelompok
tani malah menimbulkan masalah yang berdampak pada kepercayaan petani terhadap
penyuluh dan Perusahaan. Pemberian modal dari Perusahaan yang PPL berikan kepada
ketua kelompok tani tidak sampai pada anggota kelompok tani. Sehingga kepercayaan
anggota kelompok tani terhadap PPL luntur dan PPL memutuskan untuk tidak lagi
membentuk kelompok tani.
Penyuluhan yang ada di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember merupakan PPL (Penyuluh Praktek Lapang) yang diterjunkan oleh PT. BISI
untuk memenuhi persediaan biji atau benih ekspor. Tujuan adanya PPL untuk
pemberdayaan petani dan juga untuk memenuhi tuntutan biji atau benih kepada
Perusahaan. PT. BISI selalu mengadakan kontrak ulang dengan petani melalui PPL
setelah kontrak kerja habis, jadi tidak selama petani harus mengikuti aturan dan tuntutan
dari Perusahaan. Penyuluh menangani langsung petani yang bergabung dengan di bantu
dua orang lainnya yang merupakan bawahan PPL. Semua petani yang tergabung dengan
PPL dan PT. BISI tidak semuanya memenuhi persyaratan atau kontrak yang dilakukan
dengan PT. BISI melalui PPL. Beberapa petani yang tidak mematuhi aturan atau
kontrak serta saran dari penyuluh, maka petani akan mengalami kerugian yang akan
ditanggung oleh petani mitra itu sendiri.
PT. BISI merupakan suatu perusahaan yang memproduksi benih sayuran hibrida.
PT. BISI melakukan kemitraan dengan petani yang mau bergabung. Kemitraan tersebut
dilakukan melalui penyuluh swasta dari PT. BISI. penyuluh yang memegang andil
dalam kelancaran kedua pihak, baik pihak perusahaan maupun pihak petani.
Perusahaan memberikan modal awal sebesar 50% berupa biji, benih, bibit, pupuk,
mulsa, obat dan sebagainya yang diberikan kepada PPL untuk dibagikan kepada semua
petani yang tergabung. Saat musim panen petani yang tergabung memanen biji dari
tanaman yang ditentukan kemudian PPL melakukan polinasi untuk mengurangi kadar
air dari biji. Setelah itu baru Perusahaan memenuhi sisa modal yang 50% berupa uang
untuk petani.
Awal adanya PPL dilakukan penyuluhan kepada masyarakat petani di salah satu
tempat di Desa Karangpaiton. Petani yang berminat bergabung pada awalnya hanya
terdapat 7 orang. PPL membimbing langsung ketujuh orang tersebut tanpa dibentuk
kelompok tani. Setelah banyak masyarakat petani yang melihat perkmbangan dari
ketujuh orang petani, maka banyak petani yang mulai bergabung tentunya dengan
komunikasi bersifat persuasif yang dilakukan oleh PPL dengan masyakat petani.
Sekarang ini, jumlah petani yang bergabung terdapat 35 orang petani. PPL merasa
cukup banyak yang berminat sehingga dibentuk 2 kelompok tani berdasarkan komoditas
yang ditanam agar mudah untuk mengkoordinir.
Komoditas yang ditanam untuk musim tanam sekarang ini yakni komoditas timun
(CU), pare (PG) dan semangka (WM). petani mitra mengalami permasalahan pada
semua tanaman seperti penyakit tanaman. Hal tersebut terjadi dikarenakan cuaca atau
iklim yang tidak sesuai sehingga petani mitra kesulitan dalam memelihara tanamannya.
Saat ini, tanaman yang paling banyak ditanam adalah timun (CU). Tidak sedikit petani
mitra yang kurang memenuhi target karena jumlah hasil panen benih atau bijinya tidak
sesuai dengan kontrak atau perjanjian yang disepakati di awal kemitraan.
Kegagalan panen sepenuhnya ditanggung oleh petani, PT. BISI hanya mentolerin
dengan memberikan modal lagi untuk petani menanam ulang namun hasil panen kedua
petani tidak diberikan pengembalian uang karena untuk membayar modal pada
kegagalan panen pertama. Keberhasilan petani tergantung bagaimana petani mengelola
tanamannya dan keaktifan petani bertanya kepada penyuluh jika ada kendala. Oleh
karena itu, perlu adanya peran penyuluh saat proses penyuluhan untuk perkembangan
kemitraan dan membantu keberhasilan panen petani di Desa Karangpaiton Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember agar petani tidak mengalami kerugian.

METODE
Penentuan daerah praktek lapang ini ditentukan secara sengaja atau purposive
method karena Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember memiliki
program penyuluhan swasta dari PT. BISI. Purposive method yaitu cara yang dilakukan
secara sengaja (Haryono, et al., 2013). Metode praktek lapang yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan
yaitu menggambarkan mengenai peran penyuluhan pertanian serta menggambarkan
perkembangan kemitraan yang dilakukan oleh petani mitra..
Data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data sekunder. Metode
penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan metode
purposive yang mana metode ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode
purposive atau purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu (Budiliono dan Roy, 2013).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
model Miles dan Huberman. Analisis data model Miles dan Huberman tersebut
digunakan untuk analisis deskriptif kualitatif mengenai peran penyuluhan pertanian.
Teknik analisis ini memiliki beberapa tahapan, diantaranya pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Tahap pengumpulan data merupakan kumpulan data yang diperoleh di lapang. Data
pada penelitian diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dari
instansi terkait. Data yang diperoleh dilapang berupa data penyuluhan, data usahatani
petani tanpa adanya kelompok tani dan data peningkatan hasil produksi petani di
Desa Karangpaiton. Data yang diperoleh kemudian diolah melalui reduksi data.
2. Tahap reduksi merupakan penyusunan kode-kode dan catatan-catatan mengenai
berbagai hal termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta mencari informasi
mengenai kegiatan di lapang. Reduksi data dapat dilakukan dengan cara merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Tahap reduksi
data yang dilakukan yaitu mencari informasi mengenai penyuluhan pertanian pada
petani mitra di Desa Karangpaiton.
3. Tahap penyajian data merupakan satu kegiatan mengelompokkan data yang telah
diperoleh di lapang yang kemudian akan disusun dan disajikan dalam bentuk teks.
Data yang telah diperoleh kunjungan lapang di Desa Karangpaiton akan
dikelompokkan dan disusun dalam bentuk teks yang berisi fenomena-fenomena yang
terjadi pada peran penyuluhan pertanian dan perkembangan kemitraan dengan
adanya penyuluhan pertanian.
4. Tahap penarikan kesimpulan, pada tahap ini peneliti akan melakukan penarikan
kesimpulan berdasarkan penyajian data sebelumnya terkait masalah penyuluhan dari
PT. BISI terhadap petani mitra di Desa Karangpaiton. Kesimpulan permasalahan
pertama terkait proses penyuluhan pertanian yang menyimpulkan tentang
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian. Permasalahan kedua terkait peran
penyuluh yakni sebagai edukator, diseminasi, informasi/inovasi, fasilitator,
konsultan, dan supervisi. Permasalahan yang ketiga yakni terkait kemitraan petani
dengan PT. BISI yang menyimpulkan tentang pola kemitraan yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses Penyuluhan oleh PT. BISI kepada Petani Mitra di Desa Karangpaiton
Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember
Desa Karangpaiton merupakan suatu desa di Kabupaten Jember yang masih minim
dalam penanganan pembangunan pertanian. Penyuluhan di Desa Karangpaiton yang
merupakan program dari pemerintah sudah beberapa tahun tidak berjalan dengan lancar
atau bisa dikatakan macet. Ketidak lancaran penyuluhan disebabkan oleh keterbatasan
jumlah penyuluh pertanian lapang (PPL) yang ada di Desa Karangpaiton Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember, di sisi lain seharusnya di setiap desa atau wilayah
terdapat penyuluh dari pemerintah untuk membantu dalam pencapaian pembangunan
pertanian. Hal ini menyebabkan banyaknya penyuluh dari pihak perusahaan (swasta)
yang melakukan penyuluhan kepada petani di Desa Karangpaiton Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember.
Penyuluhan pertanian di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember lebih banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang menerjunkan para
penyuluhnya untuk turun langsung kelapang. Penyuluh dari perusahaan swasta
melakukan upaya untuk memberikan pengetahuan dan wawasan serta inovasi pertanian
yang dibutuhkan oleh petani di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember. Penyuluh dari perusahaan yang ditugaskan langsung di lapang biasanya hanya
untuk kepentingan perusahaan walaupun pada akhirnya juga akan menguntungkan
petani yang tergabung. Kebanyakan penyuluh dari perusahaan atau lebih di kenal
dengan penyuluh swasta tidak berkontribusi pada produktivitas produk pertanian namun
lebih kepada Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB). Hal ini terjadi karena
perusahaan mengekspor produk yang telah dihasilkan petani berupa biji.
Perusahaan yang menjual hasil pertanian berupa produk segar hasil panen tidak
banyak, namun lebih kepada biji atau benih dari tanaman hasil panen. Perusahaan
mengontrol kadar air yang kemudian hasil akhirnya akan di kirim pada negara-negara
yang telah bekerja sama dengan perusahaan. Banyak petani Desa Karangpaiton yang
tergabung dengan perusahaan-perusahaan swasta. Salah satunya adalah perusahaan PT.
BISI. Perusahaan PT. BISI merupakan perusahaan yang paling banyak disenangi oleh
petani karena kontrak kerjasama yang memuaskan. Hal ini dilihat dari jumlah petani
mitra yang tergabung dengan PT. BISI lebih banyak dari perusahaan lainnya, karena
setiap perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang masing-masing miliki.
Keunggulan kompetitif yang dimiliki yakni PT. BISI menghasikan benih hibrida
generasi pertama (F1) dan petani harus menggunakan benih baru setiap musim tanam.
Penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh swasta dilakukan dengan beberapa kegiatan
mulai dari perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan hingga evaluasi
penyuluhan.
Proses penyuluhan pertanian dari PT. BISI diawali dengan kegiatan perencanaan
penyuluhan. Perencanaan penyuluhan dengan melihat desa yang berpotensi untuk
pencapaian tujuan dari perusahaan. Tujuan dari perusahaan antara lain tercukupinya biji
atau benih yang menjadi target dari perusahaan. Perencanaan kedua meliputi
perencanaan komoditas yang akan di tanam. Penyuluh melihat cuaca yang ada di desa
yang menjadi target penyuluhan. Perencanaan selanjutnya yakni merencanakan
penambahan jumlah petani mitra. Penambahan petani diharapkan mampu memenuhi
tuntutan perusahaan yang diberikan kepada penyuluh. Perencanaan keempat yaitu
pengontrolan mulai dari proses penanaman hingga pemanenan budidaya komoditas
yang telah disetujui. Perencanaan terakhir yakni evaluasi dari semua perencanaan yang
dilakukan oleh penyuluh kepada petani mitra di Desa Karangpaiton Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember.
Semua perencanaan oleh penyuluh berdasarkan persetujuan dari PT. BISI.
Penyuluh tidak bisa melaksanakan kegiatan yang sesuai perencanaan tanpa persetujuan
perusahaan, karena perusahaan merupakan perusahaan yang berbadan hukum.
Banyaknya jumlah petani yang tergabung atau bermitra dengan PT. BISI karena
keaktifan penyuluh yang melakukan penyuluhan langsung di lapang serta mengontrol
secara rutin petani mitranya, selain itu juga karena perusahaan yang berbadan hukum,
sehingga tidak menimbulkan kecemasan bagi petani-petani yang tergabung dengan
kegiatan penyuluhan swasta. Perijinan PT. BISI disahkan oleh Mentri Kehakiman
Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-5415. HT. 01. 01. TH. 84 pada
tanggal 27 September 1984 dan telah didaftarkan pada Kantor Pengadilan Negeri
Jakarta Utara dengan No. 13/ Leg/ 1985 pada tanggal 15 Januari 1985, serta telah
diumumkan dalam Berita Negara No.94 pada tanggal 23 November 1990, tambahan No.
4731.
Pelaksanaan penyuluhan mengikuti perencanaan yang sudah dicanangkan oleh
penyuluh dan telah disetujui oleh perusahaan. Penyuluh memilih Desa Karangpaiton
Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember untuk pelaksanaan penyuluhan karena di
desa ini strategis di lihat dari lahannya yang banyak dikelilingi oleh gumuk dan berada
pada dataran cukup tinggi, penyuluh beranggapan bahwa daerah Desa Karangpaiton
sangat subur sehingga hasil produksinyapun akan memenuhi target dari perusahaan.
Penyuluh juga tidak lupa untuk menyesuaikan komoditas yang akan di tanam dengan
cuaca yang ada di Desa Karangpaiton. Komoditas yang cocok untuk di tanam di Desa
Karangpaiton adalah timun (CU), pare (PG) dan semangka (WM), namun untuk
sekarang ini yang paling banyak di tanam adalah timun melihat dari cuaca yang tidak
menentu sehingga risiko yang di dapat juga sedikit. Seperti yang disampaikan oleh
informan 1 MJ (35)1:
1
Penyuluh dari PT. BISI sebagai PPL bagi petani mitra di Desa Karangpaiton, wawancara dilaksanakan
di rumah informan pada hari Rabu tanggal 28 September pukul 16.30 dan pada hari Senin tanggal 31
“Komoditas yang di tanam untuk program sekarang tanam CU,
CU itu timun. Biasanya ada CU, PD, WM. CU itu timun, PG itu pare,
WM semangka. Kendala tanaman kalau musim-musim sekarang ini,
gimana ya, sekarang rentan penyakit. Apalagi untuk kekurangan
makanan. Wahh, itu tambah parah. Kesalahan awal tanam dilakukan
pada musim panas, setelah musim kaya gini setelah musim panas
setelah kena panas pas terus kena hujan kayak gini mulai dah. Kalau
petani hati-hati itu aman dek.”
Pelaksanaan penyuluhan dilanjutkan dengan penyuluh mendatangi rumah-rumah
petani dengan memberikan beberapa petunjuk dan hasil yang di dapat apabila
bergabung dengan perusahaan, hal ini dilakukan penyuluh untuk membujuk para petani
di Desa Karangpaiton. Petani yang mau bergabung di beri bantuan sejumlah 50% modal
di awal tanam yang tertera pada kontrak. Bantuan 50% berupa bibit, mulsa, pupuk dan
obat-obatan, yang mana jumlah modal yang diberikan sesuai dengan luas lahan garapan
petani. Pelaksanaan penyuluhan selanjutnya dilakukan langsung oleh penyuluh di
lapang, saat petani akan menanam komoditas yang akan di tanam dengan memberi
arahan agar petani mitra memahami cara atau teknik dalam proses penanaman. Seperti
yang disampaikan informan 1 MJ (35)2:
“Iya, ini kan sistemnya 50% jadi biayanya ditanggung pabrik,
kalau BISI. 50% dipinjami sama pabrik modalnya, 50%nya lagi dari
petani. Itu kan sudah lumayan dek ke petani.”
Hal serupa juga disampaikan oleh informan 2 SN (32)3:
“...diberikan 50% terus menunggu tes kualiti kelayakannya dari
perusahaan apabila sudah keluar maka 50% sisanya diberikan.”
Pelaksanaan selanjutnya dengan memberi penyuluhan ketika mencapai umur tanam
1 minggu kemudian setiap seminggu sekali. Penyuluh melakukan di lapang dengan
memberi petunjuk kepada petani mitra untuk memberikan pupuk kepada setiap
tanaman. Takaran dari pupuk sudah penyuluh sesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Petani mitra yang tidak melakukan pemupukan sesuai dengan contoh yang diberikan
oleh penyuluh maka petani akan rugi sendiri, karena pupuk yang tidak sesuai akan
menghambat pertumbuhan tanaman ataupun juga akan membuat tanaman mati karena
kelebihan pupuk.
Pelaksanaan penyuluhan dilanjutkan pada penyuluhan polinasi. Polinasi merupakan
kegiatan yang tidak mudah dilakukan, butuh keahlian khusus untuk mendapatkan hasil
polinasi yang baik. Oleh sebab itu, penyuluh tidak mengumpulkan petani secara
bersamaan untuk melakukan penyuluhan mengenai polinasi tanaman. Penyuluh
langsung mendatangi lahan petani mitra karena setiap petani mitra berbeda setiap
pelaksanaan polinasi, sehingga petani mitra dapat memahami dan mengerti cara
pelaksanaan polinasinya. Tidak semua petani mitra mau membantu pelaksanaan
polinasi, kebanyakan petani menyerahkan pada penyuluh. Tenaga kerja polinasi

Oktober 2016 pukul 07.55.


2
Penyuluh dari PT. BISI sebagai PPL bagi petani mitra di Desa Karangpaiton, wawancara dilaksanakan
di rumah informan pada hari Rabu tanggal 28 September pukul 16.30 dan pada hari Senin tanggal 31
Oktober 2016 pukul 07.55.
3
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
disediakan oleh penyuluh sehingga tidak akan menyebabkan kegagalan polinasi. Seperti
yang dikatakan oleh informan 2 SN (32)4:
“...nanti kalau sudah hampir polinasi akan dikontrol lagi
kelahan.”
Pelaksanaan penyuluhan yang terakhir yakni pada saat pemanenan tanaman.
Penyuluh mengarahkan petani mitra yang panen bagaimana cara pemetikan tanaman
yang benar, sama seperti yang dilakukan penyuluh pada kegiatan pelaksanaan
penyuluhan sebelumnya. Penyuluh mendapat respon baik dari petani mitra karena selalu
mengontrol setiap kegiatan petani mitra, mulai dari awal tanam hingga proses
pemanenan sehingga kepercayaan petani mitra kepada perusahaan PT. BISI semakin
kuat dan kemitraan berlangsung terus-menerus.
Pelaksanaan yang berjalan sesuai dengan perencanaan masih memerlukan evaluasi
penyuluhan, baik dari pihak penyuluh ataupun petani mitra yang memberi masukan.
Evaluasi penyuluhan dilakukan setiap sebelum musim tanam dan juga setelah musim
tanam atau masa pemanenan. Evaluasi setelah tanam melihat bagaimana pelaksanaan
penyuluhan oleh penyuluh apakah sudah sesuai atau tidak dengan yang diharapkan, baik
dari hasil panen petani maupun tujuan dari perusahaan PT. BISI itu sendiri. Penyuluh
mengetahui petani mitra yang kurang serius dalam bekerja sama dengan perusahaan,
sehingga penyuluh memberikan masukan dan juga peringatan kepada petani. Evaluasi
sebelum tanam dilakukan untuk menjelaskan mengenai varietas atau komoditas yang
akan ditanam. Seperti yang disampaikan informan 2 SN (32)5:
“Sebelum waktu tanam setiap 3-4 bulan sekali ada perkumpulan
dari semua petani mitra itu dengan Manajer PT. BISI yaitu Bapak
Rinto dan diberikan penyuluhan tentang kualitas baru yang ada serta
cara bertanamnya.”
Peran Penyuluh PT. BISI kepada Petani Mitra di Desa Karangpaiton Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember
Penyuluh memegang peranan penting dalam kelancaran kontrak atau kemitraan
petani mitra dengan perusahaan PT. BISI. Tercapai tidaknya suatu kontrak perjanjian
yakni pencapaian hasil panen yang telah menjadi kesepakatan antara PT. BISI dan
petani mitra merupakan tanggung jawab penyuluh. Penyuluh yang berhak menentukan
layak tidaknya hasil panen petani mitra untuk di beli atau di kirim ke perusahaan.
Penyuluh tidak semerta-merta melakukan pengiriman biji atau benih ke perusahaan
tanpa melihat kuantitas dan kualitas dari hasil panen petani mitra.
Penyuluh memiliki peran penting untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Peran
penyuluh swasta dalam pelaksanaan penyuluhan mengenai kontrak kerja PT. BISI dan
petani mitra yaitu sebagai edukator, diseminasi inovasi/ informasi, fasilitator, konsultan
dan supervisi. Beberapa peran yang telah disebutkan merupakan kegiatan rutin dari
penyuluh yang harus terlaksana, karena penyuluh merupakan PPL dari perusahaan atau
PT. BISI yang menjadi perantara antara petani mitra dan menentukan keberhasilan
panen dari petani mitra sehingga semua peran yang dimiliki penyuluh harus berjalan
dan terlaksana dengan baik agar tercapai tujuan dari petani mitra, penyuluh dan juga
perusahaan atau PT. BISI.

4
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
5
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
Penyuluh sebagai edukator yakni sangat jelas pada saat penyuluh memberi tahu
cara-cara dalam penanaman ataupun penggunaan bantuan yang berupa bibit, mulsa,
pupuk dan obat-obatan. Penyuluh mengajarkan teknik-teknik budidaya yang baik dalam
proses budidaya pada setiap komoditas tanam. Hal tersebut bertujuan agar petani mitra
mendapatkan hasil produksi yang baik dan sesuai dengan kriteria dari perusahaan.
Seperti yang disampaikan oleh informan 2 SN (32)6:
“Memberi contoh menanamnya, cara budidayanya dan memberi
contoh cara pemupukan yang baik agar hasilnya juga baik.”
Hal serupa juga disampaikan oleh informan 3 J (40)7:
“Iyeh, ebherrik cara-cara nganu tamennan se tepphak” artinya
“Iya, dikasih tahu cara-cara mengelola tanaman yang benar.”
Hal serupa lainnya disampaikan oleh informan 4 SG (38)8:
“Iya ada caranya. Iya, itu kasik cara dari umur 0-5 ada
penyemprotan, 5-10 itu penyemprotan tapi sama pemupukan terus per
5 hari, pemupukan satu minggu satu kali.”
Penyuluh sebagai diseminasi inovasi/ informasi dimana penyuluh menyampaikan
apabila ada suatu inovasi atau informasi baru, seperti varietas baru ataupun teknologi
baru untuk polinasi. Sebelumnya varietas yang digunakan untuk komoditas timun
varietas yang belum terlalu bagus, namun saat ini perusahaan mengganti varietasnya
menjadi varietas unggulan atau 1044. Penyuluh tidak semerta-merta memberikan
varietas itu kepda petani mitra, namun penyuluh terlebih dahulu memberi tahu petani
supaya petani tidak sembarangan dalam membudidayakannya. Penyuluh masih memilah
petani yang sekiranya mampu memelihara dengan baik, karena varietas baru merupakan
inovasi dari perusahaan yang memerlukan pemeliharaan yang baik karena masih belum
bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Penyuluh tidak langsung menerapkan
inovasi baru yang berupa varietas baru dari bibit atau benih yang akan di tanam, tetapi
penyuluh melihat dari kesanggupan petani mitranya yang akan menanam. Seperti yang
disampaikan informan 4 SG (38)9:
“Cuma kalau jenis ini sama yang dulu-dulu itu ngak sama. Kalau
jenis ini lebih banyak membutuhkan pupuk. Iya jenisnya 1044.”
Hal serupa disampaikan oleh informan 2 SN (32)10:
“Iya, untuk penanaman yang pertama dan ke dua varietas yang
diberikan dari pabrik sama, tapi buat penanaman yang ke tiga varietas
yang ditanam baru katanya PPL hasilnya lebih bagus, tapi saya belum
tau soalnya masil 1 bulan tanam.”
6
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
7
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 09.00.
8
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
9
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
10
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
Penyuluh sebagai fasilitator dimana penyuluh yang menjadi penyalur dari fasilitas
yang dipinjamkan oleh perusahaan. Penyuluh memfasilitasi teknologi untuk pemilahan
biji dari tanaman yang ditanam seperti timun. Penyuluh mengkoordinir petani mitra
yang telah selesai panen untuk membawa hasil panennya ketempat penyuluh. Penyuluh
menyediakan mesin pemisah biji yang dipinjamkan penyuluh dari tempat lain, hal ini
dikarenakan perusahaan PT. BISI masih memiliki satu mesin untuk saat ini, sehingga
masih perlu ada pergantian pemakaian mesin dengan daerah lain. Hal ini sependapat
dengan pernyataan penyuluh atau informan 1 MJ (35)11:
“Sementara ini mesin yang ada hanya satu. Perusahaan masih
mengusahakan untuk penyediaan mesin baru, jadi ngak usah pinjam-
pinjam lagi. Sebenarnya proposalnya sudah diajukan dan disetujui,
tapi mesinnya masih belum datang dari luar negeri.”
Penyuluh sebagai konsultan, dimana satu hal pasti bagi penyuluh adalah mengatasi
permasalahan budidaya petani mitra. Baik penyuluh maupun petani mitra sama-sama
saling konsultasi. Penyuluh yang rutin menghampiri petani dalam kegiatan budidaya
menanyakan jika ada kendala yang dihadapi petani. Kadang kala petani mitra
mendatangi tempat penyuluh guna menanyakan masalah yang timbul pada tanamannya,
namun tidak banyak pula petani yang menanyakan langsung dilapang. Seperti yang
dikatakan oleh informan 4 SG (38)12:

“Ya ngak, kalu terjadi serangan ya saya sendiri yang kesana ke


Ppl, apa mungkin ada bercak, layu langsung di kasik tau solusinya. Ppl
baik, kalau ada keluhan langsung turun. Ya ngak nunggu waktu lain
untuk turun.”
Hal serupa juga disampaikan oleh informan 3 J (40)13:
“Ye mun bedhe masalah tamenan tak bu tombu engkok langsong
ka pak wulan, polanah mun tak langsong entar ka pak wulan biasana
tamenanna robbu”
Penyuluh sebagai supervisi, peran ini merupakan peran yang paling penting dalam
pelaksanaan penyuluhan. Penyuluh yang bertindak sebagai pengontrol lapangan akan
mengetahui apa saja yang kurang pada pelaksanaan kontrak oleh petani mitra. Penyuluh
akan lebih mudah untuk memfasilitasi kebutuhan petani dengan pengotrolan rutin,
selain itu petani yang bermalas-malasan juga akan ketahuan langsung dan dapat diatasi
langsung oleh penyuluh. Seperti yang disampaikan oleh informan 2 SN (32)14:
“Pada waktu pertama tanam dikontrol terus seminggu setelah di
control lagi dan sampai sekarang setiap seminggu sekali di control
apakah pertumbuhan dan perkembangannya baik.”

11
Penyuluh dari PT. BISI sebagai PPL bagi petani mitra di Desa Karangpaiton, wawancara dilaksanakan
di rumah informan pada hari Rabu tanggal 28 September pukul 16.30 dan pada hari Senin tanggal 31
Oktober 2016 pukul 07.55.
12
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
13
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 09.00.
14
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
Pengontrolan yang dilakukan penyuluh memiliki kekurangan yakni waktu kontrol.
Pengontrolan yang seharusnya dilakukan di pagi hari namun dilakukan pada sore hari
oleh penyuluh, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah petani mitra yang harus di kontrol
oleh penyuluh. Jauhnya jarak lahan antar petani mitra yang tergabung juga menjadi
kendala bagi penyuluh swasta, karena letak lahan yang dimiliki petani juga tidak mudah
di jangkau. Seperti yang diampaikan oleh informan 2 SN (32)15:
“...selama ini kalau di lihat kerja di lapang juga pasti ada
kekurangannya. Tugas control beliau sampek lahan yang jauh jadi
terkadang didahulukan yang jauh dulu kalau yang dekat daerah ini
kadang sore. Pembagian waktunya yang kurang karena sekarang
semakin banyak petani yang tergabung dengan kerjasama perusahaan
ini”
Kurangnya waktu untuk melakukan penyuluhan membuat penyuluh melakukan
pengontrolan pada sore hari hingga menjelang malam. Hal ini membuat penyuluh terus
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat melakukan penyuluhan yang terbaik agar
tidak ada pihak yang dirugikan. Penyuluh mengutamakan pengontrolan agar hasil
produksi petani mitra dapat optimal, selain itu jika penyuluh tidak memungkinkan untuk
menyelesaikan pengontrolan maka pada hari itu juga penyuluh memberikan catatan
kepada petani mitra.
Ada kalanya untuk mempermudah pengontrolan penyuluh tidak hanya mengontrol
sendiri. Penyuluh ditemani oleh beberapa bawahan penyuluh (CGR). Tugas
pengontrolan dibagi-bagi, dimana penyuluh memiliki bagian sendiri dan juga bawahan
penyuluh. Seperti yang disampaikan oleh informan 2 SN (32)16:
“pekerjaan itu ada bagiannya sendiri-sendiri, ada yang bagian
pengontrolan optiknya tapi sekali-sekali manajer ikut turun ke lapang...
nanti kalau sudah hampir polinasi akan di control lagi ke lahan”.

Perkembangan Kemitraan PT. BISI dengan Petani Mitra di Desa Karangpaiton


Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember
Pola kemitraan sangatlah menentukan suatu pelaksanaan dan kelancaran kemitraan.
Pola kemitran bertujuan mengatasi permasalahan yang ada pada petani mitra atau petani
yang tergabung. Permasalahan yang diatasi saat dibentuknya pola kemitraan adalah
masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani kecil, peningkatan mutu
produk dan masalah pemasaran. Beberapa alasan lain dari petani bergabung dalam pola
kemitraan yaitu pemasaran terjamin, tersedianya bibit/benih, produktivitas lebih tinggi,
ada kegiatan pendampingan, meniru petani lain, tersedianya pupuk dan pestisida, jenis
tanaman tahan hama penyakit, dan karena bujukan tugas pendamping.
Pola kemitraan yang digunakan adalah pola kemitraan petani dan perusahaan besar
yaitu petani menyediakan lahan dan melakukan unit produksi sesuai dengan kontrak
dari perusahaan dengan bantuan berupa modal tanam. Perusahaan yang membeli dan
memasarkan hasil produksi petani. Petani berinteraksi dengan penyuluh swasta dari
perusahaan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi terutama dalam
teknis budidaya dan penanganan hama dan penyakit. Berikut merupakan gambar pola
kemitraan petani dan perusahaan besar:
15
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
16
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
Petani Perusahaan Besar Pasar
Gambar 1. Pola Kemitraan Petani dan Perusahaan Besar
Kemitraan petani dan perusahaan atau PT. BISI berlaku setiap musim tanam dengan
landasan hukum. Kemitraan yang terjalin terdapat beberapa ketentuan yang ada pada
kontrak atau formulir perjanjian kerjasama. Sebelum mensepakati penjanjian baik pihak
petani mitra maupun perusahaan harus sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang
tertera pada kontrak. Ketentuan dan syarat dalam kontrak perjanjian berjumlah 8 pasal
yang mana semua kontrak dijelaskan oleh penyuluh swasta atau PPL. Penyuluh
menjelaskan pada petani mitra tentang kewajiban dan hak yang harus dipenuhi oleh
petani agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya.
Penyuluh sebagai penyalur atau perantara antara petani dan perusahaan
melaksanakan penyuluhan agar kemitraan berjalan dengan baik dan apa yang menjadi
tujuan dari perusahaan dan petani mitra tercapai melalui kemitraan. Pasal 2 dalam
kontrak perjanjian berisi tentang hak dan kewajiban perusahaan. Hak dan kewajiban
perusahaan yakni menyediakan bibit tanaman induk untuk produksi, menyediakan
sarana produksi berupa mulsa, pupuk, pestisida, biaya polinasi dan pengadaan lanjaran
yang akan di hitung sebagai pinjaman kepada petani mitra dan dibayarkan atau
diperhitungkan pada saat panen, melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan
produksi yang ditanggungjawabkan pada penyuluh swasta dan membeli hasil panen
sesuai dengan ketentuan yang ada.
Hak dan kewajiban petani mitra yang tertera pada pasal 2 juga harus dipenuhi oleh
petani sebelum menyetujui kontrak. Hak dan kewajiban petani mitra yang telah
dijelaskan oleh penyuluh haruslah sejelas-jelasnya, karena dalam hak dan kewajiban
petani akan menjadi menguntungkan bagi petani maupun akan merugikan petani mitra.
Hak dan kewajiban petani mitra yakni melakukan kegiatan fisik dilapangan seperti
persiapan lahan, olah tanah, tanam, pemberantasan hama penyakit, penyiangan dan
panen, melaksanakan kegiatan polinasi, curing dan proses menjadi benih, menjaga
kualitas hibriditas atau kemurnian dari benih yang dihasilkan, mengikuti semua
petunjuk teknis yang diberikan oleh penyuluh, membuang buah jantan dan buah OP
(tidak sampai besar), membabat tanaman jantan langsung setelah selesai polinasi, tidak
menyimpan atau menggunakan benih hasil produksi untuk di tanam sendiri,
menyetorkan semua hasil produksi ke perusahaan dan jika hasil panen kurang atau gagal
panen maka petani mitra sanggup membayar tunai seluruh biaya yang dikeluarkan
perusahaan ataupun bersedia tanam lagi.
Pasal 3 berisi syarat dan ketentuan pembelian untuk petani mitra sebelum biji atau
benih hasil produksi di beli oleh perusahaan. Syarat-syarat dan ketentuannya yaitu
pertama benih kurang baik (rafaksi) yang dikehendaki maksimal 1 % dengan toleransi 6
% yang di hitung sebagai pemotongan rafaksi. Untuk rafaksi lebih 6 % harus
dibersihkan lagi. Kedua benih berasal dari buah hasil polinasi antara induk jantan dan
induk betina. Ketiga benih dalam kondisi standard, tidak pecah, tidak busuk, bernas dan
tidak berkecambah. Keempat kadar air benih yang ditentukan adalah 7 %, dengan batas
toleransi 10 % yang akan diperhitungkan dengan pemotongan rafaksi. Kelima bila tidak
memenuhi standard kualitas harus proses ulang atau akan diperhitungkan dengan cara
rafaksi. Terakhir yakni keenam kemurnian (purity test) minimal 98 %, apabila kurang
dari 98 % benih dinyatakan tidak lulus.
Penyuluh sangat berperan penting dalam menjaga kemitraan antara PT. BISI
dengan petani mitra. Penyuluh menjaga dengan terus mengontrol budidaya dan
pemeliharaan tanaman yang ditanam petani. Petani yang gagal dalam budidaya juga
akan merugikan pihak penyuluh karena target yang diberikan oleh perusahaan tidak
akan tercapai. Selain itu perusahaan juga akan kehilangan bahan untuk proses produki
selanjutnya di pabrik. Tidak hanya perusahaan dan penyuluh yang akan rugi namun juga
petani, oleh karena itu penyuluh sangat membantu kelancaran kemitraan baik petani dan
perusahaan.
Perkembangan kemitraan sekarang ini semakin membaik. Hal ini dilihat dari
tercapainya jumlah atau target biji dan benih yang akan dikirim keperusahaan.
Perkembangan juga dilihat dari jumlah petani mitra yang terus bertambah setiap musim
tanamnya, hal ini membuktikan bahwa penyuluh sangat mahir dalam menjaga hubungan
dengan petani dan juga petani masih mau bertanggungjawab atas kontrak yang telah
disetujui. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan 1 MJ (35)17:
“Awal nanam 7 orang disini. Kalau sekarang, yang belum tanam
dan yang sudah tanam, sekitar 35 petani.”
Kemitraan yang terjalin antara petani mitra dengan perusahaan di anggap
menguntungkan bagi petani, sehingga banyak petani yang menambah masa kontrak dan
juga banyak petani yang bergabung. Petani yang sudah lama menjadi anggota dari
petani mitra tidak semerta-merta dilupakan oleh penyuluh. Petani banyak yang
memperpanjang masa kontrak tanam karena petani merasa PPL aktif dalam menangani
dan mengontrol kegiatan petani dan juga akrab dengan petani, sehingga petani merasa
nyaman melakukan apa yang dianjurkan penyuluh serta menambah kontrak tanam.
Seperti yang disampaikan oleh informan 2 SN (32)18:
“Sudah tiga kali tanam dan semuanya mentimun tapi sekarang
hanya beda varietas.”
Hal serupa disampaikan oleh informan 3 J (40)19:
“Ye riyah se ka tello kalenah la, mun tamennanah paggun, se e
tamen paggun temon, tekka’ah ruwet tapeh tak pate rogi pole mosem
ojen, tapeh gik terro nyoba’ah semangkah” yang artinya: “iya ini sudah
yang ketiga kalinya, kalau yang di tanam tetep, yang di tanam tetep
timun, walaupun susah tapi tidak rugi apalagi musim hujan, tapi masih
ingin mencoba semangka.”
PPL tidak hanya membujuk petani mitra yang tergabung untuk memperpanjang
masa tanam, namun juga membujuk petani sekitar untuk bergabung. Penyuluh
membujuk dengan memberi contoh hasil panen dari petani mitra yang dikontrol. Tidak
sedikit petani yang mencoba untuk bergabung dan memperoleh hasilnya. Seperti yang
disampaikan oleh informan 4 SG (38)20:
“Baru sekarang tanam... Rencananya semangka, tapi katanya
semangka bulan 12 ngak ada, bulan tiga baru ada. Rencanya mau

17
Penyuluh dari PT. BISI sebagai PPL bagi petani mitra di Desa Karangpaiton, wawancara dilaksanakan
di rumah informan pada hari Rabu tanggal 28 September pukul 16.30 dan pada hari Senin tanggal 31
Oktober 2016 pukul 07.55.
18
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
19
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 09.00.
20
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
kesemangka, ngak terlalu apa ruwet gitu, kalo semangka cukup sendiri
aja nutut, kalo polinasi paling cuma berdua. Kalo ini yang berapa yang
polinasi 5 orang”
Kemitraan saat ini berkembang dan memerlukan pengawasan langsung dari
perusahaan. Perusahaan telah mensetujui adanya penambahan mesin untuk pemilahan
biji atau benih hasil panen petani mitra, namun mesin yang dijukan oleh penyuluh masih
belum juga di terima oleh penyuluh ataupun petani mitra. Jumlah petani mitra yang ada
di Desa Karangpaiton sudah bertambah banyak sehingga ketersediaan mesin pemilah
biji atau benih yang minim membuat proses setelah panen semakin lama.

SIMPULAN
Proses penyuluhan di Desa Karangpaiton terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu
perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan dan evaluasi penyuluhan.
Perencanaan penyuluhan meliputi perencanaan potensi desa, komoditas tanam,
penambahan jumlah petani mitra, pengontrolan dan evaluasi. Pelaksanaan penyuluhan
meliputi menetapkan Desa Karangpaiton sebagai desa untuk pelaksanaan tanam dengan
menyesuaikan komoditas yang akan di tanam, penyuluh mendatangi rumah petani agar
mau bergabung dengan perusahaan, penyuluh memberi penyuluhan pada awal tanam,
polinasi dan pemanenan hasil, serta penyuluh mengevaluasi kegiatan pelaksanaan.
Penyuluh memiliki peran yang penting untuk mendukung kegiatan penyuluhan.
Peran penyuluh dalam penyuluhan di Desa Karangpaiton terdiri dari beberapa peran
yang semuanya harus berjalan dengan baik. Peran penyuluh swasta dalam pelaksanaan
penyuluhan mengenai kontrak kerja antara PT. BISI dengan petani mitra yaitu sebagai
edukator, diseminasi inovasi/informasi, fasilitator, konsultan, dan supervisi.
Perkembangan kemitraan di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo antara PT.
BISI dan petani mitra berkembang secara meluas, hal ini di tandai dengan adanya
penambahan jumlah petani mitra yang bergabung. Penambahan jumlah petani mitra
terlaksana karena adanya penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh swasta melalui pola
kemitraan. Pola kemitraan yang digunakan adalah pola kemitraan petani dan perusahaan
besar. Petani menyediakan lahan dan melakukan produksi sesuai kontrak perusahaan,
sedangkan perusahaan memberi modal serta membeli dan memasarkan hasil produksi.

DAFTAR RUJUKAN
Budiliono, R. dan R. Setiawan. 2013. Analisis Deskriptif Desain Organisasi pada PT.
Win Win Realty Centre. AGORA, 1 (3):1-5.
Haryono, M, G., Isnaini., dan Agustriani, F. 2013. Analisis Finansial Usaha Budidaya
Tambak Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos
chanos) di Desa Simpang Tiga Abadi Kabupaten OKI Sumatera Selatan. Maspari,
5(2): 134-139.
Indraningsih, K, S., et. al. 2013. Peran Penyuluh Swadaya Dalam Implementasi
Undang-undang Penyuluhan Pertanian. Proposal Operasional, Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian.
Indraningsih, K. S., B. G. Sugihen., P. Tjitropranoto., P. S. Asngari dan H. Wijayanto. 2010. Kinerja
Penyuluh Dari Perseptif Petani Dan Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai
Pendamping Penyuluh Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(4): 303-321.
Pratomo, A dan Tauran. 2010. Evaluasi Program Pengembangan Pembibitan Ternak
Sapi Melalui Kelompok Tani. Pengembangan, 2 (1): 1-9.
Revikasari, A. 2010. Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pengembangan Gabungan
Kelompok Tani (GAPOKTAN) di Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten
Ngawi. Skripsi. Surakarta: Program Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.

Anda mungkin juga menyukai