BISI
DI DESA KARANGPAITON KECAMATAN LEDOKOMBO
KABUPATEN JEMBER
PENDAHULUAN
Konsep dasar penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang
disadari. Komunikasi yang disengaja melalui informasi adalah untuk membantu petani
membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang benar serta mengubah
perilaku petani menjadi lebih baik. Pengembangan pembangunan pertanian di masa
mendatang perlu memberikan perhatian yang khusus terhadap penyuluhan pertanian,
karena penyuluhan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya
pencapaian tujuan pembangunan pertanian (Indraningsih et al, 2010).
Menurut Kartasapoetra dalam Revikasari (2010), kegiatan penyuluhan dalam
pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara
praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi petani yang
selalu berkembang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Agar petani dapat
melakukan praktek-praktek yang mendukung usaha tani maka petani membutuhkan
informasi inovasi dibidang pertanian. Informasi tersebut dapat diperoleh petani antara
lain dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) baik penyuluh PNS, penyuluh swasta, dan
juga penyuluh swadaya melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian.
Berdasarkan UU No. 16/2006, dinyatakan bahwa penyuluhan dilakukan oleh
Penyuluh PNS, Penyuluh Swasta, dan/atau Penyuluh Swadaya; dan keberadaan
Penyuluh Swasta serta Penyuluh Swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh Swasta dan Penyuluh Swadaya dalam
melaksanakan penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha dapat berkoordinasi
dengan penyuluh PNS. Penyuluh Swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha
dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan, sedangkan
Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga
masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi
penyuluh. Mencermati makna eksplisit yang tertuang dalam UU tersebut Penyuluh
Swadaya dalam melakukan kegiatan penyuluhan dapat bekerjasama dengan Penyuluh
Pertanian PNS (Indraningsih et al, 2013).
Pembentukan kelompok tani merupakan proses pewujudan pertanian yang
terkonsolidasi (consolidated agriculture), sehingga bisa berproduksi secara optimal dan
efisien. Kelompok tani penting sebagai wadah pembinaan petani yang tergabung di
dalamnya, sehingga dapat memperlancar pembangunan pertanian (Pratomo dan Tauran,
2010). Kelompok tani yang dianggap mempermudah proses penyuluhan dan
pengkoordiniran petani yang bergabung ternyata berbanding terbalik. Adanya kelompok
tani malah menimbulkan masalah yang berdampak pada kepercayaan petani terhadap
penyuluh dan Perusahaan. Pemberian modal dari Perusahaan yang PPL berikan kepada
ketua kelompok tani tidak sampai pada anggota kelompok tani. Sehingga kepercayaan
anggota kelompok tani terhadap PPL luntur dan PPL memutuskan untuk tidak lagi
membentuk kelompok tani.
Penyuluhan yang ada di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember merupakan PPL (Penyuluh Praktek Lapang) yang diterjunkan oleh PT. BISI
untuk memenuhi persediaan biji atau benih ekspor. Tujuan adanya PPL untuk
pemberdayaan petani dan juga untuk memenuhi tuntutan biji atau benih kepada
Perusahaan. PT. BISI selalu mengadakan kontrak ulang dengan petani melalui PPL
setelah kontrak kerja habis, jadi tidak selama petani harus mengikuti aturan dan tuntutan
dari Perusahaan. Penyuluh menangani langsung petani yang bergabung dengan di bantu
dua orang lainnya yang merupakan bawahan PPL. Semua petani yang tergabung dengan
PPL dan PT. BISI tidak semuanya memenuhi persyaratan atau kontrak yang dilakukan
dengan PT. BISI melalui PPL. Beberapa petani yang tidak mematuhi aturan atau
kontrak serta saran dari penyuluh, maka petani akan mengalami kerugian yang akan
ditanggung oleh petani mitra itu sendiri.
PT. BISI merupakan suatu perusahaan yang memproduksi benih sayuran hibrida.
PT. BISI melakukan kemitraan dengan petani yang mau bergabung. Kemitraan tersebut
dilakukan melalui penyuluh swasta dari PT. BISI. penyuluh yang memegang andil
dalam kelancaran kedua pihak, baik pihak perusahaan maupun pihak petani.
Perusahaan memberikan modal awal sebesar 50% berupa biji, benih, bibit, pupuk,
mulsa, obat dan sebagainya yang diberikan kepada PPL untuk dibagikan kepada semua
petani yang tergabung. Saat musim panen petani yang tergabung memanen biji dari
tanaman yang ditentukan kemudian PPL melakukan polinasi untuk mengurangi kadar
air dari biji. Setelah itu baru Perusahaan memenuhi sisa modal yang 50% berupa uang
untuk petani.
Awal adanya PPL dilakukan penyuluhan kepada masyarakat petani di salah satu
tempat di Desa Karangpaiton. Petani yang berminat bergabung pada awalnya hanya
terdapat 7 orang. PPL membimbing langsung ketujuh orang tersebut tanpa dibentuk
kelompok tani. Setelah banyak masyarakat petani yang melihat perkmbangan dari
ketujuh orang petani, maka banyak petani yang mulai bergabung tentunya dengan
komunikasi bersifat persuasif yang dilakukan oleh PPL dengan masyakat petani.
Sekarang ini, jumlah petani yang bergabung terdapat 35 orang petani. PPL merasa
cukup banyak yang berminat sehingga dibentuk 2 kelompok tani berdasarkan komoditas
yang ditanam agar mudah untuk mengkoordinir.
Komoditas yang ditanam untuk musim tanam sekarang ini yakni komoditas timun
(CU), pare (PG) dan semangka (WM). petani mitra mengalami permasalahan pada
semua tanaman seperti penyakit tanaman. Hal tersebut terjadi dikarenakan cuaca atau
iklim yang tidak sesuai sehingga petani mitra kesulitan dalam memelihara tanamannya.
Saat ini, tanaman yang paling banyak ditanam adalah timun (CU). Tidak sedikit petani
mitra yang kurang memenuhi target karena jumlah hasil panen benih atau bijinya tidak
sesuai dengan kontrak atau perjanjian yang disepakati di awal kemitraan.
Kegagalan panen sepenuhnya ditanggung oleh petani, PT. BISI hanya mentolerin
dengan memberikan modal lagi untuk petani menanam ulang namun hasil panen kedua
petani tidak diberikan pengembalian uang karena untuk membayar modal pada
kegagalan panen pertama. Keberhasilan petani tergantung bagaimana petani mengelola
tanamannya dan keaktifan petani bertanya kepada penyuluh jika ada kendala. Oleh
karena itu, perlu adanya peran penyuluh saat proses penyuluhan untuk perkembangan
kemitraan dan membantu keberhasilan panen petani di Desa Karangpaiton Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember agar petani tidak mengalami kerugian.
METODE
Penentuan daerah praktek lapang ini ditentukan secara sengaja atau purposive
method karena Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember memiliki
program penyuluhan swasta dari PT. BISI. Purposive method yaitu cara yang dilakukan
secara sengaja (Haryono, et al., 2013). Metode praktek lapang yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan
yaitu menggambarkan mengenai peran penyuluhan pertanian serta menggambarkan
perkembangan kemitraan yang dilakukan oleh petani mitra..
Data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data sekunder. Metode
penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan metode
purposive yang mana metode ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode
purposive atau purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu (Budiliono dan Roy, 2013).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
model Miles dan Huberman. Analisis data model Miles dan Huberman tersebut
digunakan untuk analisis deskriptif kualitatif mengenai peran penyuluhan pertanian.
Teknik analisis ini memiliki beberapa tahapan, diantaranya pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Tahap pengumpulan data merupakan kumpulan data yang diperoleh di lapang. Data
pada penelitian diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dari
instansi terkait. Data yang diperoleh dilapang berupa data penyuluhan, data usahatani
petani tanpa adanya kelompok tani dan data peningkatan hasil produksi petani di
Desa Karangpaiton. Data yang diperoleh kemudian diolah melalui reduksi data.
2. Tahap reduksi merupakan penyusunan kode-kode dan catatan-catatan mengenai
berbagai hal termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta mencari informasi
mengenai kegiatan di lapang. Reduksi data dapat dilakukan dengan cara merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Tahap reduksi
data yang dilakukan yaitu mencari informasi mengenai penyuluhan pertanian pada
petani mitra di Desa Karangpaiton.
3. Tahap penyajian data merupakan satu kegiatan mengelompokkan data yang telah
diperoleh di lapang yang kemudian akan disusun dan disajikan dalam bentuk teks.
Data yang telah diperoleh kunjungan lapang di Desa Karangpaiton akan
dikelompokkan dan disusun dalam bentuk teks yang berisi fenomena-fenomena yang
terjadi pada peran penyuluhan pertanian dan perkembangan kemitraan dengan
adanya penyuluhan pertanian.
4. Tahap penarikan kesimpulan, pada tahap ini peneliti akan melakukan penarikan
kesimpulan berdasarkan penyajian data sebelumnya terkait masalah penyuluhan dari
PT. BISI terhadap petani mitra di Desa Karangpaiton. Kesimpulan permasalahan
pertama terkait proses penyuluhan pertanian yang menyimpulkan tentang
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian. Permasalahan kedua terkait peran
penyuluh yakni sebagai edukator, diseminasi, informasi/inovasi, fasilitator,
konsultan, dan supervisi. Permasalahan yang ketiga yakni terkait kemitraan petani
dengan PT. BISI yang menyimpulkan tentang pola kemitraan yang digunakan.
4
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
5
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
Penyuluh sebagai edukator yakni sangat jelas pada saat penyuluh memberi tahu
cara-cara dalam penanaman ataupun penggunaan bantuan yang berupa bibit, mulsa,
pupuk dan obat-obatan. Penyuluh mengajarkan teknik-teknik budidaya yang baik dalam
proses budidaya pada setiap komoditas tanam. Hal tersebut bertujuan agar petani mitra
mendapatkan hasil produksi yang baik dan sesuai dengan kriteria dari perusahaan.
Seperti yang disampaikan oleh informan 2 SN (32)6:
“Memberi contoh menanamnya, cara budidayanya dan memberi
contoh cara pemupukan yang baik agar hasilnya juga baik.”
Hal serupa juga disampaikan oleh informan 3 J (40)7:
“Iyeh, ebherrik cara-cara nganu tamennan se tepphak” artinya
“Iya, dikasih tahu cara-cara mengelola tanaman yang benar.”
Hal serupa lainnya disampaikan oleh informan 4 SG (38)8:
“Iya ada caranya. Iya, itu kasik cara dari umur 0-5 ada
penyemprotan, 5-10 itu penyemprotan tapi sama pemupukan terus per
5 hari, pemupukan satu minggu satu kali.”
Penyuluh sebagai diseminasi inovasi/ informasi dimana penyuluh menyampaikan
apabila ada suatu inovasi atau informasi baru, seperti varietas baru ataupun teknologi
baru untuk polinasi. Sebelumnya varietas yang digunakan untuk komoditas timun
varietas yang belum terlalu bagus, namun saat ini perusahaan mengganti varietasnya
menjadi varietas unggulan atau 1044. Penyuluh tidak semerta-merta memberikan
varietas itu kepda petani mitra, namun penyuluh terlebih dahulu memberi tahu petani
supaya petani tidak sembarangan dalam membudidayakannya. Penyuluh masih memilah
petani yang sekiranya mampu memelihara dengan baik, karena varietas baru merupakan
inovasi dari perusahaan yang memerlukan pemeliharaan yang baik karena masih belum
bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Penyuluh tidak langsung menerapkan
inovasi baru yang berupa varietas baru dari bibit atau benih yang akan di tanam, tetapi
penyuluh melihat dari kesanggupan petani mitranya yang akan menanam. Seperti yang
disampaikan informan 4 SG (38)9:
“Cuma kalau jenis ini sama yang dulu-dulu itu ngak sama. Kalau
jenis ini lebih banyak membutuhkan pupuk. Iya jenisnya 1044.”
Hal serupa disampaikan oleh informan 2 SN (32)10:
“Iya, untuk penanaman yang pertama dan ke dua varietas yang
diberikan dari pabrik sama, tapi buat penanaman yang ke tiga varietas
yang ditanam baru katanya PPL hasilnya lebih bagus, tapi saya belum
tau soalnya masil 1 bulan tanam.”
6
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
7
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 09.00.
8
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
9
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
10
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
Penyuluh sebagai fasilitator dimana penyuluh yang menjadi penyalur dari fasilitas
yang dipinjamkan oleh perusahaan. Penyuluh memfasilitasi teknologi untuk pemilahan
biji dari tanaman yang ditanam seperti timun. Penyuluh mengkoordinir petani mitra
yang telah selesai panen untuk membawa hasil panennya ketempat penyuluh. Penyuluh
menyediakan mesin pemisah biji yang dipinjamkan penyuluh dari tempat lain, hal ini
dikarenakan perusahaan PT. BISI masih memiliki satu mesin untuk saat ini, sehingga
masih perlu ada pergantian pemakaian mesin dengan daerah lain. Hal ini sependapat
dengan pernyataan penyuluh atau informan 1 MJ (35)11:
“Sementara ini mesin yang ada hanya satu. Perusahaan masih
mengusahakan untuk penyediaan mesin baru, jadi ngak usah pinjam-
pinjam lagi. Sebenarnya proposalnya sudah diajukan dan disetujui,
tapi mesinnya masih belum datang dari luar negeri.”
Penyuluh sebagai konsultan, dimana satu hal pasti bagi penyuluh adalah mengatasi
permasalahan budidaya petani mitra. Baik penyuluh maupun petani mitra sama-sama
saling konsultasi. Penyuluh yang rutin menghampiri petani dalam kegiatan budidaya
menanyakan jika ada kendala yang dihadapi petani. Kadang kala petani mitra
mendatangi tempat penyuluh guna menanyakan masalah yang timbul pada tanamannya,
namun tidak banyak pula petani yang menanyakan langsung dilapang. Seperti yang
dikatakan oleh informan 4 SG (38)12:
11
Penyuluh dari PT. BISI sebagai PPL bagi petani mitra di Desa Karangpaiton, wawancara dilaksanakan
di rumah informan pada hari Rabu tanggal 28 September pukul 16.30 dan pada hari Senin tanggal 31
Oktober 2016 pukul 07.55.
12
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
13
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 09.00.
14
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
Pengontrolan yang dilakukan penyuluh memiliki kekurangan yakni waktu kontrol.
Pengontrolan yang seharusnya dilakukan di pagi hari namun dilakukan pada sore hari
oleh penyuluh, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah petani mitra yang harus di kontrol
oleh penyuluh. Jauhnya jarak lahan antar petani mitra yang tergabung juga menjadi
kendala bagi penyuluh swasta, karena letak lahan yang dimiliki petani juga tidak mudah
di jangkau. Seperti yang diampaikan oleh informan 2 SN (32)15:
“...selama ini kalau di lihat kerja di lapang juga pasti ada
kekurangannya. Tugas control beliau sampek lahan yang jauh jadi
terkadang didahulukan yang jauh dulu kalau yang dekat daerah ini
kadang sore. Pembagian waktunya yang kurang karena sekarang
semakin banyak petani yang tergabung dengan kerjasama perusahaan
ini”
Kurangnya waktu untuk melakukan penyuluhan membuat penyuluh melakukan
pengontrolan pada sore hari hingga menjelang malam. Hal ini membuat penyuluh terus
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat melakukan penyuluhan yang terbaik agar
tidak ada pihak yang dirugikan. Penyuluh mengutamakan pengontrolan agar hasil
produksi petani mitra dapat optimal, selain itu jika penyuluh tidak memungkinkan untuk
menyelesaikan pengontrolan maka pada hari itu juga penyuluh memberikan catatan
kepada petani mitra.
Ada kalanya untuk mempermudah pengontrolan penyuluh tidak hanya mengontrol
sendiri. Penyuluh ditemani oleh beberapa bawahan penyuluh (CGR). Tugas
pengontrolan dibagi-bagi, dimana penyuluh memiliki bagian sendiri dan juga bawahan
penyuluh. Seperti yang disampaikan oleh informan 2 SN (32)16:
“pekerjaan itu ada bagiannya sendiri-sendiri, ada yang bagian
pengontrolan optiknya tapi sekali-sekali manajer ikut turun ke lapang...
nanti kalau sudah hampir polinasi akan di control lagi ke lahan”.
17
Penyuluh dari PT. BISI sebagai PPL bagi petani mitra di Desa Karangpaiton, wawancara dilaksanakan
di rumah informan pada hari Rabu tanggal 28 September pukul 16.30 dan pada hari Senin tanggal 31
Oktober 2016 pukul 07.55.
18
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 08.38.
19
Petani mitra PT. BISI yang sedang menanam timun untuk ketiga kalinya, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 09.00.
20
Petani mitra PT. BISI yang baru bergabung dan sedang menanam timun, wawancara dilakukan di lahan
milik informan pada hari Jum’at tanggal 4 November 2016 pukul 08.46.
kesemangka, ngak terlalu apa ruwet gitu, kalo semangka cukup sendiri
aja nutut, kalo polinasi paling cuma berdua. Kalo ini yang berapa yang
polinasi 5 orang”
Kemitraan saat ini berkembang dan memerlukan pengawasan langsung dari
perusahaan. Perusahaan telah mensetujui adanya penambahan mesin untuk pemilahan
biji atau benih hasil panen petani mitra, namun mesin yang dijukan oleh penyuluh masih
belum juga di terima oleh penyuluh ataupun petani mitra. Jumlah petani mitra yang ada
di Desa Karangpaiton sudah bertambah banyak sehingga ketersediaan mesin pemilah
biji atau benih yang minim membuat proses setelah panen semakin lama.
SIMPULAN
Proses penyuluhan di Desa Karangpaiton terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu
perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan dan evaluasi penyuluhan.
Perencanaan penyuluhan meliputi perencanaan potensi desa, komoditas tanam,
penambahan jumlah petani mitra, pengontrolan dan evaluasi. Pelaksanaan penyuluhan
meliputi menetapkan Desa Karangpaiton sebagai desa untuk pelaksanaan tanam dengan
menyesuaikan komoditas yang akan di tanam, penyuluh mendatangi rumah petani agar
mau bergabung dengan perusahaan, penyuluh memberi penyuluhan pada awal tanam,
polinasi dan pemanenan hasil, serta penyuluh mengevaluasi kegiatan pelaksanaan.
Penyuluh memiliki peran yang penting untuk mendukung kegiatan penyuluhan.
Peran penyuluh dalam penyuluhan di Desa Karangpaiton terdiri dari beberapa peran
yang semuanya harus berjalan dengan baik. Peran penyuluh swasta dalam pelaksanaan
penyuluhan mengenai kontrak kerja antara PT. BISI dengan petani mitra yaitu sebagai
edukator, diseminasi inovasi/informasi, fasilitator, konsultan, dan supervisi.
Perkembangan kemitraan di Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo antara PT.
BISI dan petani mitra berkembang secara meluas, hal ini di tandai dengan adanya
penambahan jumlah petani mitra yang bergabung. Penambahan jumlah petani mitra
terlaksana karena adanya penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh swasta melalui pola
kemitraan. Pola kemitraan yang digunakan adalah pola kemitraan petani dan perusahaan
besar. Petani menyediakan lahan dan melakukan produksi sesuai kontrak perusahaan,
sedangkan perusahaan memberi modal serta membeli dan memasarkan hasil produksi.
DAFTAR RUJUKAN
Budiliono, R. dan R. Setiawan. 2013. Analisis Deskriptif Desain Organisasi pada PT.
Win Win Realty Centre. AGORA, 1 (3):1-5.
Haryono, M, G., Isnaini., dan Agustriani, F. 2013. Analisis Finansial Usaha Budidaya
Tambak Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos
chanos) di Desa Simpang Tiga Abadi Kabupaten OKI Sumatera Selatan. Maspari,
5(2): 134-139.
Indraningsih, K, S., et. al. 2013. Peran Penyuluh Swadaya Dalam Implementasi
Undang-undang Penyuluhan Pertanian. Proposal Operasional, Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian.
Indraningsih, K. S., B. G. Sugihen., P. Tjitropranoto., P. S. Asngari dan H. Wijayanto. 2010. Kinerja
Penyuluh Dari Perseptif Petani Dan Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai
Pendamping Penyuluh Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(4): 303-321.
Pratomo, A dan Tauran. 2010. Evaluasi Program Pengembangan Pembibitan Ternak
Sapi Melalui Kelompok Tani. Pengembangan, 2 (1): 1-9.
Revikasari, A. 2010. Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pengembangan Gabungan
Kelompok Tani (GAPOKTAN) di Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten
Ngawi. Skripsi. Surakarta: Program Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.