Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMANFAATAN BATUBARA
“HIDROGENASI COAL”

Disusun Oleh: Kelompok 3


Kelas 5 KC

Nama:
1. Ahmad Abu Bakar (0615 3040 2176)
2. Berlianita Putri Irani (0615 3040 0996)
3. Doddy Herryanto (0615 3040 2177)

Dosen Pengampu :
Ir. Fadarina.,M.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sampai saat ini masih sangat
dominan dalam pemenuhan energi di Indonesia. Berdasarkan jenisnya BBM yang
paling banyak dikonsumsi adalah minyak premium, solar dan minyak tanah.
Cadangan sumber daya energi di Indonesia saat ini sudah semakin terbatas.
Sebagai gambaran, Indonesia saat ini hanya memiliki 4.300 juta ton cadangan
minyak atau hanya sekitar 0,36% dari total cadangan minyak dunia tahun 2006
sebesar 1.208.200 juta ton. Dengan tingkat produksi sebesar 390 juta ton per
tahun, produksi minyak bumi di Indonesia diperkirakan hanya dapat bertahan
dalam 11 tahun ke depan.

Kelangkaan dan mahalnya harga BBM terutama minyak solar berimbas


pada seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya semua sektor usaha industri dan
perdagangan harus mengimbangi pula dengan kenaikan harga jual barang.
Kesulitan BBM yang terus berlarut dapat pula menghambat iklim investasi di
suatu daerah, dimana perkembangan industri dan perdagangan sangat erat
keterkaitannya dengan ketersediaan BBM.

Sebagai alternatif untuk menggantikan energi minyak bumi, saat ini telah
dikembangkan teknologi pencairan batubara sebagai bahan bakar yang hampir
setara dengan output minyak bumi. Pengembangan produksi bahan bakar sintetis
berbasis batu bara pertama kali dilakukan di Jerman tahun 1900-an dengan
menggunakan proses sintesis Fischer-Tropsch yang dikembangkan Franz Fisher
dan Hans Tropsch. Pada 1930, disamping menggunakan metode proses sintesis
Fischer-Tropsch, mulai dikembangkan pula proses Bergius untuk memproduksi
bahan bakar sintesis. Sementara itu, Jepang juga melakukan inisiatif

2
pengembangan teknologi pencairan batubara melalui proyek Sunshine tahun 1974
sebagai pengembangan alternatif energi pengganti minyak bumi.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka kami membuat


rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penjelasan mengenai pencairan batubara?


2. Bagaimana penjelasan mengenai pencairan batubara secara langsung
(Direct Liquation Process)?
3. Bagaimana proses pencairan batubara dengan produk hidrogen coal?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pencairan batubara dengan produk
hidrogen coal?

1.3. Tujuan

1. Mampu menjelaskan mengenai pencairan batubara.


2. Mampu menjelaskan mengenai pencairan batubara secara langsung (Direct
Liquation Process).
3. Mampu menjelaskan mengenai proses pencairan batubara dengan produk
hidrogen coal.
4. Mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pencairan batubara
dengan produk hidrogen coal.

3
1.4. Manfaat

Dalam pembuatan makalah Pencairan Batubara dengan Produk


Hidrogen Coal ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca guna menambah pengetahuan dalam memenuhi bahan
pembelajaran semester 5 Jurusan DIII Teknik Kimia Politeknik Negri
Sriwijaya khususnya pada mata kuliah Pemanfaatan Batubara.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pencairan Batubara

Pencairan batubara (Coal Liquefaction) adalah proses mengubah wujud


batubara dari padat menjadi cair. Proses pencairan batubara dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pada
proses tidak langsung batubara difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan CH4 yang
kemudian direkombinasikan menghasilkan produk cair, prosesnya melalui
gasifikasi dan kondensasi. Pada proses langsung batubara cair diproduksi dengan
melarutkan dalam suatu pelarut organik lalu dilanjutkan dengan proses
hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi. Proses pencairan batubara secara
langsung dapat dilakukan melalui pirolisis, ekstraksi pelarut dan hidrogenasi
katalitik.
Pencairan batubara adalah proses yang digunakan untuk mengubah
batubara, bahan bakar padat, menjadi pengganti bahan bakar cair seperti diesel
dan bensin. Pencairan batubara secara historis telah digunakan di negara-negara
tanpa keamanan pasokan minyak mentah, seperti Jerman dan Afrika Selatan.
Teknologi yang digunakan dalam pencairan batubara sudah cukup lama, dan
pertama kali diimplementasikan di abad ke-19 untuk penerangan dalam ruangan.
Pencairan batubara dapat digunakan di masa depan guna menghasilkan minyak
untuk transportasi dan pemanasan, mengantisipasi pasokan minyak mentah yang
mungkin terganggu.
Pencairan batubara umumnya lebih mahal daripada memproduksi bahan
bakar dari minyak mentah, tetapi dapat menjadi ekonomis jika minyak mentah
langka atau tidak tersedia. Batubara cair digunakan selama Perang Dunia II oleh
tentara Jerman, yang memiliki pasokan besar batubara tetapi sedikit pasokan
minyak bumi, untuk menjalankan tank dan mesin perang lainnya. Kemudian,
selama era apartheid di Afrika Selatan, pencairan batubara membantu untuk

5
mengganti kelangkaan minyak mentah akibat sanksi embargo. Dalam kasus
terjadi gangguan besar dalam pasokan minyak mentah, unit pencairan batubara
dapat diterapkan dengan cukup cepat, karena kesederhanaan teknologi dan
ketersediaan batubara mentah yang tinggi.
Pencairan batubara (Likuifaksi Batubara) adalah suatu teknologi proses
yang mengubah batubara dan menghasilkan bahan bakar cair sintetis. Batubara
yang berupa padatan diubah menjadi bentuk cair dengan cara mereaksikannya
dengan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi. Proses likuifaksi batubara
secara umum diklasifikasikan menjadi Indirect Liquefaction Process dan Direct
Liquefaction Process.

2.2. Pengertian Direct Liquefaction Process


Salah satu metode utama konversi langsung dari batubara ke cairan dengan
proses hidrogenasi adalah proses Bergius , dikembangkan oleh Friedrich Bergius
pada tahun 1913. Dalam proses ini , batubara kering dicampur dengan minyak
berat daur ulang dari proses. Katalis biasanya ditambahkan ke dalam campuran.
Reaksi terjadi pada antara 400 ° C ( 752 ° F ) sampai 500 ° C ( 932 ° F ) dan 20
sampai 70 MPa tekanan hidrogen.

Friedrich Bergius

6
Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batubara,
kemudian Slurry dibuat dengan cara mencampur batubara ini dengan pelarut.
Slurry dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi bersama-sama dengan
hidrogen dengan menggunakan pompa. Slurry kemudian diberi tekanan 100-300
atm di dalam sebuah reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 400-
480° C.
Proses Direct yang sering dilakukan secara komersil, yaitu :
1. Solvent Extraction
Proses ini merupakan proses pencampuran batubara dengan solvent yang
mampu mentransfer hidrogen dari solven batubara pada suhu di atas 500o C dan
tekanan di atas 5000 psi. Ada tiga konfigurasi yang dapat dilakukan pada proses
ini yaitu:
a. Ekstraksi tanpa adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle yang telah
dihidrogenasi pada proses yang terpisah.
b. Ekstraksi dengan adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle yang
telah dihidrogenasi.
c. Ekstraksi dengan adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle tanpa
adanya hidrogenasi.

2. Catalytic Liquefaction Process


Ada beberapa proses yang sering digunakan pada pencairan batubara
dengan katalis ini, antara lain :
a. Synthoil Process
Proses ini merupakan proses hydrosulfurisasi dimana pecahan
batubara yang sebagian dipanaskan dicampur dengan process oil yang
membentuk slurry. Slurry kemudian dicampur dengan hidrogen
dan setelah preheating dimasukkan ke reaktor jenis fixed bed untuk
menghasilkan produk cair yang memiliki kandungan sulfur rendah.

7
b. Gulf CCL (Catalytic Coal Liquid) Process
Pada proses ini batubara yang telah dijadikan slurry dengan solvent
hasil recycle dimasukkan bersama dengan hidrogen ke reaktor fixed
bed berkatalis pada suhu 4800 C dan tekanan 2000 psi. Produk dimasukkan
ke flash drum untuk mengambil gas dari cairan kemudian dipisahkan
menjadi sythetic crude oil, padatan, dan recycle solvent. Padatan dimasak
kembali untuk menghasilkan produk cair yang lebih banyak.

c. Liquid Phase Zinc Chloride Process


Pada proses ini batubara diubah menjadi gasoline dengan catalytic
hidrocracking. Prosesnya yaitu, pecahan batubara yang telah dikeringkan
dibuat menjadi slurry dengan proses derived recycle oil. Kemudian slurry
tersebut dimasukkan ke reaktor hydrocracking dengan suhu 355-5500 C dan
tekanan 1500-3000 psi. Produk cair dipisahkan dengan distilasi dan
katalisator yang tersisa dimasukkan ke reaktor fluidized bed untuk
direcovery. Zinc Chloride dipisahkan sebagai uap kemudian dikondensasi
dan dikembalikan lagi ke reaktor bersama dengan katalis baru (fresh
catalyst).

2.3. Proses Pembentukan Hidrogen Coal

Proses pembentukan ini diperlukan proses hidroliquefaksi, dimana proses


hidroliquefaksi disebut juga sebagai proses hidrogenasi katalitik atau proses
pencairan batubara dengan hidrogenasi batubara dalam larutan donor hidrogen
dengan bantuan katalistis oksida besi pada tekanan antara 35-275 atmosfir dan
temperature sekitar 375-4500 C. Tekanan dan temperatur tinggi digunakan untuk
memecahkan batubara menjadi fragmen-fragmen reaktif yang disebut radikal bebas
(hidayat, 1995). Agar menghasilkan konversi cair yang cukup tinggi diperlukan
stabilisasi terhadap radikal bebas, sekaligus mencegah terjadinya polimerisasi
menjadi produk tak larut dan tak reaktif. Menurut berkowist, N. transformasi batubara

8
menjadi minyak sintetis merupakan proses hidrogenasi yang melalui tahap-tahap
sebagai berikut:

Batubara Presasfalten Asfalten Minyak

Proses hidrogenasi adalah proses reaksi batubara dengan gas hydrogen


bertekanan tinggi. Reaksi ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi, katalisator
dan kriteria bahan baku) agar dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai yang
diinginkan, dengan spesifikasi mendekati minyak mentah. Sejalan
perkembangannya, hidrogenasi batubara menjadi proses alternativ untuk
mengolah batubara menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak bumi,
proses ini dikenal dengan nama Bergius proses, disebut juga proses pencairan
batubara (coal liquefaction). Bergius Process merupakan pencairan batubara
metode langsung atau dikenal dengan Direct Coal Liquefaction-DCL. DCL adalah
proses hydro-craacking dengan bantuan katalisator. Prinsip dasar dari DCL adalah
meng-introduksi-an gas hydrogen kedalam struktur batubara agar rasio
perbandingan antara C/H menjadi kecil sehingga terbentuk senyawa-senyawa
hidrokarbon rantai pendek berbentuk cair. Proses ini telah mencapai rasio
konversi 70% batubara (berat kering) menjadi sintetik cair.

Pada pembentukan hidrogen coal ini, batubara terkonversi menjadi liquid


melalui pemutusan ikatan C-C dan C-heteroatom secara termolitik atau hidrolitik
(thermolytic and hydrolytic cleavage), sehingga melepaskan molekul-molekul
CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau cincin aromatik hidrokarbonnya
harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada temperatur tinggi (thermal
decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan pada rantai
hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free radical). Supaya
radikal bebas itu tidak bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi
repolimerisasi) membentuk material dengan berat molekul tinggi dan insoluble,
perlu adanya pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas hidrogen. Hidrogen
bisa didapat melalui tiga cara yaitu: transfer hidrogen dari pelarut, reaksi dengan
fresh hidrogen, rearrangement terhadap hidrogen yang ada di dalam batubara, dan

9
menggunakan katalis yang dapat menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan
slurry (batubara dan pelarut).

Peranan katalis dalam pencairan batubara adalah untuk memasukkan atom


H yang berasal dari dissosiasi katalitik molekul H2 ke dalam batubara atau
campuran batubara-pelarut sehingga menaikkan ketersediaan hidrogen aktif.
Hidrogen tersebut akan berfungsi untuk menghidrogenasi senyawa aromatis,
mempromosikan reaksi pemutusan ikatan dan menstabilkan radikal bebas serta
mencegah reaksi repolimerisasi produk-produk terlarut (Mochida et.al.1998).
Katalis yang digunakan dalam BCL adalah limonit (FeOOH).

Menurut proses Nedol, terdapat dua metode dalam proses pencairan


batubara yang menggunakan proses hidrogenasi. Metode-metode tersebut, yaitu :

1. Bituminous Coal Liquefaction

Dalam proses Bituminous Coal Liquefaction, Proyek NEDOL berhasil


menggabungkan 3 proses, yaitu: Solvent Extraction Process, Direct
Hydrogenation Process, dan Solvolysis Process. Spesifikasi proses dari
bituminous coal liquefaction adalah sebagai berikut :

o Tidak memerlukan batubara dengan spesifikasi tertentu. Batubara yang


digunakan bisa dari low grade sub-bituminous sampai low grade
bituminous.
o Yield Ratio bisa mencapai 54% berat, lebih besar dari medium atau light oil
o Temperatur standar reaksi adalah 450°C dan Tekanan standar 170 kg/cm2
o Membutuhkan katalis yang sangat aktif namun tidak mahal
o Sebagai pemisah antara fasa cair-gas, digunakan sistem distilasi pengurang
tekanan.
o Digunakan pelarut terhidrogenasi yang dapat digunakan kembali untuk
mengawasi kualitas pelarut agar dapat meningkatkan Yield Ratio dari
batubara cair dan mencegah fenomena “cooking” pada tungku pemanas.

10
Proses dari Bituminous Coal Liquefaction adalah sebagai berikut :

a. Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara dengan 1.5 bagian


pelarut,lalu ditambahkan 3% katalis yang mengandung besi (ferrous
catalyst)
b. Slurry dipanaskan sampai suhunya mencapai 400°C dalam preheating
furnace.
c. Reaksi likuifaksi terjadi dalam kolom reaktor berjenis suspension bed
foaming pada kondisi standar (Temperatur 450°C, Tekanan 170 kg/cm2)
d. Batubara dikonversi menjadi bentuk cair oleh reaksi antara hidrogen dan
pelarut.
e. Setelah melewati pemisah fase gas-cair, kolom distilasi bertekanan
normal, dan kolom distilasi isap, batubara cair dipisahkan menjadi naphta,
medium oil, heavy oil, dan residu.
f. Distilat medium oil dan heavy oil dipindahkan ke kolom reaksi berjenis
fixed bed yang berisi katalis Ni-Mo. Pada kolom reaksi ini, distilat
dikonversikan menjadi distilat ringan pada Temperatur 320°C dan
Tekanan 100 kg/cm2, dan digunakan kembali dalam reaksi sebagai pelarut
(solvent)

Diagram Alir Proses Bituminous Coal Liquefaction

11
2. Brown Coal Liquefaction

Teknologi yang mengubah kualitas batubara yang rendah menjadi produk


yang berguna secara ekonomis dan dapat menghasilkan bahan bakar berkualitas
serta ramah lingkungan.

Langkah pertama adalah memisahkan air secara efisien dari batubara yang
berkualitas rendah. Langkah kedua melakukan proses pencairan di mana hasil
produksi minyak yang dicairkan ditingkatkan dengan menggunakan katalisator,
kemudian dilanjutkan dengan proses hidrogenasi di mana heteroatom (campuran
sulfur-laden, campuran nitrogen-laden, dan lain lain) pada minyak batubara cair
dipisahkan untuk memperoleh bahan bakar bermutu tinggi, kerosin, dan bahan
bakar lainnya. Kemudian sisa dari proses tersebut (debu dan unsur sisa produksi
lainnya) dikeluarkan.

Proses pada Brown Coal Liquefaction, secara umum terdiri atas 3 proses,
yaitu: Coal Pretreatment Process, Slurry Preheating Process, Primary
hydrogenation process dan Secondary hydrogenation process.

Proses dari Brown Coal Liquefaction dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pretreatment Process merupakan proses peremukan raw brown coal,


pengeringan, dan pembuatan Slurry. Slurry dibuat dengan mencampurkan 1
bagian batubara brown coal dengan 2.5 bagian pelarut, lalu
ditambahkan katalis yang mengandung besi (iron catalyst). Lalu Slurry
diproses ke preheating process.
b. Primary hydrogenation process dilakukan dengan mengalirkan gas hidrogen
pada Temperatur 430-450°C dan tekanan 150-200 kg/cm2 agar dapat terjadi
proses likuifaksi.
c. Produk yang dihasilkan dikirim ke kolom distilasi dan didistilasi menjadi
naphta, light oil dan medium oil.

12
d. Kolom distilasi bawah yang mengandung padatan dialirkan menuju kolom
pemisah padatan-cairan pada proses pengeringan pelarut. Distilat cair
kemudian dibawa ke proses Secondary hydrogenation dan padatan dibuang.
e. Reaktor jenis fixed bed yang diisi katalis Ni-Mo agar proses hidrogenasi
dapat terjadi pada temperatur 300-400°C dan tekanan 150-200 kg/cm2.
f. Kemudian dilakukan distilasi kembali agar dapat dipisahkan menjadi nephta,
light distillate dan medium distillate.
g. Setelah proses selesai, dihasilkan 3 barrel batubara cair dari 1 ton batubara
brown coal kering

Diagram Alir Proses Brown Coal Liquefaction

13
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Produk Hidrogen Coal

Kelebihan Produk Hidrogen Coal :

1. Harga produksi lebih murah


2. Jenis batu bara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang berkalori
rendah (low rank coal), yang selama ini kurang diminati pasaran.
3. Dapat dipergunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar pesawat jet
(jet fuel), mesin diesel (diesel fuel), serta gasoline dan bahan bakar
minyak biasa.
4. Teknologi pengolahannya lebih ramah lingkungan. Dari pasca
produksinya tidak ada proses pembakaran, dan tidak dihasilkan gas CO2.
Kalaupun menghasilkan limbah (debu dan unsur sisa produksi lainnya),
masih dapat dimanfaatkan untuk bahan baku campuran pembuatan aspal.
Bahkan sisa gas hidrogen masih laku dijual untuk dimanfaatkan menjadi
bahan bakar.

Kekurangan Produk Hidrogen Coal :

1. Keekonomian
Harga minyak bumi sangat fluktuatif, sehingga seringkali investor ragu
untuk membangun kilang pencairan batubara. Batubara cair akan
ekonomis jika harga minyak bumi di atas US $35/bbl.
2. Biaya investasi kilang pencairan batubara komersial, cukup mahal .

14
2.5 Manfaat Likuifaksi Batubara
Likuifaksi batubara memiliki sejumlah manfaat:
1. Batubara terjangkau dan tersedia di seluruh dunia, memungkinkan
berbagai negara untuk mengakses cadangan batubara dalam negeri -dan pasar
internasional- dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak, serta
meningkatkan keamanan energi.
2. Batubara Cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak, pembangkit
listrik stasioner, dan di industri kimia.
3. Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur, rendah
partikulat, dan rendah oksida nitrogen.
4. Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang
ultra-bersih, dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi udara dalam
ruangan

Sisi Lain Batubara Cair


Dalam penggunaannya, batubara cair sebagai bahan bakar alternatif dinilai
dapat:
1. Meningkatkan dampak negatif dari penambangan batubara
Penyebaran skala besar pabrik batubara cair dapat menyebabkan peningkatan
yang signifikan dari penambangan batubara. Penambangan batubara akan
memberikan dampak negatif yang berbahaya. Penambangan ini dapat
menyebabkan limbah yang beracun dan bersifat asam serta akan
mengkontaminasi air tanah. Selain dapat meningkatkan efek berbahaya
terhadap lingkungan, peningkatan produksi batubara juga dapat menimbulkan
dampak negatif pada orang-orang yang tinggal dan bekerja di sekitar daerah
penambangan.

2. Menimbulkan efek global warming sebesar hampir dua kali lipat per
gallon bahan bakar
Produksi batubara cair membutuhkan batubara dan energi dalam jumlah yang
besar. Proses ini juga dinilai tidak efisien. Faktanya, 1 ton batubara hanya

15
dapat dikonversi menjadi 2-3 barel bensin. Proses konversi yang tidak efisien,
sifat batubara yang kotor, dan kebutuhan energi dalam jumlah yang besar
tersebut menyebabkan batubara cair menghasilkan hampir dua kali lipat emisi
penyebab global warming dibandingkan dengan bensin biasa. Walaupun
karbon yang terlepas selama produksi ditangkap dan disimpan, batubara cair
tetap akan melepaskan 4 hingga 8 persen polusi global warming lebih banyak
dibandingkan dengan bensin biasa

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pencairan batubara (Coal Liquefaction) adalah proses mengubah wujud


batubara dari padat menjadi cair. Proses pencairan batubara dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu metode langsung (Direct Liquefaction Process) dan
metode tidak langsung (Indirect Liquefaction Process). Pada proses tidak langsung
batubara difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan CH4 yang kemudian
direkombinasikan menghasilkan produk cair, prosesnya melalui gasifikasi dan
kondensasi. Pada proses langsung batubara cair diproduksi dengan melarutkan
dalam suatu pelarut organik lalu dilanjutkan dengan proses hidrogenasi pada suhu
dan tekanan tinggi. Proses pencairan batubara secara langsung dapat dilakukan
melalui pirolisis, ekstraksi pelarut dan hidrogenasi katalitik. Pada pembentukan
hidrogen coal menggunakan proses hidrogenasi, yang dimana termasuk kedalam
pencairan batubara secara langsung (Direct Liquefaction Process). Terdapat dua
metode pembentukan hidrogen coal, yaitu Bituminous Coal Liquefaction dan
Brown Coal Liquefaction.

17
BAB IV
PERTANYAAN

PERTANYAAN :

1. Robby Asmedy.
Jelaskan mekanisme reaksi yang ada flowsheet?
Jawab :
Batubara + pelarut + katalis + hidrogen batubara cair
Dimana batubara yang digunakan itu berupa jenis batubara Subbituminus
dan Bituminus, sedangkan pelarutnya berupa sour gas dan untuk katalis
yang digunakan berupa katalis Fe (iron) atau Ni (nikel)

2. Ikke Febri Yenika


Pada Flowsheet Brown Coal Liquefication, dimana dalam Rektor Slurry
terjadi pengontakkan antara Coal slurry dan Gas. Dimanakah aliran gasnya
pada reactor tersebut ?
Jawab :

Dimana pada flowsheet diatas aliran masuk gas berada pada bagian bawah
reactor, sedangkan Coal slurry masuk pada bagian samping dari reactor itu
tersebut.

18
3. Annisa Nurul Firda
Jelaskan mengapa digunakan 2 rektor tipe Fixed Bed Reaktor pada proses
Brown Coal Liquefication ?
Jawab :
Reactor terdapat 2 buah, karena pada reactor pertama dianggap proses
belum berjalan maksimal. Oleh karena itu perlunya di tambahkan reactor
kedua untuk meningkatkan efisiensi.

DAFTAR PUSTAKA

- http://harlitalla.blogspot.com/2012/06/pencairan-batubara.html
- http://rinririns.blogspot.com/2013/02/coal-to-liquid.html
- http://scientificindonesia.wordpress.com/proses-pengolahan-batubara/
- http://dwitaariyanti.blogspot.com/2012/06/liquefaction-process-1-2.html
- http://www.iea.org/publications/freepublications/publication/statistics_manual_
indonesian.pdf
- http://eprints.unsri.ac.id/139/1/Pages_from_PROSIDING_AVOER_2011-
33.pdf\
- http://bataviase.co.id
- http://blogodril.blogspot.com/2010/03/batubara-yang-dicairkan-konversi-
energi.html
- http://scientificindonesia.wordpress.com/proses-pengolahan-batubara/

19

Anda mungkin juga menyukai