Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umpan Balik (Feedback) sebagai Salah Satu Unsur Komunikasi


Ahli filsafat Yunani kuno dalam bukungan Rhetorica menyebutkan bahwa suatu
proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang
berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Claude E. Shannon
dan Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses
komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim,
transmitter, signal, penerima, dan tujuan. Awal tahun 1960-an David K.berlo
membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan
nama “SMCR” yakni: source (pengirim), Message (Pesan), Channel (Saluran-media),
dan Receiver (penerima). Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood,
Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur mebambahkan lagi unsur efek dan umpan balik
(Feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kedua
unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunilkasi antarpribadi
(personal) dan Komunikasi massa (Harianda, 2012).
Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada
komunikasi sebagai tindakan satu arah. Salah satu unsure yang dapat ditambahkan
dalam metode ini adalah umpan balik (feedback), yaitu apa yang disampaikan
penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan
sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebelumnya, apakah
dapat dimengerti atau dapat diterima sehingga berdasarkan umpan balik, sumber
dapat mengubah pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuannya (Harianda, 2012).
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab
menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan
oleh komunikator. Bisa bersifat positif maupun negative. Tanggapan atau response
atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikator
enggan untuk melanjutkan komunikasinya maka disebut umpan balik bersifat
negative (Harianda, 2012).
Umpan balik juga bisa melalui media terutama media massa. Umpan balik dalam
komunikasi bermedia, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik
tertunda (delayed feedback), karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak
kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Proses komunikasi media
misalnya dengan surat, poster, spanduk, radio, televisi, atau film, umpan balik akan
terjadi apabila komunikator mengetahui tanggapan komunikan jika komunikasinya
sendiri selesai secara tuntas (Harianda, 2012).

2.2. Macam-macam Umpan Balik (Feedback)


Macam-macam Umpan Balik adalah sebagai berikut;
a. Feedback Positif
Feedback positif adalah isyarat atau gejala yang ditunjukkan oleh komunikan
yang menandakan bahwa ia atau mereka memahami, membantu dan mau
bekerja sama dengan komunikator untuk mencapai sasaran komunikasi
tertentu, dan tidak menunjukkan perlawanan atau pertentangan. Contohnya
komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan dengan serius, mencatat,
responsif ketika ditanya.
b. Feedback Negatif
Feedback negatif adalah isyarat atau gejala yang ditunjukkan oleh komunikan
yang menandakan bahwa ia / mereka memiliki sikap serta perilaku yang dapat
berkisar dari mulai tidak setuju hingga tidak menyukai pesan, cara
penyampaian, atau bahkan diri sang komunikator. Segalanya sesuatu yang
merupakan lawan dari feedback positif adalah feedback negatif. Contohnya :
sikap acuh tak acuh, melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan
yang sedang dibahas, mengobrol, mengganggu orang lain, nyeletuk,
memotong pembicaraan atau interupsi secara tidak sopan, atau keluar ruangan
atau walk- out tanpa izin dari komunikator, dan sebagainya.
c. Feedback Netral
Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai isyarat
atau gejala yang menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan kata lain
feedback netral adalah feedback yang tidak jelas wujudnya; apakah itu positif
atau negatif. Contohnya : perilaku diam ketika ditanya mengerti atau tidak.
d. Feedback Zero
Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator.
Komunikator tidak tahu harus menafsirkan isyarat / gejala yang muncul dari
komunikan. Contohnya, ada yang tertawa ketika komunikator tidak sedang
menyampaikan hal yang lucu, tiba-tiba ada yang menangis, dan sebagainya.
e. Feedback Internal
Feedback Internal adalah yang menunjukkan sumber dari isyarat atau gejala
yang menjadi feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka itu
disebut feedback internal. Contohnya, ketika komunikator telah mengatakan
sesuatu, tapi kemudian ia ingat sesuatu dan meralat apa yang telah ia katakan,
maka yang kita lihat itu dapat kita katakan sebagai hal yang terjadi karena ada
feedback internal pada diri komunikator.
f. Feedback Eksternal
Feedback Eksternal adalah feedback yang munculnya berasal dari komunikan.
Dalam hal ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan
ekspresi wajah tertentu, gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara yang
muncul ketika komunikasi tengah berlangsung.
g. Feedback Verbal Feedback Non-Verbal
Feedback Verbal menunjuk pada bentuk atau wujud dari apa yang
disampaikan komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku komunikasi
tertentu yang sedang berlangsung. Contoh dari feedback verbal misalnya
adalah interupsi (memotong pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan
komentar secara spontan ketika komunikator sedang menyampaikan
pesannya). Pesan komunikasi yang verbal adalah yang bentuknya merupakan
wujud dari penggunaan bahasa. Artinya, bisa berupa lisan atau tulisan.
h. Feedback Non-Verbal
Feedback Non-Verbal adalah yang wujudnya bukan berupa lisan atau tulisan,
seperti ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara berdiri, cara menatap,
bentuk senyuman, isyarat tangan, dan sebagainya.
i. Feedback Langsung dan Feedback Tidak Langsung
Feedback langsung (immediate feedback) adalah feedback yang ditunjukkan
ketika komunikasi sedang berlangsung, dan feedback tidak langsung (delayed
feedback) adalah feedback yang disampaikan ketika komunikasi telah selesai.
Konteks dua jenis feedback ini adalah pada perbandingan antara komunikasi
interpersona dan komunikasi massa. Pada komunikasi interpersona, jelas
untuk sebagian besar feedbacknya akan bersifat langsung atau segera. Artinya,
orang yang berbicara / komunikator akan dapat segera mengetahui bagaimana
reaksi si komunikan ketika ia sedang menyampaikan pesan tertentu (karena
situasinya tatap muka). Ini berbeda dengan komunikasi massa. Surat kabar,
misanya. Para pembaca tidak dapat memberikan feedback yang segera.
Feedback mereka dapat disampaikan melalui surat pembaca yang biasanya
waktunya adalah cukup lama sejak apa yang ditanggapi terbit atau dibaca oleh
komunikan
2.3. Fungsi Umpan Balik (Feedback)

Menurut Buis (dalam Slameto 2001: 191) menyatakan bahwa umpan balik
(feedback) memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi feedback sebagai pemberian motivasi, reinforcement (Harsono,


1988:89) atau punishment (Rusli Lutan, 1988; Apruebo, 2005).
Dengan diperolehnya gambaran yang kongkrit perihal kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang, baik keunggulan maupun kelemahannya yang
dibandingkan dengan individu yang lainnya, maka hal itu akan dapat memacu
individu tersebut untuk berbuat yang lebih baik dari yang sudah dilakukannya.
Dengan kata lain, gambaran kemampuan yang individu akan menjadi daya
dorong apabila individu lain mampu menyampaikannya dengan tepat melalui
pemberian stimulus.
2. Menurut Apruebo (2005:100) umpan balik juga merupakan penguatan
(reinforcement). Ia mengatakan bahwa “Reinforcement means any event that
increase the probability that a particular response will reoccur under similar
consequences”. Reinforcement maksudnya adalah pemberian penguatan atas
kejadian atau aktivitas yang telah dilaksanakan sehingga aktivitas tersebut
tetap mampu dipertahankan atau memberikan respons yang serupa dan pada
aktivitas berikutnya dapat meningkat lagi.
3. Fungsi komunikasi
Pemberian umpan balik (feedback) merupakan proses sosial yang melibatkan
komunikator yang saling mengirim berita sehingga satu pihak dapat belajar
dari pihak lain. Komunikator sebagai pengirim berita harus memberikan
keterangan yang jelas, sehingga komunikan dapat menangkap pesan tersebut.
Sebaliknya, komunikan sebagai penerima berita setelah mengetahui maksud
dari pesan maka ia harus melaksanakan pesan tersebut sehingga komunikasi
dapat berlangsung.

2.4. Teknik memberi Umpan Balik (Feedback)


Dalam memberi umpan balik perlu diperhatikan hal-hal berikut ini
(Johnson,1993 dalam Helmi, 1995).
a. Uman balik lebih difokuskan pada perilaku seseorang dan bukan pada
keprbadiannya.
b. Umpan balik lebih difokuskan dalam bentuk deskripsi daripada dalam bentuk
penilaian
c. Umpan balik lebih difokuskan pada situasi yang spesifik daripada perilaku
yang abstrak
d. Umpan balik diberiakan sesegera mungkin, sehingga orang yang diberi
umpan balik langsung mengerti apa yang dimaksudkan
e. Umpan balik lebih bersifat membagi perasaan dan persepsi daripada
memberikan nasihat. Tujuan memberikan umpab balik adalah sebatas pada
masukan, oleh karenanya keputusan tetap ditangan yang bersangkutan.
dengan cara berbagi rasa orang merasa diberi kebebasan untuk menentukan
pilihannya.
f. Umpan balik tidak bersifat memaksa. Umpan balik diberikan untuk
membantu seseorang menjadi lebih sadar dan memperbaiki kesadaran diri
pada orang yang dipresepsikan mampu menerima umpan balik tersebut.
Umpan balik bukanlah kebutuhan si pemberi.
g. Membatasi umpan balik yang diberikan. Pemberian umpan balik yang
berlebih menyebabkan orang merasa overload
h. Umpan balik difokuskan pada perilaku orang yang dapat diubah
BAB III
PEMBAHASAN

Umpan balik merupakan pemberian informasi yang diperoleh dari alat ukur
lainnya kepada siswa/mahasiswa untuk meningkatkan pencapaian/hasil belajarnya.
Melalui umpan balik seorang siswa/mahasiswa dengan mengetahui sejauh mana
bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya serta dapat mengoreksi kemampuan diri
sendiri atau sebagai sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa/mahasiswa itu
sendiri. Sedangkan bagi para pengajar dengan umpan balik ia dapat mengetahui
sejauh mana materi yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa/mahasiswa. Pentingnya
umpan balik dalam pembelajaran dikelas berguna untuk membantu siswa/mahasiswa
belajar secara berkelompok maupun perorangan mengenai kemampuannya sehingga
dapat melatih suatu ketrampilan yang ada pada diri seseorang tersebut. Umpan balik
bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana siswa/mahasiswa mengerti bahan
pelajaran yang sudah dibahas. Fungsi umpan balik ada 3 yaitu fungsi informasional
didalam fungsi ini dapat digunkan untuk mengetahui kejadian secara nyata yang
dialami seseorang, fungsi motivasional yaitu untuk mendorong seseorang untuk
melakukan seseuatu hal, fungsi komunikasional merupakan pemberian umpan balik
merupakan upaya komunikasi antar siswa/mahasiswa terhadap para pengajar, karena
dengan adanya umpan balik yang diberikan nantinya dapat memberi dorongan agar
mereka yang sudah bisa dikatakan berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik mendapatkan umpan balik yang tepat. Diantaranya: memancing apersepsi
anak didik, memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel, memilih bentuk motifasi
yang akurat, menggunakan metode yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA

Terjemahan bebas dari judul asli : Providing Students with Effective Feedback.
Academic Leadership Jounal online Volume 4 – Issue 4 Feb 12, 2007
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT
Grasindo
http://digilib.unila.ac.id/1694/8/BAB%20II.pdf ( Di akses tanggal 24 Oktober 2016)
Helmi, .1995. “Konsep dan Teknik Pengenalan Diri”. Buletin Psikologi, Tahun III,
Nomor 2.
Harianda, Ok. 2012. “Analisis Strategi Komunikasi Antar Pribadi Yayasan Pusat
Kajian Dan Perlindungan Anak (Pkpa) Dalam Melakukan Pendampingan
Anak Jalanan (Street Base) Di Kota Medan”. Skripsi; Universitas Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai