Anda di halaman 1dari 6

Satuan Acara Penyuluhan Tetanus

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TETANUS

Bidang Studi : Keperawatan Medikal Bedah


Topik : Penyakit Tetanus
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang Elisabeth RS. Bethesda Tomohon
Hari/Tanggal : Juma, 24 Oktober 2013
Waktu : 30 Menit

Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, Keluarga Pasien diharapkan mampu mengenal penyakit Tetanus
dan dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit Tetanus

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, masyarakat diharapkan mampu:
- Memahami pengertian Tetanus
- Menyebutkan penyebab Tetanus
- Menyebutkan tanda dan gejala Tetanus
- Menjelaskan akibat Tetanus
- Menjelaskan bagian tubuh yang rawan kena Tetanus
- Menyebutkan upaya untuk mencegah terkena Tetanus

Sasaran
Keluarga Pasien yang berada di ruang Elizabeth RS. Bethesda Tomohon

Materi
Tetanus
Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
Media
Leaflet : Tetanus

Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Keluarga pasien ikut dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaran penyuluhan dilakukan di ruang Elizabeth RS Bethesda Tomohon
2. Evaluasi proses
Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
Keluarga pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
3. Evaluasi hasil
- Keluarga pasien mengerti tentang penyakit Tetanus, dapat memahami pengertian, Menyebutkan
penyebab, tanda dan gejala, bagian tubuh yang rawan terkena, upaya untuk mencegah terkena
dan Menjelaskan akibat terkena Tetanus

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 Pembukaan:
menit- Membuka salam dengan mengucapkan - Menjawab salam
salam - Mendengarkan
- Memperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
- Menyebutkan materi yang akan diberikan- Memperhatikan
2 15 Pelaksanaan / penyampaian materi:
menit- Menjelaskan tentang pengertian penyakit- Menyimak dan
tetanus memperhatikan
- Menjelaskan tentang penyebab dan tanda- Menyimak dan
serta gejala penyakit Tetanus memperhatikan
- Memberi kesempatan kepada keluarga- Bertanya dan
pasien/peserta untuk bertanya menjawab
pertanyaan yang
- Menjelaskan hal-hal yang berhubungan diajukan
dengan pencegahan terjadinya Tetanus - Menyimak dan
- Memberi kesempatan kepada keluarga memperhatikan
pasien/peserta untuk bertanya
- Bertanya dan
menjawab
pertanyaan yang
diajukan
3 10 Evaluasi:
menit- Memberi pertanyaan kepada peserta - Menjawab
tentang materi yang telah diberikan dan pertanyaan
reinforcement kepada keluarga
pasien/peserta yang dapat menjawab
pertanyaan
4 2 Penutup:
menit - Menyimpulkan materi yang telah - Mendengarkan
disampaikan
- Mengakhiri pertemuan dengan- Peserta menjawab
mengucapkan terima kasih dan salam salam
Pengorganisasian
Pembicara/fasilitator : Mahasiswa Profesi Ners
Supervisor /PA :
MATERI

Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani,
tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus
adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot
rangka.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tetanus adalah penyakit infeksi
yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai dengan
gejala kekakuan dan kejang otot.(Ritharwan,2004)
Tetanus berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Tetanus local: biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan
spasme pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa
minggu dan menghilang.
2. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering, biasanya timbul mendadak
dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung daan sakit kepala
merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat kontraksi otot somatic meluas.
Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan
ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa
detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
3. Tetanus segal: varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari
terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah
disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus
umum.
Berdasarkan berat gejala dapat dibedakan menjadi 3 stadium, yaitu:
1. Trismus (3 cm) tanpa kejang torik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
3. Trismus (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
Etiologi
Penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang
dapat masuk melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang
tidak dirawat dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat
yang tidak steril, dan penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman
Clostridium tetani lebih mudah bila klien belum terimunisasi.

Patofisiologi
Tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang masuk
melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tida dirawat dan
tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril,
dan penjahitan luka robek yang tidak steril yang lebih beresiko bagi orang-orang
yang belum terimunisasi.
Toksin kuman C. tetani berbentuk spora. Bentuk spora dalam suasana
anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin.
Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan
hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal
maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf
otak juga terpengaruh.

Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang
makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit
ini menjadi nyata dengan gejala umum:
1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris
2. Kaku kuduk sampai epistotonus karena ketegangan otot-otot erector trunki
3. Ketegangan otot dinding perut
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alias tertarik ke atas), sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan (sering
merupakan gejala dini)
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas inferior dala
keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Keadaan tetap sadar,
spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi, kemudian tidak jelas lagi
dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan
intramuscular karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktur kolumna vertebralis
dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10.Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan
cairan otak.
Penatalaksanaan Tetanus
Penatalaksanaan pada klien dengan tetanus ada 2 macam yaitu farmakologi
dan non-farmakologi.
1. Farmakologi
1. Antitoksin: antitoksin 20.000 1u/ 1.M/5 hari. pemberian baru diberikan setelah
dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.
2. Anti kejang (antikonvulsan)
 Fenobarbital (luminal): 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikan mula-mula
60-100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6x30 mg/hari (max. 200mg/hari).
 Klorpromasin: 3x25 mg/1.M/hari. Untuk anak-anak mula-mula 4-6 mg/kg
BB.
 Diazepam: 0,5-10 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll.
1. Antibiotic: penizilin procain 1juta 1u/hari atau tetrasifilin 1gr/hari/1.V. Dapat
memusnahkan tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologiknya.
2. Non-farmakologi
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,
2. Diet TKTP. Pemberian tergantung kemampuan menelan. Bila trismus, diberikan
lewat sonde parenteral.
3. Isolasi pada ruang yang tenang, bebas dari rangsangan luar.
4. Menjaga jalan nafas agar tetap efisien.
5. Mengatur cairan dan elektrolit.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus meliputi:
1. Darah
Glukosa darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang.

BUN: peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi


nepro toksik akibat dari pemberian obat.

Elektrolit (K, Na): ketidakseimbangan elektroit merupakan predisposisi kejang


kalium (normal 3,80-5,00 meq/dl).

1. Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
2. EEG: teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
untuk mengetahui focus aktifitas kejang, hasil biasanya normal.
Komplikasi pada klien Tetanus
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di rongga
mulut. Hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia
aspirasi.
2. Asfiksia.
3. Atelektasis karena obstruksi secret.

Anda mungkin juga menyukai