Anda di halaman 1dari 33

Rabu, 28 Januari 2015

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA SERTA


INTERVENSI RASIONAL LENGKAP

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak
sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniature orang dewasa. Demikian juga keluarga, tidak lagi
dipandang hanya sebagai pengunjung bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam
menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga
(family centred care). Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya,
harus berlandaskan pada prinsip autraumatic care atau asuhan yang terpeutik. Setiap perawat perlu
memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
selalu berpegang pada prinsip dasar ini. (Supartini, Yupi. 2004)
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak,
mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.
Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL bertanggung Jawab untuk
80% kasus Leukemia pada anak insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3
sampai 5 tahun anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak laki-laki Anak
kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (surfifal rate)
rata-rata yang lebih rendah.
(Betz, Cecily L, 2002. Hal : 300 ).
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik, yang
mempunyai petensi untuk tumbuh dan berkembang.anak bukanlah meniatur orang dewasa, melainkan
individu yang berada pada pada proses tumbuh-kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik.
Sepanjang rentang sehat sehat sakit, anak membutuhkan perawat baik secara langsung maupun tidak
langsung sihingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. .(Supartini Yupi,2004)
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi
kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan penekanan
lebih pada peran perawat sebagai pendidik. Pengajaran, sebagai fungsi dari keperawatan, telah
dimasukkan dalam undang-undang praktek perawat dan dalam American Nurses Association Standards
of Nursing Practice, Dengan demikian, pendidikan kesehatan dianggap sebagai menjadi fungsi mandiri
dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab utama dari proses keperawatan.
(Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh individu adalah gangguan sistem
Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya Leukemia yaitu
faktor sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan biologis. Leukemia disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor exogen seperti: sinar radiasi, bahan kimia (bensol, arsen, preparat sulfat) dan faktor endogen
seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter. (Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2, Suriadi S.Kp
MSN 2006)
Menurut H.L. Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh factor biologik, faktor prilaku,
faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik merupakan faktor yang berasal
individu yang bersangkutan dan disebut faktor keturunan. Faktor keturunan ini misalnya pada penyakit
alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit kelainan darah yang termasuk penyakit kanker..
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular.
Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus
penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada
tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang
diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang memadai
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan
penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler, infeksi, pernafasan dan
pencernaan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevelensi tumor di
masyarakat sebesar 4,3 per 1000 penduduk. Sedangkan Data statistik rumah sakit dalam Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan
pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%), kanker hati dan saluran
empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non Hodgkin (6,77%), dan Leukemia (5,93%). Leukemia
merupakan kanker yang sering terjadi pada anak.(http://www.depkes.go.id)
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker pada anak terus meningkat,
jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka
kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan internasional
bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian kanker
anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Bahkan
ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Menurut data bagian Medical Record RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar didapatkan
penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas,
ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah pasien sebanya 130 orang. Sedangkan pada tahun 2009
jumlah pasien sebanyak 120 orang
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan studi kasus dengan judul Asuhan
Keperawatan pada Anak”A”dengan gangguan system hematologi Leukemia di ruang perawatan anak
Lontara IV atas RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo Makassar
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak “A” dengan gangguan
sistem hematologi : Leukemia di Ruang perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar
2. Tujuan Khusus
2.1. Memperoleh pengalaman dalam pengkajian, analisa data, dan merumuskan diagnosa keperawatan yang
terjadi pada klien anak “A” dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak
Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2.2. Memperoleh pengalaman dalam merumuskan rencana asuhan keperwatan pada klien anak “A” dengan
gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2.3. Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien anak “A” dengan
gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2.4. Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan evaluasi pada klien anak “A” dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
2.5. Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan pada klien anak “A” dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod
Makassar.
2.6. Menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dan kenyataan pada klien anak “A” dengan gangguan
sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod
Makassar.

C. Manfaat Penelitian
1. Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan Akper Muhammadiyah Makassar dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan perwatan di masa yang akan datang.
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat badan Pengelola Rumah Sakit Umum Pemerintah Makassar
untuk mengambil langkah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperwatan pada klien,
khususnya bagi penderita Leukemia di Ruang perwatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusod Makassar.
3. Klien dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan, pencegahan dan penaganan
penyakit Leukimia.
4. Manfaat Untuk Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan secara komprehensif, sehingga berimplikasi pada peningkan kualitas kesehatan
klien.
D. Metodologi
1. Tempat, waktu pelaksaan pengambilan kasus
Di ruang perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tanggal 17 – 22
Agustus 2009.
2. Tehnik pengumpulan data
a. Observasi
Melakukan pengamtan langsung kepada klien dengan cara melakukan pemeriksaan yang terkait dengan
perkembangan keadaan klien.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan melakukan interview atau Tanya jawab secara
langsung pada penderita dan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
Tehnik yang digunakan dalam periksaan fisik ada 4 yaitu : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada
seluruh system tubuh.
d. Studi Dokumentasi
Menggunakan catatan-catatan kasus kesehatan atau dokumen dari rumah sakit yang berhubungan
dengan status kesehatan klien.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah.
(Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160)
b. Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta
sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006 Hal: 44)
c. Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam jaringan tubuh yang
membentuk darah.
(Wong’s Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6 Hal: 1137)
d. Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas dalam
sumsum tulang dan darah.
(Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150)

e. Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi(bertambah banyak atau multifikasi)patologi dari sel
pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 2005, Hal. 349)
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Kakakteristik Darah
Darah memiliki karakteristik khusus:
1) Jumlah
Seseorang memiliki empat sampai enam liter darah dalam tubuhnya, yang bergantung pada
ukuran tubuhnya. Sekitar 38% sampai 48%, total volume darah dalam tubuh manusia tersusun berbagai
sel darah, yang juga disebut “elemen penyusun.” Sisanya, yaitu sekitar 52% sampai 62% merupakan
plasma, bagian cair darah.
2) Warna
Anda mungkin berkata pada diri Anda, “tentu, warnanya merah!” Warna merah disinggung di sini
meskipun sebenarnya warna merahnya bervariasi. Darah arteri tampak merah terang karena
mengandung kadar oksigen tinggi. vena telah memindahkan kandungan oksigennya ke jaringan
sehingga memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting dalam pengkajian sumber
perdarahan. Jika warna darah merah terang, kemungkinan darah berasal dari arteri yang terobek, dan
jika warna darah merah gelap, kemungkinan darah tersebut merupakan darah vena.
3) pH
Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang cenderung agak basa Darah vena
biasanya memiliki pH yang lebih rendah daripada darah arteri karena mengandung karbon dioksida
dalam jumlah lebih besar.
4) Viskositas
Berarti pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah lebih kental sekitar 3-5 kali
dibanding air. Viskositas darah meningkat dengan adanya sel-sel darah dan protein plasma, dan
kekentalan ini berpengaruh pada tekanan darah normal.
b. Plasma
Plasma adalah bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air. Kemampuan melarutkan air
memungkinkan plasma rnengangkut berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari saluran pencernaan
disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan produk sisa dari jaringan diangkut ke ginjal dan diekskresikan
melalui urine. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin diangkut oleh plasma menuju organ
sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh plasma. Sebagian besar karbon dioksida yang dihasilkan
sel diangkut oleh plasma dalam bentuk ion bikarbonat (HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2
dibentuk kembali, berdifusi ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.
c. Sel Darah
Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Sel-sel darah
diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat pada
tulang pipih dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar getah bening, dan
kelenjar timus.
1) Sel Darah Merah
Disebut juga eritrosit, sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf, yang berarti bagian tengahnya
lebih tipis dari pada bagian tepinya. Nukleus sel darah merah mengalami disintegrasi selama
pematangan sel darah merah dan menjadi tidak dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya.
Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5 sampai 6 juta per mm3 darah (milimeter kubik sekitar
satu tetesan yang sangat kecil). Hitung sel darah merah pada laki-laki sering kali berada di ujung atas
kisaran ini sedangkan pada wanita sering kali berada di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk
menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memasukkan darah ke dalam tabung kapiler kemudian mensentrifugasikannya sehingga sel darah
terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan plasma dapat ditentukan. Karena sel
darah merah adalah sel darah yang paling banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38%
sampai 48%. Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan hitung darah lengkap
‘. a). Fungsi
Sel darah merah mengandung protein Hemoglobin (Hb), yang memberi kemampuan kepada sel
darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, yang masing-masing dapat mengikat empat molekul oksigen. Pada kapiler di paru-paru sel
darah merah akan rnengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik, hemoglobin
akan memberikan sebagian besar oksigennya dan hemoglobin menjadi berkurang. Penentuan kadar
hemoglobin juga termasuk bagian pemeriksaan hitung darah total; kisaran normalnya sekitar 12-18 gram
per 100 ml darah. Sangat diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral besi; terdapat empat
atom besi pada setiap molekul hemoglobin. Sebenarya atom besilah yang mengikat oksigen dan
membuat sel darah merah berwana merah.
b). Produksi dan Pematangan
Sel darah merah dibuat di sumsum tulang merah pada tulang pipih dan tak beraturan. Pada
sumsum, tulang merah terdapat sel prekusor yang disebut Sel induk, yang secara terus-menerus
mengalami mitosis untuk memproduksi semua jenis sel darah, yang kebanyakan adalah sel darah merah.
Kecepatan produksinya sangat cepat (diperkirakan beberapa juta sel darah merah baru setiap detik) dan
faktor pengatur utamanya adalah oksigen. Jika tubuh dalam keadaan hipoksia, atau kekurangan oksigen,
ginjal akan memproduksi hormon eritropoietin, yang akan menstimulasi sumsum tulang merah untuk
meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah. Keadaan ini akan muncul setelah hemoragi atau jika
seseorang tinggal untuk suatu waktu pada daerah dataran tinggi. Sebagai hasil aksi eritropoietin, akan
semakin banyak sel darah merah yang tersedia untuk mengangkut oksigen dan memperbaiki keadaan
hipoksia.
Sel induk yang akan menjadi sel darah merah mengalami beberapa tahap perkembangan; hanya
dua tahap perkembangan yang terakhir yang akan kita bicarakan. Normoblas adalah tahap terakhir yang
masih memiliki nukleus, yang kemudian akan mengalami disintegrasi. Retikulosit memiliki bagian
retikulum endoplasma, yang akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat diamati dengan mikroskop.
Sel yang belum matang ini biasanya ditemukan pada sumsum tulang merah meskipun sejumlah kecil
retikulosit pada sirkulasi perifer dianggap normal. Apabila terdapat retikulosit atau normoblas dalam
sirkulasi darah dengan jumlah besar, itu berarti bahwa jumlah sel darah merah matang yang ada tidak
cukup untuk mengangkut okeigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan seperti ini meliputi hemoragi,
atau ketika sel darah merah matang menjadi rusak, seperti pada penyakit Rh pada bayi yang baru lahir
dan malaria.
Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien. Protein dan besi dibutuhkan untuk
sintesis hemoglobin dan menjadi bagian molekul hemoglobin. Vitamin asam folat dan B12 dibutuhkan
untuk sintesis DNA dalam sel induk sumsum tulang merah. Selama sel-sel ini mengalami mitosis, sel
tersebut secara terus-menerus momproduksi sel-sel kromosom baru. Vitamin B12 juga disebut fakot
ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar tubuh, yaitu makanan. Sel parietal pada lapisan lambung
memproduksi faktor intrinsik, suatu zat kimia yang bergabung dengan vitamin B12 dan makanan untuk
mencegahnya dicerna dan meningkatkan absorpsinya pada usus halus. Defisiensi vitamin B12 atau
faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa
c). Umur Darah
Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah Merah (SDM) mencapai usia ini, SDM
mudah rusak dan dikeluarkan sirkulasi oleh sel dan sistem makrofag jaringan (biasanya disebut sistem
retikuloendotelial atau RES). Organ yang mengandung makrofag (artinya“pemangsa besar”) adalah hati,
limpa, dan sumsum tulang merah. Sel darah merah lama akan difagosit dan dicerna oleh makrofag. dan
kandungan besinya akan dikembalikan ke dalam aliran darah untuk kembali lagi ke dalam sumsum
tulang merah yang digunakan untuk sintesis hemoglobin baru.
d) Golongan Darah
Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita mewarisi gen-gen dari orang tua kita
yang akan menentukan golongan darah kita. banyak faktor atau golongan sel darah merah; kita akan
membahas dua yang paling penting, yaitu golongan ABO dan faktor Rh.
(1). Golongan Darah A, B, O
Golongan A, B, O terdiri dari empat golongan darah: A, B, AB, dan 0. Huruf A dan B mewakili
antigen (Protein-oligosakarida) pada membran sel darah merah. Seseorang yang memiliki golongan.
Golongan darah A, B, O
Golongan Antigen pada sel darah merah Antibody pada plasma

A A Anti-B
B B Anti-A
AB A dan B Tidak ada antibody
O Tidak ada antigen Anti-A dan anti-B

Tabel.1.1
Seseorang yang memiliki golongan.darah A memiliki antigen A pada sel darah merahnya, dan
seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B. Golongan darah AB berarti orang tersebut
memiliki kedua antigen A dan B, dan golongan O berarti tidak ada antigen A maupun antigen B.
Pada plasma setiap orang terdapat antibodi alami untuk antigen-antigen yang tidak ada dalam
sel darah merah. Oleh karena itu, seseorang dengan golongan darah A memiliki antibodi anti-B pada
plasmanya; seseorang dengan golongan darah B memiliki antibodi anti-A, golongan darah AB tidak
rnemiliki antibodi anti-A maupun anti-B, dan golongan darah 0 memiliki antibodi anti-A maupun anti-B.
Antibodi alamiah ini sangat penting pada transfusi. Jika memungkinkan, seseorang harus
menerima darah dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan darahnya; hanya jika tidak
tersedia golongan darah tersebut, baru dapat diberikan golongan darah lain. Sebagai contoh, seseorang
dengan golongan darah A membutuhkan transfusi darah karena hemoragi. Jika diberikan darah dengan
golongan B, apa yang akan terjadi? Resipien dengan golongan darah A memiliki antibodi anti-B yang
akan berikatan dengan antigen golongan darah B sel darah merah donor. Sel darah merah golongan
darah B pertama-tama akan menggumpal (aglutinasi) dan kemudian pecah (hemolisis), yang akan
menggagalkan tujuan transfusi. Akibat lain yang lebih serius adalah hemoglobin dan eritrosit yang
mengalami hemolisis akan menyumbat kapiler ginjal, yang dapat menimbulkan kerusakan ginjal ataupun
gagal ginjal. Oleh karena itu, penggolongan darah dan pencocokan silang darah donor dan darah
resipien di laboratorium rumah sakit menjadi sangat penting sebelum melakukan transfusi. Prosedur ini
membantu menjamin bahwa darah donor tidak akan menyebabkan reaksi transfusi hemolitik pada
resipien.
Anda mungkin pernah mendengar konsep yang menyatakan bahwa golongan darah 0 adalah
“donor universal”. Biasanya golongan darah 0 negatif bisa diberikan kepada orang dengan golongan
darah lain. Hal ini karena golongan darah 0 tidak memiliki antigen A maupun antigen B pada sel darah
merahnya, sehingga tidak akan terjadi reaksi terhadap antibodi apapun yang dimiliki resipien. Istilah
“negatif” digunakan untuk menunjukkan faktor Rh, yang akan kita bahas kemudian.
(2). Faktor Rh
Adalah tipe antigen lain (sering disebut D) yang mungkin terdapat pada sel darah merah. Seseorang
yang sel darah merahnya memiliki antigen Rh disebut Rh positif, sedangkan yang tidak memiliki antigen
Rh disebut Rh negatif. Seseorang dengan Rh negatif tidak memiliki antibodi alami terhadap antigen Rh,
oleh karena itu antigen ini dianggap asing. Jika seseorang dengan Rh negatif menerima darah dengan
Rh positif karena suatu kesalahan, maka akan terbentuk antibodi sebagaimana pembentukan antibodi
ketika terdapat bakteri ataupun virus. Kesalahan transfusi yang pertama sering tidak menyebabkan
rnasalah, karena produksi atibodi berlangsung perlahan-lahan selama perjalanan yang pertama.
Namun, pada transfusi selanjutnya, ketika antibodi anti-Rh sudah ada, akan terjadi reaksi transfusi,
disertai hemolisis dan kernungkinan kerusakan ginjal.
2) Sel Darah Putih
Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada lima macam sel darah putih; semuanya
memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel darah merah dan memiliki nukleus ketika matang. Nukleus
dapat berupa suatu bentuk tunggal ataupun muncul dalam beberapa lobus. Dengan pewarnaan khusus
untuk pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran khusus untuk setiap sel darah putih.
Hitung sel darah putih normal (merupakan bagian hitung darah lengkap) adalah 5000—10.000 per
mm3. Perhatikan bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila dibanding hitung sel darah merah normal.
Sebagian besar sel darah putih tidak terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi berfungsi dalam cairan
jaringan.
a). Kiasifikasi dan Tempat Produksi
Kelima macam sel darah putih bisa dikiasifikasikan ke dalam dua kelompok: granular dan tidak
bergranula. Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum tulang merah; yaitu neutrofil,
eosinofil, dan basofil, yang akan terlihat dengan warna granula yang lebih terang ketika diwarnai.
Leukosit tidak bergranula adalah limfosit dan monosit, yang diproduksi pada jaringan limfatik, limpa,
kelenjar getah bening, dan timus, sebagaimana juga diproduksi pada sumsum tulang merah. Hitung jenis
sel darah putih (bagian hitung darah total) adalah persentase setiap jenis leukosit. Kisaran normal
ditunjukkan pada Tabel dibawah, disertai nilai normal hitung darah lengkap lain.
b). Hitung Darah Lengkap

Pengukuran Kisaran normal

Sel darah merah 4,5-6 juta/mm3


Hemoglobin 12-18 gram/100 ml
Hemaktokrit 38-48%
Retikulosit 0%-1,5%
Sel darah putih (total) 5000-10.000/mm3
Neutrofil 55-70%
Eosinofil 1-3%
Basofil 0,5-1%
Limfosit 20-35%
Monosit 3-8%
Trombosit 150.000-300.000/mm3

Tabel 1.2
c). Fungsi
Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama, yaitu melindungi tubuh dan penyakit
infeksi dan membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu. Setiap jenis leukosit memiliki suatu peranan
untuk menjaga homeostasis yang sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit patogen. Neutrofil adalah yang paling
banyak menjalankan fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini dengan sangat efisien, monosit
berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada tempat
cedera, yang membantu perbaikan jaringan menjadi mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi protein asing. Hal ini penting terutama
pada reaksi alergi dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit cacing). Basofil mengandung gra heparin
dan histamin. Heparin adalah suatu anti koagulan yang membantu mencegah pembekan yang tidak
normal dalam pembuluh darah. F mm, seperti yang Anda ingat, dilepaskan sel bagian proses inflamasi,
dan efeknya memiliki kapiler lebih permeabel, yang memungkinkan jaringan, protein, dan sel darah putih
berkumpul di daerah yang mengalami kerusakan
3) Trombosit
Nama yang umum untuk platelet adalah trombosit, yang bukan merupakan sat lengkap,
melainkan fragmen atau pecahan sel. Hitung normal trombosit bagian dalam hitung darah lengkap)
adalah 150.000-300.000 / mm3 (batas atasnya bisa meningkat menjadi 500.000). Trombositopenia
adalah istilah untuk hitung trombosit yang rendah.
a). Tempat Produksi
Sebagian sel induk pada sumsum tulang merah berdiferensiasi menjadi sel besar yang
dinamakan megakariosit, yang akan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang memasuki sirkulasi. Bagian
yang terdapat di dalam sirkulasi mi adalah trombosit, yang bisa hidup sekitar lima sampai 9 hari, jika tidak
digunakan sebelum hari tersebut.
b). Fungsi Trombosit
Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yang berarti mencegh kehilangan darah.
Ada tiga mekanisme yang terjadi, dan trombosit terkait dalam setiap mekanismenya.
(1) Spasme Vascular
Ketika pembuluh darah besar, seperti arteri atau vena cedera berotot polos dinding pembuluh
darah tersi akan berkontraksi sebagai respons terhadap kerusakan yang terjadi (disebut respons
flagenik). Trombosit yang terdapat di dalam yang mengalami kerusakan akan melepaskan konstriksi
pembuluh darah. Diameter pembuluh darah tersebut akan segera mengecil, dan lubang yang kecil
tersebut akan segera tertutup oleh gumpalan darah. Jika pembuluh darah tidak mengecil terlebih dahulu,
bekuan darah yang terbentuk akan segera tersapu oleh dorongan akibat tekanan darah.
c). Sumbat Trombosit
Ketika suatu kapiler mengalami ruptur, kerusakan yang terjadi terlalu kecil untuk memulai
pembentukan bekuan darah. namun, permukaan luka yang kasar akan menyebabkan trombosit Iengket
dan melekat pada pinggiran luka dan saling melekat satu sama lain. Trombosit tersebut akan membentuk
suatu sawar rnekar atau dinding untuk menutup kerusakan yang terjadi pada kapiler. Kerusakan kapiler
cukup sering terjadi dan pembentukan sumbat trombosit sekecil apapun sangat dibutuhkan untuk
menutup kerusakan tersebut.Apakah sumbat trombosit cukup efek untuk luka yang terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar? Jawabannya adalah tidak, karena sumbat trombosit tersebut akan
tersapu oleh aliran darah secepat pembentukannya, Apakah spasme vaskular cukup efektif pada
kerusakan kapiler? Sekali lagi, jawabannya adalah tidak, karena kapiler juga tidak memiliki otot polos
sehingga kapiler tidak bisa berkonstriksi sama sekali.
(1) Pembekuan Kimiawi
Rangsangan untuk pembekuan darah adalah permukaan yang kasar pada pembuluh darah, atau
kerusakan pada pembuluh darah, yang juga menciptakan permukaan yang kasar. Semakin besar
kerusakan yang terjadi, semakin cepat pembekuan darah yang terjadi, dan biasanya dimulai dalam 15
sampai 20 detik.
Mekanisme pembekuan merupakan suatu rangkaian reaksi yang melibatkan zat kimia yang dalam
keadaan normal beredar dalam darah, dan zat-zat lain dilepaskan ketika pembuluh darah rusak.
(buku ajar anatomi dan fisiologi, edisi 3, 2007)

3. Klasifikasi
a. Leukimia akut
1). Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dan puncak
insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi
2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid, monosit, grnulosit
(basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena, insiden
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan Leukemia Nonlimfositik yang paling sering
terjadi
(Muttaqin arif. 2009)
b. Leukimia Kronis
1). Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada
orang tua (umur median 60 tahun) dengan perbandingan2:1 untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan oleh
proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah perifer, dan
tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm 3 atau lebih. Pada lebih dan
90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B. Karena limfosit B berperan pada sintesis imunoglobulin
pasien dengan LLK mengalami insufisiensi sintesis imunoglobulin dan penekanan respons antibodi. Studi
sitogenetik menunjukkan leblh dari 80% pasien mengalami berbagai perubahan sitogenetik, yang
mungkin menunjukkan prognosis buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan
pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan jumlah limfosit absolut atau karena
limfadenopati dan splenomegali yang tidak sakit. waktu penyakitnva berkembang, hati juga membesar.
Pasien yang hanya menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun atau lebih lama.
Dengan terkenanya organ, terutama lien, prognosis memburuk.Anemia dini dan trombositopenia (jumlah
trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP pada kurang dari setahun merefleksikan prognosis
sangat buruk dengan harapan hidup median kurang dari 2 tahun. Sekitar 10% pasien mengalami
transformasi agresif serupa dengan sindrom Richter (limfoma agresif).
Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami anemia hemolitik autoimun atau trombositopenia atau
keduanya, memerlukan intervensi dengan steroid atau agen kemoterapi atau keduanya.
Pasien dengan penyakit derajat rendah diobservasi bertahun-tahun tanpa intervensi aktif yang
diperlukan selama beberapa tahun. Pengobatan diindikasikan bila pasien mengalarni pansitopenia yang
meningkat dengan infeksi, peningkatan limfadenopati dan organomegali, anemia dan trombositopenia
akibat penggantian sumsum tulang, dan perubahan kualitas hidup pasien. Pengobatan ditujukan pada
pengurangan massa limfositik sehingga membalikkan pansitopenia dan menghiiangkan rasa tidak
nyaman yang disebabkan oleh pembesaran organ. Beberapa pasien dengan anemia hemolitik autoimun
yang secara medis tidak memberikan respons atau trombositopenia mungkin memerlukan splenektomi.
Agen pengakil, seperti kiorambusil dan sikiofosfarnid, aktif pada pengobatan LLK. Fludarabin
antimetabolit purin, diberikan 3-5 hari sebagai agen tunggal .juga efektif dan dapat digabung dengan
agen aktif lain seperti sikiofosfamid jika pasien menjadi refrakter. Pendekatan baru terhadap pengobatan
keganasan sel B seperti LLK adalah pemakaian terapi biologi, menggunakan antibodi monoklonal ini
mencakup rituximab (anti-CD20) dan Campath IH (anti-CD52), keduanya memperoleh persetujuan FDA.
(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)
2). Leukemia Sel Berambut
Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia limfositik sel B indolen. Nama
mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada limfosit pada apusan darah dan sumsum
tulang yang diwarnai.
(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)
3). Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)
Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal
dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% klien dengan LMK. LMK jarang menyerang
individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat sesuai pertambahan usia.
(Muttaqin arif. 2009)
Riset terbaru telah mengungkapkan bahwa leukemia merupakan penyakit kompleks dengan
heterogenitas yang beragam.akibatnya,klasifikasi leukemia menjadi semakin kompleks,rumit,dan sangat
pentin,karena identifikasi subtipe leukemia memiliki implikasi terapeutik dan prognostik.Berikut ini
merupakan uraian ringkas mengenai sistem klasifikasi yang baru-baru ini dipakai:
1. Morfologi
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak-anak adalah:leukemia limfoid
akut(acute lymphoid leukemia,ALL) dan leukemia nonlimfoid(mielogenus)akut(acute nonlymphoid
[myelogenous]leukemia,ANLL/AML.).sinonim untuk ALL0 meliputi leukemia limfatik, limfositik,
limpoblastik, dan limfoblastoid. Biasanya istilah istilah leukemia sel tunas (stem cell) atau sel blast juga
mengacu pada leukemia tipe limfoid.sinonim untuk tipe AML meliputi leukemia granulositik, mielositik,
monositik,mielogenus, monoblastik,dan monomieloblastik.
2. Penanda(marker)sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL dengan AML.sebagai
contoh,ALL akan menunjukkan warna positif setelah diberi terminal deoxynucleotidyl
transferase(TdT)sementara AML memperlihatkan sifat nonreaktif(Margolin dan Poplack,1997)
3. Pemeriksaan kromosom
Análisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam menegakkan diagnosis leukemia
limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-anak dengan trisomi 21 akan meghadapi risiko 20 kali lipat untuk
mengalami leukemia limfoid akut dibandingkan anak-anak lain. Anak-anak yang memiliki lebih dari 50
kromosom pada sel-sel leukemia(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang paling baik(Margolin dan
Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga ditemukan pada sel-sel leukemia dapat menunjukkan
prognosis yang baik seperti pada trisomi 4 dan 10,atau prognosis yang buruk,seperti pada t(9:22)atau
kromosom Philadelphia.
4. Penanda imunologik permukaan-sel
Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL menjadi tiga kelas yang besar:ALL
non-T, non-B memiliki prognosis yang paling baik,terutama jika mereka mempunyai antigen leukemia
limfosit akut yang umum, yang dikenal sebagai CALLA-positif,terdapat pada permukaan selnya(Margolin
dan Poplack,1997)
4. Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :
a. Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell Leukmia
lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi : sinar X
c. Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
(Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2,Suriadi,S.Kp,MSN 2006)
5. Insiden
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker pada anak terus meningkat,
jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka
kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan internasional
bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian kanker
anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Bahkan
ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Menurut data bagian Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar didapatkan penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di ruang Perawatan Anak
Lontara IV Atas, ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah penderita leukemia sebanyak 130 orang.
Sedangkan pada tahun 2009 dengan jumlah pasien sebanyak 120 orang.
f. Patofisiologi
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel
blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan
mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow daninfiltran organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus
limfe, dan nyeri persendihan.
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 160)

g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Petekie, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Limphadenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
& Rita Yuliani, 2006: 162)
h. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.
2. Aspirasi sum-sum tulang (BMP):hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
3. Biopsi sum-sum tulang.
4. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.
5. Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfa:menunjukkan tingkat kesulitan tertentu.
(Arif Muttaqin, 2009:419 & Suriadi, Rita Yuliani, 2006:162)
i. Penatalaksanaan Medik
a. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia yang berat
dan perdarahan masih dapat diberikan transfusi trombosit.
b. Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai remisi dosis
dikurangi demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Transpalansi sumsum tulang
d. Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang
biasanya digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride (cerubidin), cytarabine
(Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
( Handayani Wiwik, 2008)
j. Pengobatan
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada pengalamannya.
Umumnya pengobatan ditunjukkan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan
masa remisi yang lebih lama.
Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar
pengobatan sebagai berikut :
a. Induksi Remisi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan pemberian berbagai obat di
atas, baik secara sistematik maupun intratekal sampai sel blas dalam sum-sum tulang
kurang dari 5 %.hampir segera setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi dimulai dan
berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-obatan utama yang dipakai untuk induksi
pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin dan L-asparraginase,
dengan atau tanpa doksorubiisinn (daonomisin) dan sitosin.
Karena banyak di antara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur
darah yang normal, periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan
periode yang sangat menentukan. Tubuh pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan
sangat rentan terhadap infeksi dan perdarahan spontan.

b. Konsolidasi
Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.
c. Rumatan (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang
lama biasanya dilakukan dengan pemberian sistostatika seperti dosis biasa.
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan konsolidasi selesai dan
berhasil dengan baik untuk memelihara remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah sel
leukemia.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk merubah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3 – 6 bulan dengan
pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10 – 14 hari
Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis menunjukkan terjadinya
relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi reinduksi
dengan prednisone dan vinkristin, di sertai pemberian kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi
preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan
dilaksanakan setelah remisi.

e. Transpalansi sumsum tulang.


Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak-anak yang menderita
ALL danAML dengan hasil yang baik. Transpalansi ini tidak dikomendasikan untuk anak-anak yang
menderita ALL selama remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil yang
menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita AML lebih buruk, transpalansi sumsum
tulang alogenik biasa dipertimbangkan selama masa remisi pertama.
(Wong’s essentials of pediatric nursing. 2009 Hal: 1139)
B. Konsep Dasar Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan merupakan
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau
langkah-langkah proses keperawatan yaitu :
A. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang menunjukkan
adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas,
berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat
menjadi petunjuk pertama leukimia
(Wong’s pediatric nursing 2009. Hal:1140)
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi
1. Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.

3. Riwayat kesehatan sebelumnya


a) Riwayat kehamilan/persalinan.
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c) Riwayat pemberian imunisasi.
d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II ,III), Campak,
Hepatitis, dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
- Berat badan
BBL : 2500 gr – 4000 gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9
2
1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
6 - 12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5
2
- Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 45 - 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
2 - 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 7
Atau
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
b. Perkembangan tiap tahap usia
- Berguling : 3-6 bulan
- Duduk : 6-9 bulan
- Merangkak : 9-10 bulan
- Berdiri : 9-12 bulan
- Jalan : 12-18 bulan
- Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
- Bicara : 2-3 tahun
- Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
(Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi : Baik, Jelek, Sedang

b) Tanda-tanda vital
- TD : Tekanan Darah
- N : Nadi
- P : Pernapasan
- S : Suhu
c) Antropometri
- TB : Tinggi badan
- BB : Berat badan
- LLA : Lingkar lengan atas
- LK : Lingkar kepala
- LD : Lingkar dada
- LP : Lingkar perut
d) Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan
wheezing.
e) Sistem cardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylary reffiling
time.
f) Sistem pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami
distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g) Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h) Sistem integumen
Rambut : warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak
Kulit : warna, temperatur, turgor dan kelembaban
Kuku : warna, permukaan kuku, dan kebersihannya
i) Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j) Sistem penginderaan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telingan : Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.
k) Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.

5) Fungsi kranial :
a) Nervus I (Olfaktorius) : Suruh anak menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).
b) Nervus II (Optikus) : Periksa ketajaman penglihatan anak, Persepsi terhadap cahaya dan warna,
periksa diskus optikus, penglihatan perifer.
c) Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil, periksa kelopak mata terhadap posisi jika
terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.
d) Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.
e) Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak merapatkan giginya
dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan
di ats pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata
yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks
kornea.
f) Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk menggerakkan mata secara lateral.
g) Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasiLarutan manis (gula), Asam (jus
lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih
besar untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum dan
menangis).
h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran anak
i) Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah
posterior.
j) Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke
posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi
respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula
pada posisi tengah.
k) Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta anak
untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
l) Nervus XII (hipoglosus) : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi garis
tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan
kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk
menjauhkannya, kaji kekuatannya.
6) Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot
7) Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran
8) Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan
7. Pemeriksaan diagnostic
a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP imatur (“menyimpang
ke kiri”).mungkin ada sel blast Leukimia
b) PT/PTT : memanjang
c) LDH : Mungkin meningkat
d) Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat
e) Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia monositik Akut dan
mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat
g) Zink serum : Menurun
h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau Lebih dari sel
blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
i) Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
(Doen
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association NANDA)
adalah “suatu penilalan klinis tentang respon individu, keluarga. atau kornunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat ‘
(Wong, 2004)
Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan
muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

A. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dan pasien dan
atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong
,2004: 595-602)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi Rasional

a) Pantau suhu dengan teliti a) untuk mendeteksi kemungkinan infeksi


b) untuk meminimalkan terpaparnya anak
b) Ternpatkan anak dalam ruangan khusus dan sumber infeksi
c) Anjurkan semua pengunjung dan stafc) untuk meminimalkan pajanan pada
rumah sakit untuk menggunakan teknik organism infektif
mencuci tangan dengan baik
d) Gunakan teknik aseptik yang
cermat untuk semua prosedur invasive d) untuk mencegah kontaminasi silang atau
e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat menurunkan resiko infeksi
tempat munculnya infeksi seperti tempate) untuk intervensi dini penanganan infeksi
penusukan jarum, ulserasi mukosa,
dan masalah gigi
f).Inspeksi membran mukosa mulut.
Bersihkan mulut dengan baik f) rongga mulut adalah medium yang baik
g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan untuk pertumbuhan organism
g) menambah energi untuk penyembuhan
h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia dan regenerasi seluler
i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan h) untuk mendukung pertahanan alami
tubuh
i) diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi Rasional

a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikana) menentukan derajat dan efek


ketidakmampuan untuk berpartisipasi ketidakmampuan
dalam aktifitas sehari-hari
b) Berikan lingkungan tenang dan perlu
istirahat tanpa gangguan b) menghemat energi untuk aktifitas dan
regenerasi seluler atau penyambungan
c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi jaringan
pada aktifitas yang diinginkanc) mengidentifikasi kebutuhan individual
atau dibutühkan dan membantu pemilihan intervensi

c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi Rasional
a) Gunakan semua tindakan untuka) karena perdarahan memperberat
mencegah perdarahan khususnya pada kondisi anak dengan adanya anemia
daerah ekimosis b) karena kulit yang luka cenderung untuk
b) Cegah ulserasi oral dan rectal berdarah
c) untuk mencegah perdarahan
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat
melakukan injeksi d) untuk mencegah perdarahan
d) untuk mencegah perdarahan e) untuk memberikan intervensi dm1
e) Laporkan setiap tanda-tanda dalam mengatasi perdarahan
perdarahan (tekanan darah menurun,
denyut nadi cepat, dan pucat) f) karena aspirin mempengaruhi fungsi
f) Hindari obat-obat yang mengandung trombosit
aspirin g) untuk mencegah perdarahan
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih
besar untuk mengontrol

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.

Intervensi Rasional

a) Berikan antiemetik awal sebeluma) untuk mencegah mual dan muntah


dimulainya kemoterapi
b) Berikan antiemetik secara teratur padab) untuk mencegah episode berulang
waktu dan program kemoterapi
c) untuk mencegah episode berulang
c) karena tidak ada obat antiemetik yang
secara umum berhasil hindari
memberikan makanan yang beraroma
d) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi menyengat
sering d) karena jumlah kecil biasanya ditoleransi
e) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan dengan baik
e) untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

Intervensi Rasional

a) lnspeksi mulut setiap hari untuk adanyaa) untuk mendapatkan tindakan yang
ulkus oral segera
b) Untuk mendapatkan tindakan yangb) untuk mencegah trauma
segera
c) Gunakan sikat gigi berbulu lembut,c) untuk menghindari trauma
aplikator berujung kapas, atau
jan yang dibalut kasa
d) Berikan pencucian mulut yang seringd) untuk rneningkatkan penyembuhan
dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan bikarbonat e) untuk menjaga agar bibir tetap lembab
e) Gunakan pelembab bibir dan mencegah pecah pecah (fisura)
f) karena bila digunakan pada faring,
dapat menekan refleks muntah yang
f) Hindari penggunaan larutan lidokain mengakibatkan resiko aspirasi dan
pada anak kecil dapat menyebabkan kejang
g) agar makanan yang masuk dapat
ditoleransi anak
h) untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
g) Berikan diet cair, lembut dan lunak i) untuk membantu melewati area nyeri
j) dapat mengiritasi jaringan yang luka
h) Inspeksi mulut setiap hari dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan
i) Dorong masukan cairan dengan rnemecah protein dan dapat
menggunakan sedotan mengeringkan mukosa
j) Hindari penggunaa swab gliserin,k) untuk mencegah atau mengatasi
hidrogen peroksida dan susu magnesia mukositis
l) untuk mengendalikan nyeri

k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai


ketentuan
l) Berikan analgetik

f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kernoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Intervensi Rasional

a) Dorong orang tua untuk tetap rileks padaa) jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan
saat anak makan adalah akibat langsung dan mual dan
muntah serta kemoterapi
b) untuk mempertahankan nutrisi yang
b) Izinkan anak memakan semua makanan optimal
yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada
saat selera makan anak meningkat
c) Berikan makanan yang disertaic) untuk memaksimalkan kualitas intake
suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk nutrisi
atau suplemen yang dijual bebas
d) Izinkan anak untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan d) untuk mendorong agar anak mau
e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah makan
sedikit tapi sering e) karna jumlah yang kecil biasanya
f) Dorong pasien untuk makan diet tinggi ditoleransi dengan baik
kalori kaya nutrient f) kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen
dapat memainkan peranan penting
dalam mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalang) membantu dalam mengidentifikasi
lipatan kulit trisep malnutrisi protein kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran antropometri
kurang
g. Nycri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterirna anak

Intervensi Rasional

a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0a) informasi memberikan data dasar untuk
sampai 5 mengevaluasi kebutuhan atau
keefekti fan
b) Jika mungkin, gunakan prosedur-b) untuk meminimalkan rasa tidak aman
prosedur (misal pemantauan suhu
non invasif, alat akses vena c) untuk menentukan kebutuhan
c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri perubahan dosis. Waktu pemberian
dengan derajat kesadaran dan sedasi atau obat

d) Lakukan teknik pengurangan nyeri


d) sebagai analgetik tambahan
e) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
e) untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi Rasional

a) Berikan perawatan kulit yang cermat,


a) karena area ini cenderung mengalami
terutama di dalam mulut dan daerah ulserasi
perianal
b) Ubah posisi dengan sering b) untuk merangsang sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit
b) Mandikan dengan air hangat dan sabun
c) mempertahankan kebersihan tanpa
ringan mengiritasi kulit

d) Kaji kulit yang kering terhadap efek


d) efek kemerahan atau kulit kering dan
samping terapi kanker pruritus,ulserasi dapat terjadi dalam
area radiasi pada beberapa agen
kemoterapi
e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk
dan menepuk kulit yang kering e) membantu mencegah friksi atau
f) Dorong masukan kalori protein yang trauma kulit
adekuat
g) Pilih pakaian yang longgar dan lembut
f) untuk mencegah keseimbangan
diatas area yang teradiasi nitrogen yang negatif
g) untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi Rasional

a) Dorong anak untuk memilih wig (anak


a) untuk membaritu mengembangkan
perempuan) yang serupa gaya dan warna penyesuaian rambut terhadap
rambut anak sebelum rambut mulai rontol kerontokan rambut
b) Berikan penutup kepala yang adekuat
b) karena hilangnya perlindungan rambut
selama pemajanan pada sinar matahari,
angin atau dingin c) untuk menyamarkan kebotakan parsial
c) Anjurkan untuk menjaga agar rambut
yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
d) untuk menyiapkan anak dan keluarga
halus terhadap perubahan penampilan
d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh rambut baru
dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda e) untuk meningkatkan penampilan
e) Dorong hygiene, berdandan, dan alat-alat
yang sesuai dengan jenis kelamin
,misalnya wig, skarf, topi, tata rias.

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi

Intervensi Rasional

a) Jelaskan alasan setiap prosedur yang


a) untuk meminimalkan kekhawatiran
akan dilakukan pda anak yang tidak perlu
b) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat
b) untuk mendorong komunikasi dan
berkumpul tanpa gangguan dan staf ekspresi perasaan

c) Bantu keluarga merencanakan masa


depan, khususnya dalam membantu anak
c) untuk meningkatkan perkembangan
menjalani kehidupan yang normal anak yang optimal
d) Dorong keluarga untuk mengespresikan
perasaannya mengenai kehidupan anak
d) memberikan kesempatan pada
sebelum diagnosa dan prospek anak keluarga untuk menghadapi rasa takut
untuk bertahan hidup secara realistis
e) Diskusikan bersama keluarga bagaimana
mereka memberitahu anak tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap
e) untuk mempertahankan komunikasi
pengobatan dan kemungkinan terapi yang terbuka dan jujur
tambahan
f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang
tidak sesuai dengan kenyataan yang adaf) untuk mencegah bertambahnya rasa
kekhawatiran keluarga

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak


Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak

Intervensi Rasional

a) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan


a) pengetahuan tentang proses berduka
keluarga memperkuat normalitas perasaan atau
reaksi terhadap apa yang dialarni dan
dapat membantu pasien dan keluarga
lebih efektif menghadapi kondisinya
b) untuk menetapkan hubungan saling
percaya yang mendorong komunikasi
c) Berikan kontak yarg konsisten padac) untuk meyakinkan bahwa harapan
keluarga mereka diimplementasikan
d) memperkuat normalitas perasaan atau
d) Bantu keluarga merencanakan reaksi terhadap apa yang dialami
perawatan anak, terutama pada tahap
terminal
e) Fasilitasi anak untuk mengespresikan
perasaannya melalui bermain

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan hams dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan
baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
2004:33 1).
F. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596-610) hasil yang diharapkan pada klien
dengan leukemia adalah:
1) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan
toleransi aktifitas.
3) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
4) Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
5) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
6) Masukan nutrisi adekuat
7) Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunj ukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
8) Kulit tetap bersih dan utuh
9) Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode mi dan anak
tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10) Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan
tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan
meluangkan waktu bersama anak.
11) Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan

Anda mungkin juga menyukai