Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL (UROLITHIASIS)

1.1 Definisi
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebihbatu di dalam
pelvus atau calyces ginjal atau di saluran kemih. Batu ginjal didalam saluran
kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk
disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk didalam ginjal
(batu ginjal) maupun didalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitilis).
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender,
2015). Pembentukan batu dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal
urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat
yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah (Moe, 2006;
Pearle, 2005). Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran
kencing yang terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa
tertentu (Grace & Borley, 2006).
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci
ada beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu
bedasarkan letak batu antara lain: (Prabawa & Pranata, 2014):
1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal
2) Ureterolithiasis disebut batu pada ureter
3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli
4) Uretrolithisai disebut sebagai batu pada ureter
1.2 Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan
perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan
di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal
dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %
penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi
dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Faktor Pencetus/Presipitasi
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
2. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan musculoskeletal menyebablan penimbunan
kalsium. Peningkatan kalsium diplasma akan meningkatkan pembentukan
batu.
3. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
menjadi inti pembentukan batu.
4. Kurang minum: sangat potensial terjadi timbul nya pembentukan batu.
5. Pekerjaan: dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya
pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seseorang buruh atau petani.
6. Iklim: tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering
dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya
daerah tropis menyebabkan banyak keluar keringat akan mengurangi
produksi urin.
7. Diuretic: protein mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan: kebiasaan mengkonsumsi makan tinggi kalsium seperti susu,
keju, kacang polong, kacang tanah, dan coklat. Tinggi purin seperti ikan,
ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti bayam, seledri, kopi, the, dan
vitamin D.
1.3 Manifestasi klinik
1. Nyeri
Nyeri disebabkan karena batu menyumbat saluran kemih, setelah itu
obstruksi berkembang yang menghasilkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan pembesaran pelvis ginjal dan proksimal ureter.
2. Mual dan muntah
Nyeri sangat parah akibat batu ginjal bisa menyebabkan rasa mual bahkan
muntah. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh
area kostovertebratal juga bisa menyebabkan mual dan muntah. Serta
adanya obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) dapat
menyebabkan mual yang disertai muntah.
3. Hematuria
Adanya gesekan antara batu ginjal dengan saluran kemih yang dilewati
akan menyebabkan darah ikut keluar bersama urin atau sering disebut
dengan hematuria.
4. Sering berkemih
Saluran kemih yang teriritasi membuat penderita merasa ingin berkemih
lebih sering dari biasanya.
5. Demam dan mengigil
Kondisi ini terjadi karena adanya infeksi di saluran kemih yang
disebabkan oleh iritasi batu ginjal.
1.4 Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan
kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri,
pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein dan elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus
ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (
mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi
ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik (
distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain,
ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
1.5 Penatalaksanaan
Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah untuk
menyingkirkan batu, menentukan jenis batu, mencegah penghancuran nefron,
mengontrol infeksi, dan mengatasi obstruksi yang mungkin terjadi (Brunner
& Suddart, 2015; Rahardjo & Hamid, 2004).
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi dan infeksi. Beberapa tindakan
untuk mengatasi penyakit urolithiasis :
1. Melakukan observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat
melewati saluran kemih tanpa intervensi),
2. Agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan batu),
3. Mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi),
4. Terapi non invasif Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL),
5. Terapi invasif minimal: ureterorenoscopy (URS),
6. Percutaneous Nephrolithotomy,
7. Cystolithotripsi/ ystolothopalaxy,
8. Terapi bedah seperti nefrolithotomi, nefrektomi, pyelolithotomi,
uretrolithotomi, sistolithotomi (Brunner & Suddart, 2015; Gamal, et
al., 2010; Purnomo, 2012; Rahardjo & Hamid, 2004).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
BATU GINJAL (UROLITHIASIS)
A. Pengkajian
I. Identitas
Nama :
Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
Pekerjaan : perkerja berat

II. Keluhan Utama


1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.

III. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
3. Bekerja di lingkungan panas.
4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
5. Olahragawan.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


1. Nyeri
2. Mual / Muntah
3. Hematuria
4. Diare
5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia
V. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Pernah menderita urolitiasis
2. Riwayat ISK dalam keluarga
3. Riwayat hipertensi

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi


kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

VI. Dasar – Dasar Pengkajian


1. Aktifitas/istirahat
- Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan
kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
-
2. Sirkulasi
- Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.

3. Eliminasi
- Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.
- Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.

4. Makanan/cairan
- Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin,
kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air
dengan cukup.
- Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke
seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal
konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
- Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.

6. Penyuluhan/ pembelajaran
- Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi,gout, ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium
bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.

B. Diagnosis Keperawatan
Pre operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi
uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh
batu,iritasi ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran
kemih (ginjal).
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat
salah interpertasi informasi.
Post operasi
1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik
2. Nyeri b.d insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter
4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre operasi
Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral
Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol
- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya intensitas (0-10) Membantu mengevaluasi tempat
dan penyebaran abstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus

Jelaskan penyebab nyeri dan Berikan kesempatan untuk pemberian


pentingnya melaporkan tentang analgesic sesuai waktu (membantu
perubahann kejadian / karakyeristik dalam meningkatkan koping pasien dan
nyeri. dapat menurunkan ansietas).

Menaikkan relaksasi menurunkan


Berikan tindakan nyaman contoh tegangan otot dan menaikkan koping
pijatan punggung lingkungan istirahat.
Obstruksi lengkap ureter dapat
Perhatikan keluhan/menetap nya nyeri menyebabkan perforasi dan ekstravasasi
abdomen. urine ke dalam area perineal.

Cairan membantu membersihkan ginjal


dan dapat mengeluarkan batu kecil.
Berikan banyak cairan bila tidak ada
mual, lakukan dan pertahankan terapi
IV yang diprogramkan bila mual dan Gerakan dapat meningkatkan pasase
muntah terjadi. dari beberapa batu kecil dan mengurangi
urine statis. Kenmyamanan
Dorong aktivitas sesuai toleransi, meningkatkan istirahat dan
berikan analgesic dan anti emetic penyembuhan mual disebabkan oleh
sebelum bergerak bila mungkin. peningkatan nyeri.

Diagnosa 2
Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi
ginjal oleh ureteral
Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya
- Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan keluaran serta Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine ginjal, dan adanya komplikasi contoh
infeksi dan perdarahan

Kalkulus dapat menyebabkan


Tentukan pola berkemih normal dan ekstibilitas yang menyebabkan sensasi
perhatikan variasi kebutuhan berkemih segera

Peningkatan hidrasi membilas


Dorong meningkatjkan pemasukan bakteri,darah dan debris dan dapat
cairan membantu lewatnya batu.

Penemuan batu memungkinkan


periksa semua urine catat adanya identifikasi tipe batu dan
keluaran batu dan kirim ke laboratorium mempengaruhi pilihan terapi.
untuk analisa
Akumulasi sisa uremik dank e tidak
Observasi perubahan status seimbangan elektrolit dapat menjadi
mental,perilaku atau tingkat kesadaran toksik di SSP.

Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh Peninggian BUN,kreatinin dan


BUN,elektrolit,kreatinin. elektrolit mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.

Diagnosa 3
Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah
Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik

Intervensi Rasional
Awasi intake dan Output Membandingkan keluaran actual dan
yang diantisifikasi membantu dalam
evaluasi adanya / derajat statis /
kerusakan ginjal.

Catat insiden muntah,diare perhatikan Mual / muntah, diare secara umum


karakteristik dan frekuensi mual / berdasarkan baik kolik ginjal karena
muntah dan diare. saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal
dan lambung.

Awasi Hb /Ht, elektrolit Mengkaji hidrasi dan efektifian /


kebutuhan intervensi.

Berikan cairan IV Mempertahankan volume sirkulasi /


bila pemasukan oral tidak cukup,/
menaik fungsi ginjal.

Berikan diet tepat,cairan Makanan mudah cerna menurunkan


jernih,makanan lembut sesuai toleransi. aktivitas GI / iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.

Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal
).
Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal
- Urine berwarna kuning / kuning jernih
- Tidak nyeri waktu berkemih.

Intervensi Rasional
Pantau : Untuk deteksi dini terhadap masalah.
- Urine berwarna,bau / tiap 8 jam
- Masukan dan haluaran tiap 8 jam
- PH urine
- TTV setiap 4 jam
Untuk mendaptakan data- data
Saring semua urine,observasi terhadap keluarnya batu,perubahan diet yang
kristal. Simpan kristal untuk dilihat didasari oleh komposisi batu
dokter kirim ke laboratorium

Konsultasi dengan dokter bila pasien Temuan-temuan ini menunjukkan


sering berkemih,jumlah urine sedikit perkembangan obstruksi dan kebutuhan
dan terus menerus,perubahan urine. intervensi progresif.

Berikan obat-obatan sesuai program


untuk mempertahankan PH urine tepat. Dengan perubahan PH urine /
peningkatan keasamaan /
alkalinitas,factor solubilitas untuk batu
dapat di control.

Diagnosa 5
Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi Rasional
1. kaji ulang proses penyakit dan 1. memberikan pengetahuan dasar
harapan di masa yang datang. dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2. tekankan pentingnya peningkatan 2. pembilasan sistem ginjal
pemasukan cairan , contoh 3-4 liter menurunkan kesempatan statis ginjal
per hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong pasien atau pembentukan batu.
melaporkan mulut kering, diuresis
(keringat berlebihan) dan untuk
peningkatan pemasukan cairan baik
bila haus atau tidak.
3. diet rendah purin, contoh 3. menurunkan pemasukan oral terhadap
membatasi daging berlemak, kalkun, prekusor asam urat.
tumbuhan polong, gandum dan
alkohol. 4. menurunkan resiko pembentukan batu
4. diet rendah kalsium, contoh kalsium.
membatasi ,susu,keju,sayur, berdaun 5. menurunkan pembentukan batu
hijau, yogurt. oksalat.
5. diet rendah oksalat, contoh
membatasi makan coklat, minuman
mengandung kafein, bit, bayam. 6. mencegah kalkulus fosfat dengan
6. diet rendah kalsium/ fosfat dengan membentuk presipitrat yang larut dalam
jeli karbonat aluminium 30-40 ml, 30 traktus GI, menguragi beban nefron
menit/jam. ginjal.
7. obat-obatan diberikan untuk
7. diskusikan program obat-obatan, mengasamkan mengakalikan urine,
hindari obat yang dijual bebas dan tergantung pada penyebab dasar
membaca semua label produk/ pembentukan batu.
kandungan dalam makanan. 8. membantu pasien berkerja melalui
8. mendengar dengan aktif tentang perasaan dan meningkatkan rasa kontrol
terapi / perubahan pola hidup. apa yang terjadi.
9. meningkatkan kemampuan perawatan
9. tunjukan perawatan yang tepat diri, dan kemandirian.
terhadap insisi/ kateter bila ada.

Post operasi
Diagnosa 1
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik
Tujuan : - tanda tanda vital stabil
- kulit kering dan elastic
- intake output seimbang
- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang
Intervensi rasional
1. Kaji balutan selang kateter 1. mengetahui adanya perdarahan.
terhadap perdarahan setiap jam dan
lapor dokter.
2. Anjurkan pasien untuk mengubah 2. mencegah perdarahan pada luka insisi
posisi selang atau kateter saat
mengubah posisi. 3. mengetahui kesimbangan dalam tubuh.
3. Pantau dan catat intake output
tiap 4 jam, dan laporan ketidak 4. dapat menunjukan adanya dehidrasi /
seimbangan. kurangnya volume cairan
4. Kaji tanda vital dan turgor kulit,
suhu tiap 4-8 jam.
Diagnosa 2
Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan
mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus 1. menentukan tindakan selanjutnya
daan penghalang factor nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan non 2. dengan otot relkas posisi dan
farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi, kenyamanan dapat mengurangi nyeri.
bantu pasien memilih posisi 3. peradangan dapat menimbulkan
yang nyaman. nyeri.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan
kemerahan. 4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat
4. Anjurkan pasien untuk menahan 5. analgetik dapat mengurangi nyeri.
daerah insisi dengan kedua tangan bila
sedang batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.

Diagnosa 3
Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik (
kateter).
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat
berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih normal pasien. 1.untuk membandingkan apakah ada
perubahan pola berkemih.
2. Kaji keluhan distensi kandung 2. kandung kemih yang tegang
kemih tiap 4 jam disebabkan karena sumbatan kateter.
3.Ukur intake output cairan. 3. untuk mengetahui keseimbangan
4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri. cairan
5. Anjurkan klien untuk minum air 4. untuk mengetahui fungsi ginjal.
putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada 5. untuk melancarkan urine.
kontra indikasi.

Diagnosa 4
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.
Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.
- Drainase dan selang kateter bersih.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala 1. mengintervensi tindakan
infeksi luka (demam, kemerahan, selanjutnya.
bengkak, nyeri tekan dan pus)
2. Kaji suhu tiap 4 jam.
2. peningkatan suhu menandakan
adanya infeksi.
3. Anjurkan klien untuk menghindari
atau menyentuk insisi. 3. menghindarkan infeksi.

4. Pertahankan tehnik steril untuk


mengganti balutan dan perawatan luka. 4. menghindari infeksi silang

Anda mungkin juga menyukai