DISUSUN OLEH :
ADENG HIDAYATULLAH (P27820714007)
2. Klasifikasi Diare
a. Diare akut
1). Pengertian
Meningkatnya kekerapan, bertambahnya cairan/banyaknya tinja yang
dikeluarkan relatif terhadap kebiasaan yang ada pada pasien dan
berlangsung kurang dari 1 minggu/keluarnya tinja cair lebih dari 3x dalam
24 jam.
2). Etilogi
- Infeksi bakteri, virus, parasit
Bakteri : Salmonella, shigella, compylobacteri, E. coli, yasina
acromonas, clostridium deficite, stophilococcus aureus.
Virus : Rota virus, norwalk virus, astro virus/corona virus,
adeno virus, pesti virus, carieci virus, porvo virus.
Parasit : Entamuba histolitica, clardia lambia, nocros palidium,
tricuris tricuria.
Diet : Pemberian susu terlalu dini setelah diare, makanan
baru, pemberian gula yang berlebihan, ingesti yang
berlebihan dari fruktosa.
- Pengobatan : Antibiotik, laxant
- Toxic : Bahan-bahan logam berat (arsentik, mercuri) phospates
organik.
- Fungsional : Iritasi saluran cerna
3). Patogenesis
Virus masuk ke traktus digestifus bersama makanan dan minuman
Berkembang dalam usus
Masuk dalam epithel-ephitel usus
Kerusakan bagian afikal villi usus halus
Replacement bagian apikal oleh sel kripta yang belum matang
Absorpsi yang tak adekuat
Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare anak :
a). Gangguan osmotik
Makanan/zat dalam usus tidak dapat diserap
Tekakan osmotik dalam rongga usus meningkat
Cairan dan elektrolit masuk dalam usus
Diare
4). Diagnosa
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian terhadap dehidrasi output urinaria, BB, mukosa
membran, turgor kulit, fontamel pada infant pucat, kulit kering, pada
dehidrasi sedang TD menurun dan naik.
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan
berat jenis plasma.
- Pemeriksaan urin lengkap
- Pemeriksaan tinja lengkap dan kultur
Keterangan :
- Cairan I : RL, garam padi (Pz/Ns 0,9)
- Cairan II : ½ Strergith Daro (Darrow Glukosa)
Dextose 5% + 6 cc NaCl 15% + Bicarbonat + KCL
RL : R 4 Laktase (1,6 M) = 1 : 1 : 4 + KCL
Ka – EN 3 B (Na = 50; K = 20; Cl = 50; Laktat = 20; Kal = 10,8;
Ma = 290
- Cairan III : Pz = P10 = 1 : 4 + Bicarbonat (15 Mg) + KCL (10 Meg/Lt)
Dextrose 10% in ¼ saline + Bicarbonat (15 Meg) + KCL (10 Meg/lt)
Dextrose 10% 0,8 NaCl
b. Diare Kronik
1) Pengertian
Adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
2) Klasifikasi
a) Diare persisten
(1) Pengertian
Menetap dalam 2 minggu/lebih setelah epidemi
gastroenteritis acut pada seorang bayi berusia lebih dari 3
bulan.
(2) Etiologi
- Intoleran laktosa
- Menetapkannya patogen penyebab
- Sindrome usus halus terkontaminasi
- Malnutrisi
(3) Patofisiologi, didasarkan 2 hal utama :
- Melanjutkan kerusakan mukosa
- Perbaikan mukosa yang terlambat
b) Intraktable diare
(1) Pengertian
Adalah diare yang sukar disembuhkan
(2) Etiologi
Kelainan anatomi, infeksi virus, infeksi intestinal,
intoleransi gula, intolerasi protein.
3) Manifestasi klinis
Serangan pertama tidak ada demam maupun tanda toksisitas,
gejala pada banyak kasus seperti gastroenteristik.
4) Penatalaksanaan
a) Simptomatis
- Rehidrasi : oralit, cairan infus.
- Anti spasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus
kolinergik pada reseptor muskarinik)
- Obat anti diare : obat anti motilitas dan sekresi usus
(loperamid, difenoksilat, kodein fisfat), oktreolid
(Sandostatin) obat anti diare yang mengeringkan tinja dan
absorpsi zat toksik.
- Anti emetik (Metokloropamid, Proklorpazin, Domperidon)
- Vit dan mineral, tgt kebut vit Biz, vit A, vit K, preparat
besi, zink, dll.
- Obat extrak enzim pankreas
- Alumunium hidroksida
- Fenotiazin dan As. Nikotorat.
b) Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi/non infeksi, pada
diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasar
etiologinya.
III. Intervensi
1. Dx. I
Tujuan : volume cairan dan elektrolit dalam tubuh seimbang (kurangnya
cairan dan elektrolit terpenuhi) dengan kriteria :
2. Dx. II
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan dengan kriteria :
- Berat badan sesuai umur
- Anak mengkonsumsi diit sesuai kebutuhan
Intervensi :
a. Bersama pasien dan keluarga tentukan berat badan ideal anak sesuai
dengan tahap pertumbuhannya dan program diit yang akan dilakukan
anak.
R : Keikutsertaan keluarga secara aktif dalam menentukan asupan
nutrisi menyebabkan keluarga berperan aktif dalam tindakan
berikutnya.
b. Lakukan program kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan diit anak
berikan porsi kecil dengan frekuensi sering.
R : Penentuan diit/kalori yang dikonsumsi oleh anak sangat berperan
dalam peningkatan berat badan, berikan porsi kecil dengan
frekuensi sering meminimalkan metabolisme dalam tubuh.
c. Ajarkan pada orang tua dan keluarga untuk memonitor pemasukan dan
pengeluaran makanan anak.
R : Mencatat asupan oral dan keinginan pasien mempermudah deteksi
dini asupan yang tidak adekuat.
d. Bantu anak dan keluarga dalam mengidentifikasi acuan makan makanan
yang tinggi protein dan karbohidrat.
R : Penambahan beberapa makanan kecil akan menambah peningkatan
asupan kalori.
e. Ajarkan kebersihan oral dan ruangan yang bersih sebelum makan
R : Kondisi oral dan ruangan yang bersih akan meningkat rasa dan
selera makan.
f. Timbang berat badan anak tiap hari, monitor asupan dan keluaran
R : Berat badan merupakan indikator dari keseimbangan asupan dan
keluaran.
3. Dx. III
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi, anak terbebas dari distensi abdomen dengan
kriteria :
- Abdomen supel tidak ada distensi
- Dapat tidur dengan nyaman
- Dapat bermain tanpa gangguan
Intervensi
a. Rubah/ganti posisi tidur tiap 3 jam
R : Perubahan posisi dapat merangsang peristaltik usus sehingga
mengurangi distensi abdomen.
b. Lakukan kompres hangat pada daerah perut
R : Dengan kompres hangat, distensi abdomen akan mengalami
relaksasi, pada kasus peradangan akut/peritonitis akan
menyebabkan penyebaran infeksi.
c. Meminimalkan tangis anak
R : Dengan menangis memudahkan udara masuk di dalam lambung
sehingga memperberat distensi abdomen
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan monitor efek
samping obat tersebut.
R : Efek farmakologis pada anak ditentukan oleh sensitivitas individual
4. Dx. IV
Tujuan : keluarga mengerti tentang penyebab diare
Intervensi :
a. Berikan penjelasan tentang penyebab diare
R : Dengan pengetahuan yang kurang anak atau orang tua tidak
mengetahui komplikasi dari diare sehingga anak atau orang tua
tidak serius untuk mengontrol adanya infeksi dan teknik isolasi
sehingga penyakit ini dapat menular pada keluarga atau masyarakat.
b. Ajarkan cuci tangan sebelum makan
R : Mencegah terjadinya infeksi
c. Beritahu pada orang tua/anak tentang bahaya diare
R : Berusaha semaksimal mungkin menghindari penyakit diare
d. Ajarkan teknik isolasi
R : Mencegah terjadinya penularan
e. Ajarkan orang tua untuk membawa anaknya ke klinik apabila timbul
gejala lebih dari 1 minggu.
R : Deteksi dini untuk mengetahui adanya kelainan dan komplikasi
5. Dx. V
Tujuan : dapat menunjukan tanda kenyamanan
Intervensi :
a. Berikan perawatan mulut dan kenyamanan bagi bayi
R : Memberi rasa nyaman
b. Berikan kesempatan pada keluarga saat jam kunjung dan partisipasi
dalam perawatan.
R : Mencegah timbulnya stres terhadap perpisahan
c. Sentuh, buka, dekap dan ajak bicara sebanyak mungkin
R : Memberikan kenyamanan dan menghindari stres
d. Pertahankan simulasi sensori dan pengenalan pada tahap perkembangan
optimum.
R : Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan optimum
6. Dx. VI
Tujuan : mempertahankan kulit perianal tetap utuh dengan kriteria :
- Kulit intac/kulit yang mengalami lesi sembuh
- Kelembaban kulit stabil
- Sirkulasi integumen lancar
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian kerusakan kulit dan lakukan pencatatan teratur
R : PH faeces semakin asam, kerusakan kulit semakin meningkat
b. Jaga kulit tetap bersih
R : Kulti yang lembab merupakan media yang efektif untuk
perkembangbiakan kuman.
c. Lakukan debridement dan bersihkan luka, gunakan cream/salep untuk
luka dan lakukan massage di sekitar luka.
R : Pembersihan luka memungkinkan kotoran-kotoran kuman terangkat
sehingga cream/salep dapat diabsorpsi dengan baik.
7. Dx. VII
Tujuan : tidak terjadi infeksi/penularan pada orang lain
Intervensi :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
R : Kuman/bakteri yang menempel pada tangan akan terdesinfeksi
dengan memakai sabun/antiseptik.
b. Lakukan isolasi pada anak dan alat yang digunakan
R : Dengan isolasi dapat memutuskan mata rantai penularan sehingga
infeksi silang dapat dihindari.
c. Motivasi dan anjurkan pada keluarga serta pengunjung untuk melakukan
pencegahan terjadinya penularan.
R : Pengetahuan yang memadai akan membuat keluarga dan
pengunjung kooperatif terhadap pencegahan penularan.