1 2017 |1
ABSTRAK
Kelapa sawit adalah salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Semakin banyaknya proses pengolahan minyak kelapa sawit menyebabkan jumlah limbah
yang dihasilkan akan semakin meningkat juga. Limbah cair dari hasil pengolahan minyak
kelapa sawit terdapat kandungan organik cukup tinggi. Melalui penelitian ini dilakukan
pemanfaatan limbah (waste re-use) dengan menjadikan limbah CPO sebagai bahan baku
dalam pembuatan sabun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sabun.
Parameter analisis mutu sabun meliputi kadar air, alkali bebas, lemak tak tersabunkan,
minyak dan bilangan penyabunan. Dilakukan juga pengukuran pH, konduktivitas dan
tegangan permukaan menggunakan pHmeter, konduktometer dan metode plat. Hasil
penelitian yang diperoleh, sabun memiliki karakteristik: kadar air 21,9779%( b/b), alkali
bebas 0,7443%(b/v), lemak tak tersabunkan 3,8438%(b/v), kadar minyak 9,2856%(b/b) dan
bilangan penyabunan 89,7549 (mg KOH/g minyak). Konsentrasi optimum sabun adalah
4,5 %(b/v), dengan selisih tegangan permukaan sebesar 0,01092 dyne/cm. PH optimum
sabun sebesar 12,62 dan konduktivitas optimum sabun sebesar 18,28-1m-1.
ABSTRACT
Palm oil is one of the most important vegetable oil-producing plants. Crude palm oil liquid
waste contain high enough organic content. This research, use of crude palm oil liquid
waste as raw material in making soap. This study aims to determine the characteristics of
soap. The analysis parameter of soap quality are water percentage, free alcaline percentage
and unsaponification fat percentage, oil and saponification numbers. There were also
measurements of pH, conductivity and surface tension using pHmeter, konduktometer and
plate method. Result of the research, soap has characteristic: water content 21,9779% (b/b),
free alcaline 0,7443% (b/v), unsaturated fat 3,8438% (b/v), oil content 9,2856% (w/w) and
saponification number 89.7549 (mg KOH/g of oil). The optimum concentration of soap is
4.5% (w/v), with a surface difference difference of 0.01092 dyne/cm. The optimum pH of
soap is 12.62 and the soap optimum conductivity is 18.28-1.
minyak, labu ukur, neraca analitis, oven, 3. Standarisasi larutan KOH 0,5 N
penangas air, pipet tetes, termometer, Sebanyak 0,2 g asam oksalat
spatula, dan seperangkat alat ukur (C2H2O4.2H2O) ditimbang, kemudian
tegangan permukaan, konduktometer, pH dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
meter, larutan bufer pH 7 dan pH 9. mL dan dilarutkan dalam 50 mL
Adapun bahan-bahan yang digunakan aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3
antara lain limbah CPO dari pabrik PT. tetes indikator pp dan dititrasi dengan
KSL, PFAD, kalsium karbonat, larutan KOH yang akan distandarisasi.
waterglass, NaOH, aquadest, HCl 0,1 N; 4. Standarisasi larutan HCl 0,5
0,5 N; dan 4 N, KOH 0,5 N, alkohol, n- Sebanyak 0,1 g borak
heksan, asam oksalat, natrium borak, (Na2B4O7.10H2O) ditimbang, kemudian
indikator pp, metil merah, metil orange, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
minyak dan air PAM Palembang. mL dan dilarutkan dalam 25 mL
aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3
Metodologi Penelitian tetes indikator metil merah dan dititrasi
a. Pembuatan Sabun dengan larutan HCl yang akan
Limbah cair CPO dan PFAD distandarisasi.
dimasukkan ke dalam wadah lalu
dimasak sambil diaduk sampai mendidih c. Pengujian Mutu Sabun (SNI 06-2048
dan homogen (tercampur rata). Setelah 1990)
mendidih wadah diangkat . Selanjutnya 1. Persentase air
perlahan-lahan tambahkan NaOH sambil Sebanyak 1 – 2 g sampel sabun
diaduk, setelah itu dimasukkan CaCO3 dipotong kecil-kecil dan dimasukkan
sambil terus diaduk. Kemudian campuran ke dalam cawan porselen yang telah
tersebut dipanaskan kembali sambil diketahui bobotnya, kemudian
ditambahkan waterglass dan terus diaduk. dipanaskan dalam oven dengan
Setelah dingin hasil sabun dimasukkan ke temperatur 105oC selama 2 jam.
dalam cetakan sabun dan ditutup. Setelah itu cawan porselen di timbang
sampai bobot konstan.
b. Standarisasi Pereaksi A B
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N KA % (b/b) = x100%
A
Sebanyak 0,1 g asam oksalat Dimana :
(C2H2O4.2H2O) ditimbang, kemudian A = Berat sampel sebelum di oven
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 B = Berat sampel setelah di oven
mL dan dilarutkan dalam 25 mL aqudest.
Setelah larut ditambahkan 2-3 tetes 2. Persentase alkali bebas
indikator pp dan kemudian titrasi dengan Sebanyak 1 – 2 g sampel sabun
NaOH yang akan distandarisasi. dipotong kecil-kecil, dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL dan
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N ditambahkan aquadest sebanyak 100
Sebanyak 0,05 g borak mL dan dipanaskan pada penangas air
(Na2B4O7.10H2O) ditimbang, kemudian pada temperatur 100oC selama 30
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 menit. Air dan sabun akan terpisah dan
mL dan dilarutkan dalam 25 mL air tersebut dibuang kemudian sabun
aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3 yang tersisa ditambahkan dengan
tetes indikator metil merah dan dititrasi alkohol yang telah dinetralkan
dengan larutan HCl yang akan sebanyak 25 mL dan diberi indikator
distandarisasi. pp sebanyak 3-4 tetes, kemudian
dipanaskan kembali pada penangas air
pada temperatur 100oC hingga sabun
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |4
tersebut dimasukkan kain yang telah sebanyak 200 mL air PAM Palembang
dinodai dengan minyak (dari sambal dan sampel dilarutkan. Setelah sabun
tumis) dan direndam selama 30 menit. larut dilakukan pengukuran pH dengan
Kemudian dilakukan pengukuran menggunakan pHmeter. Kemudian
tegangan permukaan kembali dengan dimasukkan kain yang telah dinodai
perlakuan seperti di atas. dengan minyak (dari sambal tumis) dan
direndam selama 30 menit. Selanjutnya
e. Penentuan Konsentrasi Terbaik dilakukan pengukuran pH larutan sabun
Sabun Pasar kembali.
Sebanyak 0,1 g sampel sabun
ditimbang dan dimasukkan ke dalam h. Penentuan Konduktovitas Terbaik
erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini Sabun Limbah CPO
untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8 Sebanyak 0,1 g sampel sabun
erlenmeyer tersebut ditambahkan ditimbang dan dimasukkan ke dalam
sebanyak 200 mL air PAM Palembang erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini
dan sampel dilarutkan. Setelah sampel untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
larut dilakukan pengukuran tegangan dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8
permukaan. Kedalam larutan sabun yang erlenmeyer tersebut ditambahkan
telah diukur tegangan permukaanya, sebanyak 200 mL air PAM Palembang
dimasukkan kain yang telah dinodai dan sampel dilarutkan. Setelah sabun
dengan minyak (dari sambal tumis) dan larut dilakukan pengukuran
direndam selama 30 menit. Selanjutnya konduktovitas dengan menggunakan
dilakukan pengukuran tegangan konduktometer. Kemudian dimasukkan
permukaan kembali. kain yang telah dinodai dengan minyak
(dari sambal tumis) dan direndam selama
f. Penentuan pH Terbaik Sabun CPO 30 menit. Selanjutnya dilakukan kembali
Sebanyak 0,1 g sampel sabun pengukuran konduktovitas.
ditimbang dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini i. Penentuan Konduktovitas Terbaik
untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g; sabun Pasar
dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8 Sebanyak 0,1 g sampel sabun
erlenmeyer tersebut ditambahkan ditimbang dan dimasukkan ke dalam
sebanyak 200 mL air PAM Palembang erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini
dan sampel dilarutkan. Setelah sabun untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
larut dilakukan pengukuran pH dengan dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8
menggunakan pHmeter. Kemudian erlenmeyer tersebut ditambahkan
dimasukkan kain yang telah dinodai sebanyak 200 mL air PAM Palembang
dengan minyak (dari sambal tumis) dan dan sampel dilarutkan. Setelah sabun
direndam selama 30 menit. Selanjutnya larut dilakukan pengukuran
dilakukan pengukuran pH larutan sabun konduktovitas dengan menggunakan
kembali. konduktometer. Kemudian dimasukkan
kain yang telah dinodai dengan minyak
g. Penentuan pH Terbaik Sabun Pasar (dari sambal tumis) dan direndam selama
Sebanyak 0,1 g sampel sabun 30 menit. Selanjutnya dilakukan kembali
ditimbang dan dimasukkan ke dalam pengukuran konduktovitas.
erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini
untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8
erlenmeyer tersebut ditambahkan
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |6
0,08
0,07
0,06
berikut:
0,05 Sebelum
0,04 perendaman
0,03
0,02 Setelah 0,07
Tegangan permukaan
0,01
perendaman 0,06
Sebelum
0
0,05 perenda
(dyne/cm)
14 12
12
10
10
Sebelum
8 perendam 8
pH
6 Sebelum
pH
Setelah 6
4 perendaman
perendaman
2 4 Setelah
0 perendaman
2
0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9
Konsentrasi (% b/v)
0
perendaman relatif sedikit lebih kecil yang ada di pasaran dan didapatkan hasil
daripada pH sebelum perendaman. seperti pada Gambar 6.
Membandingkan grafik antara
4. Penentuan Konduktivitas Optimum sabun kompas dengan sabun limbah CPO
Sabun pola peningkatan konduktovitasnya
hamper sama. Harga konduktovitas
Harga konduktivitas pada larutan optimum sabun kompas pada konsentrasi
sabun naik seiring dengan bertambahnya 3,5 %b/v (sabun 7 g) yaitu sebesar 4,75
gram sabun yang dilarutkan, baik pada -1m-1. Konduktovitas pada sabun
larutan sabun sebelum perendaman limbah CPO cukup tinggi bila
maupun setelah perendaman. Semakin dibandingkan dengan sabun kompas,
banyak gram sabun yang dilarutkan karena pada sabun limbah CPO masih
menyebabkan jumlah ion-ion dalam partikel-partikel pengotornya. Harga
larutan sabun meningkat (terdapat ion konduktivitas berpengaruh pada kelarutan
Na+ dan OH- dari natrium hidroksida dan sabun. Sabun dengan harga konduktivitas
sabun yang terbentuk). lebih rendah akan lebih mudah dilarutkan
Pengaruh variasi gram sabun yang dan mempunyai daya bersih yang lebih
dilarutkan terhadap konduktivitas larutan baik karena mendukung pembentukan
sabun adalah sebagai berikut : misel (Adamson dan Arthur, 1982).
9
25 8
7
Konduktovitas
20
6
konduktovitas
15 Seblum 5
perendama 4 Sebelum
n perendaman
10 Setelah 3
perendama 2
5 n Setelah
1 perendaman
0 0
0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9 0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9
W sabun (gram) W sabun (gram)
Gambar 5. Grafik Pengaruh Konsentrasi
Sabun Limbah CPO Terhadap Gambar 6. Grafik Pengaruh
Konduktivitas Konsentrasi Sabun Pasar Terhadap
Konduktivitas
Pada larutan sabun limbah CPO,
elmusi pada fase ruah tidak stabil, misel KESIMPULAN DAN SARAN
yang terbentuk lebih cenderung untuk
mengendap dan membentuk agregat Berdasarkan data hasil penelitian yang
sehingga konduktovitas sabun setelah didapatkan maka dapat disimpulkan
perendaman menurun. Dan pada bagian bahwa :
bawah larutan sabun (endapan) 1. Sabun limbah CPO memiliki
konduktovitasnya lebih tinggi. karakteristik : kadar air 19,5123%(b/b)
Konduktivitas optimum larutan sabun ; alkali bebas 0,7443%(b/v) ; lemak
CPO ditentukan berdasarkan selisih tak tersabunkan 3,8438%(b/v) ;
tegangan permukan terbesar setelah minyak 9,2856%(b/b) dan bilangan
perendaman yaitu sebesar 18,28 -1m-1 penyabunannya 89,7549 (mg KOH/g
pada sabun 7 g (3,5 %b/v) pada selisih minyak).
tegangan 0,01092 dyne/cm.
2. Konsentrasi pelarutan terbaik sabun
Sebagai perbandingan, dilakukan
limbah CPO yaitu 4,5%(b/v) dengan
penentuan konduktivitas optimum sabun
sellisih tegangan permukaan sebesar
0,01086 dyne/cm pada pH sebesar
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |9