Anda di halaman 1dari 9

ALKIMIA Vol.1No.

1 2017 |1

Daur Ulang Limbah Cair Cpo Menjadi Sabun Cuci

Ady Mara1, Yeni Agustin2


1
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya, Palembang
2
Prodi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah, Palembang

ABSTRAK

Kelapa sawit adalah salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Semakin banyaknya proses pengolahan minyak kelapa sawit menyebabkan jumlah limbah
yang dihasilkan akan semakin meningkat juga. Limbah cair dari hasil pengolahan minyak
kelapa sawit terdapat kandungan organik cukup tinggi. Melalui penelitian ini dilakukan
pemanfaatan limbah (waste re-use) dengan menjadikan limbah CPO sebagai bahan baku
dalam pembuatan sabun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sabun.
Parameter analisis mutu sabun meliputi kadar air, alkali bebas, lemak tak tersabunkan,
minyak dan bilangan penyabunan. Dilakukan juga pengukuran pH, konduktivitas dan
tegangan permukaan menggunakan pHmeter, konduktometer dan metode plat. Hasil
penelitian yang diperoleh, sabun memiliki karakteristik: kadar air 21,9779%( b/b), alkali
bebas 0,7443%(b/v), lemak tak tersabunkan 3,8438%(b/v), kadar minyak 9,2856%(b/b) dan
bilangan penyabunan 89,7549 (mg KOH/g minyak). Konsentrasi optimum sabun adalah
4,5 %(b/v), dengan selisih tegangan permukaan sebesar 0,01092 dyne/cm. PH optimum
sabun sebesar 12,62 dan konduktivitas optimum sabun sebesar 18,28-1m-1.

Kata kunci: Limbah Cair CPO; Sabun Cuci

ABSTRACT

Palm oil is one of the most important vegetable oil-producing plants. Crude palm oil liquid
waste contain high enough organic content. This research, use of crude palm oil liquid
waste as raw material in making soap. This study aims to determine the characteristics of
soap. The analysis parameter of soap quality are water percentage, free alcaline percentage
and unsaponification fat percentage, oil and saponification numbers. There were also
measurements of pH, conductivity and surface tension using pHmeter, konduktometer and
plate method. Result of the research, soap has characteristic: water content 21,9779% (b/b),
free alcaline 0,7443% (b/v), unsaturated fat 3,8438% (b/v), oil content 9,2856% (w/w) and
saponification number 89.7549 (mg KOH/g of oil). The optimum concentration of soap is
4.5% (w/v), with a surface difference difference of 0.01092 dyne/cm. The optimum pH of
soap is 12.62 and the soap optimum conductivity is 18.28-1.

Keywords: Crude Palm Oil Liquid Waste; Soap


ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |2

PENDAHULUAN asam lemak. Reaksi pembentukannya


disebut dengan reaksi saponifikasi
Kelapa sawit memainkan peranan
(penyabunan). Sabun termasuk dalam
penting dalam perekonomian Indonesia
kelas umum senyawa yang disebut
dan merupakan salah satu komoditas
surfaktan, yang merupakan senyawa yang
andalan dalam menghasilkan devisa.
dapat menurunkan tegangan permukaan
Kelapa sawit adalah salah satu tanaman
air serta mempunyai kemampuan untuk
penghasil minyak nabati yang sangat
mengemulsi kotoran berminyak
penting. Industri kelapa sawit terdiri
(Fessenden, 1986).
beberapa segmen industri, yaitu budidaya
Pada pembuatan sabun, selain
perkebunan dan mill (pengolahan kelapa
ditambahkan asam lemak dan
sawit menjadi crude palm oil/CPO),
NaOH/KOH juga digunakan Palm Fatty
industri pengolahan serta perdagangan.
Acid Destilat (PFAD). PFAD terdiri dari
Umumnya industri di Indonesia lebih
volatile matter dan asam lemak bebas
menitikberatkan pada segmen
(free fatty acid) yang terdapat dalam
perkebunan dan mill.
minyak, apabila pada suhu kamar asam
Saat ini industri pengolahanan
lemak bebas ini akan membeku, dan
kelapa sawit di Indonesia terus
memiliki warna kuning muda (apabila
mengalami peningkatan. Pada
mencair akan berwarna kuning
pengolahan minyak kelapa sawit terdapat
keemasan). Biasanya PFAD tidak
angka kehilangan produksi (losses) atau
dilakukan pengolahan lebih lanjut dan
sering disebut sebagai limbah minyak
biasanya produk ini langsung dieksport
kelapa sawit (Ketaren, 1986). Dengan
untuk menjadi bahan baku pembuatan
semakin banyaknya proses pengolahan
kosmetik dan sabun. Guna mendapatkan
minyak kelapa sawit menyebabkan
sabun yang memiliki mutu atau daya cuci
jumlah limbah yang dihasilkan akan
yang baik dan optimum maka harus
semakin meningkat pula. Industri minyak
memperhatikan formulasi campuran yang
kelapa sawit merupakan industri yang
digunakan pembuatan sabun.
menghasilkan limbah cair dengan
Berdasarkan hal yang dipaparkan
kandungan organik sangat tinggi (Tim
diatas, maka akan dilakukan penelitian
Penulis, 2000). Tingginya kadar tersebut
tentang pembuatan sabun dan penentuan
menimbulkan beban pencemaran
karakteristik sabun terbaik dari limbah
lingkungan yang besar, karena diperlukan
CPO dan dilakukan pengujian
degradasi bahan organik yang lebih besar
kemampuan daya cuci sabun terbaik
pula. Sehingga perlu dilakukan
terhadap kain yang telah diberi kotoran
pengolahan limbah lebih lanjut guna
dengan mengukur tegangan permukaan,
mengurangi atau menghilangkan
pH dan konduktovitas dengan variabel
pencemaran oleh limbah tersebut, salah
konsentrasi sabun yang dilakukan.
satunya dengan cara pemanfaatan limbah
(waste re-use), dengan usaha untuk dapat
METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan kembali zat-zat yang
Penelitian ini dilakukan di
terkandung pada air limbah. Salah
Laboratorium Kimia Fisika Fakultas
satunya dengan menjadikan limbah CPO
MIPA dan Laboratorium Dasar Bersama
sebagai bahan baku dalam pembuatan
di Universitas Sriwijaya.
sabun.
Sabun adalah garam logam alkali
Alat dan Bahan
yang tersusun dari lemak atau minyak
Peralatan yang digunakan adalah
yang bereaksi dengan basa logam alkali
beker gelas, buret, cawan porselen,
(NaOH atau KOH). Lemak dipanaskan
corong pisah, erlenmeyer, gelas kimia,
dengan NaOH sehingga terhidrolisis
gelas ukur, kain perca, kaleng, kompor
menjadi gliserol dan garam natrium dari
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |3

minyak, labu ukur, neraca analitis, oven, 3. Standarisasi larutan KOH 0,5 N
penangas air, pipet tetes, termometer, Sebanyak 0,2 g asam oksalat
spatula, dan seperangkat alat ukur (C2H2O4.2H2O) ditimbang, kemudian
tegangan permukaan, konduktometer, pH dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
meter, larutan bufer pH 7 dan pH 9. mL dan dilarutkan dalam 50 mL
Adapun bahan-bahan yang digunakan aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3
antara lain limbah CPO dari pabrik PT. tetes indikator pp dan dititrasi dengan
KSL, PFAD, kalsium karbonat, larutan KOH yang akan distandarisasi.
waterglass, NaOH, aquadest, HCl 0,1 N; 4. Standarisasi larutan HCl 0,5
0,5 N; dan 4 N, KOH 0,5 N, alkohol, n- Sebanyak 0,1 g borak
heksan, asam oksalat, natrium borak, (Na2B4O7.10H2O) ditimbang, kemudian
indikator pp, metil merah, metil orange, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
minyak dan air PAM Palembang. mL dan dilarutkan dalam 25 mL
aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3
Metodologi Penelitian tetes indikator metil merah dan dititrasi
a. Pembuatan Sabun dengan larutan HCl yang akan
Limbah cair CPO dan PFAD distandarisasi.
dimasukkan ke dalam wadah lalu
dimasak sambil diaduk sampai mendidih c. Pengujian Mutu Sabun (SNI 06-2048
dan homogen (tercampur rata). Setelah 1990)
mendidih wadah diangkat . Selanjutnya 1. Persentase air
perlahan-lahan tambahkan NaOH sambil Sebanyak 1 – 2 g sampel sabun
diaduk, setelah itu dimasukkan CaCO3 dipotong kecil-kecil dan dimasukkan
sambil terus diaduk. Kemudian campuran ke dalam cawan porselen yang telah
tersebut dipanaskan kembali sambil diketahui bobotnya, kemudian
ditambahkan waterglass dan terus diaduk. dipanaskan dalam oven dengan
Setelah dingin hasil sabun dimasukkan ke temperatur 105oC selama 2 jam.
dalam cetakan sabun dan ditutup. Setelah itu cawan porselen di timbang
sampai bobot konstan.
b. Standarisasi Pereaksi A B
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N KA % (b/b) = x100%
A
Sebanyak 0,1 g asam oksalat Dimana :
(C2H2O4.2H2O) ditimbang, kemudian A = Berat sampel sebelum di oven
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 B = Berat sampel setelah di oven
mL dan dilarutkan dalam 25 mL aqudest.
Setelah larut ditambahkan 2-3 tetes 2. Persentase alkali bebas
indikator pp dan kemudian titrasi dengan Sebanyak 1 – 2 g sampel sabun
NaOH yang akan distandarisasi. dipotong kecil-kecil, dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL dan
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N ditambahkan aquadest sebanyak 100
Sebanyak 0,05 g borak mL dan dipanaskan pada penangas air
(Na2B4O7.10H2O) ditimbang, kemudian pada temperatur 100oC selama 30
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 menit. Air dan sabun akan terpisah dan
mL dan dilarutkan dalam 25 mL air tersebut dibuang kemudian sabun
aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3 yang tersisa ditambahkan dengan
tetes indikator metil merah dan dititrasi alkohol yang telah dinetralkan
dengan larutan HCl yang akan sebanyak 25 mL dan diberi indikator
distandarisasi. pp sebanyak 3-4 tetes, kemudian
dipanaskan kembali pada penangas air
pada temperatur 100oC hingga sabun
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |4

benar-benar larut kemudian dititrasi hanya benar-benar minyak. Setelah itu


dengan larutan HCl 0,1 N. ditimbang bobotnya. Ulangi perlakuan ini
Ulangi perlakuan ini untuk jenis untuk jenis sample sabun lainnya.
sample sabun lainnya. Wm
% Alkali Bebas = % Minyak = x100%
Ws
V  N a Dimana : Wm = Berat minyak
W Ws = Berat sampel
Dimana : V = Volume titrasi larutan
HCl 5. Persentase bilangan penyabunan
N = Normalitas larutan HCl Diambil minyak dari pengukuran
a = Tetapan sebesar 0,04 persentase minyak sebanyak 1 g dan
W = Berat sampel ditambahkan KOH 0,5 N sebanyak 12,5
mL, lalu dipanaskan pada penangas air
3. Persentase lemak tak tersabunkan selama 1 jam. Setelah itu ditambahkan 2-
Hasil dari penetapan persentase 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan
alkali bebas ditambahkan 5 mL KOH 0,5 HCl 0,5 N. Ulangi perlakuan ini untuk
N, kemudian dipanaskan dengan jenis sample sabun lainnya.
penangas air selama 1 jam pada (Vb  Vs)  NHCl  56,1
temperatur 100oC. Lalu dititrasi dengan BP =
W
HCl 0,1 N. Ulangi perlakuan ini untuk Dimana : Vb = Volume blanko
jenis sample sabun lainnya. Vs = Volume sampel
(Vb  V )  N  0,056 56,1 = bobot setara KOH
% LTT =
W  0,258 N = Normalitas HCl
Dimana : W = Berat sampel
Vb = Volume titrasi larutan HCl
V = Volume titrasi d. Penentuan Konsentrasi Terbaik
N = Normalitas HCl 0,1 N Sabun CPO
W = Berat sampel Sebanyak 0,1 g sampel sabun
56 = bobot setara KOH ditimbang dan dimasukkan ke dalam
0,258 = tetapan rata-rata bil. erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini
penyabunan untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8
4. Persentase minyak erlenmeyer tersebut ditambahkan
Sebanyak 10 g sampel sabun sebanyak 200 mL air PAM Palembang
ditimbang, dan dimasukkan ke dalam dan sampel dilarutkan. Setelah itu
erlenmeyer 250 mL lalu ditambahkan 50 dipersiapkan alat pengukur tegangan
mL aquadest, kemudian ditetesi 5-6 tetes permukaan (model plat kawat), yaitu alat
indikator metil orange. Erlenmeyer diset pada skala 0. Kemudian setelah alat
dipanaskan pada penangas air hingga menunjukkan skala 0, plat kawat
sabun larut. Setelah itu ditambahkan 5-6 dicelupkan pada larutan sabun yang telah
tetes HCl 4 N dan didiamkan selama 1 diletakkan pada bejana alat tegangan
jam. Kemudian diekstraksi dengan permukaan. Setelah plat kawat tercelup,
corong pisah dengan menggunakan maka bejana yang berisi larutan secara
pelarut heksan. Setelah terpisah minyak perlahan-lahan diturunkan dan dilihat
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 pada skala berapa alat tersebut terlepas
mL yang telah diketahui bobotnya, dari permukaan larutan. Selanjutnya
sedangkan airnya dibuang. Erlenmeyer ditambahkan beban 200 mg, dicatat
yang berisi minyak tersebut dipanaskan kembali skala yang ditunjukkan.
dalam oven dengan temperatur 100oC Dilakukan juga pada beban 400 mg; 600
selama 2 jam atau hingga yang tertinggal mg dan 800 mg. Pada larutan sabun
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |5

tersebut dimasukkan kain yang telah sebanyak 200 mL air PAM Palembang
dinodai dengan minyak (dari sambal dan sampel dilarutkan. Setelah sabun
tumis) dan direndam selama 30 menit. larut dilakukan pengukuran pH dengan
Kemudian dilakukan pengukuran menggunakan pHmeter. Kemudian
tegangan permukaan kembali dengan dimasukkan kain yang telah dinodai
perlakuan seperti di atas. dengan minyak (dari sambal tumis) dan
direndam selama 30 menit. Selanjutnya
e. Penentuan Konsentrasi Terbaik dilakukan pengukuran pH larutan sabun
Sabun Pasar kembali.
Sebanyak 0,1 g sampel sabun
ditimbang dan dimasukkan ke dalam h. Penentuan Konduktovitas Terbaik
erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini Sabun Limbah CPO
untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8 Sebanyak 0,1 g sampel sabun
erlenmeyer tersebut ditambahkan ditimbang dan dimasukkan ke dalam
sebanyak 200 mL air PAM Palembang erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini
dan sampel dilarutkan. Setelah sampel untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
larut dilakukan pengukuran tegangan dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8
permukaan. Kedalam larutan sabun yang erlenmeyer tersebut ditambahkan
telah diukur tegangan permukaanya, sebanyak 200 mL air PAM Palembang
dimasukkan kain yang telah dinodai dan sampel dilarutkan. Setelah sabun
dengan minyak (dari sambal tumis) dan larut dilakukan pengukuran
direndam selama 30 menit. Selanjutnya konduktovitas dengan menggunakan
dilakukan pengukuran tegangan konduktometer. Kemudian dimasukkan
permukaan kembali. kain yang telah dinodai dengan minyak
(dari sambal tumis) dan direndam selama
f. Penentuan pH Terbaik Sabun CPO 30 menit. Selanjutnya dilakukan kembali
Sebanyak 0,1 g sampel sabun pengukuran konduktovitas.
ditimbang dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini i. Penentuan Konduktovitas Terbaik
untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g; sabun Pasar
dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8 Sebanyak 0,1 g sampel sabun
erlenmeyer tersebut ditambahkan ditimbang dan dimasukkan ke dalam
sebanyak 200 mL air PAM Palembang erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini
dan sampel dilarutkan. Setelah sabun untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
larut dilakukan pengukuran pH dengan dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8
menggunakan pHmeter. Kemudian erlenmeyer tersebut ditambahkan
dimasukkan kain yang telah dinodai sebanyak 200 mL air PAM Palembang
dengan minyak (dari sambal tumis) dan dan sampel dilarutkan. Setelah sabun
direndam selama 30 menit. Selanjutnya larut dilakukan pengukuran
dilakukan pengukuran pH larutan sabun konduktovitas dengan menggunakan
kembali. konduktometer. Kemudian dimasukkan
kain yang telah dinodai dengan minyak
g. Penentuan pH Terbaik Sabun Pasar (dari sambal tumis) dan direndam selama
Sebanyak 0,1 g sampel sabun 30 menit. Selanjutnya dilakukan kembali
ditimbang dan dimasukkan ke dalam pengukuran konduktovitas.
erlenmeyer 250 mL. Ulangi perlakuan ini
untuk 0,25 g; 0,5 g; 1 g; 3 g; 5 g; 7 g;
dan 9 g sampel sabun. Ke dalam 8
erlenmeyer tersebut ditambahkan
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |6

HASIL DAN PEMBAHASAN menyebabkan gaya tarik menaik antara


1. Hasil Uji Mutu Sabun molekul sabun dengan pengotor semakin
Pada penelitian ini, terlebih kuat dan resultan gaya tarik yang
dahulu yang dilakukan adalah pembuatan dihasilkan semakin meningkat.
sabun dengan bahan dasarnya limbah Konsentrasi larutan sabun juga
CPO. Parameter pengujian sabun mempengaruhi kelarutan sabun didalam
berdasarkan SNI 06-2048-1990. Ciri-ciri air, sabun akan semakin sulit melarut
Sabun yang dihasilkan: berwarna coklat, dengan meningkatnya konsentrasi sabun
kering dan keras. Hasil penelitian dan jumlah partikel yang ada lebih
didapatkan sabun dengan karakteristik : banyak, jarak antar partikel lebih dekat
dan akan terjadi tumbukan antar partikel
Tabel 1. Karakteristik Sabun yang lebih besar, pada keadaan ini
No Karakteristik Kadar Satuan partikel/misel sabun akan cenderung
1 Kadar air 19,5123 %(b/b) bergabung membentuk molekul yang
2 Alkali bebas 0,7443 %(b/v) lebih besar. Diketahui bahwa tegangan
3 Lemak tak 3,8438 %(b/v) permukaan berupa energi bebas
tersabunkan permukaan per satuan luas. Sehingga
4 Minyak 9,2856 %(b/b) dengan semakin luas partikel maka
5 Bilangan penyabunan 89,7549 mg KOH/g tegangan permukaannya akan semakin
minyak
kecil (turun).
Konsentrasi optimum sabun
2. Penentuan Konsentrasi Terbaik ditentukan dari selisih tegangan
Sabun permukaan terbesar antara sebelum
Pada tahap ini telah dilakukan dengan sesudah perendaman. Selisih
variasi gram sabun yang dilarutkan dalam yang terbesar didapatkan pada sabun 7 g
air PAM Palembang sebanyak 200 mL (3,5 %b/v) sebesar 0,1092 dyne/cm.
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap Pada konsentrasi ini, daya kerja sabun
tegangan permukaan dari larutan sabun, untuk mengikat kotoran-kotoran dalam
dan dari penelitian ini didapatkan hasil bentuk misel menjadi optimum.
data sebagai berikut : Sebagai perbandingan, dilakukan
penentuan konsentrasi optimum sabun
0,09 Kompas dan didapatkan hasil sebagai
Tegangan Permukaan (dyne/cm)

0,08
0,07
0,06
berikut:
0,05 Sebelum
0,04 perendaman
0,03
0,02 Setelah 0,07
Tegangan permukaan

0,01
perendaman 0,06
Sebelum
0
0,05 perenda
(dyne/cm)

0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9


0,04
man
W Sabun (gram)
0,03 Setelah
0,02 perenda
Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi 0,01
man

Sabun Limbah CPO Terhadap 0

Tegangan Permukaan 0,05 0,125 0,25 0,5 1,5


Konsentrasi (% b/v)
2,5 3,5 4,5

Dari kurva diatas menunjukkan


bahwa tegangan permukaan pada saat Gambar 2. Grafik Pengaruh
sesudah perendaman lebih besar dari Konsentrasi Sabun Pasar
pada tegangan permukaan larutan sabun Terhadap Tegangan
sebelum perendaman. Hal ini Permukaan
dikarenakan pada saat sesudah
perendaman, banyak substansi-substansi Pada kurva tegangan permukaan,
pengotor yang terlarut sehingga menunjukkan bahwa dengan
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |7

meningkatnya konsentrasi sabun tetapi semakin meningkat pula jumlah partikel


perubahan tegangan permukaannya relatif alkali dan ion OH- yang terdapat pada
kecil. Ini dikarenakan pada sabun kompas larutan sabun sehingga pH larutan sabun
kandungan senyawa sabunnya lebih pun meningkat.
murni bila dibandingkan dengan sabun Sebelum perendaman dan setelah
limbah CPO yang masih mengandung perendaman, pH pada larutan sabun
zat-zat pengotor. Dan tegangan relatif tidak berubah, perubahan pH
permukaan sabun setelah perendaman sangat kecil. Hal ini disebabkan, pengotor
lebih tinggi dari tegangan permukaan yang digunakan dalam penelitian adalah
sebelum perendaman. Konsentrasi minyak dari sambal tumis, yang
optimum sabun Kompas didapatkan pada merupakan satu golongan senyawa yaitu
konsentrasi 3,5% (b/v) atau sabun 7 g asam lemak sehingga perubahan pH yang
dengan selisih tegangan permukaan terjadi tidak terlalu besar.
sebesar 0,01086 dyne/cm. PH optimum larutan sabun yang
Dengan membandingkan selisih terbuat dari limbah CPO ditentukan
tegangan permukaan sabun limbah CPO berdasarkan selisih tegangan permukaan
dengan sabun kompas, maka daya cuci terbesar. Selisih tegangan permukaan
sabun CPO relatif sama dengan daya cuci terbesar adalah 0,0192 dyne/cm yaitu
sabun kompas. pada konsentrasi sabun sebesar 3,5 %b/v
sehingga didapatkan pH optimum sebesar
3. Penentuan pH Optimum Sabun 12,62, sesudah perendaman. Sebagai
Hasil pengaruh variasi gram perbandingan dilakukan penentuan pH
sabun yang dilarutkan terhadap pH optimum sabun kompas yang di dapatkan
larutan sabun adalah sebagai berikut : hasil sebagai berikut:

14 12
12
10
10
Sebelum
8 perendam 8
pH

6 Sebelum
pH

Setelah 6
4 perendaman
perendaman
2 4 Setelah
0 perendaman
2
0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9
Konsentrasi (% b/v)
0

0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9

Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi W sabun (gram)


Sabun Limbah CPO
Terhadap pH Larutan Gambar 4. Grafik Pengaruh
Sabun Konsentrasi Sabun Pasar
Terhadap pH Larutan Sabun
Dari kurva terlihat bahwa dengan
meningkatnya konsentrasi atau semakin
banyak gram sabun yang digunakan maka PH optimum larutan sabun
derajat pH larutan sabun juga meningkat, kompas ditentukan berdasarkan selisih
larutan akan lebih bersifat basa, baik tegangan permukaan yang terbesar.
sebelum perendaman maupun setelah Selisih tegangan permukaan terbesar
perendaman. adalah 0,01082 dyne/cm yaitu pada
Sabun merupakan garam alkali konsentrasi sabun sebesar 3,5 %b/v (sabun
dengan suatu asam lemak yang termasuk 7 g) dan didapatkan pH optimum sebesar
asam lemah, yang dalam air dapat 10,64 yang merupakan pH setelah
melarut dan akan mengalami ionisasi. perendaman. Hanya terjadi perubahan
Dengan semakin banyak jumlah sabun kecil antara pH sebelum dengan sesudah
yang dilarutkan akan menyebabkan perendaman dimana pH sesudah
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |8

perendaman relatif sedikit lebih kecil yang ada di pasaran dan didapatkan hasil
daripada pH sebelum perendaman. seperti pada Gambar 6.
Membandingkan grafik antara
4. Penentuan Konduktivitas Optimum sabun kompas dengan sabun limbah CPO
Sabun pola peningkatan konduktovitasnya
hamper sama. Harga konduktovitas
Harga konduktivitas pada larutan optimum sabun kompas pada konsentrasi
sabun naik seiring dengan bertambahnya 3,5 %b/v (sabun 7 g) yaitu sebesar 4,75
gram sabun yang dilarutkan, baik pada -1m-1. Konduktovitas pada sabun
larutan sabun sebelum perendaman limbah CPO cukup tinggi bila
maupun setelah perendaman. Semakin dibandingkan dengan sabun kompas,
banyak gram sabun yang dilarutkan karena pada sabun limbah CPO masih
menyebabkan jumlah ion-ion dalam partikel-partikel pengotornya. Harga
larutan sabun meningkat (terdapat ion konduktivitas berpengaruh pada kelarutan
Na+ dan OH- dari natrium hidroksida dan sabun. Sabun dengan harga konduktivitas
sabun yang terbentuk). lebih rendah akan lebih mudah dilarutkan
Pengaruh variasi gram sabun yang dan mempunyai daya bersih yang lebih
dilarutkan terhadap konduktivitas larutan baik karena mendukung pembentukan
sabun adalah sebagai berikut : misel (Adamson dan Arthur, 1982).

9
25 8
7
Konduktovitas

20
6
konduktovitas

15 Seblum 5
perendama 4 Sebelum
n perendaman
10 Setelah 3
perendama 2
5 n Setelah
1 perendaman
0 0
0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9 0,1 0,25 0,5 1 3 5 7 9
W sabun (gram) W sabun (gram)
Gambar 5. Grafik Pengaruh Konsentrasi
Sabun Limbah CPO Terhadap Gambar 6. Grafik Pengaruh
Konduktivitas Konsentrasi Sabun Pasar Terhadap
Konduktivitas
Pada larutan sabun limbah CPO,
elmusi pada fase ruah tidak stabil, misel KESIMPULAN DAN SARAN
yang terbentuk lebih cenderung untuk
mengendap dan membentuk agregat Berdasarkan data hasil penelitian yang
sehingga konduktovitas sabun setelah didapatkan maka dapat disimpulkan
perendaman menurun. Dan pada bagian bahwa :
bawah larutan sabun (endapan) 1. Sabun limbah CPO memiliki
konduktovitasnya lebih tinggi. karakteristik : kadar air 19,5123%(b/b)
Konduktivitas optimum larutan sabun ; alkali bebas 0,7443%(b/v) ; lemak
CPO ditentukan berdasarkan selisih tak tersabunkan 3,8438%(b/v) ;
tegangan permukan terbesar setelah minyak 9,2856%(b/b) dan bilangan
perendaman yaitu sebesar 18,28 -1m-1 penyabunannya 89,7549 (mg KOH/g
pada sabun 7 g (3,5 %b/v) pada selisih minyak).
tegangan 0,01092 dyne/cm.
2. Konsentrasi pelarutan terbaik sabun
Sebagai perbandingan, dilakukan
limbah CPO yaitu 4,5%(b/v) dengan
penentuan konduktivitas optimum sabun
sellisih tegangan permukaan sebesar
0,01086 dyne/cm pada pH sebesar
ALKIMIA Vol.1No.1 2017 |9

12,62 dan konduktovitas sebesar 18,28 Boiler, J.Universitas Brawijaya,


-1m-1. volume 13, no. 35, hal.48.
Sudarnadi H. 1996. Tumbuhan
DAFTAR PUSTAKA Monokotil, Penebar Swadaya,
Jakarta. Hal. 20.
Adamson dan Arthur W. 1982. Physical
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika, Penerbit
Chemistry of Surface, Fourth
Bina Aksara, Jakarta. Hal. 304.
Edition, A Wiley-Interscience
Surdia, ny, Diktat Ajar ITB, Kimia
Publication Inc. USA. Hal. 11,
Koloid dan Kimia Permukaan,
21.
Bandung.
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar
Tim Penulis Ps. 2000. Kelapa Sawit:
Biokimia, Penerbit UI-
Usaha Budidaya Pemanfaatan
PRESS, Jakarta. Hal 59.
Hasil dan Aspek Pemasaran,
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk
Penerbit Swadaya, Jakarta.
Universitas, PT. Gramedia,
Jakarta.
Castellan, Gilbert W. 1964. Physical
Chemistry, The
Benjamin/Cummings Publishing
Company, Inc, United state of
America.
Dewan Standarisasi Nasional. 1990.
Mutu dan Cara Uji Sabun Cuci.
Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal,
Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta. Hal. 213.
Fessenden. 1986. Kimia Organik, Edisi
Ketiga, Jilid II, Penerbit Erlangga,
Jakarta. Hal. 406, 410, 411.
Johanes H. 1994. Kimia Koloid dan
Kimia Permukaan, Penerbit
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Hal. 168.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan, UI-
Press, Jakarta. Hal. 252 – 257.
Lehningger. 1982. Dasar-dasar Biokimia,
Jilid 1, Edisi ke 1, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Lehningger. 1991. Dasar-dasar Biokimia,
Jilid 2, Edisi ke 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Ronal. 2002. Pemanfaatan Limbah
Minyak Kelapa Sawit CPO Untuk
Pembuatan Sabun Cuci, Jurusan
Kimia, FMIPA, Universitas
Sriwijaya.
Sabrina. 2001. Pengaruh Pemberian
Bungkil Inti Sawit yang
Difermentasi dengan Neurospora
sitophila terhadap Performa Ayam

Anda mungkin juga menyukai