Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA BERMAIN

DI RUANG RIB RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN

Oleh :

KELOMPOK 6

ESALIANA . N (17.300.026)
RENINDRA PITALOKA (17.300.047)
ANANDA AMALIA (17.300.007)
NIKE WAHYU L (17.300.041)
SILVI ZAHROTUL L (17.300.051)
FAIZIYAH (16.30.009)

PROGRAM STUDI NERS

STIKES KEPANJEN PEMKAB MALANG

2017 - 2018
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA BERMAIN

“TEBAK GAMBAR”

Di Ruang RIB RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN

Tanggal Januari 2018

Anggota :

KELOMPOK 6

ESALIANA . N (17.30.026)
RENINDRA PITALOKA (17.30.047)
ANANDA AMALIA (17.30.007)
NIKE WAHYU L (17.30.041)
SILVI ZAHROTUL L (17.30.051)
FAIZIYAH (16.30.009)

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(……………………………) (…………………………)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tehnik Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat

melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi

terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan

dan berpilaku dewasa, Tehnik bermain terlibat karena anak-anak belum

dapat mengekspresikan diri mereka sendiri secara tepat pada tingkat verbal.

Tehnik Bermain dapat membantu anak dalam perkembangan mereka dan

merupakan tehnik yang efektif untuk mengontrol lingkungan mereka yang

tampaknya memberikan suatu kesempatan untuk bereaksi dengan orang

dewasa yang berbeda sikap dengan mereka.(Aziz, 2009).

Efek hospitalisasi yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit perlu

mendapatkan perhatian dan pemecahan masalah agar saat dirawat seorang

anak mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang

terjadi saat perawatan. Reaksi stres yang ditunjukkan anak saat dilakukan

perawatan sangat bermacam-macam seperti ada anak yang bertindak agresif

yaitu sebagai pertahanan diri dengan mengeluarkan kata-kata mendesis dan

membentak serta menutup diri dan tidak kooperatif saat menjalani

perawatan (Alifatin, 2003).

Perawat dapat membantu orang tua menghadapi permasalahan yang

berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada

di samping pasien selama 24 jam. Fokus intervensi keperawatan adalah


meminimalkan dukungan psikologis pada anak anggota keluarga. Salah

satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada

anak adalah dengan memberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat

dilakukan sebelum melakukan prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk

mengurangi rasa tegang dan emosi yang dirasakan anak selama prosedur

(Suparto, 2003 dikutip dari Mulyaman, 2008).

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,

sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi

yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada

dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, perlu adanya suatu kegiatan yang

dapat melepaskan anak dari ketegangan dan stress yang dialaminya, salah

satunya yaitu dengan terapi bermain. Bermain merupakan cerminan

kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan

media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan

berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan

lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu,

jarak serta suara (Wong, 2003).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh

kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman

bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan:

1. Gerakan motorik halusnya lebih terarah

2. Berkembang kognitif anak

3. Dapat mewarnai gambar yang disukainya

4. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang

dirawat di ruang yang sama

5. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang

6. Melatih kerjasama mata dan tangan.

7. Melatih daya imajinasi.


BAB II

TINJAUAN TORI

2.1 Pengertian

Tehnik bermain adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Tehnik bermain

sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh,

baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. (Andriana, 2011).

Tehnik bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar.

Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta

mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. (Adriana, 2011).

2.2 Kategori Bermain

1. Bermain bebas

Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa

mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.

2. Bermain terstruktur

Bermain terstruktur direncanakan dan di pandu oleh orang dewasa.

Kategori ini membatasi dan meminimalkan daya cipta anak.

Dua kategori ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang

akan memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak. (Adriana, 2011).

2.3 Klasifikasi Bermain

Ada bebarapa jenis permainan dari isi permainan manapun karakter

sosialnya. Berdasarkan isi permainan, ada sosial affectif play, sense-pleasure plsy,

skillplay, games, unoccupied behavior,dan dramatic play. Apabila di tinjau dari

karakter, ada sosial onlocker play ,solitary play, parallel play (Andriana, 2011).

1. Berdasarkan isi permainan.

a. Sosial affectif play


Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang

menyenangkan antara anak dan dan orang lain. Misal, permainan “ciluk ba”

berbicara sambil tersenyum atau tertawa, memberikan tangan kepada anak

untuk menggenggamnya. Anak akan mencoba berespon terhadap tingkah

laku orang tuanya atau orang dewasa tersebut dengan tersenyum dan tertawa.

b. Sense pleasure play

Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan pada

anak dan mengasyikkan.misalnya dengan menggunakan air, anak akan

memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas

permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik bersentuhan

dengan alat permainan ini sehingga susah untuk dihentikan.

c. Skill play

Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak, khususnya

motorik kasar dan halus. Keterampilan tersebut di peroleh melalui

pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukan

kegiatan, anak akan semakin terampil. Misalnya, anak akan terampil

memegang benda-benda memindahkan benda dari satu tempat ke tempat

yang lain.

d. Games

Games anak dan permainan adalah jenis permainan yang menggunakan

alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan skor. Permainan ini bisa

dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya.

e. Unoccupied behavior

Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, namun anak terlihat

mondar mandir, tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan, kursi atau

apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak tampak senang, gembira, dan asyik

dengan situasi serta lingkungannya.


f. Dramatic play

Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui

permainannya. Apabila anak bermain dengan temennya, akan terjadi

percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.

Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.

2. Berdasarkan karakter sosial

a. Sosial onlocker play

Pada permainan ini anak hanya mengamati temennya yang sedang

bermain, tanpa ada insiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Anak

tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan

yang sedang di lakukan temennya.

b. Solitary play

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan,

tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat

permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan

temennya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman

sepermainannya.

c. Parallel play

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan permainan yang sama,

terapi dengan satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama

lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.

d. Associative play

Pada permainan ini terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak

lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin permainan, dan

tujuan permainan tidak jelas. Contoh bermain boneka, masak-masakan,

hujan-hujanan.

e. Cooperative play
Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam kelompok, tujuan

dan pemimpin permainan. Pemimpin mengatur dan mengarahkan anggotanya

untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang di harapkan

dalam permainan. Misalnya bermain bola.

2.3 Bentuk-Bentuk Permainan

Dalam penggunaan alat permainan pada anak tidaklah selalu sama dengan

setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap

tahap usia tumbuh kembangan anak selalu mempunyai tugas-tugas

perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu

memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Di bawah ini

terdapat jenis alat permainan yang dapat digunakan untuk anak setiap tahap

usia tumbuh kembang anak.

1. Anak usia bayi.

a) Bayi usia 0-3 bulan

Seperti disinggung pada uraian sebelumnya, karakteristik khas

permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi sosial yang

menyenangkan antara bayi dan orang tua dan atau orang dewsa

sekitarnya. Selain itu perasaan senang juga menjadi ciri khas dari

permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan,

misalnya mainan gantung ang berwarna terang dengan bunyi musik

yang menarik. Dari permainan tersebut, secara visual bayi diberi objek

yang berwarna terang dengan tujuan dengan menstimulasi

penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan

pada posisi yang emungkinkan agar dapat memandang bebas

kesekelilingnya. Secara auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan


untuk mendengar pembicaraan, musik, dan nyanyian yang

menyenangkan.

b) Bayi Usia 4-6 bulan

Untuk menstimulasi penglihatan, dapat ilakukan permainan, seperti

mengajak bayi menonton TV, memberi mainan yang mudah

dipegangnya dan berwarna terang, serta dapat pula dengan cara

memberi cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga

memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin. Stimulasi

pendengaran dapat dilakukan denagn cara selalu membiasakan

memanggil namanya, mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan

sering berbicara dengan bayi, serta meletakkan mainan yang berbunyi

di dekat telinganya. Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat

igenggamnya, lembut, dan lentur, atau pada saat memandikan, biarkan

bayi bermain air di dalam bak mandinya.

c) Bayi usia 7-9 bulan.

Untuk stimulasi penglihatan, dapat dialakukan dengan memberikan

mainan yang berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas dan alt

tulis, biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya. Stimulasi

pendengaran dapat dilakukan dengan memberi bayi bonek yang

berbunyi, mainan yang bisa dipeang dan berbunyi jika digerakkan.

Untuk itu alat permainn yang dapat diberikan pada bayi, misalnya buku

dengan warna yang terang dan mencolok, gels dan sendok yng tidak

pecah, bola yang besar, berbagai macam boneka, dan atau mainan yang

dapat di dorong.
Secara garis besar pada usia 0-1 tahun perkembangan bayi mulai dapat

dilatih dengan adanya refleks, melatih kerja sama antara mata dan

tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek

yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal suara, kepekaan

perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi

bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan

perkembangan. Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara

lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut,

ambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permainan yang

dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permainan yang berupa

selimut, boneka, dan lain-lain.

2. Anak usia todler (>1 tahun sampai 3 tahun)

Anak usia todler menunjukkan karakteritik yang khas, yaitu banyak

bergerak, tidak bisa diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan

kemampuannya untuk dapat mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan

permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik

dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak

mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu, sering kali

mainannya dibongkar pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus

diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak

memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.

a) Pada usia 1-2 tahun jenis permainan yang dapat digunakan pada usia

1-2 tahun pada dasarnya bertujuan untuk melatih anak melakukan

gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi,

melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan


beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini

seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan ditarik, berupa

alat rumah tangga balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil earna,

dan lain-lain.

b) Pada usia 2-3 tahun dianjurkan untuk bermain dengan tujuan

menyalurkan perasaan atau emosi anak, mengembangkan

keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar dan halus,

mengembangkan kecerasan, melatih daya imajinasi dan melatih

kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Adapun jenis

permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain: alat-alat

untuk gambar, puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar, berbagai

benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda-beda dan

lain-lain.

3. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah

mempunyai kemampuan motorik kasar dan haus yang lebih matang dari

pada anak usia todler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif.

Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan

temannya semakin meningkat.

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan

kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang

dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,

kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan

sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam

mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan


pengertianyang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana

kompetisi dan gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat

digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda disekitar rumah, buku

gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat,

gunting, dan air.

4. Anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun)

Kemampuan sosial anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih

mampu bekrja sama dengan teman sepermainanya. Sering kali pergulan

dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk.

Denagn demikian, permainan pada anak usia sekolah tidak hanya

bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan fisik atau intelektulnya,

tetapi juga dapat mengembangkan sensitivitasnya unuk terlibat alam

kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma

kelompok sehingga dapat iterima dala kelompoknya. Sisi lain manfaat

bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan kmampuannya

unuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan

orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.

Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah diberikan menurut jenis

kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis

mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam

berkreasi sebagai seorang laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak

perempuan lebih tepat iberikan permainan yang dapat menstimulasinya

untuk mengembangkan perasaan, pemikiran, dan sikapnya dalam

menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk

memasak dan boneka.


5. Anak usia remaja (13 sampai 18 tahun)

Anak usia remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan

meninggalkan masa kanak-kanak dan di sisi lain masuk pada usia dewasa

dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak

remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses

melewatinya, anak akan mencari kompensasi pada hal berbahaya, seperti

mengonsumsi obat-obat terlarang, minuman keras, dan sek bebas. Anak

sering kali menyendiri, berkhayal, atau melamun, di sisi lain mereka

mempunyai geng sesama anak renaja. Disini pentingnya keberadaan oran

tua sebagai teman bicara, dan sebagai orang tua yang mengetahui

kebutuhan meraka.

Melihat karakteristik anak remaja demikian, mereka perlu mengisi

kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan

berbagai macam olah raga, mendengarkan atau bermain musik serta

melakukan kegiatan organisasi yang positif, seperti kelompok basket,

sepak bola, karang taruna, dan lain-lain. Prinsipnya, kegiatan bermain bagi

anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan

perlembangan fisioemosional, tetapi juga lebih kearah menyalurkan minat,

bakat, dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan identitas

pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bisa berupa berbagai

macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau lukis.

2.1.6 Keuntungan Bermain

Soetjiningsih, (2012) menyebutkan bahwa beberapa macam-macam keuntungan

bermain terdiri dari:

1. Membuang ekstra energy


2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan

organ-organ.

3. Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.

4. Anak belajar mengontrol diri

5. Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.

6. Meningkatkan daya kreaktivitas.

7. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada di sekitar

anak.

8. Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan kedukaan.

9. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya.

10. Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang dalam

bermian.

11. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan

12. Dapat mengembangkan intelektualnya.

2.4 Prinsip Bermain Pada Anak Hospitalisasi

a. Tidak membutuhkan banyak energi

b. Waktunya singkat

c. Mudah dilakukan

d. Aman

e. Kelompok umur

f. Tidak bertentangan dengan terapi

g. Melibatkan keluarga

2.5 Manfaat Bermain di Rumah Sakit

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain

dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:


a. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.

b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol.

c. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan.

d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh.

e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan

peralatan dan prosedur medis.

f. Memberi peralihan dan relaksasi.

g. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.

h. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan

perasaan.

i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang

positif terhadap orang lain.

j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.

k. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik


BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN TERAPI BERMAIN

3.1 Rancangan bermain

Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat untuk mengembangkan

mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan

beradaptasi efektif terhadap stres karena penyakit dan dirawat. Kegiatan diawali

dengan penjelasan tatacara permainan dan tujuannya. Tata cara permainan dimulai

dengan memberikan gambar pada anak . Anak diminta untuk menebak gambar.

Setiap anak akan di berikan dua gambar yang diharapkan anak tersebut dapat

menyebutkan gambar apa dan maengembangkan pemikiran mereka tentang

manfaat dari gambar yang mereka dapatkan. dan petugas kesehatan harus selalu

memberikan penghargaan positif pada setiap keberhasilan yang dicapai sesuai

kemampuan masing-masing anak.

3.2 Media dan Alat

a. Kertas bergambar

3.3 Sasaran

a. Kelompok usia : anak usia 2 tahun keatas

b. Keadaan umum baik

c. Tidak terdapat keterbatasan mobilitas

d. Kooperatif

e. Jumlah peserta: sesuai jumlah pasien pada hari tersebut yang memenuhi

persyaratan
3.4 Waktu Pelaksanaan

a. Hari / Tanggal : Januari 2018

b. Waktu : 30 menit

c. Tempat : RIB Rumah sakit WAVA HUSADA

3.5 Pengorganisasian

Leader : Renindra Pitaloka

Co Leader : Esaliana

Observer : - Silvi Zahrotul

- Faiziyah

Fasilitator : - Nike Wahyu

- Ananda Amalia

No Jenis Kegiatan Waktu Respon Peserta


1 Pembukaan: 5 menit Menjawab salam dan
memperhatikan perawat
a. Menyiapkan peserta dan
ruangan
b. Menyiapkan alat/media
c. Salam pembuka
d. Memperkenalkan diri kepada
peserta terapi bermain
2 Kegiatan inti terapi bermain: 18 menit Peserta memperhatikan
penjelasan yang
a. Menjelaskan pengertian diberikan, mengikuti
bermain memasukkan bola, petunjuk yang diberikan
tujuan terapi bermain, cara dan berpartisipasi aktif
bermain, alat yang digunakan, dalam terapi bermain
waktu yang diperlukan untuk memasukkan bola
terapi bermain, memberikan
kesempatan bertanya sebelum
kegiatan dimulai
b. Memulai kegiatan terapi
bermain dengan memberikan
contoh terlebih dahulu pada
peserta
c. Memulai terapi bermain
dengan mengambil satu jenis
warna bola
d. Peserta memasukkan bola ke
cangkir yang dipegang ibu
e. Memberikan reward bagi
peserta yang memasukkan
bola dengan cepat dan tepat
f. Memberitahukan warna bola
3 Penutup terapi bermain: 7 menit Peserta menjawab salam
penutup dengan
a. Menyimpulkan hasil terapi tersenyum
bermain
b. Kontrak untuk pertemuan
selanjutnya
c. Ucapan terimakasih dan
kerjasama selama terapi
bermain
d. Salam penutup

3.6 Pembagian Tugas

1. Leader :

Peran Leader

a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan

menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi

untuk mengekspresikan perasaannya

b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau

mendominasi

c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan

dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam

kegiatan

2. Co Leader :

Peran Co Leader

a. Mengidentifikasi isu penting dalam proses

b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader


c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok

yang akan dating

d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya

3. Fasilitator :

Peran Fasilitator

a. Mempertahankan kehadiran peserta

b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar

maupun dari dalam kelompok

4. Observer :

Peran Observer

a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain

b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain

d. Menilai performa dari setiap anggota kelompok dalam melakukan terapi

bermain
3.7 Setting Tempat

Keterangan :

: Leader : Klien

: Co Leader : Observer

: Fasilitator

Petunjuk:

Klien duduk melingkar bersama perawat


DAFTAR PUSTAKA

Harsono. Y. 2005. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Perilaku Kooperatif Anak

selama Menjalani Perawatan di RS. Dr. Sardjito. Yogyakarta: Proposal

penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan UGM.

Hurlock. E. B. 1998. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Mc. Guiness. V. A. (2001). What is Play Therapy. 15 Oktober 2010. Dikutip dari

http://www.kidstherapyplace.com//

Mulyaman. I. (2006). Terapi Bermain untuk Mengurangi Tingkat Kecemasan

Akibat hospitalissai pada Anak Usia Sekolah. 22 Oktober 2010. Dikutip

dari http://blognurse.blogspot.com.com/2010/12/terapi-bermain-untuk

mengurangi-tingkat.html atau Hari dalam Kehidupan Arfianto.

Rere. 2011. Terapi Bermain. http://rereners.blogspot.com/2011/02/terapi-

bermain.html. [diakses 18 April 2014].

Sacharin. R. M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi I. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih. 1988. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC:

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai